SKRIPSI
Disusun Oleh
ANGGUN OKTARINA
142012017006
2021
HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MENJAGA SANITASI
LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PULAU PANGGUNG
KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021
LaporanTugasAkhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Oleh :
ANGGUN OKTARINA
142012017006
Anggun Oktarina
99 halaman + 5 lampiran + 6 tabel + 2 bagan
ABSTRAK
Metode penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah populasi 221 didapat 76 sampel dengan tehnik simple random
sampling. Instrumen yang dipakai kuesioner perilaku keluarga dalam menjaga
sanitasi lingkungan fisik dan ISPA. Analisis data yang menggunakan uji chi square.
Anggun Oktarina
99 pages + 5 appendices + 6 tables + 2 charts
ABSTRACT
This research method uses an analytical survey design with a cross sectional
approach. Total population of 221 obtained 76 samples with simple random
sampling technique. The instrument used was a questionnaire on family behavior in
maintaining physical environment sanitation and ARI. Data analysis using chi
square test.
The results showed that the behavior of the family to maintain environmental
sanitation well (64.5%), and experienced ARI (50%). It is known that there is a
relationship between family behavior in maintaining physical environmental
sanitation with the incidence of ARI in children under five with p-value = 0.002 <
0.05. It is expected that families can manage the physical environment by routinely
cleaning the house, mopping floors, removing cobwebs once a week, opening
ventilation and keeping toddlers away from exposure to cigarette smoke and
burning, as well as being able to modify the physical environment of the house or
keep it clean from various pollution, so that the incidence of ARI in toddlers does
not recur.
Skripsi
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dihadapan tim penguji skripsi
NIM : 142012017006
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep.,Mat. Ns. Desi Ari Madi Yanti, M.kep., Sp. Kep. Mat
NBM: 909729 NBM :1017462
PENGESAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MENJAGA SANITASI
LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PULAU PANGGUNG
KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021
MENGESAHKAN
Tim Penguji :
Penguji I : Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep.,Mat. (…………………….)
NBM: 909729
Penguji II : Ns. Desi Ari Madi Yanti, M.kep., Sp. Kep. Mat
(…………………….)
NBM. 115636
Ketua Prodi
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NIM : 142012017006
Menyatakan semua yang saya tulis dalam skripsi ini sesuai dengan sumber-
ilmiah.Jika dikemudian hari diketahui skripsi ini plagiat, maka saya bersedia
Pringsewu, 2021
Penulis
ANGGUN OKTARINA
Dibuat di : Pringsewu
Pada tanggal : 2021
Yang menyatakan
ANGGUN OKTARINA
MOTTO
“Life is riding a bicycle to keep uour balance, uou must keep moving”
(Albert Einsten)
merupakan anak ke Dua dari pasangan Bapak Oktaria dan Ibu Ati Listari
dengan sekarang.
5. Email : anggun.142012017006@student.umpri.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Kepada orang tua tercinta yang tak pernah henti mendoakan,
mencurahkan cinta, kasih sayang dan selalu berusaha untuk menyediakan
apa yang dibutuhkan demi keberhasilan, selalu memberikan semangat
serta motivasi dan nasehat kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep.,Mat, selaku pembimbing I dan dosen yang
selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan motivasi sampai dengan
selesainya penulisan skripsi ini.
3. Ns. Desi Ari Madi Yanti, M.kep., Sp. Kep. Mat selaku pembimbing II dan
dosen yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan motivasi
sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.
4. Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp. J Selaku penguji utama yang selalu sabar
dalam memberikan bimbingan setelah siding hasil skripsi sampai dengan
selesai.
5. Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang
memberikan banyak ilmu serta pelajaran yang sangat berharga kepada
penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu.
6. Rekan-rekan Mahasiswa/Mahasisiwi seperjuangan S1 Ilmu Keperawatan
yang selalu membantu dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
7. Almamater Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
skripsi penelitian dengan judul: ”HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA
DALAM MENJAGA SANITASI LINGKUNGAN FISIK DENGAN
KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021”. Dapat
penulis selesaikan guna memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar
sarjana keperawatan pada program studi keperawatan.
Dalam proses penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan
banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapakan
terimakasih kepada :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahwa salah satu faktor terjadinya wabah dan penyakit yaitu faktor lingkungan
yang sangat berperan penting dalam terjadinya wabah dalam suatu penyakit
(Nuryati, 2018). Lingkungan dan manusia saling timbal balik dan sering terjadi
yang tidak memenuhi kriteria syarat adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut
diperkirakan 0,29 siklus dinegara berkembang dan 0,05 siklus di negara maju.
Hal ini menunjukan bahwa kejadian ISPA pada anak terdapat 156 juta siklus
Kasus tertinggi didunia penyakit ISPA pada anak yaitu India 43 juta, China 21
masing 6 juta episode pertahun, dari semua kasus kejadian ISPA pada anak 7-
kasus ISPA pada balita yaitu NTT 41,7%, Papua 31,1%, Aceh 30%, NTB
28,3% dan Jawa Timur 28,3%. Sedangkan di Provinsi Lampung kasus ISPA
Pesisir Barat Yaitu 16,99%, Lampung timur 16,29%, pesawaran 12,56% dan
seperti usia, merokok, daya tahan tubuh, status gizi, status infeksi sebelumnya,
Faktor utama kejadian ISPA pada anak balita yaitu perilaku keluarga yang
tidak bisa menjaga kondisi lingkungan rumah yang kurang dijaga dalam
kebersihan dan standar kelayakan serta perilaku keluarga yang kurang menjaga
rumah menyumbang angka kejadian ISPA diantaranya luas ventilasi yang tidak
peran penting dalam pertukaran udara dan masuknya cahaya serta menentukan
kualitas udara dalam rumah. Hal ini tidak akan terwujud apabila ventilasi
rumah tidak dibuka dengan lebar ataupun tidak dibuka sama sekali, dengan
demikian pertukaran udara tidak akan terjadi (Julia & Siwiendrayanti, 2017).
Penyebab ISPA yang lain pada anak balita yaitu adanya pencemaran udara di
bakar dan kebiasaan anggota keluarga merokok didalam rumah. Kondisi ini
dapat membuat efek negatif pada kesehatan anggota keluarga terutama bukan
perokok sepertihalnya anak balita yang terdampak secara langsung. ISPA yang
diderita oleh balita akan berlanjut ke penyakit pernafasan lainya apabila tidak
paru yang sering dialami oleh anak, kondisi ini akan semakin buruk jika anak
mengalami gangguan gizi seperti gizi buruk, gizi kurang dan malnutrisi
(Kadrianti, 2016). Kondisi tersebut sama halnya yang telah terjadi di wilayah
angka kejadian masalah kesehatan mengenai ISPA pada anak balita disetiap
berjumlah 483 balita dari jumlah balita 1.353, diwilayah kerja Puskesmas
Gunung Batu angka kejadian ISPA pada balita terdapat 334 dari jumlah 1.127
anak balita, diwilayah kerja Puskesmas Sumberjo jumlah anak balita terdapat
1.285 dengan kejadian balita ISPA 258 balita dan diwilayah kerja Puskesmas
Gunung alip terdapat kejadian ISPA pada anak balita sebanyak 394 dengan
jumlah anak balita 1.299. Jadi tingginya angka kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Pulau Panggung memiliki hubungan yang sangat erat
dengan perilaku keluarga dalam menjaga lingkungan yang tidak sehat dapat
terhindar dari masalah kesehatan sistem pernafasan yaitu ISPA, ventilasi udara
dengan presentase vitilasi udara yang tidak memenuhi standar balita mengalami
ISPA sebesar 96,8% dan balita terpapar asap rokok mengalami ISPA sebesar
signifikan dengan kejadian ISPA pada balita p-value 0.000. Sejalan dengan
penyebab ISPA yang terjadi pada masyarakat dari usia balita hingga lansia di
asap yaitu pembakaran genting dan bata, kayu bakar, dan merokok. Hasil
penelitian ini menunjukan cerobong asap dengan kejadian ISPA p-value 0,033
dan OR 2,682 artinya responden yang memiliki cerobong asap 2,682 kali akan
mengalami ISPA.
menjaga kondisi rumah, kejadian ISPA akan menigkat pada keluarga yang
balita.
yang telah lakukan di wilayah kerja puskesmas pulau panggung jumlah balita
berjumlah 1.353, jumlah balita yang mengalami ISPA berjumlah 221 balita dari
Hasil wawancara 10 orang ibu yang memiliki balita ISPA, 7 dari 10 orang ibu
sekali, dimana keluarga rumah membersihkan rumah jika sewaktu ingin saja.
Hasil wawancara dengan tenaga kesehatan penyebab masalah ISPA pada balita
membuka jendela agar udara masuk. Selain itu penderita ISPA pada balita di
yang berat.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa
responden memiliki perilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga lingkungan
fisik rumah masih dikategorikan rendah, hal ini yang membuat masih
sanitasi lingkungan fisik disinyalir menjadi pemicu utama kejadian ISPA pada
balita yang berulang dan menurunkan angka kesehatan balita serta menigkatkan
tanggamus pun belum ada data terkait yang pernah melalukan penelitian dengan
masalah tersebut.
Tahun 2021”.
B. Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Perilaku Keluarga Dalam
1. Tujuan Umum
Tanggamus.
2. Tujuan Khusus
Tanggamus.
1. Jenis penelitian
sectional
2. Populasi
3. Tempat
Di Kabupaten Tanggamus
4. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2021.
5. Variabel Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Aplikasi
a. Bagi Responden
kesehatan pada anak balita khususnya ISPA baik dalam pencegahan dan
pengobatannya.
b. Bagi Keluarga
2. Bagi Institusi
a. Bagi Puskesmas
3. Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan
untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan bermanfaat bagi
kemajuan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Balita
Balita adalah individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga usia remaja. Masa anak merupakan masa tumbuh
kembang yang dimulai dari usia neonatus (0-28 hari), bayi (1-12 bulan), toddler
(1-3 tahun), pra sekolah (3-5 tahun). Anak balita merupakan individu yang rentan
sepanjang masa kanak-kanak, dalam perkembangan anak memiliki ciri fisik (berat
badan dan tinggi badan), kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial
(Andriana, 2017).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1−3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3−5 tahun). Saat usia balita,
anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan
penting, seperti mandi, buang air dan makan. Balita diharapkan tumbuh dan
berkembang dalam keadaan sehat jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari
menginggat angka kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi.
penyakit infeksi dan pelayanan kesehatan. Salah satu faktor penyebab kematian
maupun yang berperan dalam proses tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap
1. Definisi ISPA
ISPA adalah infeksi yang terjadi pada pernapasan bagian atas yang meliputi
tenggorokan). Gejala dari penyakit ini antara lain; sakit tenggorokan, beringus
(rinorea), batuk, pilek, sakit kepala, mata merah, suhu tubuh meningkat 4-7
hari lamanya .
balita .
dan faktor pejamu. ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan atas atau
yang berkisar dari penyakit tanpa gejala sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung sekelompok penyakit yang termasuk ISPA adalah
akut disebabkan oleh virus atau bakteri, penyakit ini diawali dengan panas
disertai salah satu atau lebih gejala : tenggorokan sakit, nyeri telan, pilek, batuk
kering atau berdahak. ISPA tertinggi terjadi padakelompok umur 1-4 tahun .
2. Etiologi
ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, riketsia. Bakteri penyebab
Hemofillus, Bordetelia dan Korine bakterium. Virus penyebab ISPA antara lain
ISPA disebabkan oleh bacteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah
satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu
yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak
bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa
mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan
bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon,
Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan
(Depkes, 2016).
yakni demam dengan suhu lebih dari 37°C, batuk, hidung berair, nyeri atau
radang tenggorokan, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, dan tidak ada
dalam waktu 3 hari dan akan menurun gejalanya dalam waktu 7 sampai 14
hari.
Seorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala seperti batuk, suara serak saat berbicara atau menangis,
Seorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala seperti nafas cepat (fast breathing) sesuai usia, untuk
usia <2 bulan frekuensi nafas ≤60 kali/menit, untuk usia 2 bulan sampai <1
tahun frekuesi nafas ≥50 kali/menit, dan untuk usia 1 sampai <5 tahun
frekuensi nafas ≥40 kali/menit, suhu tubuh lebih dari 39°C, tenggorokan
berwarna merah, timbul bercak merah pada kulit seperti campak, telinga
Seorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala ringan dan sedang seperti bibir atau kulit membiru, tidak
sadar atau kesadaran menurun, sela iga tertarik ke dalam pada waktu
bernafas, tampak gelisah, denyut nadi cepat > 60 kali/menit atau tidak
teraba, nafas berbunyi seperti mendengkur, dan tenggorokan berwarna
merah.
4. Klasifikasi ISPA
1) ISPA Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang
2) ISPA Ringan
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
napas cepat.
1) ISPA Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan didinding dada bagian
bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa
2) ISPA Sedang
lebih
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat.
5. Patofisiologi
Awal terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian Atas dimulai dari
masuknya virus dan bakteri dari beberapa genus, lalu berinteraksi dengan
tubuh. Akibat dari masuknya virus menyebabkan silia yang ada di permukaan
saluran pernapasan akan berusaha mendorong ke atas. Jika usaha ini gagal
maka virus akan merusak epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan.
diatas batas normal dan mekanisme pengeluaran cairan ini menyebabkan batuk,
saluran nafas bawah yang mengenai bronkus atau alveolus. Terdapat banyak
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dilihat dari tanda dan gejala yaitu
sebagai berikut :
7. Faktor Resiko
a. Faktor Demografi
pasien. Faktor risiko infeksi pneumonia pada pasien (host) dalam hal ini
anak balita meliputi: usia, jenis kelamin, berat badan lahir, riwayat
pemberian ASI, status gizi, riwayat pemberian vitamin A, riwayat
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga agar balita tidak
bersih dan sehat. Selain itu upaya perawatan di rumah sangatlah penting
faktor lingkungan.
1. Definisi
a. Kondisi Lantai
Lantai yang baik berasal dari ubin maupun semen, namun untuk
dengan syarat tidak berdebu pada saat musim kemarau dan tidakbasah
pada saat musim hujan, untuk memperoleh lantai tanah yang padat dan
b. Kondisi Dinding
Tembok merupakan salah satu dinding yang baik namun untuk daerah
terdapat jendela udara dapat bertukar melalui celah-celah papan, selain itu
c. Kondisi Atap
Genteng adalah atap rumah yang cocok digunakan untuk daerah tropis
namun dapat juga menggunakan atap rumbai ataupun daun kelapa. Atap
seng atau pun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal
yang masuk kedalam rumah terlalu banyak dapat menyebabkan silau dan
yakni:
1) Cahaya alamiah
Cahaya alamiah berasal dari cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting
2) Cahaya buatan
e. Kelembaban
60%.
f. Ventilasi
rumah dan kadar Karbon dioksida (CO2) yang bersifat racun bagi
ruang dari bakteri pathogen karena akan terjadi aliran udara yang terus
(Notoatmodjo, 2011).
g. Kepadatan hunian
Luas lantai bangunan rumah yang sehat harus cukup untuk penghuni di
O2 juga bila salah satu keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah
a. Bahan bangunan
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m 3 per 24 jam, plum bum (PB)
sebagai berikut
- 10 cm dari pekarangan
c. Pencahayaan
luas lantai.
e. Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk atau puntikus yang bersarang di
dalam rumah
f. Penyediaan air
orang/hari.
g. Pembuangan Limbah
1. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air,
2. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau,
D. Konsep Perilaku
1. Definisi Perilaku
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan
perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Pada manusia, perilaku operan
atau psikologis inilah yang dominan. Sebagian terbesar perilaku ini merupakan
(tanpa tindakan nyata atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan
nyata atau (konkret). Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan
merupakan respon/ reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari
2. Klasifikasi Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
3. Perilaku Keluarga
Dalam sebuah keluarga perilaku keluarga dapat diciptakan atau disepakati oleh
anggota keluarga untuk diterapkan supaya menjadi gaya hidup, salah satunya
lainya sehingga perilaku ini dapat konsisten dan apabila ada yang tidak patuh
maka anggota keluuarga lainya saling mengigatkan. Namun ada juga perilaku
dalam rumah. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zhafirah &
didalam rumah dan didekat anak, mencuci tangan dengan air bersih dan
E. KerangkaTeori
Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk
Gambar 2.1
KerangkaTeori
1. Ventilasi
2. Pencahayaan
Rumah Sanitasi Lingkungan Kejadian
Alami
Fisik Rumah ISPA
3. Kelembaban
4. Lantai
5. Dinding
Perilaku Anggota Menerapkan
perilaku PHBS dan 6. Atap
Keluarga
menjaga sanitasi
lingkungan Sesuai Standar UU
- Perilaku Tertutup
- Perilaku Terbuka
Menigkatkan Risiko
Kejadian
Kesakitan/Penyakit
F. Kerangka Konsep
dari hal-ha lkhusus (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep pada penelitian ini
adalah:
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
2021
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah survey analitik dengan
saat (point time approach). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan variabel
B. Variabel Penelitian
antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian
balita.
C. Definisi Operasional
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena
(Nursalam, 2015). Definisi Operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.1
Table 3.1
Definisi operasional
1. Populasi
Jumlah popolasi balita pada bulan januari sampai mei sebanyak 221 balita.
2. Sampel
ini adalah teknik yang dilakukan pengambilan sampel secara acak sederhana
dengan asumsi bahwa karateristik tertentu yang dimiliki oleh populasi tidak
sebagai berikut :
Keterangan:
N = Total populasi
n = Jumlah sampel minimal
d2 = derajat kesalahan yang dapat ditolerir (1%)
Jumlah sample yang dibutuhkan berdasarkan rumus diatas adalah :
n= 221
1 + 221 (0,01)
n = 221
3,21
n = 68,847 = 69 responden
yaitu 7 reponden, jadi total sampel dalam penelitian ini yaitu 76 responden.
3. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
Kriteria ini merupakan ciri yang perlu dipenuhi dari setiap anggota
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria ini merupakan ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
ini adalah:
1. Waktu penelitian
2. Tempat penelitian
Kabupaten Tanggamus.
F. Etika Penelitian
tujuan dari penelitian serta menjelaskan akibat-akibat yang akan terjadi bila
2. Anonymity(Tanpa Nama)
Anonymity merupakan kerahasiaan identitas subjek. Pada penelitian ini
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
pada pihak yang tidak berkepentingan, pada saat proses pengolaan data
analisis dan publikasi identitas responden tidak diketahui oleh orang lain.
dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan
yang ditimbulkan)
subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau
paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres maupun kematian subyek
1. Instrumen Penelitian
bukti dari suatu penelitian. Sehingga instrumen atau alat ukur merupakan
responden, kuisioner juga berupa alat ukur yang tersteruktur, karena bagian
menjaga sanitasi pada penelitian ini tidak mengadopsi dari peneliti orang
pernah tidak. Jawaban positif seperti setuju, benar, pernah diberi skor 1,
2. Uji Validitas
Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan
alat ukur yang tidak valid (Dharma, 2015). Untuk mengetahui validitas
suatu instrument perlu dilakukan uji korelasi antara skors tiap – tiap
dipakai adalah product moment dengan hasil valid apabila nilai korelasi dari
tabel. Bila r hitung > r tabel maka Ho ditolak, artinya variabel valid, bila r
hitung < r tabel maka Ho gagal ditolak, artinya variabel tidak valid
anggota keluarga yang memiliki balita ISPA. Hasil dari uji validitas yang
dilakukan oleh peniliti terdapat hasil dari terdapat 14 pertanyaan (0,490-
0,868) yang dinyatakan valid yang 2 pertanyaan dengan hasil P11 0,443 dan
P16 0,240 yang dinyatakan 2 pertanyaan tersebut tidak valid dan tidak
3. Uji Reliabilitas
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
rtabel dengan r hasil (Cronbach Alpha), dan jika Cronbach Alpha lebih
besar dibanding r table, maka pertanyaan dinyatakan reliabel. Hasil dari uji
reabilitas yang dilakukan peneliti terdapat hasil 0,868 > r table (0,444).
reliable
4. Pengumpulan Data.
pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan data primer. Data primer
pada peneliti
yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari
peneliti masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa dan belum siap
untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti
1. Editing (Penyuntingan)
2. Coding (Pengkodean)
4. Cleaning(Pembersihan data)
Setelah semua data dari semua responden telah selesai diproses, perlu
5. Tabulating
yang sedemikian rupa agar mudah disajikan dan dinamis. Tahap ini hasil
I. Analisa Data
1. Analisis Univariat
kejadian ISPA.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan terhadap dua variabel
ditolak. Hasil dari penelitian ini didapatkan hasil nilai p-value = 0.002 <
Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita dan nilai Odds Ratio
tidak baik memiliki risiko 4.921 kali balita terserang penyakit ISPA
J. Jalannya Penelitian
1. Langkah Persiapan
meliputi :
penelitian.
2. Langkah Pelaksanaan
Tanggamus.
Panggung
g. Peneliti melihat rekam medis responden dalam 6 bulan terakhir untuk
BAB IV
rawat jalan dan inap. Masyarakat Pulau Panggung berada pada dataran tinggi
dan sebagian besar bekerja sebagai petani perkebunan seperti kopi, buah-
buahan (papaya, pisang, duren, dukuh), sawah dan perkebunan sayur mayur.
yang tersebar di berbagai posyandu dan setiap posyandu terdiri dari 2-3 kader
pada akhir bulan dan kegiatan senam lansia yang dilakukan setiap hari jumat
menggunakan protokol kesehatan dan jumlah peserta senam yang dibatasi 10-
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil data yang diperoleh berikut ini disajikan data
Tabel 4.1
Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia Ibu
Tabel 4.2
Dsitribusi Frekwensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Anak
Tabel 4.3
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Perilaku Keluarga
Tabel 4.4
Dsitribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis Hubungan Perilaku
berikut :
Tabel 4.5
Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan
Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun 2021
kategori tidak baik dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik lebih tinggi
mengalami ISPA 74.1% dan 2 kali lipat lebih rendah dengan perilaku
keluarga kategori baik 36.7%. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-
Square didapatkan nilai p-value = 0.002 < 0.05 artinya penelitian ini ada
lingkungan fisik dengan kejadian ISPA dan nilai Odds Ratio 4.921
menjaga sanitasi lingkungan fisik yang buruk memiliki risiko 4.921 dengan
C. Pembahasan
1. Analisi Univariat
penanganan penyakit seperti ISPA akan lebih cepat dilakukan, hal ini
dengan perempuan.
dikarenakan aktivitas bermain yang tinggi pada anak dan anak laki-
makan.
keluarga satu dengan lainya sehingga perilaku ini dapat konsisten dan
apabila ada yang tidak patuh maka anggota keluuarga lainya saling
berkaitan dengan sistem pernafasan seperti ISPA. Oleh sebab itu perlu
bersumber dari sanitasi fisik rumah merupakan salah satu faktor yang
penyakit ISPA pada balita disebabkan oleh faktor kondisi fisik rumah
seperti ventilasi, jenis lantai, kepadatan hunian dan keberadaan
dari lingkungan fisik rumah dan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) anggota keluarga dalam satu rumah. Anak usia balita masih
2. Analisis Bivariat
Tanggamus Tahun 2021 dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p-value
negatif seperti tidak menjaga kebersihan rumah dan merokok dalam rumah
mudah menular dari seseorang ke orang lain terutama dalam kondisi tubuh
yang tidak sehat. Penyakit ini sangat berbahaya dan sering menyerang pada
dan asupan nutrisi yang baik dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan sehat. Mengenali gejala dan tanda-tanda pneumonia untuk deteksi dini.
Pada balita dan anak yang memiliki kondisi tubuh dengan sistem imun
(Krismeandari, 2015).
lantai rumah, dinding rumah dan atap rumah dengan kejadian ISPA pada
lingkungan fisik rumah maka kejadian ISPA pada balita dan anggota
bahwa ada hubungan antara jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunia,
dengan anak balita yang dalam rumahnya tidak ada yang merokok. Asap
sebagian besar adalah bayi, anak-anak, dan ibu yang terpaksa menjadi
perokok pasif oleh karena ada anggota mereka yang merokok di dalam
rumah.
Hasil penelitian (Ira & Agnes, 2019) menyampaikan bahwa kejadian ISPA
di dalam rumah tetap segar dan membebaskan udara ruangan dari bakteri-
segi kebersihan dan persyaratan. Lantai dari tanah lebih baik tidak
digunakan lagi karena jika musim hujan akan menjadi lembab sehingga
lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Penelitian yang
rumah yaitu merupakan penerangan dalam rumah pada pagi, siang, atau
sore hari yang berasal dari sinar matahari langsung yang masuk melalui
pengaruhi oleh luas ventilasi dan jendela rumah yang dibuka setiap hari.
jika jendela kurang luas dan jarang dibuka pada siang hari, tidak memiliki
utara. Pencahayaan alami dianggap baik jika besarnya antara 60–120 lux
dan buruk jika kurang dari 60 lux atau lebih dari 120 lux. Hal yang perlu
hunian dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p=0,017 (p>0,05).
engan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah. Luas lantai bangunan
rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai
yang lain kemungkinan kontak ini menjadi lebih besar pada rumah yang
padat penghuninya.
meningkat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka
salah satunya balita tetap mengalami ISPA hal ini disebabkan oleh banyak
air bersih dan imunitas tubuh yang rentan. Sejalan dengan penelitian Ira
dan Agnes (2019) mengatakan bahwa usia balita merupakan individu yang
asupan makan yang seimbang dan cukup, ketersedian sarana air bersih dan
menjaga PHBS maka serangan ISPA pada anak dapat terminimalisir akan
tetapi apabila kebutuhan gizi anak dan PHBS tidak dipenuhi maka anak
Peneliti berpendapat bahwa kejadian ISPA pada anak balita dapat dicegah
agat tetap bersih dari debu, asap rokok, pencahayaan dalam rumah dari
sinar matahari cukup, setiap pagi dan siang hari membukan ventilasi agar
batuk, pilek dan lainya agar menjaga jarak dengan anggota keluarga lainya
dicegah penularanya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
terbanyak pada kelompok usia 25-28 tahun dan kelamin terbanyak yaitu
laki-laki.
Kejadian ISPA Pada Balita dan nilai Odds Ratio 4.921 Confidence
4. Aplikasi
a. Bagi Responden
b. Bagi Keluarga
terulang.
5. Bagi Institusi
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian ilmiah oleh dosen
6. Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan elaborasi dan kajian ilmiah dan
variabel yang berbeda mengenai ISPA yang terjadi pada usia balita.
DAFTAR PUSTAKA
Adhasari Agungnisa.(2019).Physical Sanitation of the House that Influence the
Incidence of ARI in Children under Five in Kalianget Timur Village. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Vol. 11 No. 1 Januari 2019 (1- 9).
Asriati, Zamrud, Kalenggo & Dewi Febrianty. (2012). Analisis Faktor Risiko
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak Balita. Jurnal
Keperawatan.
Assetya & Zahra. (2018). Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kejadian ISPA Pada
Balita Di Indonesia. Jurnal Keperawatan.
Depkes RI. (2012). Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernafasan Akut.
Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI. (2016). Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernafasan Akut.
Depkes RI. Jakarta.
Desy Pas. (2018). Hubungan Perilaku Merokok Anggota Keluarga Dengan
Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang
Tahun 2018. Universitas Andalas.
Dewi Puji Kadrianti. (2016). Faktor risiko lingkungan fisik rumah dengan kejadian
ISPA balita di Kelurahan Takatidung Polewali Mandar. Unnes Journal of
Public Health.
Elmi Nuryati. (2018). Faktor Determinan ISPA Pada Daerah Home Industri. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. Volume 7 No 1 Januari 2018.
Falagas, M.E., Mourtzoukou, E.G., Vardakas, K.Z. Sex differences in the incidence
and severity of respiratory tract infection. Respiratory Medicine. 2007;
101(1):1845-1863.
Ira Putri Lan Lubis, Agnes Ferusgel. (2019). Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan
Keberadaan Perokok dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Desa Silo Bonto, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat Volume 11 Edisi 2, 2019.
Putu Meitri Nirmala Utami, Putu Siadi Purniti, & I Made Arimbawa. (2016).
Hubungan jenis kelamin, status gizi dan berat badan lahir dengan angka
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Banjarangkan II tahun 2016. |
Intisari Sains Medis 2018; 9(3): 135-139 | doi: 10.1556/ism.v9i3.216.
Ridia Utami Kasih, Yuliatin Lamatungga. (2020). The Relationship Between House
Physical Sanitation With The Event of Acute Channel InfectionIn Children
in The Working Area of Wua-Wua District Anawai Subdistrict. MIRACLE
Journal of Public Health, Vol 3. No.1 Juni 2020.
Yanti & Novita Sari (2018). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita Usia 1-5 Tahun
DiWilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Nuban Kabupaten Lampung Timur.
Jurnal Dunia Kemas, 7, No 4.
Yuliya, & Rahmawati Intan. (2015). Hubungan Faktor Lingkungan Rumah Dengan
Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Wonosari Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu. STIKes Muhammadiyah Pringsewu. Skripsi
L
A
M
P
I
R
A
N
INFORMED CONSENT
Pulau Panggung……….
Kepada Yth,
Calon Responden
Di Tempat
Dengan Hormat,
NIM : 142012017006
(Anggun Oktarina)
(............................)
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Dengan ini saya menyatakan bersedia guna berperan serta dalam penelitian ini dan
Demikian surat permohonan ini saya buat, semoga penelitian ini bermanfaat dan
Pulau Panggung,…………………2021
Hormat saya
(………………………………..)
KUISIONER
PERILAKU KELUARGA
MENJAGA SANITASI LINGKUNGSN
Identitas Responden
No Responden :
Nama Insial Responden :
Tanggal Pengisian :
Umur :
Jenis Kelamin :
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah ventilasi rumah anda sering dibuka
2 Apakah anda 1 minggu sekali membersihkan sarag laba-
laba dalam rumah
3 Apakah dalam setiap hari anda membersihkan lantai
rumah anda (menyapu,mengepel)
4 Sebelum menyuapi anak anda apakah mencuci tanggan
dengan sabun
5 Saat anak anda mengali batuk,pilek dan nyeri tengorokan
langsung memberikan obat atau berobat ke pelayanan
kesehatan
6 Apakah anda memasak menggunakan tugku dan kayu
bakar
7 Apakah anda membakar sampah disamping rumah
8 Apakah anda memberikan makanan kepada anak anda
setiap hari makanan bergizi seimbang
9 Apakah anda menyimpan makanan ditempat tertutup
10 Apakah anggota keluarga anda merokok didalam rumah
dan didekat anak
11 Apakah anda rutin membersihkan debu dirumah seperti di
disela-sela jendela, pintu, dan sebagainya
12 Apakah anda menjauhkan anak anda saat anggota
keluarga anda merokok
13 Apakah anda mengantung baju kotor di pintu kamar atau
disampiran sembarang tempat
14 Apakah kamar mandi dan kamar cuci anda kedap air dan
mudah dibersihkan
LEMBAR CEKLIS
TANDA DAN GELAJA ISPA
No Peryataan Ya Tidak
1 Suhu badan lebih dari 37°C
2 Batuk
/COMPRESSED.
EXAMINE VARIABLES=PerilakuKeluarga
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
N of Rows in Working
76
Data File
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Cases
Descriptives
Variance 3.874
Minimum 6
Maximum 13
Range 7
Interquartile Range 4
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
PerilakuKeluarga
9.00 6 . 000000000
12.00 7 . 000000000000
1.00 8. 0
5.00 9 . 00000
23.00 10 . 00000000000000000000000
18.00 11 . 000000000000000000
7.00 12 . 0000000
1.00 13 . 0
Stem width: 1
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
N of Rows in Working
76
Data File
/ORDER=ANALYSIS.
Statistics
Perilaku_Kelua
Usia Jenis_Kelamin Kejadian_ISPA rga
N Valid 76 76 76 76
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kejadian_ISPA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Perilaku_Keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
CROSSTABS
/TABLES=Perilaku_Keluarga BY Kejadian_ISPA
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW
Crosstabs
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
N of Rows in Working
76
Data File
/TABLES=Perilaku_Keluarga BY
Kejadian_ISPA
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW
Dimensions Requested 2
Cases
Perilaku_Keluarga *
76 100.0% 0 0.0% 76 100.0%
Kejadian_ISPA
Kejadian_ISPA
% within
63.3% 36.7% 100.0%
Perilaku_Keluarga
% within
25.9% 74.1% 100.0%
Perilaku_Keluarga
Total Count 38 38 76
% within
50.0% 50.0% 100.0%
Perilaku_Keluarga
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Linear-by-Linear
9.580 1 .002
Association
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.50.
Risk Estimate
N of Valid Cases 76
GET
RELIABILITY
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Notes
Output Created 22-AUG-2021 19:07:10
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=p1 p2 p3 p5 p6 p7 p8 p9
p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
N %
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.943 15
Item Statistics
p1 1.80 .410 20
p2 1.80 .410 20
p3 1.80 .410 20
p5 1.75 .444 20
p6 1.85 .366 20
p7 1.85 .366 20
p8 1.85 .366 20
p9 1.90 .308 20
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics