Anda di halaman 1dari 149

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.

N DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN AKIBAT
BRONKOPNEUMONIA DI RUANG ANAK
GEDUNG C LANTAI 6 RUANG 610
RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI
KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :
GENDRA PRILI RINALDI
NPM. 2111.14.013

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.N DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN AKIBAT
BRONKOPNEUMONIA DI RUANG ANAK
GEDUNG C LANTAI 6 RUANG 610
RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Ahli Madya Keperawatan

OLEH:
GENDRA PRILI RINALDI
NPM. 211114013
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D3)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2017
PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan pada seminar Ujian

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.N DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN AKIBAT BRONKOPNEUMONIA DI RUANG ANAK
GEDUNG C LANTAI 6 RUANG 610
RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI”

Pada Tanggal : 31 juni 2017

Nama Mahasiswa : Gendra Prili Rinaldi

NPM : 211114013

Program Studi : Keperawatan (D3)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

Pembimbing I Pembimbing II

Dyna Apriany, S.Kp., M.Kep Fauziah R, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

ii
PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan
masukan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Keperawatan (D3)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Pada tanggal

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.N DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN AKIBAT BRONKOPNEUMONIA DI RUANG ANAK
GEDUNG C LANTAI 6 RUANG 610 RSUD CIBABAT
KOTA CIMAHI”

Nama Mahasiswa : Gendra Prili Rinaldi


NPM : 211114013

Program Studi Keperawatan (D3)


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Pembimbing I pembimbing II

Dyna Apriyani,S.Kp.,M.Kep Fauziah R, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

Penguji

Siti Dewi R, S.Kp., M.Kep


Mengetahui
Program Studi Keperawatan (D3)
Ketua

Dyna Apriyani,S.Kp.,M.Kep

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA BY. N DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

AKIBAT BRONKOPNEUMONIA DI GEDUNG C LANTAI 6 RUANG 610 RSUD

CIBABAT KOTA CIMAHI” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian

didalamnya yang merupakan plagiat karya orang lain dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas Pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klien dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Cimahi,

Gendra Prili Rinaldi

NPM.211114013

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)

iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES JENDERAL A. YANI

KARYA TULIS ILMIAH, 2017

GENDRA PRILI RINALDI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. N DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN AKIBAT BRONKOPNEUMONIA DI GEDUNG C LANTAI 6
RUANG 610 RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI

XII + 126 halaman + 8 Tabel + 7 Gambar + 4 Lampiran

ABSTRAK

Penyakit bronkopneumonia merupakan penyakit dengan angka kejadian sangat


tinggi terutama di Negara berkembang menurut WHO. Sedangkan di Indonesia
menduduki peringkat ke-6 gambaran penyakit terbanyak pada pasien rawat inap.
Berdasarkan morbiditas pasien rawat inap Pada tahun 2015. Kasus penyakit
bronkopneumonia di RSUD Cibabat ruangan anak yaitu terjadi sebesar 61,6%
yaitu 5,238 kasus. Penyakit bronkopneumonia ditandai dengan sesak nafas,
batuk disertai dahak, dan demam tinggi. Penyakit bronkopneumonia disebabkan
oleh virus Legionella pneumonia dan Mycoplasma pneumoniae. Tujuan yaitu
melaporkan asuhan keperawatan pada By. N dengan penyakit bronkopneumonia
di gedung C ruang anak Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi.
Metode penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah deskriftif dengan
pendekatan studi kasus (case study). Subjek atau sumber informasi diperoleh
dengan cara observasi partisifatif, wawancara, studi kepustakaan dan studi
dokumentasi. Hasil studi kasus ini di dapatkan masalah keperawatan diantaranya
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, resiko gangguan pertukaran gas, gangguan termogulasi,
dan defisiensi pengetahuan. Seluruh masalah keperawatan tersebut dapat
teratasi sesuai dengan waktu yang di tetapkan. Kesimpulan dari studi kasus ini
yaitu masalah keperawatan utama ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Setelah
dilakukan intervensi selama 4 hari kondisi By. N membaik. Tujuan pemberian
asuhan keperawatan telah tercapai secara komprehensif melalui tahapan proses
keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
implementasi hingga evaluasi.

Kata kunci : Asuhan keperawatan dan penyakit bronkopneumonia.

KATA PENGANTAR

v
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya

sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah “Asuhan keperawatan pada

By.N dengan gangguan sistem pernafasan akibat bronhcopneumonia di gedung

c lantai 6 ruang 610 RSUD Cibabat Kota Cimahi” , sebagai salah satu syarat

menyelesaikan Ahli Madya Keperawatan pada program studi Keperawatan (D-3)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Dengan ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu

pada kesemapatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Gunawan Irianto, dr.,M.Kes.,MARS, Selaku ketua STIKes Jenderal

Achmad Yani Cimahi yang telah memberikan kesempatan dalam

menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Trias Nugrahadi, dr.,Sp.KN, Selaku direktur RSUD Cibabat Kota

Cimahi yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan

praktik klinik keperawatan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Dyna Apriany, S.Kp., M.Kep, selaku ketua prodi keperawatan (D-3)

STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah memberikan

kesempatan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Dyna Apriany, S.Kp., M.Kep, selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan serta masukan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Fauziah R, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An. selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan serta masukan dalam Karya Tulis Ilmiah Ini.

6. Seluruh dosen serta staf STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi

yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk bekal kami.

vi
7. Bapak, ibu, kakak, paman, bibi, ponakan dan sepupu yang telah

memberikan do’a untuk kelancaran menyusun Karya Tulis Ilmiah

ini.

8. Rekan - rekan satu angkatan, khususnya rekan – rekan barkos

Nendi, Ryan, Ahmad, Devi, Yandi dan rekan – rekan kelas A Dena,

Winda, Citra, Nadia, Yudi, Andreas, Diky, Nurel yang telah

memberikan dukungan dan memberikan semangat dalam

menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Destiya yg selalu memberikan dukungan telah memberikan

semangat dan do’a dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik

yang telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi semua

pihak yang memanfaatkan.

Cimahi,2017

Penulis

Gendra Prili Rinaldi


NPM.211114013

vii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER DALAM................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................... ii
PENGESAHAN.................................................................................... iii
PERNYATAAN..................................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................ v
KATA PENGANTAR............................................................................ vi
DAFTAR ISI......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.................................................................. 1
B. TUJUAN PENULISAN............................................................... 6
1. Tujuan Umum...................................................................... 6
2. Tujuan Khusus.................................................................... 6
C. KERANGKA PENELITIAN........................................................ 7
1. Pengumpulan Data............................................................. 7
2. Tempat dan Waktu.............................................................. 8
3. Manfaat............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KOSEP PENYAKIT .................................................................. 9


1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan.......................... 9
2. Pengertian Bronkopneumonia............................................. 16
3. Etiologi bronkopneumonia................................................... 17
4. Patofisiologi bronkopneumonia........................................... 19
5. Tanda dan gejala bronkopneumonia................................... 20
6. Penatalaksanaan umum bronkopneumonia........................ 21
7. Pemeriksaan penunjang bronkopneumonia........................ 23
8. Pencegahan bronkopneumonia........................................... 25
9. Komplikasi bronkopneumonia............................................. 25
10. Patways bronkopneumonia................................................. 26

B. KONSEP TUMBUH KEMBANG


1. Pengertian Pertumbuhan dan perkembangan ..................... 27
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi................................ 29

viii
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan .................................................... 32
2. Analisa Data........................................................................ 46
3. Diagnosa Keperawatan....................................................... 52
4. Intervensi Keperawatan....................................................... 53

BAB III LAPORAN KASUS

A. Laporan kasus
1. Pengkajian.......................................................................... 67
2. Analisa data........................................................................ 87
3. Diagnosa keperawatan........................................................ 88
4. Intervensi keperawatan....................................................... 96
5. Implementasi keperawatan.................................................. 96

B. Pembahasan
1. Pengkajian.......................................................................... 112
2. Diagnosa keperawatan........................................................ 117
3. Perencanaan....................................................................... 118
4. Implementasi....................................................................... 119
5. Evaluasi............................................................................... 120

BAB IV PEMBAHASAN

A. KESIMPULAN.......................................................................... 122
B. SARAN..................................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 124

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel analisa data............................................................... 46


2.2 Tabel Intervensi Keperawatan ............................................ 53
3.1 Pola kebutuhan sehari – hari............................................... 71
3.2 Hasil laboratorium............................................................... 81
3.3 Terapi obat.......................................................................... 83
3.4 Analisa data........................................................................ 84
3.5 Intervensi keperawatan....................................................... 88
3.6 Implementasi dan evaluasi keperawatan............................. 96

x
DAFTAR GAMBAR

2.1 Rongga hidung.................................................................... 10


2.2 Faring.................................................................................. 10
2.3 Laring.................................................................................. 11
2.4 Trakhea............................................................................... 11
2.5 Bronkus............................................................................... 12
2.6 Alveoli................................................................................. 13
2.7 Paru – paru......................................................................... 15

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SAP Pencegahan penyakit bronkopneumonia

Lampiran 2 Leaflet Pencegahan penyakit bronkopneumonia

Lampiran 3 Monitoring bimbingan

Lampiran 4 Riwayat hidup

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di

Negara ASEAN. Penyebab kematian bayi dan balita saat ini masih

diakibatkan oleh bronkopneumonia (ISPA) dan diare (Depkes, 2009).

Bronchopneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak-anak

tertinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia World Health Organization

(WHO) memperkirakan bahwa penyakit ini memicu 15% dari seluruh

kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun, pada tahun 2015 di Amerika

Serikat terdapat dua juta sampai tiga juta kasus bronkopneumonia per

tahun, dengan jumlah kematian rata – rata 45.000 orang.

Indonesia sendiri menepati urutan ke enam sebagai Negara

dengan jumlah kasus pneumonia pada balita yang tinggi, yakni sekitar 6

juta kasus per tahun. Sejauh ini penanggulangan pneumonia di seputar

dunia hanya mampu menurunkan 35 persen angka kematian akibat

penyakit ini (Riskesdas 2013). Prevalensi bronkopneumonia pada balita di

indonesia meningkat dari 2,13% pada tahun 2007 menjadi 4,5 % pada

tahun 2013, namun bila dilihat dari kelengkapan laporan yang masih

kurang, maka terdapat kemungkinan data insidens masih lebih rendah

dari data yang sebenarnya (Kemenkes RI, 2013).

1
2

Profil data kesehatan Indonesia, menunjukan jumlah kasus

bronkopneumonia di Jawa Barat pada tahun 2012 pada balita sebanyak

189.688 kasus (43,7%), angka ini meningkat dari tahun sebelumnya

(2011) yang berjumlah 168.140 balita, sedangkan di kota Cimahi jumlah

penemuan penyakit bronkopneumonia tahun 2012 sebanyak 3.225 balita

dari target bronkopneumonia, penderita bronkopneumonia sebesar 5.238

balita dengan prevalensi sebesar 61,6% (Kemenkes RI, 2012).

Bronkopneumonia dapat menyebabkan terjadinya Atelektasis atau

pengembangan paru – paru yang tidak sempurna atau kolaps paru,

empisema atau suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam

rongga pleura dan abses paru atau suatau pengumpulan pus dalam

jaringan paru yang meradang, akibat dari bronkopneumonia juga dapat

terjadi endocarditis yang menyebabkan peradangan pada setiap katup

endocardial bahkan dapat terjadi kematian (NIC NOC, 2015).

Bronkoneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang

disebabkan oleh mikroorganisame seperti bakteri virus, jamur atau

parasit, pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun

karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkim

paru yang disebabkan oleh penyebab selain mikroorganisme (fisik,

kimiawi, alergi) sering disebut pneumonitis (Djojodibroto,2009).

Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih

area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang

berdekatan di sekitrnya (Smelzer & Susanne C,2002). Bila pertahanan

tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalanan nafas


3

sampai ke aveoli yang menyebabkan radang pada dingding alveoli dan

jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba dialveoli membentuk

suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium (Bradley

et.al,2011).

Tanda dan gejala pada bronkopneumonia biasanya ditegakkan

terlebih dahulu melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. Dari anamnesa didapatkan keterangan yang mengarah pada

kecurigaan bronkopneumonia yaitu sesak nafas, batuk berdahak, dan

demam tinggi. Manifestasi klinis bronkopneumonia adalah gejala infeksi

umum (demam, sakit kepala, penurunan nafsu makan) dan gejala

gangguan respiratori (batuk, sesak nafas) (Raharjoe dkk,2010).

Penyakit bronkopneumonia bila ditangani dengan tidak tepat akan

mengakibatkan komplikasi seperti atelektasis, empisema, abses paru,

dan endocarditis. Bila sudah terjadi komplikasi maka perawatan pada

pasien dengan bronkopneumoni harus lebih intensif dan biaya untuk

perawatan akan semakin meningkat (NIC NOC, 2015).

Peran perawat dalam memberikan perawatan pada pasien

dengan penyakit bronkopneumonia adalah sebagai pemberi asuhan

keperawatan secara langsung yaitu membantu pasien mendapatkan

kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan, dengan focus

asuhan keperawatan pada kebutuhan pasien secara holistic (emosi,

sosial, dan spiritual) yaitu dengan memperhatikan jalan nafas pasien,

kebutuhan istirahat pasien, kebutuhan nutrisi dan cairan pasien, dan

menjaga agar lingkungan tetap nyaman pada pasien bronkopneumonia.

Selain sebagai pemberi asuhan keperawatan, peran perawat pada pasien


4

bronkopneumonia yaitu sebagai edukator bagi keluarga pasien dengan

memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan

bronkopneumonia dirumah, perawat menjelaskan kepada keluarga pasien

tentang pencegahan penyakit bronkopneumonia dirumah (Potter, 2006).

Berdasarkan data dari hasil studi pendahuluan yang telah

dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi, diperoleh profil

RSUD Cibabat Kota Cimahi dimana RSUD Cibabat adalah Rumah Sakit

Negri kelas B. Rumah Sakit ini mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah Sakit ini juga

menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit Kabupaten dimana

cakupan pasien RSUD Cibabat meliputi Kota Cimahi, Kabupaten

Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Bandung. Salah satu

penyakit Bronkopneumonia yang penulis kelola di rawat di ruangan C6

RSUD Cibabat Cimahi. Ruang C6 RSUD Cibabat merupakan ruang rawat

inap kelas I, kelas II, kelas III dengan jumlah tempat tidur 48 bed.

Berdasarkan praktik klinik keperawatan di RSUD Kota Cimahi,

penulis menemukan 5 kasus penyakit bronkopneumonia dari jumlah 35

pasien, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus tersebut. By. N

yang berumur 2 bulan salah satu pasien yang baru masuk ke ruang rawat

inap, setelah dilakukan wawancara terhadap orang tua klien penulis

mendapatkan hasil, orang tua klien mengatakan anaknya sesak nafas

disertai batuk berdahak sudah 3 minggu, dan demam tinggi sudah 4 hari.

Setelah dilakukan wawancara penulis mendapatkan hasil dari observasi

adanya retraksi dada, suara nafas ronchi, dan demam tinggi 38,5º C.

ketika penulis melakukan pengambilan kasus terdapat kesenjangan teori


5

dan kenyataan dilapangan salah satunya, ketika klien mengalami demam

perawat diruangan yang satu shift dengan penulis tidak melakukan

kompres terhadap klien dan tidak memberikan informasi terhadap

keluarga klien untuk melakukan kompres yang benar sehingga keluarga

klien memberikan kompres dibagian dahi klien yang seharusnya kompres

dilakukan dibagian lipatan seperti paha dan ketiak, tidak dilakukan

tindakannya terapi postural drainage oleh perawat ruangan namun hanya

diberikan terapi nebulizer.

Dibandingkan dengan penyakit lain yang ada di ruangan rawat

inap penulis lebih tertarik untuk mengambil kasus ini karna pada kasus

bronkopneumonia resiko gagal nafas bahkan kematian sangat tinggi bila

tidak dilakukan penanganan dengan tepat. Penulis tertarik mengambil

kasus ini karena untuk di tuangkan dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan pada By. N dengan gangguan sistem

pernafasan akibat penyakit Bronkopneumonia di ruang perawatan gedung

C lantai 6 ruang 210 RSUD Cibabat Kota Cimahi”.


6

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah membahas kasus bronchopneumonia pada By. N, penulis

mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien

dengan bronchopneumonia di RSUD Cibabat Cimahi secara

komprehensif .

2. Tujuan Khusus

Diharapkan penulis mampu untuk :

a. Melakukan pengkajian yang komprehensif.

b. Melakukan analisa data berdasarkan hasil pengkajian.

c. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan analisa data.

d. Membuat rencana tindakan keperawatan yang tepat berdasarkan

diagnosa keperawatan.

e. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

tindakan keperawatan yang telah ditentukan.

f. Mengevaluasi tindakan keperawatan berdasarkan tujuan yang

telah ditetapkan.

g. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.


7

C. Kerangka Penelitian

1. Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara dilakukan pada keluarga dengan cara memberikan

pertanyaan – pertanyaan terbuka maupun tertutup. Mulai dengan

menanyakan identitas klien, keluhan utama klien, riwayat penyakit

klien sekarang, riwayat penyakit kesehatan dahulu, serta riwayat

penyakit kesehatan keluarga klien, untuk mendapatkan informasi

atau data yang akurat.

b. Observasi partisipatif

Observasi yang akan dilakukan pada klien By. N dilakukan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Observasi secara

langsung dilakukan pada saat wawancara, maupun pemeriksaan

fisik. Dan observasi secara tidak langsung dilakukan dengan cara

melihat catatan perkembangan dengan memperhatikan kondisi

serta pemeriksaan penunjang.

c. Studi dokumentasi

Pengumpulan data yang akan dilakukan melalui sumber-sumber

informasi, seperti catatan rekam medik pada klien By. N atau

buku – buku keperawatan yang menunjang.

d. Studi literature

Pengumpulan data yang dilakukan melalui pencarian sumber-

sumber baik berupa buku atau jurnal, mengakses internet atau

sumber lain yang diperbolehkan terkait dengan asuhan

keperawatan pada klien Bronkopneumonia .


8

2. Tempat dan Waktu

Asuhan Keperawatan ini dilakukan di Ruang Anak Gedung C

lantai 6 Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi dari tanggal 14

Desember 2015 - 18 Desember 2015.

3. Manfaat Penelitian

Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan manfaat

praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam

pengelolaan kasus Bronkopneumonia. juga diharapkan menjadi

informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan

kasus yang bersangkutan.

a. Bagi penulis

Diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan,

serta pengalaman bagi peneliti dalam memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif pada klien dengan

Bronkopneumonia.

b. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan pada klien

dengan Bronkopneumonia agar kualitas hidup klien

Bronkopneumonia optimal.

c. Bagi klien

Diharapkan dapat mempercepat untuk kesembuhan dan

memberikan informasi kepada keluarga klien tentang suatu

penyakit Bronkopneumonia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bronkopneumonia

1. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Saluran pernapasan terdiri dari rongga hidung, faring, laring,

trakea, broncus dan paru (Nelson, 2010).

a. anatomi pernafasan

1) Saluran Pernafaasan bagia Atas

a) Rongga hidung

Merupakan saluran pernapasan yang pertama yang

mempunyai dua lubang yang dipisahkan oleh septum

nasi. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa

yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut

mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus

oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa

hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh

gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring

kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang

dihirup ke dalam paru – paru.

9
10

Gambar 2.1
Sumber : Nelson (2010)
b) Faring

Faring adalah struktur yang menghubungkan

hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi

menjadi tiga region yaitu nasofaring, orofaring, dan

laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk

menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan

digestif.

Gambar 2.2
Sumber : Nelson (2010)

c) Laring

Laring adalah struktur epitel kartilago yang

menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya

adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring


11

juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda

asing dan memudahkan batuk

Gambar 2.3
Sumber : Nelson (2010)

2)   Saluran pernafasan bagian bawah

a)   Trakhea

Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk

seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci,

tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama

kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki

banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme

dan batuk yang kuat jika dirangsang,  penghubungan

hidung dan paru-paru terdapat rambut halus yang

menyaring udara kotor.

Gambar 2.4
Sumber : Nelson (2010)
12

b)    Bronkus

Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan

kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal.

Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan

kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang

menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus

segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel –

sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang

disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir

dan benda asing menjauhi paru menuju laring. Bronkiolus

terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang

menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi

dan jalan udara pertukaran gas.

Gambar 2.5
Sumber : Nelson (2010)
13

c)    Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli.

Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I

adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel

alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik,

mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi

permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak

kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang

merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang

memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme

pertahanan penting.

Gambar 2.6
Sumber : Nelson (2010)

d)   Paru

Paru-paru merupakan organ elastic berbentuk

kerucut yang terletak dalam rongga torak atau dada.

Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediasinum central

yang mengandung jantung pembulu-pembulu darah


14

besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis.

Alteria pulmonalis dan arteri bronhialis, bronkus, syaraf

dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan

dibagi tiga lopus oleh visula interloris. Paru-paru kiri terdiri

dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-

tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama

segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5

buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen

pada lobus inferior. Paru-paru kana mempunyai 10

segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2

buah segmen pada lobusmedialis, dan 3 buah segmen

pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen tini masih terbagi

lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.

Didalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang-cabang

banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus.

Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang

diameternya antara 0,2-0,3mm. Letak paru-paru dirongga

dada dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.

Pleura dibagi menjadi dua :

a) Pleura Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu

selaput paru yang langsung membungkus paru-paru;

b) Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga

dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat

rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada

keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa


15

udara) sehingga paru-paru dapat berkembang

kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat)

yang berguna untuk meminyaki permukaannya

(pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru

dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.

Gambar 2.7
Sumber : Nelson (2010)

b. Fisiologi sistem penapasan

Fisiologi sistem pernafasan memiliki fisiologi yang

kompleks dan bertanggung jawab untuk beberapa fungsi dan

peran yang dilakukan oleh system pernafasan menurut

(Sherwood,2016).

Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara

makhluk hidup (organism) dengan ligkungannya. Secara umum,

pernapasan dapat diartikan sebagai proses menghirup oksigen

dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air.

Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan

utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di

lingkungan sekitar.
16

Pernapasan pada manusia mencangkup proses, yaitu

pernapasan eksternal (pernapasan luar) dan pernapasa internal

(pernapasan dalam). Pernapasan eksternal adalah pertukaran

oksigen dan karbon dioksida yang terjadi antara udara dalam

gelembung paru-paru dengan darah dalam kapiler. Pernapasan

internal adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara

darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh.

Dalam proses pernapasan, oksigen dibutuhkan untuk

oksidasi (pembakaran) zat makanan. Zat makanan yang

teroksidasi tersebut yaitu gula. Gula merupakan zat makanan

yang mengandung energy. Pernapasan atau respirasi yang

dilakukan organisme bertujuan untuk mengambil energi yang

terkandung di dalam makanan  (Wong, 2008).

Fungsi pernapasan adalah Pertukaran karbon dioksida dan

oksigen antara darah dan udara berlangsung di alveolus paru.

Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran

udara timba balik (pernapasan).

2. Pengertian Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah proses inflamasi paru yang umumnya

disebabkan oleh agen infeksius, serta mengambarkan pneumonia

yang memiliki pola penyebaran berbercak dalam satu atau lebih are

terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas keparenkim paru yang

terdekat (Nursalam,2005).
17

Bronkopneumonia dapat juga dikatakan suatu peradangan pada

parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun

benda asing (Sujono,2006).

Bronkopneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang terjadi

pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksulat

mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang

berada didekatnya (Wong,2003).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

Bronkopneumonia adalah proses inflamasi paru atau peradangan

pada parenkim paru yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang

memiliki pola penyebaran berbercak dan meluas di parenkim paru

yang terdekat.

3. Etiologi Bronkopneumonia

Penyebab bronkopneumonia menurut Nuratif dan kusuma (2015).

Diakibatkan karena penurunan mekanisme pertahanan tubuh

terhadap virulensi organisme patogen. Pada orang normal dan sehat

mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ

pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan

mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari

organ,dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,

protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia (Sandra M. Nettria).

antara lain :
18

a. Bakteri : streptococcus, staphylococcus, H. Influezae,klebsiella.

b. Virus : legionella pneumonia, mycoplasma pneumoniae .

c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans .

d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke

dalam paru – paru .

e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Virus pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial

pernafasan (respiratory syncitial virus RSV), influenzae, dan

adenovirus. Pada umumnya, infeksi virus saluran pernafasan bawah

jauh lebih sering selama bulan-bulan musim dingin dan RSV

merupakan virus yang paling lazimmenyebabkan pneumonia,

terutama selama masa bayi. Walaupun sifat musiman agen virus ini

sangat meramalkan, epidemi lokal dapat membelokan gambaran

insiden pada tahun tertentu. Jenis dan keparahan penyakit di

pengaruhi juga oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin,

musim dalam tahun tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki –

laki sedikit lebih sering terkena daripada anak perempuan. Tidak

seperti bronkiolitis, dimana angka serangan puncak adalah dalam

tahun pertama, angka serangan puncak untuk pneumonia virus

adalah antara umur 2 dan 3 tahun dan sedikit demi sedikit menurun

sesudahnya.

Pneumonia bakteri selama masa anak tidak merupakan suatu infeksi

yang lazim, bila tidak ada penyakit kronis yang mendasari, seperti

kistik fibrosis atau defisiensi imonologis . kejadian yang paling sering

mengganggu mekanisme pertahanan paru adalah infeksi virus yang


19

mengubah sifat – sifat sekresi normal, menghambat fagositosis,

mengubah flora bakteri, dan mungkin sementara mengganggu

lapisan epitel saluran pernapasan normal. Penyakit virus pernapasan

sering mendahului perkembangan pneumonia bakteri beberapa hari .

Gangguan yang mendasari harus di fikirkan jika anak mengalami

pneumonia bakteri berulang, cacat yang harus difikirkan adalah

kelainan produksi antibodi (misal agamaglobulinemia). Kistik fibrosis,

palatoskisis, bronkiektasi kongenital, diskinesia siliare, fistula

trakeosofagus, kelainan lekosit .

4. Patofisiologi Bronkopneumonia

Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam jaringan paru-

paru melalui saluran pernapasan dari atas untuk mencapai bronkiolus

dan kemudian alveolus sekitarnya. Sebagian besar penyebab dari

bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter, virus) dan

sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin,

minyak tanah, &dan sejenisnya), serta aspirasi (masuknya isi

lambung ke dalam saluran napas). Awalnya mikroorganisme dapat

masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi ini dapat masuk ke

saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari

tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi

peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala

demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan

secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka

aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien dapat merasa

sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan sekret


20

dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran

gas di paru. Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat

juga menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri

ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen

sehingga timbul masalah GI. Perjalanan patofisiologi di atas bisa

berlangsung sebaliknya yaitu didahului dulu dengan infeksi pada

bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi pada paru-paru.

(Riyadi & Sukarmin, 2009).

5. Tanda dan Gejala Bronkopneumonia

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus

respiratoris bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh naik

sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai

kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia

pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung

serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah

dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit

tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi

produktif dengan sputum berwarna putih. Pada stadium permulaan

sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan

adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan

sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya

Bronkopneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah

auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan

kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah


21

nyaring halus dan sedang. Bila sarang bronkopnemonia menjadi satu

(konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara

pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras (Riyadi & Sukarmin,

2009).

Anak yang lebih besar dengan bronkopneumonia akan lebih

suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri

dada. Tanda bronkopneumonia berupa retrasi dada (penarikan

dingding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama

dengan peningkatan frekuensi nafas) perkusi pekak, fremifus

melemah, suara nafas melemah dan ronchi. Pada neonatus dan bayi

kecil tanda bronkopneumonia tidak selalu jelas (Riyadi & Sukarmin,

2009).

6. Penatalaksanaan umum Bronkopneumonia

a. Penatalaksanaan Medis

Menurut Perez & Guerra (2010).

1) Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi,

akan tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu

theraphi secepatnya maka biasanya di berikan adalah

Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae, dan

Streptococcus, antibiotik golongan beta laktam, seperti

ampicillin, mampu membunuhnya.

2) Antibiotik intravena harus diberikan pada bronkopneumonia

anak ketika anak tidak mentoleransi antibiotik oral (misal

karena muntah) atau menunjukkan gejala dan tanda klinis


22

yang berat. Antibiotik parenteral pilihan pertama adalah

ampicillin 150-200 mg/kgBB/hari tiap 6 jam. Pemberian

ampicillin intravena dapat dikombinasikan dengan gentamisin

intravena 6 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Pemberian antibiotik

ini selama 10 hari atau melihat respons klinisnya. Anak

dengan terapi yang adekuat akan menunjukkan perbaikan

tanda klinis dan laboratorium dalam 48-72 jam.

3) Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak hilang

atau paO2 pada analisa gas darah ≥ 60 torr. dan cairan

intravena biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan

NACL 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCL

10 meq/500 ml/ botol infus.

4) Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis

metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat

diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah

arteri.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Penatalaksanaan yang dapat diberikan atara lain :

1) Menjaga kelancaran pernafasan

Klien bronkopneumonia berada dalam keadaan dispneu dan

sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di

dalam bronkus atau paru. Agar klien dapat bernafas secara

lancar, lendir tersebut harus di keluarkan dan untuk memenuhi

kebutuhan oksigen perlu dibantu dengan memberikan oksigen

2liter/ menit.
23

2) Pada anak yang agak besar

Berikan sikap berbaring setengah duduk, longgarkan pakaian

yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos paju yang agak

sempit, ajarkan batuk efektif dan cara mengeluarkan lendir,

atur posisi anak boleh duduk atau miring ke bagian dada yang

tidak sakit.

3) Menjaga kelancaran pernafasan pada bayi

Baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan

ganjal dibawah bahunya, bukalah pakaian yang ketat seperti

gurita, isaplah lendir dan berikan O2 sampai 21/menit.

Pengisapan lendir harus sering yaitu pada saat terlihat lendir

di dalam mulut, perhatikan pemberian infus.

7. Pemeriksaan penunjang Bronkopneumonia

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan penunjang berdasarkan (Nettina, 2001).

1) Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrophil).

2) Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan

dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk

kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.


24

3) Analisa gas darah

Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi

dan status asam basa, hipoksemia tekanan oksigen kurang

dari 60 mmhg walau telah diberikan oksigen yang adekuat.

4) Kultur darah

Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia, memperlihatkan

rendahnya sensitifitas tetapi masih bias untuk identifikasi

patogen penyebab dari prognosis agen antimikroba dengan

hasil positif 10 - 30 % pada klien dengan bronkopneumonia.

5) Sample darah,sputum, dan urine

Sample darah,sputum, dan urine untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba.

b. Pemeriksaan Radiologi

1) Rontgenogram Thoraks

Foto thotax terdapat bercak bercak infitrat pada satu atau

beberapa lobus, jika pada bronkopneumonia terlihat adanya

konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

2) Laringoskopi/Bronkoskopi

Untuk menentukan apakah jalanan nafas tersumbat oleh

benda padat.
25

8. Pencegahan Bronkopneumonia

a. Vaksinasi.

b. Makan makanan yang sehat untuk meningkatkan system imun.

c. Olahraga.

d. Menjaga kebersihan lingkungan.

e. Tidak meroko atau jauhkan anak dari perokok.

9. Komplikasi Bronkopneumonia

Komplikasi dari bronkopneumonia menurut Nursalam (2005) adalah :

a. Atelektasis adalah pengembangan paru – paru yang tidak

sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya

mobilisasi atau refleks batuk hilang.

b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah

dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga

pleura.

c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang

meradang.

d. Infeksi sistemik.

e. Endocarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

f. Meningitis yaitu suatu infeksi yang menyerang selaput otak.


26

10. Patways Bronkopneumonia

Mikroorganisme (jamur, bakteri, virus), Hidrokarbon (bensin, minyak tanah, dan sejenisnya), Serta aspirasi (masuknya isi lambung ke dalam
saluran nafas) Masuk dalam saluran pernafasan

Kuman berlebih di bronkus kuman terbawa disaluran infeksi saluran nafas bawah

Pencernaan

Proses peradangan

Infeksi saluran pencernaan Dilatasi merangsang edema antara

Akumulasi sekret pembuluh darah hipotalamus kapiler dan alveoli

dibronkus peningkatan flora

normal dalam usus eksudat plasma iritasi PMN


Gangguan
masuk alveoli termogulasi eritrosit pecah

Ketidakefektifa mukus bronkus peningkatan


n bersihan
meningkat peristaltik usus gangguan difusi septikimia edema paru
jalan nafas dalam plasma

bau mulut tidak malabsorbsi peningkatan pengerasan


Gangguan
sedap pertukaran gas metabolisme dingding paru

Diare

Anoreksia evaporasi penurunan

Gangguan Meningkat compliance paru


ketidakseimbangan
Intake kurang
cairan dan elektrolit
Suplai O2 menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Hiperventilasi Hipoksia
kebutuhan tubuh

Dispneu metabolisme

Retraksi dada/

Nafas cuping hidung Anaerob meningkat

Akumulasi asam laktat


Gangguan pola
nafas

Fatigue

Gambar 2.8

Sumber : (Riyadi & Sukarmin, 2009) Intoleransi aktivitas


27

B. Konsep Tumbuh Kembang Infant

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling

berhubungan dan berkelanjutan pada masa bayi dan masa kanak-

kanak. Pertumbuhan merujuk pada peningkatan ukuran fisik.

Perkembangan adalah proses berurut, yang selama proses tersebut

bayi dan anak-anak memperoleh berbagai keterampilan dan fungsi.

Maturasi merujuk pada peningkatan fungsionalitas berbagai sistem

tubuh atau keterampilan perkembangan. Mengamati keadekuatan

pertumbuhan dan perkembangan pada berbagai usia merupakan

bagian penting dari pengkajian keperawatan bayi dan anak (Kyle &

Carman, 2014).

a. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan menurut

Kyle & Carman (2014).

1) Faktor herediter/ genetik

Faktor herediter merupakan faktor keturunan secara genetik dari

orang tua kepada anaknya. Faktor ini tidak dapat berubah

sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa karkteristik

seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik,

dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh seperti temperamen.

2) Faktor Lingkungan/ eksternal

3) Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap

hari mulai lahir sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara

garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :


28

a) Lingkungan pranatal (faktor lingkungan ketika masih dalam

kandungan). Faktor pranatal yang berpengaruh antara lain gizi

ibu pada waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia,

endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia embrio.

Lingkungan postnatal ( lingkungan setelah kelahiran)

b) Lingkungan postnatal dapat di golongkan menjadi :

(1) Lingkungan biologis.

(2) Lingkungan fisik.

(3) Lingkungan psikososial.

(4) Lingkungan keluarga dan adat istiadat.

(5) Faktor Status Sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh

kembang anak. Anak yang lahir dan dibesarkan dalam

lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih dapat

tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak

yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi yang

rendah.

c) Faktor nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang

kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa

tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti

protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila

kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh

kembang selanjutnya dapat terhambat.


29

d) Faktor kesehatan

Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh

kembang. Pada anak dengan kondisi tubuh yang sehat,

percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah. Namun

sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan

terjadi perlambatan

2. Pertumbuhan dan Perkembangan bayi

Bayi menunjukan peningkatan yang fenomenal pada keterampilan

motorik kasar dan halus mereka selama 12 bulan pertama

kehidupan. Penanda keterampilan motorik kasar bayi yaitu

mengangkat kepala dan melihat kesekeliling, berguling dari posisi

telungkup ke posisi terlentang, kepala mendahului tubuh ketika ditarik

duduk dan penananda motorik halus bayi yaitu dapat memukul

benda.

a. Reaksi Hospitalisasi

1) Reaksi Hospitalisasi pada bayi

Bayi baru lahir dan bayi beradaptasi dengan kehidupan diluar

rahim dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat

serta pembentukan keterikatan yang sehat dengan orang tua

atau pengasuh utama. Bayi bergantung pada orang lain untuk

pengasuhan dan perlindungan. Bayi memperoleh rasa percaya

di dunia melalui pola ritmis dan timbal balik ketika memberikan

makan serta melakukan kontak, yang menghasilkan ikatan

dengan pengasuh utama. Bayi memerlukan pola tidur tenang

yang menetap, kepuasan terhadap kebutuhan oral dan


30

nutrisional, relaksasi sistem tubuh, dan respon spontan

terhadap komunikasi serta stimulus yang lembut. Keterikatan

antara pengasuh dan bayi penting untuk kesehatan psikologis,

terutama selama periode penyakit dan hospitalisasi.

Sayangnya, selama sakit dan hospitalisasi pola yang penting

dalam pemberian makan, kontak, kenyamanan, keamanan,

tidur, eliminasi, dan stimulasi ini terganggu yang menghasilkan

ketakutan, ansietas perpisahan dan kehilangan kontrol pada

usia 5 hingga 6 bulan, bayi mengalami perkembangan

kesadaran diri sebagai individu yang terpisah dari ibu.

Akibatnya, bayi pada uisa ini secara aku menyadari tidak

adanya pengasuh utama mereka dan mereka menjadi takut

terhadap orang yang tidak familiar. Bayi dapat terpisah dari

orang tua mereka ketika di hospitalisasi jika orang tua tidak

dapat menemani bayi dalam ruangan yang sama karna

kebijakan dirumah sakit atau jika orang tua harus bekerja atau

merawat anak lain. Ansietas perpisahan dapat terjadi.

Kebutuhan oral bayi, sumber dasar keputusan bayi, sering kali

tidak terpenuhi di rumah sakit karena kondisi anak atau

prosedur yang harus di lakukan. Bayi terbiasa untuk terpenuhi

kebutuhan dasarnya oleh orang tua ketika ia menangis atau

memeperlihatkan sikap tubuh tertentu. Hambatan hospitalisasi

menyebabkan kehilangan kontrol terhadap lingkungan, yang

memicu ansietas tambahan pada bayi (Kyle dan Carman,

2014).
31

2) Menurut Kyle dan Carman (2014) Faktor yang mempengaruhi

respons anak terhadap penyakit dan hospitalisasi yaitu:

(1) Frekuensi perpisahan dari orang tua/pengasuh

(2) Usia

(3) Tingkat perkembangan

(4) Tingkat kognitif

(5) Pengalaman sebelumnya dengan penyakit dan hospitalisasi

(6) Stres dan perubahan kehidupan saat ini

(7) Jenis dan jumlah persiapan

(8) Temperamen

(9) Keterampilan koping bawaan/alamiah dan didapat.

(10) Keseriusan diagnosis/awitan penyakit atau cedera (mis.,

akut atau kronis)

(11) Sistem pendukung yang tersedia, termasuk keluarga dan

profesional perawatan kesehatan

(12) Latar belakang budaya

(13) Reaksi orang tua terhadap penyakit dan hospitalisasi

b. Ciri khas anak usia 2 bulan.

Keterampilan pada anak usia 2 bulan menurut Depkes RI (2005).

1) Tenang saat mendengarkan suara ibu.

2) Bayak tidur.

3) Sering menangis.

4) Menoleh kea rah suara.

5) Melakukan kontak mata dengan ibu.

6) Bayi dapat menyangga tubuhnya sendiri.


32

C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian/Data fokus

Data – data yang perlu dikaji pada pasien dengan bronkopneumonia

sebagai berikut :

a. Identitas

Meliputi identitas pasien dan identitas pananggung jawab , berisi

tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,

diagnosa medis, dan no.RM.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama pada bronkopneumonia pada umumnya suhu

badan meningkat diatas 38˚C, disertai batuk ada sekret tidak

bisa keluar, dan sesak nafas.

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Sesak nafas, bertambah apabila klien melakukan aktivitas

atau menangis dan berkurang ketika beristirahat, dirasakan

pada bagian dada, frekuensi pernafasan

>50x/menit,dirasakan telah berhari – hari bahkan bermiggu –

minggu yang disertai batuk produktif dan demam yang

mendadak.

2) Riwayat Kesehatan lalu

(khusus anak usia 0-7 tahun)

a) Pre Natal Care

i. Mulai melakukan perawatan selama hamil


33

ii. Keluhan ibu selama hamil : emosi, demam

iii. Kenaikan BB selama hamil

iv. Imunisasi

v. Golongan darah ibu dan ayah

b) Natal

i. Tempat melahirkan

Dimana anak dilahirkan? Apakah di rumah sakit?

Dirumah bersalin/bidan? Di rumah atau dukun

beranak.

ii. Lama dan jenis persalinan

Waktu dihitung mulai dari pembukaan pertama

sampai anak lahir. Apakah anak lahir spontan atau

operasi section caesaria atau tipe lain?

iii. Menolong persalinan

Apakah persalinan di bantu oleh tenaga kesehatan

atau paraji.

iv. Cara untuk memudahkan persalinan

c) Post Natal

Kondisi bayi pada saat setelah lahir.

3) Riwayat penyakit

Kaji riwayat penyakit dahulu yang pernah dialami pasien

apakah pernah atau tidak mengalami penyakit gangguan

pada saluran pernafasan.


34

4) Riwayat perawatan atau operasi

Kaji riwayat perawatan pada saat melahirkan baik dengan

caesar maupun spontan.

5) Riwayat alergi

Kaji riwayat alergi pada pada pasien, apakah memiliki alergi

terhadap obat – obatan tertentu ataupun tidak.

6) Riwayat pengobatan

7) Riwayat kesehatan keluarga

Pengkajian difokuskan terhadap keberadaan anggota

keluarga ada yang mengalami bronkopneumonia dalam 6

bulan terakhir, atau yang pernah mengalami sakit lainnya

dan terhadap kebersihan lingkungan beserta kebiasaan

merokok di dalam rumah.

8) Riwayat imunisasi

a) Nama, jumlah dosis, usia saat diberikan : imunisasi apa

yang sudah diberikan pada anak ? kapan di berikan ?

b) Kekambuhan reaksi.

9) Riwayat tumbuh kembang

a) Riwayat badan lahir, 6 bulan,1 tahun, dan saat ini:

jelaskan riwayat tumbuh kembang pada saat anak

berumur 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini.

b) Gigi yang meliputi usia pertumbuhan / tanggal gigi,

jumlah, dan masalah dengan gigi.

c) Usia anak saat mampu mengangkat kepala, duduk

tanpa dukungan, berjalan, dan mulai berbicara.


35

10) Riwayat nutrisi

a) Apakah bayi lahir normal atau premature?

b) Apakah bayi lahir spontan?, kembar?, berat badan?

c) Apakah bayi diberikan asi ekslusif atau susu formula?

d) Berapa banyak minum susu atau asi dalam sehari?

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Biasanya pada pasien dengan bronkopneumonia mengalami

badan lemas, demam, dan anorexia.

2) Kulit

Inspeksi :

a) Warna kulit khususnya di sekitar mulut dan dasar kuku

jari tangan (normal : lembut, mulus, elastis, hangat,

lembab dan warna merah muda).

b) Lanugo (bulu – bulu halus di tubuh bayi).

c) Verniks caseosa (lemak disekitar tubuh bayi).

d) Millia.

e) Mongolia spot.

f) Eritema dan hemangioma.

g) Akral teraba panas mengindikasikan adanya peningkatan

suhu lebih dari nilai normal S : 37,5° C.


36

3) Kepala

Inspeksi :

a) Kesimetrisan dan kebersihan.

Palpasi :

a) Kaput scuadanum.

b) Sefalhematoma.

c) Sutura.

d) Fontalel posterior dan anterior.

e) Ada atau tidaknya meningeal hidrosefalus,

ukur lingkar kepala dengan mid line (normal : 33 – 35

cm).

4) Wajah

Inspeksi :

Kesimetrisan wajah bayi (bentuk hidung, lipatan dibawah

mata, lubang hidung), bila terjadi asimetris maka ada indikasi

kerusakan nervus facialis saat menangis terlihat jelas.

5) Mata

Inspeksi :

a) Kesimetrisan mata kanan dan kiri.

b) Kelopak mata menutup atau oedem.

c) Kebersihan mata.

d) Kekeruhan pada mata.

e) Konjungtiva merah muda atau pucat.

f) Sclera mata ikterik atau tidak.

g) Reflek mata terhadap cahaya


37

Palpasi :

Ada tidaknya pembengkakan.

Reflek :

a) Reflek mengedip (blink reflek)

Sorot cahaya terang secara mendadak dngan pen light,

maka bayi akan menutup mata dengan cepat dan terjadi

fleksi dorsal pada kepala.

b) Korne reflek

Sentuh kornea dengan sedikit potongan kapas, normal

mata tertutup.

c) Glaberal reflek

Ketuk dahi bayi, spontan mata akan menutup.

d) Dolls eye response

Mata akan menatap dan tidak segera kembali

menyesuaikan dengan posisi kepala yang baru.

6) Telinga

Inspeksi :

a) Kebersihan telinga.

b) Kesimetrisan telinga.

c) Kesejajaran pina.

Palpasi :

Konsistensi telinga dan flessibilitas cartilago.


38

Reflek :

Startle reflek atau reflek moro :

Memberi kejutan pada bayi dengan menepuk bagian tempat

tidur atau meja periksa didekat kepala bayi maka kepala bayi

akan abduksi dan ekstensi kedua lengan melebarkan jari – jari

tangan, lengan akan merangkul bagian dada.

7) Hidung

Inspeksi :

a) Kesimetrisan hidung atau tidak.

b) Sputum nasalis.

c) Adanya pernafasan cuping hidung atau tidak.

d) Kebersihan hidung.

e) Mukosa epitalia ada atau tidak.

f) Pengeluaran secret ada atau tidak.

8) Mulut

Inspeksi :

a) Warna mulut dan mukosa mulut.

b) Bentuk mulut (kesimetrisan, bibir, palatum, lidah).

c) Mutiara – mutiara Epstein (putih – putih pada lidah).

d) Menumpuknya saliva.

Reflek :

a) Rooting reflek

Ketika diberi rangsangan dengan mengusap bagian tepi

bibir bayi dengan jari, kepala bayi akan berputar kearah

yang dirangsang.
39

b) Shucking reflek

Ketika meletakkan jari tangan di dalam mulut bayi, akan

terasa gerakan menghisap yang ritmis atau observasi

pada saat menyusu.

c) Ekstruksi

Sentuh atau tekan lidah dengan jari tangan, bayi akan

merespon dengan memaksa keluar dari mulut.

d) Swallowing

Gerakan menelan benda – benda yang di dekatkan ke

mulut.

e) Bite nepis (menggigit).

f) Chewing reflek (mengunyah atau mengecap)

9) Leher

Inspeksi :

a) Bentuk leher (panjang atau pendek).

b) Kebersihan.

c) ROM, kepala bergerak bebas atau tidak.

d) Leher tertarik ke bahu (neck webbed), ciri pada sindrom

down.

e) Lengan terekstensi pada satu sisi (distosia bahu), ciri

cedera nervus brakialis.

Reflek :

Reflek leher (tonic neck reflek) akan terjadi peningkatan

kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi ketika bayi

menoleh ke salah satu sisi, lengan pada sisi tersebut akan


40

lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk (kadang –

kadang pergerakan akan halus dan lemah).

10) Dada

Inspeksi :

a) Bentuk dada.

b) Pada klien dengan bronkopneumonia, retraksi dada ada

atau tidak pada saat inspirasi.

c) Pola pernafasan cepat atau lambat.

Palpasi :

a) Lingkar dada dengan mid line.

b) Lakukan palpasi pada bagian dada untuk menentukan

adanya fraktur klavkula.

c) Meraba ictus kordis menentukan posisi jantung.

Auskultasi :

a) Adanya suara nafas tambahan seperti ronchi.

b) Irama pernafasan cepat >60 x/menit (Normal Rr : 40 – 60

x/menit).

c) Suara jantung dan irama jantung (normal 120 – 160

x/menit).

11) Abdomen

Inspeksi :

a) Bentuk abdomen.

b) Keadaan tali pusat atau umbilical.

c) Kelaianan umbilical (hernia atau ompalocel).


41

Auskultasi :

Bising usus di 4 kuadran.

Palpasi :

a) Distensi abdomen atau tidak.

b) Turgor kulit.

c) Ukuran lingkar abdomen.

d) Adanya pembengkakan hepar atau tidak.

12) Punggung dan bokong

Inspeksi :

Bentuk punggung, bercak biru Mongolia, lanugo pada

punggung.

Reflek :

a) Gallant reflek

Bayi akan bereaksi menggeser bokongnya kearah sisi

yang diusap seperti melengkung.

b) Perez reflek

Gerakan panggul menuju sisi yang dirangsang.

c) Reflek crawling (merangkak)

Bayi membentuk posisi merangkak karena pada saat

didalam Rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya.

13) Genetalia

Genetalia perempuan

a) Labia mayora dan labia minora terhadap ukuran, lesi,

pembengkakan.
42

b) Uretra dan lubang vagina terhadap edema, warna, dan

perdarahan.

c) Kelainan (inferforata himen).

Genetalia laki – laki

a) Ukuran penis, warna, (kulit kulup menutupi glands).

b) Meatus urinarius, bentu, letak meatus,membuka pada

ujung penis.

c) Kekuatan dan kelancaran aliran urine.

d) Testis teraba pada kedua skrotum.

14) Anus dan Bokong

Inspeksi :

a) Periksa lubang anus.

b) Periksa anus terhadap tanda – tanda prolapses, polip,

kelainan (antresia ani).

c) Periksa kulit sekitar anus terhadap kemerahan dan ruam.

15) Ekstermitas

Ekstermitas atas

Inspeksi :

a) Porposi pada seluruh tubuh.

b) Kesimetrisan.

c) Pergerakan spontan.

d) Kelengkapan jari – jari tangan (selaput, polidaktili atau

sindaktili ada atau tidak.


43

Reflek :

Reflek menggenggam (palmar graps reflek) :

Reflek gerakan jari – jari tangan mencengkram benda – benda

yang disentuhkan pada tekapak tangannya akan hilang

setelah 3 – 4 bulan.

Ekstermitas bawah

Inspeksi :

a) Kesimetrisan dan panjang kaki kanan dan kiri.

b) Kelengkapan jari – jari kaki (slaput, polidaktili dan

sindaktili ada atau tidak.

c) Clubfoot, tungkai fleksi.

d) Kerutan kulit ditelapak kaki dan akrosianosis.

e) Kuku adanya sianosis atau tidak.

Reflek :

a) Babinski reflek

Reflek primitive pada bayi berupa gerakan penekukan jari

– jari kaki seperti gerakan (plantar grasp) dengan

pelengkungan dan pemekaran (pergerakan) ketika bagian

bawah diusap, indikasi syaraf berkembang dengan

normal.

b) Reflek berjalan dan melangkah (stapping)

Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan

posisi berdiri dan telapak kakinya menyentuh permukaan

yang keras, akan terlihat gerakan seperti melangkah ke

depan.
44

Pemeriksaan penunjang Bronkopneumonia

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan penunjang berdasarkan (Nettina, 2001).

1) Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrophil).

2) Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan

dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan

untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen

infeksius (Long,1996).

3) Analisa gas darah

Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi

dan status asam basa, hipoksemia tekanan oksigen kurang

dari 60 mmhg walau telah diberikan oksigen yang adekuat.

4) Kultur darah

Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia, memperlihatkan

rendahnya sensitifitas tetapi masih bias untuk identifikasi

patogen penyebab dari prognosis agen antimikroba dengan

hasil positif 10 - 30 % pada klien dengan

bronkopneumonia.

5) Sample darah,sputum, dan urine

Sample darah,sputum, dan urine untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba.


45

b. Pemeriksaan Radiologi

1) Rontgenogram Thoraks

Foto thotax terdapat bercak bercak infitrat pada satu atau

beberapa lobus, jika pada bronkopneumonia terlihat

adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

2) Laringoskopi/Bronkoskopi

Untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh

benda padat.
46

2. Analisa Data

2.1 Tabel analisa data

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Jamur, virus, Ketidak efektifan


bakteri, protozoa
DO: bersihan jalan nafas

- Suara nafas Masuk alveoli

tambahan
Kuman berlebih di
(misalnya, rale Broncus

crackle, ronki
Peradangan
dan mengi).

- Perubahan pada Akumulasi sekret di


broncus
irama dan

frekuensi Bersihan jalan

pernafasan RR nafas tidak efektif

> 50 x/ menit.

- Batuk tidak ada

atau tidak

efektif.

- Sianosis.

- Penurunan

suara nafas.

- Sputum (Sumber : Riyadi &

Sukarmin, 2009)
berlebih.
47

(2)

2 Ds : Jamur, virus, Ketidak seimbangan


bakteri, protozoa
nutrisi kurang dari
-
Masuk alveoli kebutuhan tubuh
Do :

- Menolak untuk Kuman berlebih di


Broncus
makan.

- Tonus otot Peradangan


buruk.
Proses peradangan
- Rongga mulut

terluka. akumulasi sekret di


bronkus
- BB (berat

badan)
mukus bronkus
TB (tinggi meningkat
badan).
bau mulut tidak
- Status gizi Z – sedap
skor
anoreksia
-3 ≤ z-skor < -2

(kurus) Asupan nutrisi


kurang dari
kebutuhan

(Sumber : Riyadi &


Sukarmin, 2009)
48

3 Ds : Jamur, virus, Resiko ketidak

bakteri, protozoa seimbangan cairan


Do :
dan elektrolit
- Penurunan
Saluran pernafasan
turgor kulit dan
atas
lidah.

- Kulit dan
Kuman terbawa
membrane
disaluran cerna
mukosa kering.

- Peningkatan
Infeksi saluran
frekuensi nadi.
pencercerna
- Suhu tubuh

meningkat.
Peningkatan flora
- Hematokrit
normal dalam usus
meningkat.

Peningkatan

peristatik usus

malabsorbsi

Diare

Resiko

ketidakseimbangan
49

elektrolit

(Sumber : Riyadi &

Sukarmin, 2009)

4 Ds : Jamur, virus, Resiko gangguan


bakteri, protozoa
Do : pertukaran gas

- Sianosis. Masuk ke alveoli

- Ketidak

normalan Dilatasi pembuluh


darah
frekuensi

pernafasan >40 Eksudat plasma


masuk
– 60 x/menit. alveoli

- Gas darah arteri


Gangguan difusi
yang tidak dalam plasma

normal pH darah
Gangguan
<7,4 atau >7,4.
pertukaran gas
- Takikardia.
(Sumber : Riyadi &

Sukarmin, 2009)

5 Ds : Jamur, virus, Intoleransi aktivitas


bakteri, protozoa
Do :

- Frekuensi Masuk alveoli

jantung atau
Kuman berlebihan
tekanan darah di Broncus

tidak normal

sebagai respon
Peradangan
terhadap
50

aktivitas. Akumulasi sekret di


broncus
- Perubahan EKG

yang Mukus di broncus


meningkat
menunjukan

aritmia dan Suplai O2 menurun

iskemia.
Hipoksia

Metabolisme
anaerob meningkat

Akumulasi asam
laktat

Fatigue

Intoleransi aktivitas

(Sumber : Riyadi &

Sukarmin, 2009)

6 DS: Jamur, virus, Gangguan


bakteri, protozoa
DO: termogulasi

- Perubahan laju Masuk ke alveoli

metabolism.
Infeksi Saluran
- Dehidrasi. pernapasan bawah

- Imaturitas
Merangsang
system regulasi hipotalamus

suhu bayi.
Peningkatan suhu
- Berat badan tubuh

bayi yang
51

rendah. Gangguan

termogulasi

(Sumber : Riyadi &

Sukarmin, 2009)

7 DS : Jamur, virus, Gangguan pola


bakteri, protozoa
DO: nafas

- Napas cuping Masuk alveoli

hidung.
Kuman berlebih di
- Fase ekspirasi Broncus

memanjang.
Peradangan
- Kecepatan

respirasi Akumulasi sekret di


broncus
Bayi <25 atau

>60 x/menit. Mukus di broncus


meningkat
- Takipnea.

- Penggunaan Suplai O2 menurun

otot bantu
Hiperventilasi
asesorius untuk

bernafas. Dispneu

Retraksi dada/
Nafas cuping
hidung

Gangguan pola

nafas

(Sumber : Riyadi &


52

Sukarmin, 2009)

3. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan

produksi sputum.

b. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b.d kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam

dan proses infeksi, berhubungan dengan bakteri, bau, dan

rasa sputum, atau gas.

c. Resiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit b.d

perubahan kadar elektrolit dalam serum.

d. Resiko gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran

alveolus kapiler, gangguan kapitalis pembawa oksigen

darah, gangguan pengiriman oksigen.

e. Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi O2 untuk aktifitas sehari

– hari.

f. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan inflamasi

paru.

g. Gangguan termogulasi berhubungan dengan inflamasi.


53
54

4. Intervensi Keperawatan

2.2 Tabel Intervensi Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

1 Ketidak efektifan bersihan jalan Tujuan : 1. Kaji frekuensi 1. takipneu,


nafas b.d peningkatan produksi Setelah dilakukan pernafasan pernafasan dangkal,
sputum tindakan keperawatan dan gerakan dan gerakan dada
Di tandai dengan : selama 4 x 24 jam dada tak simetris
Ds : diharapkan masalah seringkali terjadi
Do : ketidak efektifan karena ketidak
- Suara nafas tambahan bersihan jalan nafas nyamanan gerakan
(misalnya, rale, crackle, ronki dapat teratasi dengan dinding dada atau
dan mengi). kriteria hasil : cairan paru.
- Perubahan pada irama dan - Tidak ada suara 2. Auskultasi 2. Penurunan aliran
frekuensi pernafasan RR > nafas area paru, udara terjadi pada
60 x/ menit. tambahan. catat area konsolidasi
- Batuk tidak ada atau tidak - Frekuensi penurunan dengan cairan.
efektif. pernafasan ada aliran Suara nafas ronchi,
- Sianosis. dibatas normal udara dan kreleks, dang mengi
55

- Penurunan suara nafas. (30-40 x/menit). bunyi nafas terdengar saat


- Sputum berlebih. - Batuk efektif. adventisius, inspirasi dan
- Tidak terdapat misalnya ekspirasi pada
sianosis. kreleks, respon terhadap
- Tidak ada mengi, ronchi. pengumpulan
penurunan cairan, secret kental,
suara nafas. dan spasme jalan
- Sputum tidak nafas.
berlebih.
3. Bersihkan 3. Mencegah obstruksi
secret dari atau aspirasi.
mulut dan Penghisapan dapat
trakea, dilakukan bila pasien
lakukan tidak dapat
penghisapan mengeluarkan
sesuai secretnya sendiri.
keperluan.
4. Lakukan 4. Untuk membantu
fisiotrapi dada memudahkan
drainase pengeluaran secret
postural. dijalan nafas.
56

5. Kolaborasi 5. Meningkatkan kerja


pemberian paru untuk
oksigen. memenuhi
kebutuhan oksigen
dalam tubuh.
6. Kolaborasi 6. Memudahkan dalam
pemberian pengenceran dan
pengobatan pembuangan secret.
nebuliser
sesuai
indikasi.

2 Resiko ketidak seimbangan nutrisi Tujuan : 1. Identifikasi 1. Pilih intervensi


kurang dari kebutuhan tubuh b.d Setelah dilakukan factor yang tergantung pada
kebutuhan metabolik sekunder tindakan keperawatan menimbulkan penyebab
terhadap demam dan proses infeksi, selama 5x24 jam mual atau masalah.
berhubungan dengan bakteri, bau, diharapkan masalah muntah. Mis,
dan rasa sputum, atau gas. resiko ketidak sputum
Ditandai dengan : seimbangan nutrisi banyak,
kurang dari kebutuhan
57

Ds : tubuh dapat teratasi dispneu berat.


dengan kriteria hasil :
Do : - Klien tidak 2. Bising usus
2. Auskultasi
- Menolak untuk makan. menolak untuk mungkin
bunyi usus
- Tonus otot buruk. makan. menurun bila
dan palpasi
- Rongga mulut terluka. - Tonus otot baik. proses infeksi
distensi
- BB (berat badan) - Rongga mulut berat atau
abdomen.
TB (tinggi badan) tidak terluka. memanjang.
- BB (berat Distensi
- Status gizi Z – skor
badan) tidak abdomen terjadi
-3 ≤ z-skor < -2 (kurus)
terjadi sebagai akibat
penurunan. menelan udara.
- Status gizi 3. Untuk memantau
3. Monitor jumlah
dalam batas nutrisi yang
nutrisi yang
normal. masuk.
diberikan.
4. Untuk
4. Monitor berat
mengetahui
badan.
adanya
penurunan atau
kenaikan berat
badan.
58

3 Resiko ketidak seimbangan cairan Tujuan : 1. Kaji tanda 1. Peningkatan


dan elektrolit b.d perubahan kadar Setelah dilakukan vital. suhu demam
elektrolit dalam serum tindakan keperawatan meningkatkan
Ditandai dengan : selama 3 x 24 jam laju metabolik
Ds : diharapkan masalah dan kehilangan
Do : resiko ketidak cairan melalui
- Penurunan turgor kulit dan seimbangan cairan dan evavorasi.
lidah. elektrolit dapat teratasi
- Kulit dan membrane mukosa dengan kriteria hasil : 2. Kaji turgor 2. Indicator
kering. - Tidak ada kulit. langsung
- Peningkatan frekuensi nadi. penurunan keadekuatan
- Suhu tubuh meningkat. turgor kulit dan volume cairan,
- Hematokrit meningkat. lidah. meskipun
- Kulit dan membrane
membrane mukosa mulut
mukosa mungkin kering
lembab. karena nafas
- Tidak ada mulut dan
peningkatan oksigen
hematocrit.
59

- Tanda vital tambahan.


stabil
Rr : 40 – 60 3. Tekankan
x/menit cairan 3. Pemenuhan

N : 120 – 140 sedikitnya kebutuhan cairan,

x/menit 2500 ml/hari menurunkan

S : 36,6 – 37º C atau sesuai resiko dehidrasi.

kondisi
individual.

4. Kolaborasi
pemberian 4. Berguna

obat sesuai menurunkan

indikasi, kehilangan cairan

antipiretik,
antietimik.

5. Kolaborasi
pemberian 5. Pada adanya
cairan penurunan
tambahan IV masukan atau
60

sesuai banyak
keperluan. kehilangan
cairan,
penggunaan
parenteral dapat
memperbaiki atau
mencegah
kekurangan.

4 Resiko gangguan pertukaran gas b.d Tujuan : 1. Kaji frekuensi, 1. Manifestasi


perubahan membran alveolus Setelah dilakukan kedalaman, distress
kapiler, gangguan kapitalis pembawa tindakan keperawatan dan pernafasan
oksigen darah, gangguan selama 3 x 24 jam kemudahan tergantung pada
pengiriman oksigen. diharapkan masalah bernafas. atau indikasi
Ditandai dengan : resiko gangguan derajat
Ds : pertukaran gas dapat keterlibatan paru
Do : teratasi dengan kriteria dan status
- Sianosis. hasil : kesehatan umum.
- Ketidak normalan frekuensi - Tidak ada
pernafasan >40 – 60 sianosis.
x/menit. - Frekuensi 2. Observasi 2. Sianosis kuku
- Gas darah arteri yang tidak pernafasan warna kulit, menunjukan
61

normal. dalam batas membrane vasokontriksi


- Takikardia. normal 40 – 60 mukosa, dan atau respon
x/menit. kuku, catat tubuh terhadap
- Gas darah adanya demam. Namun
arteri dalam sianosis sianosis daun
rentan normal. perifer (kuku) telinga,
- Tidak atau sianosis membrane
mengalami sentral mukosa, dan kulit
takikardia. (sirkumoral). sekitar mulut
menunjukan
hipoksemia
sistemik.
3. Awasi 3. Takikardia
frekuensi biasanya ada
jantung atau sebagai akibat
irama. demam atau
dehidrasi tetapi
dapat sebagai
respon terhadap
hipoksemia.
62

4. Berikan terapi 4. Tujuan


oksigen pemberian
dengan benar. oksigen adalah
mempertahankan
PaO2 di atas 60
mm Hg. Oksigen
diberikan dengan
metode yang
memberikan
pengiriman tepat
dalam toleransi
pasien.

5. Awasi GDA, 5. Mengevaluasi


nadi oksimetri. proses penyakit
dan
memudahkan
terapi paru.
63

5 Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi Tujuan : 1. Evaluasi 1. Menetapkan


O2 untuk aktifitas sehari – hari. Setelah dilakukan respon pasien kemampuan atau
Ditandai dengan : tindakan keperawatan terhadap kebutuhan pasien
Ds : selama 2 x 24 jam aktivitas. Catat dan
Do : diharapkan intoleransi laporan memudahkan
- Frekuensi jantung atau aktivitas masalah dispneu, pilihan intervensi.
tekanan darah tidak normal teratasi dengan kriteria peningkatan
sebagai respon terhadap hasil : kelemahan,
aktivitas. - Frekuensi dan
- Perubahan EKG yang jantung atau perubahan
menunjukan aritmia dan tekanan darah tanda – tanda
iskemia. normal. vital.
- Tidak ada
perubahan
EKG.
2. Berikan 2. Menurunkan
lingkungan stres dan
tenang dan rangsangan
batasi berlebihan,
pengunjung meningkatkan
64

selama fase istirahat.


akut sesuai
indikasi.
3. Bantu pasien 3. Pasien mungkin
memilih posisi nyaman dengan
nyaman untuk kepala tinggi,
istirahat dan tidur dikursi.
tidur.

4. Bantu aktivitas 4. Meminimalkan


perawatan diri kelelahan dan
yang membantu
diperlukan. keseimbangan
Berikan suplai oksigen.
kemajuan
peningkatan
aktivitas
selama fase
penyembuhan.
65

6 Ketidakefektifan pola nafas Tujuan : 1. Observasi 1. untuk mengetahui


berhubungan dengan inflamasi paru. Setelah dilakukan tanda tanda keadaan klien
Ditandai dengan : tindakan keperawatan Vital (nadi,
selam 2×24 jam repirasi, suhu,
diharapkan tekanan darah
DS :
ketidakefektifan pola )
DO:
nafas dapat teratasi
- Napas cuping hidung.
dengan kriteria hasil : 2. Kaji frekuensi 2. Untuk mengetahui
- Fase ekspirasi memanjang.
- Tidak terdapat pernapasan. frekuensi
- Kecepatan respirasi
napas cuping penapasan klien.
Bayi <25 atau >60 x/menit.
hidung.
- Takipnea.
- Fase ekspirasi
- Penggunaan otot bantu
normal.
asesorius untuk bernafas.
- Kecepatan 3. Memberikan 3. Posisi semi fowler
respirasi normal posisi semi akan mempermudah
30 – 40 x/menit. fowler. pasien untuk
- Tidak ada bernafas.
penggunaan
otot bantu 4. Ajarkan klien 4. Untuk membantu
asesorius untuk batuk efektif mengeluarkan
66

benafas. secret.
5. Kolaborasi 5. Untuk memenuhi
pemberian osigenisasi dalam
Oksigen tubuh

7 Gangguan termogulasi Tujuan : 1. Observasi suhu 1. Menentukan


berhubungan dengan inflamasi Setelah dilakukan tubuh  setiap 4 tindakan
ditandai dengan : tindakan keperawatan jam keperawatan
selama 2×24 jam selanjutnya.
diharapkan gangguan 2. Pantau warna 2. Penampilan
DS:
termogulasi dapat kulit kemerahan
DO:
teratasi dengan kriteria menjukkan adanya
- Perubahan laju metabolism.
hasil : peningkatan suhu
- Dehidrasi.
- Tidak ada tubuh.
- Imaturitas system regulasi
perubahan laju
suhu bayi.
metabolism.
- Berat badan bayi yang
- Tidak ada tanda
rendah.
dehidrasi.
- Suhu bayi
normal.
67

- Berat badan
bayi normal.
3. Lakukan 3. Pertukaran panas
tindakan secara konduksi
pendinginan
sesuai
kebutuhan
misalnya
kompres
4. Berikan obat 4. Antipiretik untuk
sesuai indikasi : menurunkan suhu
antipiretik tubuh
BAB III

LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Nama : By. N.

2) Usia : 2 bulan.

3) Alamat : Kp. Cicariu Rt/Rw 02/04 desa

Gununghalu Kecamatan Gununghalu

Kabupaten Bandung Barat.

4) Jenis kelamin : Laki – Laki.

5) Pendidikan :-

6) Agama : Islam.

7) Suku bangsa : Indonesia.

8) Ruang rawat : Ruang Anak Gedung C lantai 6 ruang

610.

9) Tanggal masuk dirawat : 12 - 12 – 2015.

10) Tanggal pengkajian : 17 - 12 – 2015.

11) No rekamedik : 906888.

12) Diagnosa Medis : Bronkopneumonia

68
69

b. Biodata keluarga

1) Nama : Tn. S.

2) Umur : 21 Tahun.

3) Agama : Islam.

4) Pendidikan : SMK.

5) Pekerjaan : Securty.

6) Suku bangsa : Indonesia.

7) Alamat : Kp. Cicariu Rt/Rw 02/04 desa

Gununghalu Kecamatan Gununghalu

Kabupaten Bandung Barat.

8) Hubungan dengan klien : Ayah.

c. Identitas saudara kandung

Klien merupakan anak pertama.

d. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Sesak nafas.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Orang tua klien mengatakan anaknya sesak nafas, terdapat

sianosis, cuping hidung, retraksi dada dan suara nafas ronchi,

sesak semakin terlihat ketika klien menangis dan berkurang ketika

klien beristirahat. Sesak terlihat dibagian dada namun tidak


70

menyebar, RR : 66 x/menit, orang tua klien mengatakan anaknya

terlihat sesak 2 minggu yang lalu disertai batuk berdahak.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Orang tua klien mengatakan anaknya belum pernah dirawat

dengan penyakit yang sama seperti sekarang.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Dikeluarga tidak ada yang menderita asma ataupun alergi yang

lain.

5) Riwayat kehamilan

a) Pre natal

(1) HPHT : Tidak terkaji.

(2) Kehamilan : Kehamilan yang

diharapkan.

(3) Penerimaan kehamilan : Menerima kehamilan.

(4) Kesehatan ibu selama kehamilan : Selama kehamilan

sehat.

(5) Gizi ibu selama kehamilan : Tidak terkaji.

(6) Makanan yang dipantang : Tidak ada pantangan

makanan.

(7) Penambahan bb saat hamil : 5 Kg.

(8) Masalah selama kehamilan : Tidak ada masalah

selama kehamilan
71

(9) Penyakit kehamilan : Tidak memiliki penyakit

selama kehamilan.

(10) Imunisasi TT : Tidak terkaji.

(11) Pemeriksaan kehamilan : Dilakukan pemeriksaan

secara rutin.

(12) Penggunaan obat – obatan : Tidak mengkonsumsi

obat – obatan.

b) Natal

(1) Tempat melahirkan : Rumah.

(2) Jenis persalinan : Spontan.

(3) Lama persalinan : Tidak terkaji.

(4) Penolong persalinan : Paraji.

(5) Bb pada saat lahir : 3,2 gr

(6) Tb pada saat lahir : 48 cm

(7) Posisi janin saat lahir : Tidak terkaji.

(8) Cara untuk memudahkan persalinan : Tidak terkaji.

(9) Komplikasi pada saat lahir : Tidak ada komplikasi.

c) Post natal

(1) Kondisi bayi : Menangis.

(2) APGAR Score : Tidak terkaji.

(3) Pengeluaran meconium : Ada pengeluaran

meconium.
72

e. Pola kebutuhan sehari – hari

Tabel 3.1 pola kebutuhan sehari - hari

Pola aktifitas sehari – hari Sebelum sakit Sesudah sakit

Nutrisi dan cairan

Frekuensi ± 300 – 350 cc ± 350 – 520 cc / hari

Jenis Asi, susu formula Susu formula, Asi

Porsi ±350 cc/hari ±520 cc/hari

Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada

pantangan

Keluhan Tidak ada keluhan Terpasang OGT

dengan resitensi 5

cc terkadang retensi

tidak ada, tidak mau

menyusu

Eliminasi fecal ±2 – 3 x /hari ±100 – 450 cc

Frekuensi Cair, lembek Cair, lembek

Konsistensi Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Keluhan

Eliminasi urine ±3 – 5 x/hari ±100 – 450 cc

Frekuensi Kuning jernih Kuning jernih

Konsistensi Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan


73

Keluhan

Istirahat dan tidur Malam :± 8 – 10 jam Malam : ±8 – 10 jam

Kuantitas Siang : ±1 – 3 jam Siang : ±1 – 3 jam

Nyenyak Nyenyak

Kualitas Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Keluhan

Personal hygine 2 x/hari 1 x/hari

Mandi (diseka) Bersih Bersih

Kebersihan kuku

f. Data pertumbuhan dan perkembangan

1) Berat badan sebelum sakit : 5 kg

2) Berat badan saat sakit : 4,4 kg

3) TB : 50 cm

4) Status Gizi : Z – Score

= 1,7 (ada pada rentang

normal)

5) Motorik kasar : Tidak terkaji.

6) Motorik halus : Tidak terkaji.

7) Bicara dan bahasa : Tidak terkaji.

8) Emosi dan hubungan sosial : Tidak terkaji.


74

g. Riwayat imunisasi

1) Jenis imunisasi dasar

BCG, DPT I, Polio I, Polio II.

2) Kapan diberikan, dan dimana mendapatkannya

Orang tua klien mengatakan bahwa imunisasi diberikan di

posyandu.

h. Data psikososial

1) Pola interaksi dengan anggota keluarga teman dan lingkungan :

Tersenyum

2) Pola emosi : Tidak terkaji.

3) Pola pertahanan keluarga dalam menghadapi stress : Tidak

terkaji.

4) Yang mengasuh : Orang tua klien

5) Hubungan dengan anggota keluarga : Tidak terkaji.

6) Waktu atau kebiasaan anak : Tidak terkaji.


75

i. Pemeriksaan fisik

a) Pengukuran Antropometri

1) Berat badan saat sakit : 4,4 kg

2) Tinggi badan : 50 cm

3) Status Gizi : Z – Score

= 1,7 (ada pada rentang

normal)

4) LLA : 11 cm

b) Pengukuran fisiologis

1) Tanda – tanda vital

S : 38,9° C N : 140 x/menit

R : 66 x/menit

c) Penampilan wajah

1) Observasi wajah : Bentuk wajah simetris

2) Kebersihan : Tampak bersih.

3) Tingkat kesadaran : Composmentis.


76

j. Head to toe

1) Kulit

a) Inspeksi :

(1) Warna kulit

Tekstur lembut dan halus, kulit lembab, warna kulit

putih, turgor kulit baik, terdapat lanugo, bentuk

kuku normal, kuku tampak sedikit kebiruan, kulit

teraba panas hasil pemeriksaan suhu : 38,9º C.

2) Kepala

a) Inspeksi :Bentuk kepala simetris, kebersihan rambut bersih,

tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi rambut merata.

b) Palpasi :Tidak teraba pembengkakan kulit kepala, tidak ada

meningeal hidrosefalus, lingkar kepala 32 cm.

3) Wajah

a) Inspeksi :Wajah klien simetris, bentuk hidung normal,

terdapat lubang hidung.

4) Mata

a) Inspeksi :Mata kanan dan kiri simetris, kelopak mata normal

tidak ada oedim, kebersihan mata bersih tidak ada kekeruhan

pada mata, seklera mata tidak ikterik, refleks mata terhadap

cahaya baik.

b) Palpasi :Tidak teraba pembengkakan.


77

c) Refleks :

1) Reflek mengedip (blink reflek)

Bayi menutup mata dengan cepat.

2) Kornea reflek

Ketika disentuh oleh potongan kapas mata

tertutup.

3) Glaberal reflek

Dengan spontan mata menutup.

4) Dolls eye respon

Ketika kepala klien dipalingkan, mata hanya

terfokus.

5) Telinga

a) Inspeksi : Kebersihan telinga baik, telinga simetris,

kesejajaran pina baik.

b) Palpasi : Konsistensi telinga baik, tidak ada benjolan.

c) Reflek : startle reflek / reflek moro ketika diberi kejutan

dengan memukul bagian tempat tidur kepala bayi abduksi,

kedua tangan ekstensi dan melebarkan jari – jari tangan.

6) Hidung

a) Inspeksi : Hidung tampak simetris, ada pernafasan cuping

hidung saat tidak mendapatkan terapi oksigen, terdapat

secret dihidung, terpasang selang oksigen nasal canul 2 liter.


78

7) Mulut

a) Inspeksi : Warna mulut tampak sedikit kebiruan, mukosa bibir

lembab, bentuk mulut simetris, terdapat palatum, kebersihan

mulut baik, tampak terpasang OGT nutrisi 1352 ml/hari,

retensi 5cc kadang – kadang retensi tidak ada.

b) Reflek :

(1) Rooting reflek

Ketika diusap bagian tepi bibir klien dengan jari

kepala klien berputar ke sisi yang diberikan

rangsangan.

(2) Shucking reflek

Ketika memasukan jari ke dalam mulut klien

gerakan menghisap klien kurang dan bayi tidak

mau menyusu.

(3) Ekstruksi

Ketika bagian lidah ditekan klien merespon dengan

memaksanya keluar dari mulut.

(4) Swallowing

Ada gerakan menelan.

(5) Bite nepis

Ketika dimasukan jari klien menggigit.

(6) Chewing reflek


79

Ada gerakan mengunyah.

8) Leher

a) Inspeksi : Bentuk leher pendek, kebersihan leher baik, kepala

bergerak dengan bebas.

b) Palpasi :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

c) Reflek : Reflek leher (tonic neck reflek) terjadi peningkatan

kekuatan otot, reflek tonic neck baik.

9) Dada

a) Inspeksi : Bentuk dada simetris, ada retraksi dada saat

inspirasi.

b) Palpasi : Lingkar dada 36 cm, tidak ada fraktur klavikula.

c) Auskultasi : Terdapat suara nafas ronchi, irama pernafasan

cepat, rr : 66 x/menit, suara jantung normal, irama jantung

normal n : 140 x/menit.

10) Abdomen

a) Inspeksi : Bentuk abdomen datar, umbilical normal, tampak

ada distensi abdomen.

b) Auskultasi : Bising usus baik 4 x/menit.

c) Palpasi : Tidak ada distensi abdomen, turgor kulit baik.

11) Punggung dan bokong

a) Inspeksi : Bentuk punggung normal, tidak ada dislokasi

pinggul, terdapat lanugo di punggung.


80

b) Reflek :

(1) Gallant reflek

Ketika diusap secara perlahan sisi lateral tungkai

dari atas lutut ke bokong, klien bereaksi dengan

menggeser bokong ke arah sisi yang diusap.

(2) Perez reflek

Ketika diusap sepanjang punggung klien sejajar

tulang belakang, panggul bayi menuju sisi yang

diusap.

(3) Reflek crawling

Klien melakukan posisi merangkak.

12) Genetalia

a) Genetalia laki – laki

(1) Inspeksi : Ukuran normal, kulit katup menutup glans, letak

meatus membuka pada ujung penis.

(2) Palpasi : Testis teraba pada dua skrotum.

13) Anus dan bokong

a) Inspeksi : Terdapat lubang anus, tidak ada kelainan antresia

ani, tidak ada kemerahan atau ruam disekitar anus.


81

14) Ekstermitas

a) Ekstermitas atas

(1) Inspeksi : Kedua ekstermitas atas simetris, pergerakan

spontan, jari – jari lengkap, keadaan kuku bersih, CRT

<2 detik, warna kuku agak kebiruan, infus terpasang di

tangan kiri jenis cairan 440 ml/kgbb

(2) Reflek : Reflek menggenggam (palmar graps) gerakan

jari – jari tangan mencengkram dengan baik.

b) Ekstermitas bawah

(1) Inspeksi : Ekstermitas bawah simetris, panjang kaki kiri

dan kanan normal atau sama, jari – jari lengkap, kuku

bersih, CRT <2 detik,warna kuku tampak kebiruan.

(2) Reflek :

(a) Babinski reflek

Ketika telapak kaki diusap ada penekukan jari – jari.

(b) Stapping reflek

Adanya gerakan kaki melangkah.

k. Reaksi hospitalisasi

Orang tua klien khawatir akan tindakan – tindakan yang akan

dilakukan pada klien.


82

l. Pengetahuan

Orang tua klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakit

yang di alami anaknya. Orang tua klien mengatakan tidak tahu

mengenai pencegahan yang harus dilakukan.

m. Data lingkungan

Orang tua klien mengatakan dilingkungan terdapat kebiasaan

merokok orang – orang dewasa disekitarnya.

n. Data Penunjang

Laboratorium 17 – 12 – 2015

Tabel 3.2 hasil laboratorium

Hasil Niilai normal

Leukosit 27.000 10³/µl 5000 – 19.500

Pemeriksaan thorax 17 – 12 – 2015

 Cor tidak membesar

Sinusis dan diagfragma normal

Pulmo :

HILL normal

Corakan bronskovaskuler bertambah

Tidak tampak bercak infiltrate

Kesimpulan :
83

Tidak tampak infiltrate

Tidak tampak efusi pleura

Tidak tampak kardiomegali

Pemeriksaan thorak 22 – 12 -2015

 Cor tidak membesar

Sinusis dan diagfragma normal

Pulmo :

Hill kasar

Corakan bronkovaskuler normal

Tampak bercak infiltrate di parakardial kanan

Kesimpulan :

Gambaran bronkopneumonia kanan

Tidak tampak kardiomegali


84

o. Therapy

1) Obat – obatan , tanggal 17 – 12 – 2015 s/d 21 – 12 – 2015

Table 3.3 Terapi Obat

No Nama Dosis frekuensi Rute Jam

Obat Pemberian Pemberian

1 Sanmol 50mg 3x1 Intra Vena 04.00, 11,00, &

20.00 Wib.

2 Cefotaxim 200mg 3x1 Intra Vena 04.00, 11,00, &

20.00 Wib.

3 Meixam 150mg 4x1 Intra Vena 04.00, 10.00,

16.00, & 22,00

Wib

4 Nebu NaCl 2x1 inhalasi 12.00 & 20.00

3% Wib

2) Cairan :

K3B 500 9 tts/menit

Ring As 500 15 tts/menit


85

2. Analisa data

Table 3.4 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


keperawatan

1 Ds : Jamur, virus, Ketidak efektifan


- Orang tua klien bakteri, protozoa bersihan jalan
mengatakan anaknya nafas.
sesak nafas
- Orang tua klien Masuk alveoli
menagatakan anaknya
batuk berdahak sudah
2 munggu. Kuman
berlebihan di
Broncus
Do :
- Respirasi : 66 x/menit
- Suara paru ronchi
Peradangan
- Warna kuku agak
kebiruan
- Tampak ada retraksi
Akumulasi sekret
dada.
di broncus
- Terdapat secret
dihidung.
- Hasil rontgen
Bersihan jalan
Tidak tampak infiltrate
nafas tidak efektif
Tidak tampak efusi
pleura
86

Tidak tampak
kardiomegali

2 Ds : Jamur, virus, Resiko ketidak


- Orang tua klien bakteri, protozoa seimbangan
mengatakan anakanya nutrisi kurang dari
tidak mau menyusu. Masuk alveoli kebutuhan tubuh
Do :
- Klien terpasang OGT, Kuman
nutrisi yang diberikan berlebihan di
1352 ml/hari, retensi 5 Broncus
cc kadang – kadang
retensi tidak ada. Peradangan
- Tampak ada distensi
abdomen. Proses
- Bb : 4,4 kg peradangan
- Tb : 50 cm
- Status Gizi : Nilai z-skor akumulasi sekret
: 1,7 (normal) di bronkus

mukus bronkus
meningkat

bau mulut tidak


sedap

anoreksia

Asupan nutrisi
kurang dari
87

kebutuhan.

3 Ds : Jamur, virus, Gangguan


- Orang tua klien bakteri, protozoa termogulasi.
mengatakan anaknya
panas. Masuk ke alveoli
Do :
- Suhu : 38,9º C. Infeksi Saluran
- Leukosit meningkat : pernapasan
27.000. bawah
- Akral panas.
- Hasil rontgen Merangsang
Tidak tampak infiltrate hipotalamus
Tidak tampak efusi
pleura Peningkatan
Tidak tampak suhu tubuh
kardiomegali
Gangguan
termogulasi

4 Ds : Jamur, virus, Defisiensi


- Orang tua klien bakteri, protozoa pengetahuan
mengatakan belum
mengetahui tentang Masuk alveoli
penyakit yang di alami
anaknya. Kuman
- Orang tua klien berlebihan di
mengatakan tidak tahu Broncus
mengenai pencegahan
yang harus dilakukan. Peradangan
88

Do :
- Orang tua klien terlihat Proses
kebingungan. peradangan
- Orang tua klien tampak
sering bertanya Perubahan status
mengenai penyakit kesehatan
yang dialami oleh
anaknya. Ketidak
mampuan
keluarga
mengambil
tindakan tepat

Kurangnya
terpapar dengan
informasi
kesehatan

3. Diagnosa keperawatan

a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi

sputum.

b. Gangguan termogulasi b.d adanya proses peradangan.

c. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi,

berhubungan dengan bakteri, baud an rasa sputum atau gas.

d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar

informasi.
89

4. Intervensi keperawatan

Table 3.5 Intervensi Keperawatan


Sumber : Wilkinson (2011).

No Diagnosa Rencana asuhan keperawatan

keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

1 Ketidak efektifan Tujuan : 1. Kaji frekuensi 1. Takipneu


bersihan jalan nafas Setelah dilakukan pernafasan dan pernafasan
b.d peningkatan tindakan keperawatan gerakan dada. dangkal, dan
produksi sputum selama 4 x 24 jam gerakan dada
ditandai dengan : diharapkan masalah tak simetris
Ds : dapat teratasi dengan seringkali terjadi
- Orang tua kriteria hasil : karena ketidak
klien - Orang tua nyamanan
mengatakan klien gerakan dinding
anaknya mengatakan dada atau cairan
sesak nafas. anaknya paru.
- Orang tua sudah tidak 2. Auskultasi area paru, 2. Penurunan aliran
klien sesak nafas. catat penurunan ada udara terjadi
mengatakan - Orang tua aliran udara dan pada area
anaknya klien bunyi nafas konsolidasi
90

batuk mengatakan adventisus, misalnya dengan cairan.


berdahak anaknya kreleks, ronchi, Suara nafas
sudah 2 sudah tidak mengi. ronchi, kreleks,
munggu. batuk dan mengi
Do : berdahak. terdengar saat
- Respirasi : 66 - Respirasi inspirasi dan
x/menit dibatas normal ekspirasi pada
- Terdapat (30-40 respon terhadap
suara paru x/menit). pengumpulan
ronchi - Tidak terdapat cairan, secret
- Terpasang suara paru kental, dan
oksigen nasal ronchi. spasme jalan
canul 2 liter - Tidak nafas.
- Warna kuku terpasang 3. Bersihkan secret dari 3. Mencegah
agak kebiruan oksigen nasal mulut dan trakea, obstruksi atau
- Tampak ada canul 2 liter. lakukan penghisapan aspirasi.
retraksi dada. - Warna kuku sesuai keperluan. Penghisapan
- Terdapat tidak kebiruan. dapat dilakukan
secret - Tidak tampak bila pasien tidak
dihidung. retraksi dada. dapat
- Tidak terdapat mengeluarkan
secret secretnya
91

dihidung. sendiri.
4. Untuk membantu
4. Lakukan fisiotrapi memudahkan
dada drainase pengeluaran
postural. secret dijalan
nafas.
5. Meningkatkan
5. Kolaborasi kerja paru untuk
pemberian oksigen. memenuhi
kebutuhan
oksigen dalam
tubuh.
6. Memudahkan
6. Kolaborasi dalam
pemberian pengenceran
pengobatan dan
nebuliser sesuai pembuangan
indikasi. secret.
92

2 Gangguan Tujuan : 1. Observasi suhu 1. Untuk memantau


termogulasi b.d Setelah dilakukan tubuh. peningkatan dan
adanya proses tindakan keperawatan penurunan suhu
peradangan ditandai selama 3 x 24 jam tubuh.
dengan diharapkan masalah 2. Monitor warna dan 2. Untuk
Ds: teratasi dengan suhu kulit. mengetahui
- Orang tua kriteria hasil : tanda – tanda
klien - Orang tua adanya kenaikan
mengatakan klien suhu tubuh.
anaknya mengatakan 3. Lakukan kompres 3. Untuk membantu
panas. anaknya hangat pada bagian dalam penurnan
Do : sudah tidak lipatan. suhu.
- Suhu : 38,9° panas.
C - Suhu dibatas 4. Kolaborasi 4. Untuk membantu
- Leukosit normal ( 37,2° pemberian obat proses
meningkat : C – 37,4° C) Sanmol 500mg, penyembuhan.
27.000 - Leukosit Cefotaxim 200mg,
- Akral panas dibatas normal Meixam 150mg
(5000-19,500) melalui intravena.
- Akral hangat

3 Resiko ketidak Tujuan : 1. Identifikasi factor 1. Pilih intervensi


93

seimbangan nutrisi yang menimbulkan tergantungan


kurang dari Setelah dilakukan mual atau muntah. masalah.
kebutuhan tubuh b.d tindakan keperawatan Mis, sputum banyak,
kebutuhan metabolic selama 4 x 24 jam dipsneu berat.
sekunder terhadap diharapkan masalah
demam dan proses dapat teratasi dengan 2. Auskultasi bunyi 2. Bising usus
infeksi, berhubungan kriteria hasil : usus dan palpasi mungkin
dengan bakteri, bau, - Orang tua distensi abdomen. menurun bila
dan rasa sputum klien proses infeksi
atau gas. Ditandai mengatakan berat atau
dengan : anaknya memanjang.
Ds : sudah mau Distensi
- Orang tua menyusu. abdomen terjadi
klien - Tidak adanya sebagai akibat
mengatakan penurunan BB menelan udara.
anaknya tidak - Intake nutrisi 3. Monitor jumlah nutrisi 3. Untuk memantau
mau tercukupi yang diberikan. nurisi yang
menyusu. - Klien sudah masuk.
tidak
Do : terpasang
- Klien OGT. 4. Monitor berat badan 4. Untuk
terpasang - Tidak tampak disesuaikan dengan mengetahui
94

OGT, nutrisi distensi shift perawat. adanya


yang abdomen. penurunan atau
diberikan kenaikan berat
1352 ml/hari, badan.
retensi 5 cc
kadang –
kadang
retensi tidak
ada.
- Tampak ada
distensi
abdomen.
- Bb : 4,4 kg
- Tb : 50 cm
- IMT : 5kg
Nilai z-skor :
1,7 (normal)
Nilai z-skor
-2 < z-skor <
+2 normal
95

4 Defisiensi Tujuan :
pengetahuan Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian 1. Agar
berhubungan dengan tindakan keperawatan tentang tingkat mengetahui
kurangnya terpapar selama 1 x 24 jam pengetahuan sejauh mana
informasi. diharapkan masalah keluarga tentang pengetahuan
Ds : dapat teratasi dengan penyebab keluarga.
- Orang tua kriteria hasil : terjadinya
klien 1. Keluarga penyakit.
mengatakan mampu 2. Jelaskan tentang 2. Agar
belum menyatakan penyakit tanda menambah
mengetahui pemahaman dan gejala, pengetahuan
tentang tentang gambaran klien.
penyakit yang kondisi penyebab
di alami penyakit dan terjadinya
anaknya. program penyakit, dan
- Orang tua pengobatan. cara pencegahan
klien 2. Keluarga penyakit.
mengatakan dapat 3. Diskusikan 3. Agar
tidak tahu melaksanakan pilihan terapi atau memudahkan
mengenai prosedur yang penanganan. dalam
pencegahan dijelaskan pemilihan
yang harus terapi atau
96

dilakukan. secara benar. penanganan.


Do : 3. Keluarga
- Orang tua mampu
klien terlihat menjelaskan
kebingungan. kembali apa
- Orang tua yang
klien tampak dijelaskan
sering perawat atau
bertanya tim kesehatan
mengenai lain.
penyakit yang
dialami oleh
anaknya.
97

5. Implementasi dan evaluasi

Tabel 3.6 Implementasi dan evaluasi keperawatan

No Diagnosa Hari/tanggal/jam Implementasi Evaluasi Paraf

1 ketidak Kamis 17 – 12 – Gendra


efektifan 2015
bersihan jalan 09.30 1. Mengkaji frekuensi S :
nafas b.d pernafasan dan gerakan - Orang tua klien
peningkatan dada. mengatakan
produksi R : klien tampak tertidur. anaknya masih
sputum. 09.40 2. Mengauskultasi area sesak nafas.
paru, catat penurunan - Oang tua klien
ada aliran udara dan mengatakan
bunyi nafas adventisus, anaknya masih
misalnya krelks, mengi, batuk.
dan ronchi. O:
R : klien tertidur. - Respirasi 60
3. Berkolaborasi dalam x/menit.
10.00 pemberian oksigen nasal - Suara nafas
canul 2liter. ronchi.
- Terpasang
98

R : klien menangis. oksigen nasal


4. Berkolaborasi pemberian canul 2 liter.
12.00 inhalasi dengan NaCl 3% - Warna kuku
sesuai indikasi. tampak kebiruan.
R : klien menangis. - Masih tampak
retraksi dada.
- Terdapat secret
di hidung.
A : masalah belum
teratasi.
P : lanjutkan intervensi.

2 Gangguan Kamis 17 – 12 – Gendra


termogulasi 2015
b.d adanya 08.30 1. Mengobservasi suhu S :
proses tubuh menggunakan - Orang tua klien
peradangan termometer digital. mengatakan,
R : klien tertidur. anaknya masih
08.30 2. Memonitor warna dan panas.
suhu kulit.
99

R : klien tertidur. O:
- Suhu 38,5º C.
08.35 3. Melakukan kompres - Akral panas.
hangat pada bagian - Leukosit
lipatan axila. meningkat
R : klien menangis. 27.000
4. Berkolaborasi pemberian A : masalah belum
obat melalui Intra Vena, teratasi.
11.00 Sanmol 500mg, Meixam P : lanjutkan intervensi.
150mg.
R : klien menangis.

3 Resiko ketidak Kamis 17 – 12 – Gendra


seimbangan 2015
nutrisi kurang 10.30 1. Mengidentifikasi factor S :
dari kebutuhan yang menimbulkan mual - Orang tua klien
tubuh b.d atau muntah. Missal, mengatakan
kebutuhan sputum banyak,dipsneu anaknya masih
metabolic berat. tidak mau
sekunder R : klien menangis. menyusu.
terhadap 10.35 2. Mengauskultasi bunyi O :
demam dan usus dan palpasi distensi - Tidak ada
100

proses infeksi, abdomen. penurunan berat


berhubungan R : klien tertidur. badan.
dengan 3. Memonitor jumlah nutrisi - Intake nutrisi
bakteri, bau, yang diberikan. terpenuhi
dan rasa 10.50 R : klien tertidur. Sonde : Susu
sputum atau 4. Menimbang berat badan Formula 20 + 5
gas. klien. cc.
11.00 R : klien menangis Retensi : 0.
- Berat badan : 4,4
kg.
- Tampak ada
distensi
abdomen.
A : Masalah belum
teratasi.
P : lanjutkan intervensi.
101

4 Defisiensi Kamis 17 – 12 –
pengetahuan 2017
berhubungan 13.00 1. Berikan penilaian tentang S:
dengan tingkat pengetahuan - Keluarga
kurangnya keluarga tentang mengatakan
terpapar penyebab terjadinya mengetahui
informasi. penyakit. pengertian,
R : keluarga koopratif saat penyebab, tanda
berdiskusi. dan gejala, dan
pencegahan.
2. Jelaskan tentang penyakit O:
tanda dan gejala, - Dilaksanakan
gambaran penyebab penyuluhan pada
terjadinya penyakit, dan tanggal 17
cara pencegahan Desember 2017,
penyakit. dengan hasil
R : keluarga keluarga
memperhatikan saat koopratif saat
diberikan penyuluhan. dilakukan
penyuluhan
kesehatan
102

dibuktikan
3. Diskusikan pilihan terapi dengan mampu
atau penanganan. menjawab 4
R : keluarga klien tampak pertanyaan yang
binggung dan diajukan
menyerahkan semua menyebutkan
tindakan keperawatan dengan benar
namun keluarga tetap ikut pengertian,
serta dalam perawatan. tanda dan gejala,
penyebab, dan
pencegahan
penyakit.
A : masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan.
103

1 ketidak Jum’at 18 – 12 Gendra


efektifan – 2015
bersihan jalan 08.30 1. Mengkaji frekuensi S :
nafas b.d pernafasan dan gerakan - orang tua klien
peningkatan dada. mengatakan
produksi R : klien tampak tertidur. anaknya masih
sputum 08.35 2. Mengauskultasi area sering
paru, catat penurunan mengalami
ada aliran udara dan sesak nafas.
bunyi nafas adventisus, - Orang tua klien
misalnya krelks, mengi, mengatakan
dan ronchi. anaknya masih
R : klien tertidur. sering batuk.
10.00 3. membersihkan secret dari O :
mulut dan trakea, lakukan - Respirasi 62
penghisapan sesuai x/menit.
keperluan. - Suara nafas
R : klien menangis. ronchi.
10.30 4. melakukan fisioterapi - Kuku tampak
dada drainase postural. sudah tidak
R : klien menangis. kebiruan.
- Tidak ada
104

retraksi dada.
- Terdapat secret
di hidung.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
2 Gangguan Jum’at 18 – 12 Gendra
termogulasi – 2015
b.d adanya 08.30 1. Mengobservasi suhu S :
proses tubuh menggunakan - Orang tua klien
peradangan termometer digital mengatakan
R : klien tertidur. anaknya masih
08.30 2. Memonitor warna dan panas.
suhu kulit. O:
R : klien tertidur. - Suhu 37,8º C.
08.35 3. Melakukan kompres - Akral hangat.
hangat pada bagian A : Masalah teratasi
lipatan axila. sebagian.
R : klien menangis. P : lanjutkan intervensi.

4. Berkolaborasi
105

11.00 pemberian obat


melalui IV, sanmol
500 mg, meixam.
R : klien menangis

3 Resiko ketidak Jum’at 18 – 12 Gendra


seimbangan – 2015
nutrisi kurang 10.30 1. Mengauskultasi bunyi S:
dari kebutuhan usus dan palpasi distensi - Orang tua klien
tubuh b.d abdomen. mengatakan
kebutuhan R : klien tertidur. anakanya masih
metabolic 10.35 2. Memonitor jumlah nutrisi belum mau
sekunder yang diberikan. menyusu.
terhadap R : klien tertidur. O:
demam dan 11.00 3. Menimbang berat badan. - Berat badan : 4,4
proses infeksi, R : klien menangis. kg.
berhubungan - Tidak ada
dengan penurunan berat
bakteri, bau, badan.
dan rasa - Tidak tampak
sputum atau distensi
abdomen.
106

gas. - Intake nutrisi


tercukupi.
Sonde : Susu
formula 20 + 5
CC.
Retensi : 0 cc.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : lanjutkan intervensi.

1 ketidak Sabtu 19 – 12 - Gendra


efektifan 2015
bersihan jalan 14.10 1. Mengkaji frekuensi S:
nafas b.d pernafasan dan gerakan - Orang tua klien
peningkatan dada. mengatakan
produksi R : klien tertidur. anaknya masih
sputum 14.15 2. Mengauskultasi area terlihat sesak
paru, catat adanya nafas.
penurunan aliran udara - Orang tua klien
dan bunyi nafas. mengatakan
R : klien menangis. anaknya masih
3. Melakukan fisiotrapi dada suka batuk.
107

16.50 postural drainage. O:


R : klien menangis. - Respirasi 57
4. Berkolaborasi dalam x/menit.
20.00 pemberian obat, nebulizer - Suara nafas
sesuai indikasi. ronchi.
R : klien menagis. - Kuku tidak
kebiruan.
- Tidak ada
retraksi dada.
- Terdapat secret
di hidung.
A : masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.

2 Gangguan Sabtu 19 – 12 - Gendra


termogulasi 2015
b.d adanya 1. Mengobservasi suhu
108

proses 14.30 tubuh menggunakan S:


peradangan. termometer digital. - Orangtua klien
R : klien tertidur. mengatakan
2. Memonitor warna dan anakanya sudah
14.30 suhu kulit. tidak panas lagi.
R : klien tertidur. O:
3. Berkolaborasi pemberian - Suhu 37º C.
20.00 obat sanmol 500mg - Akral hangat.
melalui intravena. A : Masalah teratasi.
R : klien tertidur. P : intervensi dihentikan.

3 Resiko ketidak Sabtu 19 – 12 - Gendra


seimbangan 2015
nutrisi kurang 15.30 1. Mengauskultasi bunyi S:
dari kebutuhan usus dan palpasi distensi - orang tua klien
tubuh b.d abdomen. mengatakan
kebutuhan R : klien tertidur. anaknya sudah
metabolic 16.00 2. Memonitor jumlah nutrisi sedikit mau
sekunder yang diberikan. menyusu.
terhadap R : klien tertidur.
demam dan 16.30 3. Memonitor berat badan. O:
proses infeksi, - berat badan : 4,4
109

berhubungan R : klien menangis. kg.


dengan - tidak ada
bakteri, bau, penurunan berat
dan rasa badan.
sputum atau - Intake nutrisi
gas. tercukupi.
- Sonde : susu
formula 20 + 5
cc.
Retensi : 0 cc.
- Tidak tampak
distensi
abdomen.
A : masalah teratasi
sebagian.
P : lanjutkan intervensi.

1 ketidak Senin 21 – 12 - Gendra


efektifan 2015
bersihan jalan 1. Mengkaji frekuensi
110

nafas b.d 14.30 pernafasan dan gerakan S:


peningkatan dada. - Orang tua klien
produksi R : klien tertidur. mengatakan
sputum. anaknya sudah
2. Mengauskultasi area tidak sesak
14.35 paru, catat adanya nafas.
penurunan aliran udara - Orang tua klien
dan bunyi nafas. mengatakan
R : klien menangis. anaknya tidak
batuk lagi.
3. Melakukan fisiotrapi dada O:
17.00 postural drainage. - Respirasi 40
R : klien menangis. x/menit.
- Suara nafas
4. Membersihkan secret dari tidak ronchi.
18.00 mulut dan trachea, - Tidak terpasang
lakukan penghisapan oksigen nasal
sesuai keperluan. canul 2 liter.
R : klien menangis. - Tidak ada
retraksi dada.
5. Berkolaborasi dalam - Tidak terdapat
pemberian obat, nebulizer
111

20.00 sesuai indikasi. secret di hidung.


R : klien menagis. A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
2 Resiko ketidak Senin 21 – 12 - Gendra
seimbangan 2015
nutrisi kurang 15.00 1. Mengauskultasi bunyi S:
dari kebutuhan usus dan palpasi distensi - Orang tua klien
tubuh b.d abdomen. mengatakan
kebutuhan R : klien tertidur. anaknya sudah
metabolic mau menyusu.
sekunder 16.00 2. Memonitor jumlah nutrisi O:
terhadap yang diberikan. - Berat badan 4,4
demam dan R : klien tertidur. kg.
proses infeksi, - Tidak ada
berhubungan 16.30 3. Menimbang berat badan. penurunan berat
dengan R : klien menangis. badan..
bakteri, bau, - Intake nutrisi
dan rasa tercukupi.
sputum atau - Klien sudah tidak
gas. terpasang OGT.
- Tidak tampak
distensi
112

abdomen.
A : Masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan.
113

B. PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada By. N dengan

gangguan sistem pernafasan akibat bronkopneumonia di ruang anak gedung

C Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi pada tanggal 17 – 21

Desember 2015. Penulis menggunakan metode pendekatan proses tahapan

keperawatan secara komprehensif mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi

keperawatan yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan bio, psiko, sosial,

dan spiritual klien. Bila menghubungkan tinjauan pustaka dan kenyataan

yang ditemukan, penulis menemukan beberapa masalah yang memerlukan

pembahasan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang

diberikan yaitu :

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

Dalam pengkajian penulis melakukan proses pengumpulan

data dengan melakukan wawancara, observasi dan studi

dokumentasi.

Penyusunan kerangka pengkajian melalui tahapan sebagai berikut:

1) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Menurut Sujono (2009) dan Kalheleen (2007) Keluhan utama

pada bronkopneumonia pada umumnya suhu badan klien

meningkat diatas 38º C dan mengalami sesak nafas. Data


114

yang penulis temukan pasien By. N suhu 38,9º C dan

mengalami sesak nafas dengan frekuensi nafas 66 x/menit.

Maka disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori

dan tinjauan kasus.

b) Riwayat Penyakit Sekarang

Menurut Riyadi (2009) riwayat penyakit sekarang

dikembangkan dari keluhan utama dengan PQRST yang biasa

terdapat pada pasien bronkopneumonia adalah P : klien

mengatakan sesak nafas Q : terdapat data – data yang

menunjukan pada sesak seperti terdapat sianosis, cuping

hidung, retraksi dada R : daerah yang terjadi hanya dibagian

dada saja dan tidak terjadi penyebaran S : terdapat

peningkatan respirasi biasanya pada bayi >40 x/menit T : klien

mengatakan gejala sesak yang dirasakan sudah beberapa hari

bahkan minggu.

Sedangkan yang penulis dapatkan saat melakukan pengkajian

di rumah sakit orang tua klien mengatakan anaknya sesak,

terdapat sianosis, cuping hidung, retraksi dada dan suara paru

ronchi, sesak dirasakan bertambah ketika klien menangis dan

berkurang ketika klien beristirahat. Sesak dirasakan dibagian

dada namun tidak menyebar, respirasi : 66 x/menit, sesak

dirasakan 2 minggu yang lalu. Dengan demikian dapat


115

disimpulkan terdapat kesamaan antara teori dan tinjauan

kasus sehingga tidak ada kesenjangan.

2) Data biologis

a) Nutrisi

Menurut Kalheleen (2007) Bayi yang sudah masuk minggu ke

lima awal atau usia 2 bulan sudah terbiasa dengan pola

makan bayi 1 bulan. Ibu yang menyusui sudah bisa menyadari

kebiasaan kapan harus menyusui atau memberikan susu

formula. Perkembangan bayi termasuk fisik dan mental juga

sudah lebih baik nafsu makan bayi akan meningkat secara

teratur. Selain itu pengaruh gerakan usus yang baik pada bayi

akan membuat bayi bisa buang air besar secara teratur. Hal

inilah yang membuat bayi bisa membutuhkan asupan susu

yang lebih besar. Bagi orang tua yang memiliki bayi

dengan kelahiran prematur, maka saat usia bayi masuk bulan

ke dua maka perkembangan berat badan harus selalu

dipantau. Anak dengan bronkopneumonia mengalami

penurunan nafsu makan dan minum dikarnakan anak dengan

bronkopneumonia mengalami sesak nafas dan beresiko

mengalami aspirasi. Salah satu pencegahan terjadinya

aspirasi pada saat pemberian nutrisi kepada klien yang

mengalami bronkopneumonia adalah dengan pemasangan

alat OGT/NGT sebagai akses masuk nutrisi. Dari data yang


116

ditemukan pada klien, klien diberikan nutrisi melalui OGT

dengan pemberian 30 – 50 cc / 3jam, kadang – kadang retensi

sebanyak 5 cc. Dari data tersebut maka tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

b) Eliminasi

Menurut Kalheleen (2007) Bagaimana pola eliminasi klien

(Buang Air Besar atau Buang Air Kecil berapa kali sehari)

sebelum dan selama dirawat dari data yang saya temukan

BAB 1-2×/sehari konsistensi lembek , warna kuning, BAK

frekuensi 5-6×/hari warna kuning. Dengan itu tiadak ada

kesenjangan antara kesenjangan teori dan kasus.

c) Istirahat Tidur

Menurut Kalheleen (2007), pola istirahat tidur pada anak di

ukur dari beberapa kriteria :

(1) Kebiasaan anak sebelum tidur.

(2) Anak perlu mainan atau tidak.

(3) Dibacakan cerita.

(4) Membawa benda saat tidur.

(5) Ditemani orang tuanya.

Hasil yang ditemukan pada klien dengan bronkopneumonia

pada saat tidur klien harus ditemani orang tuanya, maka dari

itu tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.


117

d) Personal hygine

Menurut Kalheleen (2007) Berapa kali anak mandi atau

dimandikan sehari, sebelum dan selama dirawat di rumah

sakit pada anak dengan bronkopneumonia mengalami

kelemahan , tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari kuku

kotor dan bau badan, dari data yang ditemui anak belum

diseka selama di rumah sakit kuku kotor serta bau bandan

lengket.maka tidak di temukan kesenjangan antara teori

dengan kasus.

e) Pola Aktifitas

Menurut Kalheleen (2007) Anak dengan bronkopneumonia

mengalami keletihan , malaise, ketiakmampuan aktifutas karna

sesak nafas, dari data yang di dapatkan klien mengalami

kelemahan fisik . maka dari itu tidak di temukan kesenjangan

antara teori dengan kasus.

3) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Menurut Kalheleen (2007), Tingkat kesadaran kualitati:

Composmentis , Apatis, Somnolen, Sopor, Soporocomatus,

Coma, dari data yang temukan keadaan umum kilien

composmentis. Maka dari itu tidak aja kesenjangan antara

teori dan kasus.


118

b) Tanda – tanda vital

Menurut kalheleen (2007), Tanda- tanda vital pada anak

dengan bronkopneumonia

Tekanan darah : Normal (sitolik 75-115, diastolik 45-80)

Nadi             : Menurun (Bradikardia relatif) < 100-

160x/ menit

Respirasi         :  Meningkat  (30-40 x/ menit

Suhu                 :  Meningkat ( >38OC)

Dari data yang di dapat tanda –tanda vital klien Tanda-tanda

Vital :

Nadi : 140x/menit

Respirasi : 66x/menit

Suhu : 38,90C

Maka dari itu tidak ada kesenjangan atara teori dan kasus.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Nanda NIC – NOC 2015, Diagnosa yang muncul untuk

penyakit bronkopneumonia diantaranya :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum.

b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan inflamasi paru.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum.

d. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi


119

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

inflamasi.

f. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan berubahan

kadar elektrolit.

Sedangkan diagnosa yang muncul pada By. N

a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum.

b. Gangguan termogulasi berhubungan dengan adanya proses

peradangan.

c. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kebutuhan metabolic sekunder terhadap

demam dan proses infeksi, berhubungan dengan bakteri, baud an

rasa sputum atau gas.

Dengan demikian ditemukan kesenjangan yaitu tidak di

angkatnya diagnosa gangguan pola nafas berhubungan dengan

inflamasi paru, Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum, dan Resiko ketidakseimbangan

elektrolit berhubungan dengan berubahan kadar elektrolit,

dikarenakan penulis tidak menemukan data yang menunjang kepada

diagnosa gangguan pola nafas, Gangguan pertukaran gas, dan resiko

ketidakseimbangan elektrolit. Penulis mengangkat 1 diagnosa yaitu


120

defisiensi pengetahuan di karenakan orang tua klien tidak mengetahui

apa yang dialami anaknya.

3. Perencanaan

Menurut Nanda NIC-NOC 2015 intervensi keperawatan pada penyakit

bronkopneumonia diantaranya Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, Gangguan

termogulasi berhubungan dengan adanya proses peradangan,

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

inflamasi, Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi. Dalam perencanaan tidak di temukan adanya kesenjangan

antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, hal ini dikarnakan penulis

merencanakan tindakan keperawatan untuk klien sesuai dengan teori

yang sudah ada.

4. Implementasi

Pada tahap implementasi penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus, implementasi dilakukan berdasarkan

intervensi yang telah direncanakan dan implementasi diberikan secara

spesifik dan berdasarkan rasional dalam perencanaan.

Akan tetapi terdapat beberapa intervensi yang tidak dilaksanakan pada

tahap implementasi ini. Hal ini disebabkan karena tindakan dilakukan

berdasarkan kebutuhan, kemampuan, situasi, kondisi serta sarana yang

ada diruangan. Pada tahap implementasi penulis melaksanakan semua


121

tindakan sesuai dengan teori yang direncanakan dan dibutuhkan oleh

klien serta kondisi klien pada saat itu. Proses ini tidak lain adalah untuk

membantu kesembuhan klien dan untuk mengatasi masalah

kesehatannya. Implementasi yang dilakukan antara lain melakukan

pemereriksaan fisik bertujuan untuk mengidentifikasi data data yang

menunjang untuk menegakkan diagnosa. Setelah dilakukan pemeriksaan

fisik ditemukan keluhan ketidakefektifan jalan nafas, gangguan

termogulasi, ketidakseimbangan nutrisi, kurangnya pengetahuan.

Kolaborasi pemberian terapi farmakologi yang dilaksanakan untuk

membantu mempercepat penyembuhan klien saat dirawat dirumah sakit.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,

tahap ini dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana dan pelaksanaan

tindakan yang telah dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien sesuai

dengan timebound atau batas waktu yang telah ditentukan. Pada

prakteknya masalah keperawatan yang penulis angkat dapat teratasi

sesuai dengan batas waktu yang sudah penulis tentukan.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran yang di ambil dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada By. N dengan gangguan sistem pernafasan akibat penyakit

bronkopneumonia di gedung C ruang anak RSUD Cibabat Kota Cimahi adalah

sebagai berikut :

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diambil dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi adalah sebagai berikut

1. Pada pengkajian penulis memperoleh data yang ditemui pada By. N yaitu

orang tua klien mengatakan anaknya sesak nafas disertai batuk berdahak,

panas dengan suhu 38,9º C, tidak mau menyusu, keluarga menyatakan

keingintahuan tentang informasi kesehatan berkaitan dengan penyakit

bronkopneumonia.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada By. N adalah ketidakefektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum,

resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi,

berhubungan dengan bakteri, bau, dan rasa sputum, atau gas, resiko

gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

alveolus kapiler, gangguan kapitalis pembawa oksigen darah, gangguan

pengiriman oksigen, gangguan termogulasi berhubungan dengan inflamasi.

122
123

3. Rencana keperawatan disusun sesuai dengan pedoman dari buku saku

diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan hasil kriteria NOC.

4. Implementasi yang dilakukan pada By. N sesuai dengan yang telah disusun

dalam rencana keperawatan, semua intervensi dapat diaplikasikan, hal ini di

sesuaikan dengan situasi serta kondisi yang ada.

5. Evaluasi merupakan hasil respon dari implementasi yang di lakukan pada

By. N. Diagnosa seperti ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko ketidak

seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko gangguan

pertukaran gas, gangguan termogulasi, defisiensi pengetahuan, dapat

teratasi sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan.

B. SARAN

1. Bagi Klien dan Keluarga

Diharapkan dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai

pengetahuan tentang cara merawat dan mencegah penyakit

bronkopneumonia keluarga dengan cara tetap berprilaku hidup sehat dan

bersih, menciptakan lingkungan yang sehat tidak meroko didalam rumah,

memberikan asi eklusif agar meningkatkan system imun yang kuat, dan

melaksanakan imunisasi lengkap sesuai yang dianjurkan oleh tenaga

kesehata.
124

2. Bagi Institusi

Diharapkan dari asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai

pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat terus memperbaiki

kompetensinya untuk menerapkan asuhan keperawatan pada gangguan

system pernafasan akibat penyakit dan sebagai referensi dalam asuhan

keperawatan selanjutnya yang berkaitan dengan kasus yang sama.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan dari hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan

sebagai pendokumentasian dengan masalah kesehatan pada gangguan

pernafasan akibat penyakit bronkopneumonia sehingga dapat

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada klien dan khususnya

pelayanan keperawatan.

4. Bagi Penulis

Agar lebih banyak belajar meningkatkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Bradley,J.S., Byington,C.L., Shah, S.S.,Alverson,B.,Carter,ER, Harrison, C. (2011).


Executive summary: The management of community-acquired pneumonia
in infants and children older than 3 months of age: Clinical practice
guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious
Diseases Society of America. Amerika CID.

Djojodibroto, Darmanto. 2009 . Respirologi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Panduan Deteksi Dini Tumbuh


Kembang Anak, Jakarta.

Format referensi elektronik direkomendasika oleh Departemen Kesehatan, (2009),


prevalensi peyakit bronkopneumonia. Tersedia,
http://www.depkes.go.id/download/pusdatin/buletin/buletin-pneumonia.
23 oktober, 2016.

Format referensi elektronik direkomendasika oleh Riskesdas, (2013). Tersedia,

http://www.dekes.go.id/resources/download/general/hasil
%2520Riskesdas%25202013.pdf. 23 oktober, 2016.

Format referensi elektronik direkomendasika oleh Departemen Kesehatan, (2013).


Prevalensi penyakit di Indonesia. Tersedia,
www://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia-2013.pdf. 24 Oktober, 2016.

Format referensi elektronik direkomendasika oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi,


(2014). Prevalensi penyakit dikota Cimahi. Tersedia,
http//dinkes.cimahikota.go.id/web/data_publikasi/get/36/profil-kesehatan-
kota-cimahi-2014. 24 Oktober, 2016.
Kyle, T., & Carman, S. (2014). Buku ajar keperawatan pediatri edisi 2.Jakarta:

EGC.

Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah, (Volume 2).

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC

Nelson,Behrmen, Kliegman,dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 2. Jakarta


: EGC, 2000.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan)
Edisi 1.Jakarta: Salemba Medika.

Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Potter,& Perry, A. G. (2006).Buku Ajar FundamentalKeperawatan:Konsep,Proses,


Dan Praktik,edisi 4, Volume.2.Jakarta:EGC.

Perez,J.A.H.,& Guerra J.S.H.(2010). Case report: Community-acquired pneumonia


in adults. Three clinical cases and review of literature.

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009,Asuhan Keperawatan Pada Anak,Edisi


1,Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rahajoe,N.N., Supriyatno B.,& Setyanto,D.B.(2010). Buku ajar respirologi anak


(edisi I).Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Kyle, T., & Carman, S. (2014). Buku ajar keperawatan pediatri edisi 2.Jakarta:
EGC.

Wong, D.L., & Huckenberry M,J.(2008).wong’s nursing care of infant and children. St
louis missouri: MC.

Wilkinson, J.M. (2011). Buku diagnosis keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi


NIC, kriteria Hasil NOC. (Ed.9). Jakarta : EGC.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )

Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan tentang pencegahan penyakit

bronkopneumonia.

Pokok bahasan : Penyakit pada gangguan sistem pernafasan.

Sub pokok bahasan : Pengertian dan tanda gejala, pencegahan.

Sasaran : Keluarga By. N.

Waktu : 20 – 30 menit.

Tanggal : 17 Desember 2015.

Tempat : Ruang anak gedung C.

I. Tujuan Intruksional Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 20 menit, sasaran dapat

memahami mengenai penyakit bronkopneumonia dan pencegahannya.

II. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah diberikan pengajaran selama 20 menit, sasaran dapat :

1. Menyebutkan kembali pengertian penyakit bronkopneumonia.

2. Menyebutkan kembali tanda dan gejala penyakit bronkopneumonia.

3. Menyebutkan kembali cara pencegahan penyakit bronkopneumonia.


III. Pokok Materi Penyuluhan

1. Pengertian penyakit bronkopneumonia.

2. Tanda dan gejala penyakit bronkopneumonia.

3. Pencegahan penyakit bronkopneumonia.

IV. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

Metode : Bimbingan Penyuluhan

Langkah – langkah Kegiatan

1. Kegiatan Pra pembelajaran ( 5 menit )

a. Mempersiapkan materi, media, dan tempat.

b. Memberi salam.

c. Kontrak waktu.

2. Membuka pembelajaran ( 5 menit )

a. Menjelaskan tujuan pembelajaran.

b. Menjelaskan pokok bahasan.

c. Apersepsi.

3. Kegiatan inti ( 15 menit )

a. Sasaran menyimak penjelasan materi melalui metode ceramah

dan penggunaan media cetak.

b. Sasaran mengajukan pertanyaan terkait dengan materi – materi

yang belum dipahami, kemudian dijawab oleh pengajar.


4. Penutup ( 5 menit )

a. Pengajar mengajukan pertanyaan secara lisan sebagai evaluasi.

b. Pengajar menyimpulkan materi.

c. Memberi salam.

V. Media dan Sumber

Media : lifleat.

Sumber :

Kyle, T., & Carman, S. (2014). Buku ajar keperawatan pediatric edisi 2.

Jakarta : EGC

Evaluasi

1) Prosedur : Wawancara

2) Jenis : Lisan

3) Pertanyaan :

a. Sebutkan pengertian penyakit bronkopneumonia ?

b. Sebutkan tanda dan gejala penyakit bronkopneumonia ?

c. Bagaimana cara pencegahan penyakit bronkopneumonia ?

VI. Lampiran Materi

1. Pengertian

Bronkopneumonia adalah proses inflamasi paru yang umumnya

disebabkan oleh agen infeksius, serta mengambarkan pneumonia

yang memiliki pola penyebaran berbercak dalam satu atau lebih are

terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas keparenkim paru yang

terdekat (Nursalam,2005).
2. Penyebab

Penyebab bronkopneumonia menurut Nuratif dan kusuma (2015).

Diakibatkan karena penurunan mekanisme pertahanan tubuh

terhadap virulensi organisme patogen. Pada orang normal dan sehat

mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan

yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus,

gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ,dan

sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,

protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia

3. Tanda dan gejala

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan. Bisa berupa nyeri

pleuritik, nafas dangkal dan mendengkur, takipnea.

b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi. Mengecil,

kemudian menjadi hilang, Krekels, bunyi ronki, egofoni.

c. Menggigil dan demam 38°C sampai 41°C, Bila berlanjut bisa

terjadi delirium.

d. Gerakan dada tidak simetris.

e. Malaise.

f. Sianosis.

g. Gelisah.
4. Pencegahan

a. Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Hal

tersebut merupakan langkah penting untuk memastikan bayi Anda

mendapatkan gizi yang cukup serta membangun kekebalan alami

terhadap bakteri maupun virus.

b. Memberikan vaksin yang disarankan oleh dokter dalam satu tahun

pertama kelahiran.

c. Menjaga kebersihan lingkungan.

d. Membiasakan anak untuk hidup sehat seperti tidak jajan

sembarangan dan mencuci tangan sebelum makan.

e. Hindari dari asap rokok.


bronkopneumonia
Tanda dan gejala BRONKOPNEUMONIA
ADALAH PROSES
bronkopneumonia INFLAMASI PARU
YANG UMUMNYA
 Kesulitan dan sakit pada saat DISEBABKAN OLEH
pernafasan. Bisa berupa nyeri
AGEN INFEKSIUS,
SERTA
pleuritik, nafas dangkal dan MENGAMBARKAN
mendengkur, takipnea. PNEUMONIA YANG
MEMILIKI POLA
 Bunyi nafas di atas area yang PENYEBARAN
menglami konsolidasi. BERBERCAK DALAM
SATU ATAU LEBIH
Mengecil, kemudian menjadi
ARE TERLOKALISASI
hilang, Krekels, bunyi ronki, DALAM BRONKIOLUS
egofoni. DAN MELUAS
KEPARENKIM PARU
 Menggigil dan demam 38°C YANG TERDEKAT
sampai 41°C, Bila berlanjut bisa
DISUSUN OLEH :
terjadi delirium. GENDRA PRILI RINALDI
 Baruk produktif, kental.
211114013
KEPERAWATAN (D3)
 Sianosis.

 Rewel. Stikes Jenderal A. Yani Cimahi


Pencegahan
bronkopneumonia
 Menjaga kebersihan

lingkungan.

 Membiasakan anak untuk

hidup sehat seperti tidak


 Memberikan ASI eksklusif selama

enam bulan pertama. Hal jajan sembarangan dan

tersebut merupakan langkah mencuci tangan sebelum


penting untuk memastikan bayi
makan.
Anda mendapatkan gizi yang

cukup serta membangun  Hindari dari asap rokok.


kekebalan alami terhadap bakteri

maupun virus.

 Memberikan vaksin yang

Terimakasih
disarankan oleh dokter dalam

satu tahun pertama kelahiran.


RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Gendra Prili Rinaldi

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 24 April 1996

Alamat : Jln.dr djun – junan gg. Flamboyant II

No NAMA SEKOLAH TAHUN TAHUN

MASUK LULUS

1. SDN 1 GUNUNGHALU 2002 2008

2. SMPN 40 BANDUNG 2008 2011

3. SMAN 6 CIMAHI 2011 2014

4. STIKES JENDERAL A. YANI 2014 2017

CIMAHI

Anda mungkin juga menyukai