Oleh:
PANJI TRISNA SEPTIYAN
NIM R.17.01.051
“Skripsi penelitian ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber
pustaka yang menjadi rujukan dalam penyusunan skripsi ini telah saya nyatakan
dengan benar. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi penelitian ini
NIM : R.17.01.051
Tanda tangan :
Materai
Rp.10.000,-
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Pendidikan
Pekerjaan : Mahasiswa
Profesi Lainnya :-
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Sidang Skripsi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu guna melengkapi
syarat-syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Skripsi
pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Anggota I
Anggota II
Titin Hidayatin, S.Kep., Ns., M.Kep. Bestina Nindy Virgiani, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 043 213 113 NIK. 043 213 159
iv
THE EDUCATION PROGRAM UNDERGRADUATION OF NURSING
INDRAMAYU COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
UNDERGRADUATE THESIS, AGUSTUS 2021
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF HOUSE ENVIRONMENTAL FACTORS WITH
PNEUMONIA EVENTS IN TODDLERS
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Skripsi Sarjana
Kesehatan Indramayu.
pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan Skripsi ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dan membimbing,
diantaranya:
Indramayu
Keperawatan
vi
5. Bestina Nindy Virgiani, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku pembimbing 2
6. Alvian Pristy W, S.Kep., Ns., M.Kep dan Novi Dwi Irmawati, S.Kep.,
Akhir kata, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan segala rahmat dan
ridho-Nya. Atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ....................................... .i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. .v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 6
viii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitan ......................................................................... 23
B. Sumber Artikel .................................................................................. 23
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................. 24
D. Waktu Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 25
E. Prosedur Pencarian dan Seleksi Artikel ............................................ 26
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 40
B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 55
C. Implikasi Terhadap Keperawatan ..................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR SINGKATAN
Kab : Kabupaten
RI : Republik Indonesia
UU : Undang-Undang
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 : Plagiarisme
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain). Penyebab penumonia
usia 5 tahun pada tahun 2017, terhitung 15% dari semua kematian anak di
semua negara, tetapi paling umum terjadi di Asia Selatan dan Afrika Sub-
menyebabkan 15% kematian balita yaitu sekitar 922.000 balita tahun 2015.
Dari tahun 2015- 2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak
505.331 pasien dengan 425 pasien meninggal. Dinas Kesehatan DKI Jakarta
1
2
memperkirakan 43.309 kasus pneumonia atau radang paru pada balita selama
Riskesdas 2018 prevalensi tertinggi pneumonia pada kelompok usia < 5 tahun
dan terjadi peningkatan dari 1,6% pada tahun 2013 menjadi 2% dari populasi
balita yang ada di Indonesia pada tahun 2018, Dampak dari pneumonia yang
dialami oleh balita pneumonia yaitu lemas, tidak napsu makan, dan gangguan
hunian rumah, jenis lantai, jenis dinding, pencahayaan, jenis bahan bakar,
2016)
Selain faktor diatas, terdapat pula faktor lain yang dapat menyebabkan
pneumonia terdiri dari dua kelompok yaitu faktor instrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, berat
badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian ASI, dan pemberian vitamin
STIKes Indramayu
3
ventilasi dan jendela yang tidak memungkinkan pertukaran udara yang tidak
sehat serta tidak masuknya sinar matahari keruangan, kebersihan lantai kurang
baik serta dinding rumah yang lembab, kepadatan hunian, keberadaan perokok
dalam rumah dan suhu di dalam rumah hal tersebut adalah faktor yang bisa
Cahyati, 2018).
memungkinkan pertukaran udara yang tidak sehat serta tidak masuknya sinar
matahari ke ruangan, kebersihan lantai kurang baik serta dinding rumah yang
dalam rumah dan penggunaan obat nyamuk bakar. Lingkungan fisik yang
memenuhi syarat yaitu suhu ruangan yang baik, lantai yang tidak lembab,
lingkungan yang bersih, tidak ada anggota keluarga yang merokok, suhu
dalam ruangan baik, dinding yang tidak lembab dan pencahayaanalami (Sari,
STIKes Indramayu
4
sehingga perlu upaya penataan rumah yang memenuhi kriteria rumah sehat
baik dari segi lokasi dapur, penggunaan bahan bakar memasak, pencegahan
lingkungan rumah serta kualitas udara di sekitar lingkungan rumah yang bebas
dari paparan pencemaran maupun polusi udara. (Suryati, Natasha, & Nur Id'ys,
2018).
ada hubungan antara lingkungan fisik rumah dengan kejadian pneumonia pada
balita dengan nilai P-value 0,001, artinya bahwa ada hubungan antara
B. Rumusan Masalah
paru yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan demam. Berdasarkan
latar belakang diatas dapat diketahui bahwa lingkungan fisik rumah juga bisa
STIKes Indramayu
5
terjadinya proses infeksi akut. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
pada balita?”
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kesehatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
2. Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian
STIKes Indramayu
6
E. Ruang Lingkup
yang digunakan literature review. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
STIKes Indramayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Balita
1. Pengertian Balita
golongan yaitu : golongan bayi (< 1 tahun), golongan batita (2-3 tahun) dan
golongan pra sekolah (3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok balita
2. Karakter Balita
makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita lebih
besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak
yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif, anak sudah mulai memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak cenderung
7
8
B. Konsep Pneumonia
1. Definisi Pneumonia
kanak namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal.
Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau sebagai
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru pada alveoli
senyawa kimia maupun kerusakan fisik dari paru-paru, maupun pengaruh tidak
inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung yaitu
percikkan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan
berbicara langsung terhirup oleh orang disekitar penderita. Banyak kasus yang
STIKes Indramayu
9
aspek individu anak, orang tua (ibu), maupun lingkungan. Kondisi fisik rumah
yang tidak sehat dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit yang
salah satunya pneumonia. Rumah yang padat penghuni, ruangan yang tidak
terkena sinar matahari, dinding lembab dan perilaku merokok dari orang tua
a. Early onset
2) Amnionitis maternal
3) Persalinan prematur
4) Takikardi fetus
b. Late onset
6) Infeksi nosokomial
pada anak balita di negara berkembang adalah pneumonia yang terjadi pada
STIKes Indramayu
10
masa bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi
campak, DPT dan Hib, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi
lebih tinggi untuk mengalami pneumonia (Axton, & Fugate, 2014). Menurut
Marcdante, et, al, (2014) balita yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah
jenis dinding dan jenis lantai mempunyai kaitan erat dengan kejadian
pneumonia pada balita. Dinding rumah dan jenis lantai rumah yang tidak
Kondisi lembab ini akan menjadi pra kondisi pertumbuhan kuman maupun
telah diketahui secara teoritis bahwa penyebab pneumonia pada balita sangat
ditemukan pada penelitian ini menunjukkan kondisi yang hampir sama baik
pada kelompok kasus maupun pada kelompok kontrol, maka variabel tersebut
4. Patofisiologi Pneumonia
karena eksudat yang mengisi alveoli dan brokhiolus. Saat saluran nafas bagian
STIKes Indramayu
11
berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat agar tidak terjadi
hipoksia. Apabila pneumonia bertambah parah, paru akan menjadi kaku dan
mencakup demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, dan nyeri
dada yang sering memburuk jika anak menarik nafas dalam. Nyeri tersebut
6. Komplikasi
b. Pneumothorax
c. Perikarditis purulenta
STIKes Indramayu
12
7. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan laboratorium (seperti kultur sputum, hitung sel darah putih) akan
Menurut Marchdante et, al, (2014), sputum dengan kualitas yang baik
sangat sulit didapat pada pasien balita. Pada balita lain dan tanpa penyakit
pneumonia adalah:
a. X-ray dada
dengan air bronkogam. Jika terdapat kelainan pada satu lobus dinamakan
pneumonia lobaris. Jika tampak sebagian lesi tunggal, berbentuk oval, berbatas
tidak jelas, dan seperti gambaran keganasan paru maka dinamakan round
pneumonia.
STIKes Indramayu
13
difus merata pada paru kanan dan kiri, berupa corakan filtrat, disertai dengan
peningkatan peribronkhial.
C. Konsep Lingkungan
1. Definisi Rumah
Rumah adalah tempat yang sangat dibutuhkan oleh kita yang berfungsi
sempurna baik fisik, rohani dan sosial sehingga memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Tempat tinggal atau rumah merupakan suatu sarana yang sangat
dibutuhkan oleh setiap manusia yang fungsinya bisa digunakan untuk istirahat
atau bisa untuk membina rumah tangga, baik bersifat menetap maupun
STIKes Indramayu
14
dari rumah, untuk itu rumah dan pengaturannya harus memenuhi syarat-syarat
waktunya di dalam rumah sehingga kondisi fisik rumah erat kaitannya dengan
kejadian pneumonia pada balita. Kondisi fisik rumah meliputi jenis dinding,
jenis lantai, suhu, tingkat kelembaban serta luas ventilasi, keberadaan keluarga
luas ventilasi dengan kejadian pneumonia pada balita (Agustyana dkk, 2019).
rumah). Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi
memenuhi syarat kesehatan dan perilaku hidup yang tidak sehat, dapat
a. Jenis Dinding
Jenis dinding dan jenis lantai mempunyai kaitan erat dengan kejadian
pneumonia pada balita. Dinding rumah dan jenis lantai rumah yang tidak
STIKes Indramayu
15
Kondisi lembab ini akan menjadi pra kondisi pertumbuhan kuman maupun
pembuat sekat antar ruangan suatu rumah. Jenis dinding terdiri dari
dan tidak memenuhi syarat. Jenis dinding memenuhi syarat apabila terbuat
dari bahan permanen dan kedap air. Jenis dinding yang tidak memenuhi syarat
pertumbuhan bakteri patogen, selain itu jenis dinding yang tidak memenuhi
oleh penghuni rumah terutama balita dapat memicu iritasi saluran pernapasan
b. Jenis lantai
Jenis lantai memenuhi syarat apabila suatu rumah jenis lantainya terbuat
dari semen, tegel maupun keramik sedangkan tidak memenuhi syarat apabila
suatu rumah memiliki bahan dasar berupa tanah dan lantai. Jenis lantai suatu
rumah, selain itu jenis lantai yang tidak memenuhi syarat umumnya mudah
STIKes Indramayu
16
c. Pencahayaan
cahaya alami dan buatan. Sehingga merupakan dapat menjadi faktor penting
Cahaya alamiah, yakni matahari. cahaya ini sangat penting, karena dapat
karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Cahaya buatan, yaitu menggunakan
sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan
sebagainya.
Obat nyamuk bakar akan menghasilkan asap dari sisa pembakaran tersebut
pernafasan pada anak bawah lima tahun terpajan dibandingkan anak bawah
STIKes Indramayu
17
e. Asap Rokok
pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida. Asap rokok dari orang
tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan
pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah
risiko kesakitan dari bahan toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-
timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat
dewasa, polusi asap rokok merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada
f. Kepadatan Hunian
Menurut Sari (2018) kepadatan hunian atau kondisi fisik bangunan salah
penghuni terlalu padat dan terdapat penghuni yang sakit, maka akan
akibat kadar oksigen yang menurun dan CO2 yang meningkat. Dampak
g. Luas Ventilasi
STIKes Indramayu
18
suhu udara ruangan naik, dan kelembaban bertambah. Jika udara kurang
mengandung uap air, maka udara akan bersifat kering dan apabila udara
banyak mengandung uap air akan menjadi udara basah dan jika terhirup bisa
2018).
pneumonia pada balita. Bahan bakar masak yang tidak memenuhi syarat akan
terjadi di dalam rumah yang sering timbul adalah CO2 , NH3 (amoniak) dan
H2S. Semua gas-gas ini dalam ambang tertentu dapat menimbulkan gangguan
estetika, sedangkan dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan iritasi pada
i. Suhu
Suhu udara yang terlalu rendah dibawah 18ºC dapat menyebabkan ruangan
menjadi lembab dan apabila suhu terlalu tinggi diatas 35ºC ruangan akan
menjadi pengap. Persyaratan suhu rumah sehat adalah 18ºC - 30ºC. Perubahan
ventilasi yang tidak memenuhi syarat, bahan dan struktur bangunan, tekanan
udara, temperatur udara, kecepatan udara, sinar matahari dalam ruang, dan
STIKes Indramayu
19
kepadatan hunian yang tinggi akibat pengeluaran panas tubuh. Kadar O2 akan
jumlah penghuni dalam ruangan. Suhu udara yang tinggi dapat menjadi media
dapat tumbuh pada rentang suhu 25ºC - 40ºC dan bisa tumbuh secara optimal
pada rentang suhu antara 31ºC -37ºC (Sari, Rahardjo, & Joko, 2018).
jasmani dan rohani bagi anggota keluarga dan rumah sebagai tempat
dalam rumah tidak berdebu karena lantai rumah sebagian besar dari papan
yang dialasi alas tikar atau karpet serta ada juga beberapa rumah yang
lantainya sudah dikeramik. Lantai dari tanah yang banyak mengandung unsur
serta meskipun tidak panggung lantai rumah mereka tidak lagi lantai tanah
melainkan sudah keramik atau lantai semen. Lantai kedap air adalah syarat
bagi rumah sehat. Bahannya bisa beragam: ubin, semen, kayu, atau keramik.
Lantai yang berdebu atau becek selain tidak nyaman juga bisa menjadi sarang
STIKes Indramayu
20
FaktorLingkunga
n fisik rumah
1. Rumah yang
padat penghuni
2. Perilaku
Menyebabkan
merokok
berkembangn
anggota
ya
keluarga
mikroorganis
3. Lantai lembab
me seperti Infeksi jaringan
4. Pencahayaan
pneumokokus, paru-paru
tidak memadai
klebsiella (alveoli) yang
5. Jenis dinding
pneumoniae bersifat akut
yang lembab
dan
6. Pengaruh bahan
Staphylococcu
bakar masak/
s aureaus.
obat nyamuk
bakar
7. Ventilasi rumah
8. Suhu
9. Luas ventilasi
rumah Tanda Dan Gejala :
Gambar 2.1
Kerangka Teori
(Suhartono, and Dewanti, ; Agustyana, Ginandjar, Saraswati,
Hestiningsih ; Sari, Rahardjo, Joko; 2016; 2019; 2018)
STIKes Indramayu
BAB III
A. Kerangka Konsep
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain. Konsep merupakan suatu abstraksi yang
bisa diukur dan diamati secara langsung. Konsep harus dijabarkan dalam
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
21
22
B. Definisi Operasional
Adapun variabel yang dibahas dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan
Tabel 3.1
Definisi Operasional
STIKes Indramayu
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Racangan Penelitian
teori dan praktik oleh peneliti terkait bidang tertentu. Dalam meninjau
ini Jesson, (Matheson, Lacey, 2011) Jenis metode literature review pada
temuan dari sebuah penelitian dengan berfokus pada pertanyaan spesifik dan
B. Sumber Artikel
mencari artikel tersebut dibatasi dari tahun 2011 hingga 2021 dan
23
24
Tabel 4.1
Kriteria Inklusi
Jangka Waktu Publikasi terbitan artikel maksimal 10 tahun (2011-2021)
Populasi Balita yang mengalami pneumonia
STIKes Indramayu
25
D. Waktu Penelitian
Tabel 4.2
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Literature Review
3. Mencari artikel
sesuai dengan
variabel
Seminar
proposal
literature
review
4. Mengolah dan
menganalisis
jurnal terpilih
5. Membuat
laporan hasil
literature
review
6. Seminar hasil
literature
review
STIKes Indramayu
26
lengkap dari jenis penelitian ini. PRISMA terdiri dari 4 tahap diagram alir
included.
“artikel terkait”. Ditemukan artikel terkait dari google scholar 4.900, portal
dari google scholar 4900 artikel terkait. Sedangkan di portal garuda ditemukan
dengan kedua variabel yang ditelit. Hasil pencarian artikel pada tahap
identifikasi sebanyak 300 artikel yang terkait yang sesuai dengan variabel.
Tahap screning artikel yang terdiri dari menghapus artikel yang ganda,
screning judul dan abstrak. Pada tahap ini peneliti menghapus 24 artikel dari
STIKes Indramayu
27
300 artikel terkait, sehingga tersisa 276 artikel. Selanjutnya 276 artikel
karena artikel berupa skripsi, responden usia, usia prasekolah, dan tidak ada
screning judul dan abstrak. Pada tahap ini peneliti menghapus 24 artikel dari
300 artikel terkait, sehingga tersisa 276 artikel. Selanjutnya 276 artikel
karena artikel berupa skripsi, responden usia, usia prasekolah, dan tidak ada
artikel, sebanyak 36 artikel dikeluarkan karena dalam bentuk full text dan
artikel tidak lengkap. Pada tahap included didapatkan 5 artikel yang dilakukan
STIKes Indramayu
28
Artikel dikeluarkan (n = 24 )
Artikel disaring berdasarkan judul, tidak ada keterkaitan
bahasa dan tahun (n = 300 ) penelitian (n = 276 )
*Google Scholar (n=276), portal garuda
(n= 24)
Screening
Gambar 4.1
Diagram Alur PRISMA
STIKes Indramayu
BAB V
HASIL PENELITIAN
hingga 2021 dalam bentuk full text yang sudah dibaca memenuhi kriteria
insklusi maka artikel tersebut diunduh dan disimpan pada folder untuk dipilih
Tabel 5.1
Hasil Penelitian
30
31
STIKes Indramayu
32
STIKes Indramayu
33
STIKes Indramayu
34
STIKes Indramayu
35
STIKes Indramayu
36
STIKes Indramayu
37
STIKes Indramayu
38
STIKes Indramayu
39
STIKes Indramayu
BAB VI
PEMBAHASAN
balita. Berdasarkan hasil pencarian artikel yang sudah dipaparkan pada BAB
1. Jenis lantai
terbuat dari semen, tegel maupun keramik sedangkan tidak memenuhi syarat
apabila suatu rumah memiliki bahan dasar berupa tanah dan lantai. Jenis lantai
suatu rumah, selain itu jenis lantai yang tidak memenuhi syarat umumnya
menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian
pneumonia pada baliya dengan nilai p Value 0,042. Penelitian yang dilakukan
Hayati, Suhartono dan Winarni (2017) menunjukkan hasil bahwa tidak ada
hubungan antara jenis lantai dengan kejadian pneumonia pada balita dengan
40
41
(2016) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang antara jenis lantai
dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,009. Penelitian
hasil tidak ada hubungan yang antara jenis lantai dengan kejadian pneumonia
pada balita dengan nilai p Value 0,474. Penelitian yang dilakukan Yuliyanti,
Setiani, & Hanani (2012) menunjukkan hasil tidak ada hubungan yang antara
jenis lantai dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 1,000.
artikel (40%) menyebutkan bahwa ada hubungan antara jenis lantai dengan
kejadian pneumoni pada balita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sari, Rahardjo, & Joko (2018) menyebutkan bahwa jenis lantai
yang tidak kedap air dapat menimbulkan kelembaban dan lantai menjadi
bahwa jenis lantai memenuhi syarat apabila suatu rumah jenis lantainya
terbuat dari semen, tegel maupun keramik. Jenis lantai yang tidak memenuhi
STIKes Indramayu
42
(60%) menunjukan hasil tidak ada hubungan antara jenis lantai dengan
dan Nurjazuli (2015) dengan jenis lantai yang memenuhi syarat kesehatan
yaitu permanen, tidak berdebu pada musim kemarau dan kedap air saat musim
hujan. Jenis lantai dengan kejadian pneumonia pada balita dalam kategori
tidak signifikan nilai diatas 50% artinya jenis lantai dengan kejadian
pneumonia pada balita masih kurang. Hasil tersebut tergambar banyak jenis
2. Jenis Dinding
Sedangkan dinding rumah yang tidak memenuhi syarat terbuat dari bahan
yang tidak kedap air yang dapat meningkatkan kelembaban rumah akibat
mencegah panas pada siang hari dan menahan panas pada malam hari sehingga
Dinding menjadi media bagi proses rising damp (kelembaban yang naik dari
tanah) yang merupakan salah satu faktor penyebab kelembaban dalam rumah,
menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara jenis dinding dengan kejadian
STIKes Indramayu
43
pneumonia pada baliya dengan nilai p Value 0,113. Penelitian yang dilakukan
Hayati, Suhartono dan Winarni (2017) menunjukkan hasil bahwa tidak ada
hubungan antara jenis dinding dengan kejadian pneumonia pada balita dengan
(2016) menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang antara jenis
dinding dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,066.
menunjukkan hasil tidak ada hubungan yang antara jenis dinding dengan
kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,474. Penelitian yang
dilakukan Yuliyanti, Setiani, & Hanani (2012) menunjukkan hasil tidak ada
hubungan yang antara jenis dinding dengan kejadian pneumonia pada balita
dengan nilai p Value 0,463. Berdasarkan jenis dinding, dari 5 artikel review, 5
Suhartono, Nikie Astorina, Yunita, & Dewanti, jenis dinding lembab yang
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti tahun
2012 menyimpulkan bahwa jenis lantai tidak ada hubungan yang signifikan
dari balita. Biasanya ayah balita merokok tidak jauh dari balita tersebut.
STIKes Indramayu
44
kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,035. Penelitian yang
& Dharminto (2016) menunjukkan hasil ada hubungan yang antara keluarga
merokok dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,020.
hasil ada hubungan antara keluarga yang merokok dengan kejadian pneumonia
pada balita dengan nilai p Value 0,037. Berdasarkan jenis dinding, dari 5
artikel review, 4 jurnal didapatkan hasil uji univariat perilaku merokok dengan
kualitas udara. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
kejadian pneumonia.
STIKes Indramayu
45
dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,05. Faktor yang
tidak signifikan dalam kelurga merokok. Hasil uji univariat pada 5 artikel
review didapatkan 1 jurnal 20% maka dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada
kejadian pneumonia pada anak balita. Penelitian ini dikuatkan oleh penelitian
yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fahimah tahun 2014, bahwa
4. Kepadatan hunian
penularan penyakit. Bila penghuni terlalu padat dan terdapat penghuni yang
menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan
kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,062. Penelitian yang
tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian pneumonia pada
balita dengan nilai p Value 0,293. Penelitian yang dilakukan Yuliyanti, Setiani,
& Hanani (2012) menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara kepadatan
hunian dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,143.
STIKes Indramayu
46
menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan
menyebutkan hasil uji univariat dalam kategori tidak signifikan 80%. Menurut
penyakit. Bila penghuni terlalu padat dan terdapat penghuni yang sakit, maka
sejalan dengan Fahimah tahun 2014, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
(2016) menunjukkan hasil ada hubungan yang antara kepadatan hunian dengan
hunian rumah dengan kejadian pneumonia pada balita (p value= 0,006), berarti
STIKes Indramayu
47
5. Suhu
ruangan menjadi lembab dan apabila suhu terlalu tinggi diatas 35ºC ruangan
akan menjadi pengap. Persyaratan suhu rumah sehat adalah 18ºC - 30ºC.
biomassa, ventilasi yang tidak memenuhi syarat, bahan dan struktur bangunan,
tekanan udara, temperatur udara, kecepatan udara, sinar matahari dalam ruang
dan temperatur penyinaran. Suhu ruangan akan meningkat pada rumah dengan
kepadatan hunian yang tinggi akibat pengeluaran panas tubuh. Kadar O2 akan
jumlah penghuni dalam ruangan.Suhu udara yang tinggi dapat menjadi media
dapat tumbuh pada rentang suhu 25ºC - 40ºC dan bisa tumbuh secara optimal
pada rentang suhu antara 31ºC -37ºC (Sari, Rahardjo, & Joko, 2018).
menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara suhu dengan kejadian
pneumonia pada baliya dengan nilai p Value 1,000. Penelitian yang dilakukan
Hayati, Suhartono dan Winarni (2017) menunjukkan hasil bahwa tidak ada
hubungan antara suhu dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p
menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang antara suhu dengan
kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,585. Penelitian yang
STIKes Indramayu
48
tidak ada hubungan antara suhu dengan kejadian pneumonia pada balita
dengan nilai p Value 0,091. Penelitian yang dilakukan Yuliyanti, Setiani, &
Hanani (2012) menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara suhu dengan
kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,076. Berdasarkan dari
5 artikel yang telah dilakukan review 5 artikel menyebutkan hasil uji univariat
dalam kategori tidak signifikan artikel terdapat tidak ada hubungan 100%
antara suhu dengan kejadian menunjukan hasil memiliki nilai p value < ɑ
(0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Arief Satiawan yang
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara suhu ruangan
6. Pencahayaan
cahaya alami dan buatan. Sehingga merupakan dapat menjadi factor penting
Notoadmodjo, 2011).
pneumonia pada baliya dengan nilai p Value 0,001. Penelitian yang dilakukan
STIKes Indramayu
49
dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,010. Penelitian
yang dilakukan Yuliyanti, Setiani, & Hanani (2012) menunjukkan hasil ada
menyebutkan hasil uji univariat dalam kategori signifikan yaitu 80% menurut
Delima Kurnia Sari, Mursid Rahardjo, & Tri Joko 2018 cahaya yang masuk
Sinar UV dapat menjadikan DNA mikroba menjadi steril akibat sinar UV yang
menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan
kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,261. Berdasarkan dari
5 artikel yang telah dilakukan review 1 artikel yang terkait tikel menurut
Amalia Mustika Hayati, Suhartono, & Sri Winarni 2017 menyebutkan hasil uji
univariat dalam kategori tidak signifikan yaitu 20% menurut Dinda Rachma
Anggiani, Suhartono, Nikie Astorina, & Yunita (2016), bahwa variabel yang
STIKes Indramayu
50
dengan kualitas udara di dalam rumah. Jenis bahan bakar yang baik/
menimbulkan banyak asap seperti kayu bakar, arang dan minyak tanah dan
obat nyamuk bakar. Bahan bakar masak yang tidak memenuhi syarat akan
terjadi di dalam rumah yang sering timbul adalah CO2, NH3 (amoniak) dan
H2S.
bakar dengan kejadian pneumonia pada baliya dengan nilai p Value 0,034.
bakar dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,000.
balita dengan nilai p Value 0,003. Berdasarkan dari 5 artikel yang telah
Astorina, & Yunita (2016), Obat nyamuk bakar yang digunakan di ruangan
STIKes Indramayu
51
dan Winarni (2017) menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara
terkait tikel menurut menyebutkan hasil uji univariat dalam kategori tidak
berhubungan 40%. Penelitian ini sejalan dengan Yuliawati pada tahun 2015
terkait tikel menurut Amalia Mustika Hayati, Suhartono, & Sri Winarni 2017
penggunaan jenis bahan bakar dengan kejadia pneumonia pada anak balita.
Penelitian ini sejalan dengan Yuliawati pada tahun 2015 menyimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara penggunaan jenis bahan bakar dengan kejadian
STIKes Indramayu
52
8. Luas Ventilasi
oleh tipe rumah yang kecil kerena kepemilikan lahan yang sedikit.
Kepemilikan lahan yang sedikit akibat harga lahan di perkotaan yang mahal
dan jumlah penduduk yang semakin padat ventilasi rumah dengan kejadian
pneumonia pada anak balita. Lancar atau tidaknya kecepatan ventilasi dalam
suatu ruangan ditentukan oleh luas ventilasi. Luas ventilasi yang kurang akan
Menurut Delima Kurnia Sari, Mursid Rahardjo, & Tri Joko 2018
menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara luas ventilasi dengan
kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 1,000. Penelitian yang
STIKes Indramayu
53
tidak ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian pneumonia pada
Suhartono, dan Winarni (2017) menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan
antara luas ventilasi dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p
Value 0,05. Penelitian yang dilakukan Yuliyanti, Setiani, & Hanani (2012)
menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian
menyebutkan hasil uji univariat dalam kategori tidak signifikan yaitu 80%.
Jika udara kurang mengandung uap air, maka udara akan bersifat kering dan
apabila udara banyak mengandung uap air akan menjadi udara basah dan jika
(2016) menunjukkan hasil ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian
pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,011. Berdasarkan dari 5 artikel
yang telah dilakukan review 1 artikel yang terkait tikel menurut menyebutkan
hasil uji univariat dalam kategori signifikan 20%. Hubungan antara luas
0,011 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara luas ventilasi
STIKes Indramayu
54
9. Kelembaban
udara. Semakin tinggi tingkat kelembaban udara maka semakin tinggi pula
kandungan uap air di udara. Kelembaban yang tinggi ini berperan penting
dalam pertumbuhan bakteri karena uap air menjadi media bertahan hidup
dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 1,000. Penelitian
pada balita dengan nilai p Value 0,881. Penelitian yang dilakukan Wulandari,
Value 0,011. Penelitian yang dilakukan Yuliyanti, Setiani, & Hanani (2012)
menyebutkan hasil uji univariat dalam kategori tidak signifikan yaitu 80%.
STIKes Indramayu
55
kelembaban yang lebih tinggi akan mempengaruhi laju replikasi bakteri dan
kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p Value 0,05. Berdasarkan dari 5
Mustika Hayati, Suhartono, & Sri Winarni 2017 Berdasarkan nilai p-value<
0,05 maka dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
anak balita.
judulnya sama dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan oleh
mendapatkan 5 jurnal karena banyak yang tidak sama dengan kategori peneliti.
STIKes Indramayu
56
balita.
STIKes Indramayu
BAB VII
A. SIMPULAN
(60%) artinya ada hubungan antara penggunan obat nyamuk bakar dengan
tidak ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian pneumonia pada
balita
balita.
57
58
tidak ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian pneumonia pada balita.
tidak ada hubungan antara jenis dinding dengan kejadian pneumonia pada
balita.
balita.
B. SARAN
1. Pelayanan Kesehatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
2. Pendidikan Kesehatan
STIKes Indramayu
59
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian
STIKes Indramayu
DAFTAR PUSTAKA
Agustyana, K., Ginandjar, P., Saraswati, L. D., & Hestiningsih, R. (2019). Hubungan
Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Daerah
Perkotaan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas). Jurnal kesehatan
masyarakat. Vol 7, No 1 (2019): Januari. Diakses Melalui
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm Pada tanggal 20 Maret 2021 Pukul
22.33 WIB
Axton, S, T., & Fugate. (2014). Rencana asuhan keperawatan pediatrik. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC. Diakses Melalui Diakses Melalui
http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/1/KTI%20%28%20ASKEP%20P
NEUMONIA%20PADA%20An.%20R.%20F%29%202019.pdf Pada tanggal
22 Januari 2021 Pukul 16.00 WIB
Betty , S. (2012). Infeksi nosokomial. Jakarta: Trans Media Pustaka. Diakses Melalui
http://scholar.unand.ac.id/17689/4/4.%20Daftar%20Pustaka.pdf Pada tanggal
23 Maret 2021 Pukul 14.00 WIB
Dinda Rachma Anggiani, Suhartono, & Nikie Astorina Yunita Dewanti. (2016).
Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pati Kabupaten Pati Jurnal
kesehatan masyarakat (e-Journal) volume 4, nomor 3, Juli 2016.
Website: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/13536
Hidayah, H. A. N., Ummah, M., & Noviana Ayu Wulandari, N. A. (2018). Analisis
Faktor Risiko Lingkungan Fisik terhadap Kejadian Pneumonia pada Balita
Di Kelurahan Bujel Kediri. Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No.
4 (Oktober, 2018) Website:
http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh1403 Pada tanggal
26 Februari 2021 Pukul 11.00 WIB
Irianto, Koes. (2014). Ilmu kesehatan masyarakat (public health). Bandung : CV.
Website http://repository.stikes-bhm.ac.id/614/1/1.pdf Diakses pada 08 Juni
2021
Marcdante, K. J., Kliegman, R., Jenson, H., & Behram, R. (2014). Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Singapura: Saunders.
Putri Setiyo Wulandari, Suhartono, & Dharminto. (2019). Hubungan lingkungan fisik
rumah dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Jatisampurna Kota Bekasi. Website:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/14490
Putriani, Saleh, & Hernawan, (2017) Faktor risiko lingkungan yang berhubungan
dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja UPTD puskesmas
kecamatan pontianak selatan. Website:
http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JJUM/article/view/102 Diakses
pada 23 Mei 2021
Rigustia,R1 , Zeffira,L2, & Vani. (2019). Faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian pneumonia pada balita di puskesmas ikur koto kota padang.
Website: file:///C:/Users/ASUS/Downloads/215-405-2-PB%20(2).pdf
Diakses pada 05 Juni 2021
Riset Kesehatan Dasar (2018). Hasil utama riskesdas tahun 2018 Website:
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf Diakses pada 29 Mei 2021
Sari & Cahyati. Tren pneumonia balita di kota semarang tahun 2012-2018. Website:
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/30266 Diakses
pada 09 Juni 2021
Sari, D. K., Rahardjo, M., & Joko, T. (2018). Hubungan kondisi lingkungan fisik
rumah dengan kejadian pneumonia pada anak balita di kecamatan Pacitan
Kabupaten Pacitan. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 6,
Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346) Website:
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm Diakses pada 22 April 2021
Suryati,. Natasha, N & Id’ys, N. (2018). Hubungan faktor lingkungan fisik dan sosial
ekonomi keluarga terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja
puskesmas tahtul yaman kota jambi. Jurnal Daur Ulang Vol 1. Nomor 2.
Diakses Melalui http://daurling.unbari.ac.id Pada tanggal 27 Februari 2021
Pukul 19.33 WIB
Udin, M. F. (2019). Penyakit respirasi pada anak untuk dokter umum. Malang: UB
Press. Website :
http://repository.unmuhjember.ac.id/8437/10/j.%20Daftas%20Pustaka.pdf
Diakses pada 08 Mei 2021
Untari,. (2017) .7 Pilar utama ilmu kesehatan masyarakat. Yogyakarta: Thema Untari
Publising., Diakses:http://repository.stikes-bhm.ac.id/614/1/1.pdf Diakses
pada 08 Juni 2021
Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Vol 2: EGC. Diakses pada 08
juni 2021
World Health Organization. (2019). Modul 40 jam pelatihan konseling menyusui
standar WHO & UNICEF WEBSITE:
https://katalog.ukdw.ac.id/4202/1/41160018_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf
Diakses pada 01 Juli 2021
Yulianti, L., Setiani, O., & Hanani, Y. D. (2012). Faktor-Faktor Lingkungan Fisik
Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis.
Website:https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/viewFile/5030/4561
Diakses pada 01 Mei 2021