Tim Penyusun
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak
faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun, kejadian BLR juga dapat terjadi
tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada
mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan jarak
diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya di masa depan. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan Lahir
kurang dari 2500 gram (Djitowiyono, 2010). BBLR yang tidak ditangani dengan baik
dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh salah satunya
neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba,
2007).
4
tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua
pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu
pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada
hari pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah
komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir
rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian
besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang
tepat (Proverawati & Ismawati, 2010). Diperkirakan sekitar 23% seluruh angka kematian
neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir
menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu
anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas
jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar. Menurut
hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal
Keperawatan Pada By.D Usia 21 Hari (Infant) dengan BBLR + Asfiksia di Ruang
5
B. RUMUSAN MASALAH
dengan BBLR + Asfiksia di Ruang Perinatologi RSUD Cibabat Kota Cimahi Tahun
2017?”.
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Pada By.D Usia 21 Hari (Infant) dengan BBLR + Asfiksia di Ruang Perinatologi
2. TUJUAN KHUSUS
a) Mampu memahami tentang BBLR dan Asfiksia yang terjadi pada bayi baru
lahir.
Asfiksia
D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi tentang
asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan BBLR dan Asfiksia. Perawat dapat
lebih berperan aktif dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR
dan Asfiksia.
2. Manfaat Aplikatif
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perawat dan mahasiswa
keperawatan mengenai pemberian asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan
BBLR dan Asfiksia. Bagi rumah sakit, makalah ini dapat dijadikan acuan dalam
komplikasinya.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. BBLR
1. Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
(BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan
minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal
dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009). Bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram,
tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan (intrauterine
Dapat disimpulkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat di bawah normal (< 2500 gr) yang disebabkan oleh banyak faktor tanpa
7
2. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
a. Faktor ibu
1) Penyakit
2) Ibu
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
b) Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
8
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
c. Faktor plasenta
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
3. Klasifikasi
a. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :
1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan sesuai dengan
masa kehamilan.
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga
jenis.
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.
c) Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
9
b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya
2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang berat
3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang berat
4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat badannya
5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat badannya
6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya merupakan bayi
yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang berat badan lahirnya
pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).
8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan lahirnya
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah (Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
10
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
5. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari
masa kehamilannya, yaitutidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang
ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan
melahirkan bayi denganberat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari
pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya
mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada
janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun
sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus,
cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
11
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi
tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah
lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan
(zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli,
sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang
kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan
pembuluh darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha bayi untuk
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat.
Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah
yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.
Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen
c. Sistem Kardiovaskuler
12
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin, yaitu paten
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup
bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan
sampai usia gestasi 33–34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan
antara lain:
f. Sistem Hematologi
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali
13
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di mana ginjal
bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air,
i. Sistem Integumen
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan
j. Sistem Pengelihatan
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani, 2009) :
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama
pada laki-laki.
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi,
tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang
14
d. Asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang
sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila
1) pH : 7,35-7,45
menyertai sepsis.
15
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan menerapkan
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan dan
perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk mengatasi
usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini
bagi kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang
lebih baik, lebih menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya21lebih teratur.
Bayi memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring miring
fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai, karena
postur. Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat mengakibatkan
abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi bahu, peningkatan
ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher dan punggung
melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi, hal ini
bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan mempertahankan respirasi. Bayi
16
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian kehangatan
eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki masa otot yang
lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk menghasilkan panas,
kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan control reflek yang buruk pada
kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera ditempatkan
dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda terjadinya
merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm,
karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan
dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya
lebih luas dan kapasitas osmotik dieresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang
kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi
17
mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang.
Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan
kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau
sudah ada sejak sebelu lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi
sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya
Pemberian makan bayi awal (dengan syarat bayi stabil secara medis)
metode alternatif, air steril dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang
diberikan terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan
sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai. Bayi BBLR dan
preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam memberikan
makan dibandingkan pada bayi cukup bulan, dan mekanisme oral-faring dapat
terganggu oleh usaha pemberian makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak
makanan.
perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. Dengan
PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang membuat bayi
BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan
18
pada bayi BBLRbelum dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan
lemak dibawah kulitnya. PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada
bayi BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh
ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak
antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari
inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang sesuai
untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif terhadap
peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan
bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2008)
19
Faktor janin Faktor plasenta Faktor ibu
BBLR
Reflek menghisap dan menelan belum Tidak efektifnya pola Sistem termoregulasi yang
berkembang dengan baik pernafasan imatur
20
10. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji
a. Fokus Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun seksama
untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi masalah yang
APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat
1) Pengkajian umum
a) Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan menggunakan
timbangan elektronik.
c) Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat,
2) Pengkajian respirasi
a) Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang dada,
d) Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi, suara
21
e) Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3) Pengkajian kardiovaskuler
ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba (perubahan
4) Pengkajian gastrointestinal
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar, jika
5) Pengkajian genitourinaria
22
c) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
6) Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
c) Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick neck,
palmar).
7) Suhu tubuh
8) Pengkajian kulit
Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (misal plester,
povidone-jodine).
b) Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas dan lain-
lain.
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
23
b. Termoregulasi tubuh tidak efektif; hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang
tubuh primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh
tubuh sekunder.
24
bernafas dengan psikologis.
nyaman. Rasional: Studi
3. Mendemonstrasikan menemukan bahwa
kemampuan untuk ketika penyebabnya
melakukan adalah fisiologis
pernapasan dengan memiliki tanda gejala
pursed lip kecemasan dan
(mengerutkan bibir) kesemutan pada
dan pernapasan extremitas, sedangkan
dapat terkontrol. bila dipsneu itu
4. Mengidentifikasi dan psikologisl tanda
menghindari faktor- gejalanya mengi terkait,
faktor spesifik yang batuk, dahak dan
dapat memperburuk palpitasi.
pola nafas. 4. Berikan terapi
oksigenasi (Atur
peralatan oksigenasi,
monitor aliran
oksigen, pertahankan
posisi pasien).
Rasional: Perbaikan
kadar oksigen dan
karbondioksida dapat
meningkatkan funsi
pernapasan.
5. Monitor Tekanan
darah, nadi, suhu, dan
Respiration rate
(pernafasan).
Rasional: memantau
tanda vital klien.
2. Termoregulasi tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur suhu setiap 2
tidak efektif. keperawatan selama 3x24 jam, gunakan
jam, diharapkan pasien termometer elektronik
25
mampu: Termoregulasi di ketiak pada bayi di
menjadi efektif sesuai bawah usia 4
dengan perkembangan. minggu.
Dengan kriteria hasil: Rasional: memantau
1. Dapat apakah adanya
mempertahankan suhu peningkatan atau
tubuh dalam kisaran penurunan suhu
normal. tubuh.
2. Menjelaskan langkah- 2. Catat apakah ada
langkah yang tanda-tanda
diperlukan untuk hipertermi dan
mempertahankan suhu hipotermi.
tubuh agar dalam Rasional: Hipertermi
batas normal. dengan peningkatan
3. Menjelaskan gejala laju metabolisme
hipotermia atau kebutuhan oksigen
hipertermia. dan glukosa serta
kehilangan air dapat
terjadi bila suhu
lingkungan terlalu
tinggi.
3. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi.
Rasional: untuk
mencegah terjadinya
dehidrasi.
4. Lakukan tepid
sponge.
Rasional: dapat
menurunkan suhu
tubuh bayi.
3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Perhatikan gejala
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 kekurangan gizi
tubuh. jam diharapkan pasien termasuk perawakan
26
mampu: pendek, lengan kurus
1. Intake nutrien normal. dan kaki.
2. Intake makanan dan Rasional: sebagai
cairan normal. langkah awal
3. Berat badan normal. pengkajian untuk
4. Massa tubuh normal. melaksanakan
5. Pengukuran biokimia intervensi selanjutnya.
normal. 2. Perhatikan adanya
Dengan kriteria hasil: penurunan berat
1. Berat badan badan. Rasional:
bertambah. Mengidentifikasikan
2. Berat badan dalam adanya resiko derajat
kisaran normal dan resiko terhadap
untuk tinggi dan usia. pola pertumbuhan.
3. Mengenali faktor yang Bayi SGA (Baby small
berkontribusi for gestational age)
terhadap berat badan dengan kelebihan
dibawah normal. cairan ekstrasel yang
4. Mengidentifikasi kemungkinan
kebutuhan gizi. kehilangan 15% BB
5. Bebas dari kekurangan lahir. Bayi SGA (Baby
gizi. small for gestational
age) mungkin telah
mengalami penurunan
berat badan dalam
uterus atau mengalami
penurunan simpanan
lemak atau glikogen.
3. Kaji kulit apakah
kering, monitor turgor
kulit dan perubahan
pigmentasi. Rasional :
untuk mengetahui
adanya tanda-tanda
27
dehidrasi.
4. Berikan makanan yang
terpilih.(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi).
Rasional: membantu
dalam rencana diet
untuk memenuhi
kebutuhan individual
5. Monitor kalori dan
intake nutrisi.
Rasional: mengawasi
masukan nutrisi dan
kalori dalam tubuh.
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya fluktuasi
keperawatan suhu tubuh, letargi,
selama 3x24 jam apnea, malas minum,
diharapkan pasien gelisah dan ikterus.
mampu: Terhindar dari Rasional: suhu tubuh
resiko infeksi. meningkat dan nadi
Dengan kriteria hasil: cepat mmerupakn
1. Pengetahuan: Kontrol awal terjadinya infeksi.
infeksi. Indikator : 2. Kaji riwayat ibu,
a. Menerangkan cara- kondisi bayi selama
cara penyebaran. kehamilan, dan
b. Menerangkan epidemi infeksi diruang
faktor-faktor yang perawatan.
c. berkontribusi Rasional: mengetahui
dengan adanya riwayat
penyebaran. infeksi selama
d. Menjelaskan tanda- kehamilan.
tanda dan gejala. 3. Ambil sampel darah.
e. Menjelaskan Rasional: untuk
aktivitas yang sampel pada
28
dapat pemeriksaan
meningkatkan laboratorium seperti
resistensi terhadap eritrosit, leukosit,
infeksi. diferensiasi, dan
2. Status Nutrisi. immunoglobulin.
Indikator: 4. Upayakan pencegahan
a. Asupan nutrisi infeksi dari lingkungan.
b. Asupan makanan Misalnya : cuci tangan
dan cairan sebelum dan sesudah
c. Energi memegang bayi.
d. Masa tubuh Rasional: untuk
e. Berat badan mencegah
berpindahnya
mikroorganisme dari
jari tangan ke tubuh
bayi.
B. ASFIKSIA
tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu rongga hidung,
pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi melakukan pertukaran
kedalam rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan
2) Parynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai
29
letaknya di belakang hidung (naso farynx), dibelakang mulut(oro larynx), dan
berjalan dari larynx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima dan
3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak
simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan
trachea dengan sudut lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis
saluran udara paten yang mudah masuk kedalam cabang bronchus kanan. Kalau
udara salah jalan, maka tidak dapat masuk kedalam paru-paru akan kolaps
(atelektasis).Tapi arah bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih mudah
asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan
ke arahnya vertikal.
Cabang utma bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen
kurang lebih bergaris tengah 1 mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
30
rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua
karena fungsi utamanya dalah sebagai pengantar udara ketempat pertukaran gas
dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir
paru-paru.
4) Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga
toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum central yang
mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar. Pembuluh darah paru dan
bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuuki tiap paru pada bagian
hilus dan membentuk akar paru.Paru kanan lebih banyak daripada kiri,paru kanan
dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Lobus-lobus
bronchusnya. Paru kanan mempunyai 3 buah segmen pada lobus inferior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, 5 buah pada lobus superior kiri. Paru kiri mempunyai
5 buah segmen pada lobus inferior dan 5 buah segmen pada lobus superior.Tiap-
tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Didalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang- cabang banyak sekali, cabang ini
diameternya antara 0,2- 0,3mm. Letak paru dirongga dada dibungkus oleh selaput
Pleura dibagi menjadi dua :1) pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu
selaput paru yang langsung membungkus paru; 2) pleura parietal yaitu selaput
yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga
31
(kavum) yang disebut kavum pleura.Pada keadaan normal, kavum pleura ini
vakum (hampa udara)sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat
menghindarkan gesekan antara paru dan dinding sewaktu ada gerakan bernafas.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga
atau udara atau cairan masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru
32
2. Definisi Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan
karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Manuaba, 2007). Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernapas spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer,2005).
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan (Depkes RI, 2009). Dapat disimpulkan asfiksia adalah keadaan gawat nafas
pada bayi yang tidak dapat bernafas secara spontan pada saat baru lahir.
3. Klasifikasi
Menurut Mochtar (2008), klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu sebagai
berikut :
a. Asfiksia Livida yaitu asfiksia yang memiliki ciri meliputi warna kulit kebiru-
biruan, tonus otot masih baik, reaksi rangsangan masih positif, bunyi jantung
b. Asfiksia Pallida yakni asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat, tonus otot
sudah kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis
jelek.
Nilai 0 1 2
33
Nafas Tidak ada Tidak Teratur Teratur
Warna Kuit Biru/ pucat Tubuh dan kaki merah Merah muda
muda
Otot
(menangis) lambat
Menurut Mochtar (2008) setiap bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai APGAR,
tabel tersebut di atas dapat digunakan untuk menentukan tingkat atau derajat asfiksia,
apakah ringan, sedang, atau asfiksia berat dengan klasifikasi sebagai berikut:
buruk, sianosis berat, dan terkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
100X/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
4. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain :
a. Faktor ibu
34
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Faktor bayi
5. Patofisiologi
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada
masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia
ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang
yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita
asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode
apneu. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi denyut jantung (bradikardi)
ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas (flasid). Pada
asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukan upaya
35
O2 (menurunnya tekanan O2 darah) mungkin hanya menimbulkan asidosis
respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akan terjadi metabolisme anaerob
dalam tubuh bayi sehingga terjadi asidosis metabolik, selanjutnya akan terjadi
berakibat buruk terhadap sel-sel otak, dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat
6. Manifestasi Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan
darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan
g. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau nafas
tidak teratur/megap-megap
7. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari hipoksia
janin. Menurut Saifuddin (2002) diagnosis hipoksia dapat dibuat ketika dalam
36
persalinan yakni saat ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
Frekuensi normal denyut jantung janin adalah antara 120 sampai 160x/menit.
Selama his frekuensi tersebut bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada
banyak artinya, namun apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 per menit di
luar his dan terlebih jika tidak teratur, hal tersebut merupakan tanda bahaya.
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal tersebut
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah
pH turun sampai 7.2 hal tersebut dianggap sebagai tanda bahaya. Kelahiran yang
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut
37
a. Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan
Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki
bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini
mulut
d) Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
38
c) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada
d) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
9. Pencegahan
ibu
hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus
dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita
kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama
banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait (Perinasia, 2006).
39
Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus adalah penting, juga
kerja sama yang baik dengan Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Hal yang harus
diperhatikan adalah :
1) Hindari forceps tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, sertapemberian
2) Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan oksigen
3) Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan menunggu
40
10. Pathway Asfiksia
Faktor Ibu
Faktor Persalinan Faktor Bayi
1. Umur
2. Hipertensi pada 1. Perabdominam 1. Prematuritas
kehamilan (SC) (letak 2. BBL bayi
3. Pendarahan sungsang) 3. Kelainan bawaan
antepartum 2. Pervaginam 4. Air ketuban
4. Infeksi berat (letak sungsang) campur
5. Kehamilan lewat 3. Partus lama/ mekoneum
waktu (post date)
macet 5. Ketuban pecah
6. Amnionitis
7. Anemia 4. Ketuban pecah dini dini
8. paritas
ASFIKSIA
41
13. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya untuk memberikan
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
Biasanya bayi setelah partus akan menunjukkan tidak bisa bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi ditandai dengan sianosis,
1) Prenatal
mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan terjadi trauma pada
waktu kehamilan.
2) Intranatal
rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat dari kepada anak pada
placenta, prolaps fenikuli tali pusat, pemberian obat bius terlalu banyak dan
plasenta, persentase janin abnormal, lilitan tali pusat, dan kesulitan lahir.
3) Postnatal
42
d. Riwayat Kesehatan
mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan terjadi trauma pada
waktu kehamilan
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi
2) Kepala
3) Mata
4) Hidung
43
5) Mulut
6) Telinga
7) Leher
8) Thorax
9) Abdomen
Bentul silindris, hepar bayi terletah 1-2cm dibawah arcus costae pada garis
papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asistes/tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1-2 jam setelah
sempurna
10) Umbilikus
11) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adanya kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat labia mayora dan
12) Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeces
13) Ekstremitas
44
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya
14) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat refleks moro dan sucking lemah.
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus banyak
dalam darah
45
setelah suction selesai
dilakukan
Rasional :
meminimalisasi
penyebaran
mikroorganisme
4. Monitor status oksigen
pasien, status
hemodinamik segera
sebelum, selama dan
sesudah suction.
Rasional : untuk
mengetahui efektifitas
dari suction
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam kepatenan jalan nafas
hipoventilasi/ diharapkan pola nafas dengan melakukan
hiperventilasi menjadi efekfit dengan pengisapan lendir
kriteria hasil : Rasional : untuk
1. Pasien membersihkan jalan
menunjukkan pola nafas
nafas yang efektif 2. Pantau status
2. Ekspansi dada pernafasan dan
simetris oksigenasi sesuai
3. Tidak ada bunyi dengan kebutuhan
nafas tambahan Rasional : guna
4. Kecepatan dan meningkatkan kadar
irama respirasi oksigen yang
dalam batas normal bersirkulasi dan
memperbaiki status
kesehatan
3. Auskultasi jalan nafas
untuk mengetahui
adanya penurunan
46
ventilasi
Rasional : membantu
mengevaluasi
kefektifan upaya batuk
klien
4. Kolaborasi dengan
dokter pemeriksaan
AGD dan pemakaian
alat bantu nafas
Rasional : perubahan
AGD dapat
mencetuskan distrimia
5. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
Rasional : terapi
oksigen dapat
membantu mencegah
gelisah bila klien
menjadi dispneu, dan
ini juga membantu
mencegah edema paru
3. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Hindarkan pasien dari
ketidakseimbangan keperawatan 3x24 jam kedinginan, tempatkan
suhu tubuh diharapkan suhu tubuh pada lingkungan yang
berhubungan dengan normal dengan kriteria hangat
kurangnya suplai O2 hasil : Rasional : untuk
dalam darah 1. Temperatur dalam menjaga suhu tubuh
batas normal agar stabil
2. Tidak terjadi 2. Monitor gejala yang
disstres pernafasan berhubungan dengan
3. Tidak gelisah hipotermi
4. Perubahan warna Rasional : untuk
kulit mendeteksi lebih awal
5. Bilirubin dalam perubahan yang terjadi
47
batas normal guna mencegah
komplikasi
3. Monitor TTV
Rasional : peningkatan
suhu tubuh dapat
menunjukkan adanya
tanda-tanda infeksi
4. Monitor adanya
bradikardi
Rasional : penurunan
frekuensi nadi
menunjukkan
terjadinya asidosis
respiratori karena
kelebihan retensi CO2.
48
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
2) Umur : 21 hari
5) Agama : Islam
6) Anak ke : 1 (pertama)
8) No. RM : 981377
b. Orang tua
1) Nama : Ny. D
2) Umur : 20 tahun
3) Agama : Islam
4) Pendidikan : SMP
49
2. Identitas Saudara kandung : Klien anak satu-satunya.
3. Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan utama :
1) Keluhan utama pada tanggal : berat badan kurang dari batas normal
Ibu klien mengatakan berat badan badan bayi dari saat lahir sampai sekarang
masih dibawah normal. Penyebab kurang berat badan pada anak karena ibu
melahirkan pada saat usia kehamilan 6 bulan, berat badan pada saat lahir
1100gr, ibu mengatakan penyebab adanya kontraksi dini tidak diketahui tetapi
saat ada kontraksi tidak bisa tahan sehingga terjadi persalinan di RSUD
Cibabat. Skala nyeri saat terjadi kontraksi 8 (0-10) atau skala berat,
1) Struktur Internal
2)
50
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
3) Struktur eksternal
c) Sosial : Menengah
penduduk.
4. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
minggu)
makanan bergizi.
51
5) Penambahan BB selama hamil : 20 kg
kehamilan.
b. Natal
5) BB Lahir : 1100 gr
6) PB Lahir : 40 cm
c. Post Natal
a. Nutrisi
3) Jumlah : 10 cc
b. Eliminasi
1) Kemih : BAK
52
3) Warna Urine : kuning
4) Feses : BAB
6. Riwayat Imunisasi
7. Pemeriksaan Fisik
2) Pengukuran Antropometri
19 Oktober BB : 1350 gr
2017 PB : 42 cm
LLA : 9 cm
LD : 26cm
LK: 29 cm
Suhu : 36,50C
53
RR : 55 x/menit
4) Head to Toe
a) Kepala
bersih, tidak ada lesi, tidak ada oedema, warna rambut hitam,
fontanel anterior dan interior teraba lembek dan terbuka, sutura (+),
b) Wajah
c) Mata
Letak kedua mata simetris kiri dan kanan, Konjungtiva anemis, sklera
putih, keadaan mata bersih, bentuk simetris kiri dan kanan, reflex
d) Telinga
Bentuk simetris, bersih, reflek moro (+), reflek startle (-), tidak ada
cairan.
e) Hidung
ada secret.
f) Mulut
54
Mukosa bibir kering, tidak terdapat kelainan labioskizis atau
nepis (+), reflex swallowing (+), reflex chewing (+), terpasang OGT
g) Leher
tidak terdapat lesi atau kemerahan, refelkes tonick neck (+), tidak
peningkatan JVP.
h) Dada
Lingkar dada (LD) 24 cm, areola sejajar kiri dan kanan, saat bernafas
148x/menit.
i) Perut
Lingkar perut 23 cm, bentuk abdomen datar, tidak ada distensi, tidak
pembengkakan.
j) Punggung da bokong
55
Tidak ada kelainan tulang belakang, terdapat bercak biru Mongolia
sacral, tidak terdapat spina bifida, kebersihan terjaga, tidak ada lesi
k) Genetalia laki-laki
Ukuran penis tampak kecil, scrotum ada, testis sudah turun, tidak
ada lesi.
l) Anus
ada polip, tidak ada kelainan atresia ani, tidak ada tanda-tanda
m) Ekstremitas atas
Kekuatan otot 5, akral dingin, ROM (+), tidak ada oedema, CRT < 2
detik, grap reflek (+), jumlah jari kanan dan kiri 5, kuku pendek dan
lunak, tidak ada oedema, akral dingin, tidak terdapat polidaktil atau
n) Ekstremitas bawah
Kekuatan otot 3, akral hangat, reflek babinski (+), tidak ada benjolan,
akral dingin.
Lembab, akral dingin, warna kulit kemerahan, turgor < 2 detik, tidak
ada lesi, tidak ada ruam popok, lanugo tidak ada, bentuk kuku pendek
dan lunak.
56
Lekosit 13.500 /mm3 5000-19.500/mm3
Hematokrit 32 % 31-55%
Trombosit 354.000 /mm3 150.000-440.000/
mm3
Hitung Jenis Leukosit
Basofil - 0-1%
Eosinofil 1% 1-3 %
Mielosit - -
Metamielosit - -
Batang 1% 1-4 %
Segmen 60 % 17-60%
Lymfosit 36 % 20-40 %
Monosit 2% 2-8 %
Kimia Klinik (darah)
Glukosa Darah 113 mg % <140 mg %
Sewaktu
9. Therapi
57
B. Analisa Data
Data yang muncul dari pengkajian tanggal ….
C. Diagnosa Keperawatan
58
D. Intervensi Keperawatan
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan 1. Memonitoring 1. Memgetahui
tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi masukan nutri
selama 3x24 jam pasien
diharapkan kebutuhan 2. Memberikan susu ASI 2. Untuk mencukupi
nutrisi pasien trpenuhi dan PASI untuk BBLR kebutuhan nutrisi
dengan kriteria hasil : setiap 2 jam pasien
- BB > 2500 gram 3. Memonitoring BB 3. Untuk mengetahui
- Fungsi setiap hari apakah ada
menghisap dan peningkatan atau
menelan baik tidak
- Tidak ada tanda-
tanda mal nutrisi
- Tidak terjadi
penurunan BB
2 Keadaan kulit bayi 1. Monitor warna dan
membaik dalam waktu keadaan kulit setiap 4
3x24 jam dengan – 8 jam
Kriteria hasil : 2. Ubah posisi miringatau
- Kulit tidak tengkurap.
berwarnakemera 3. Perubahan posisisetiap
han 2 jamberbarengan
- Daya isap denganperubahan
bayimeningkat posisi, lakukan
- Pola BAB dan massage danmonitor
BAKNormal keadaan kulit.
4. Jaga kebersihan dan
59
E. Implementasi
08.50 Membersihkan
lingkungan
inkubator bayi
60
10.00 Memberikan obat
menonepem dan
amikacin
61
F. Catatan Perkembangan
14-10-2017 1 S:-
O:
sudah ada
P : Lanjutkan Intervensi
I:
kebutuhan nutrisi
E : Pantau BB
62
BAB IV
PEMBAHASAN
63
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani. (2009). Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Pudjiadji, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : IDAI
Note : untuk BAB III, IV, V serta tambahan daftar pustaka menyusul yah ibu revisannya
64