Anda di halaman 1dari 114

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN PADA IBU BALITA STUNTING

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI

BANYUWANGI TAHUN 2021

Oleh:

HANY RYZCA WULANDARI

201702015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2021
SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN PADA IBU BALITA STUNTING

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI

BANYUWANGI TAHUN 2021

Untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S. Kep)

Pada program S1 Keperawatan STIKes Banyuwangi

Oleh:

HANY RYZCA WULANDARI

201702015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2021
PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Proposal ini adalah hasil karya tulis ilmiah saya sendiri, dan saya tidak melakukan

kegiatan plagiat dalam penulisan proposal saya yang berjudul:

“Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

Kertosari Banyuwangi Tahun 2021”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah di tetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya

buat dengan sebenar-benarnya.

Banyuwangi, …… September 2021


Yang membuat pernyataan

HANY RYZCA WULANDARI


2017.02.015

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul:

“Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

Kertosari Banyuwangi Tahun 2021”

Hany Ryzca Wulandari

2017.02.015

Skripsi telah disetujui

Pada tanggal, …… September 2021

Oleh:
Pembimbing I

Ns. Ukhtul Izzah., S. Kep., M. Kep


NIDN: 0705028404

Pembimbing II

Ns. Achmad Efendi, S.Kep


NUPN: 9907147836
Mengetahui

Ketua Program Study S1 Keperawatan

Sholihin, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIDN : 9907147949

iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI PROPOSAL SKRIPSI

Skripsi dengan Judul:

“Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

Kertosari Banyuwangi Tahun 2021”

Hany Ryzca Wulandari

2017.02.015

Telah Diuji Dihadapan Tim Penguji pada

Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan BanyuwangiPada

Tanggal: …. September 2021

TIM PENGUJI:

Penguji I : Ns. ANITA DWI A., M. Kep. .............................

Penguji II : Ns. AKHMAD YANUAR F.,M. Kep. .............................

Penguji III : Ns. ACHMAD EFENDI .............................

Mengetahui,
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehataan Banyuwangi

DR. H. Soekardjo
NUPN : 9907159603

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pemberian PENDIDIKAN KESEHATAN Terhadap

Tingkat Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kertosari Banyuwangi”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep.) pada program studi S1 Keperawatan STIKES

Banyuwangi.

Dalam hal ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagi pihak,

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Bapak DR. H. Soekardjo selaku Ketua STIKes Banyuwangi yang telah memberi

kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan proram studi Ilmu Keperawatan di STIKes Banyuwangi.

2. Bapak Sholihin, S. Kep., Ns., M. Kep. selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada saya

untuk menyelesaikan program studi Ilmu Keperawatan.

3. Ibu Ukhtul Izzah., S. Kep., M. Kep. dan Bapak Achmad Effendi., S. Kep., Ns.

selaku Dosen Pembimbing 1 dan Dosen Pembibing 2 yang telah mengajari serta

membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

4. Kepala Puskesmas Kertosari serta seluruh staf keperawatan maupun non

keperawatan yang telah selalu membantu penulis dalam mendapatkan

v
informasi terkait penelitian.

5. Kepada Ibu dan Bapak tercinta yang sudah mendukung saya, selalu mendoakan

dan menyemangati saya dalam bentuk kasih sayang dan materi saya ucapkan

terimakasih dan rasa syukur sebanyak-banyaknya karena berkat Ibu dan Bapak

saya, saya bisa mencapai di titik ini.

6. Untuk diri saya sendiri, untuk Eka, Anis Hamsyong, Linda, Cosla, Thoriq,

Sherli dan teman-teman seperjuangan Prodi S1 Keperawatan STIKES

Banyuwangi terimakasih selalu mensupport saya dan selalu ada untuk saya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan kelancaran di setiap

langkah dan membalas segala kebaikan yang telah di berikan. Penulis menyadari

bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dalam penulisan,

penyusunan ataupun penyajian materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca sebagai bahan penyempurna penyusunan laporan berikutnya

dan semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Banyuwangi, …… September 2021


Penulis

HANY RYZCA WULANDARI


2017.02.015

vi
ABSTRAK
Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Pada Ibu Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari
Banyuwangi Tahun 2021
Hany Ryzca Wulandari

Pendahuluan: Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan


untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan.

Metode: Rancangan penelitian mengggunakan pre eksperimental desain one grub


pre dan post test, dengan teknik Purposive sampling. Populasi dan sampel dalam
penelitian ini adalah Ibu balita Stunting sejumlah 40 responden dengan teknik
Purposive sampling analisa statistik menggunakn uji Wilcoxone.

Hasil: Berdasarkan tabel uji statistik Wilcoxon menggunakan aplikasi SPSS for
windows 25 diatas, diperoleh nilai sig. (2-tailed) = 0.001. karena nilai 0.001 lebih
kecil dari <0.05 maka dapat disimpukan bahwa “hipotesis diterima”. Artinya
terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
pada Ibu Balita Stunting.

Kesimpulan: Konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan kesehatan itu


juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang
nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya.

Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Stunting, Tingkat Pengetahuan

vii
ABSTRACT
The Effect of Health Education on The Level of Knowledge in Mothers of
Stunting Toddlersin The Work Area of Kertosari Puskesmas
Banyuwangi in 2021
Hany Ryzca Wulandari

Introduction: Education in general is all planned efforts to influence other people,


whether individuals, groups, or society so that they do what is expected by
educational behavior.

Methods: The research design used a pre-experimental one grub pre and post test
design, with purposive sampling technique. The population and sample in this study
were mothers with stunting toddlers with a total of 40 respondents using a
purposive sampling technique, statistical analysis using the Wilcoxone test.

Results: Based on the Wilcoxon statistical test table using the SPSS for windows 25
application above, the sig value is obtained. (2-tailed) = 0.001. because the value
of 0.001 is smaller than <0.05, it can be concluded that "the hypothesis is
accepted". This means that there is an effect of providing health education on the
level of knowledge in Stunting Toddler Mothers.

Conclusion: The concept of education, the concept of health education is also a


learning process for individuals, groups or communities from not knowing about
health values to knowing, from not being able to overcome their own health
problems to being able tot.

Keywords : Health Education, Stunting, Knowledge Level

viii
DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS .................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI PROPOSAL SKRIPSI ............................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 6
1.3 Tujuan ................................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 6
1.4 Manfaat ................................................................................................. 7
1.4.1 Teoritis ........................................................................................... 7
1.4.2 Praktis ............................................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
2.1 Konsep Teori ......................................................................................... 9
2.1.1 Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan ............................... 9
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan ....................................................... 16
2.1.3 Motivasi Ibu ................................................................................. 17
2.1.4 Fasilitas Pelayanan kesehatan ....................................................... 18
2.1.5 Peranan Petugas Kesehatan ........................................................... 18
2.1.6 Peran Penolong persalinan ............................................................ 18

ix
2.1.7 Peran Keluarga ............................................................................. 18
2.1.8 Kesehatan Ibu dan Anak ............................................................... 19
2.1.9 Stunting ........................................................................................ 19
2.2 Konsep Stunting................................................................................... 20
2.2.1 Defisini ......................................................................................... 20
2.2.2 Etiologi......................................................................................... 21
2.2.3 Diagnosa Dan Klasifikasi Stunting ................................................ 22
2.2.4 Cara Menghitung Z-Score ............................................................. 23
2.2.5 Dampak Stunting .......................................................................... 23
2.2.6 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Stunting ............................... 24
2.3 Konsep Pengetahuan ............................................................................ 29
2.3.1 Definisi Pengetahuan .................................................................... 29
2.3.2 Tingkat Pengetahuan..................................................................... 30
2.3.3 Proses Pembentukan Perilaku ....................................................... 32
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........................... 33
2.3.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan ........................................................ 34
2.4 Pengaruh Pemberian PENDIDIKAN KESEHATAN Terhadap Tingkat
Pengetahuan Ibu Balita Stunting. .................................................................... 36
2.5 Analisis Sintesis ................................................................................... 38
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ................................. 46
3.1 Kerangka konseptual............................................................................ 46
3.2 Hipotesa Penelitian .............................................................................. 47
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 48
4.1 Definisi ................................................................................................ 48
4.2 Jenis Penelitian .................................................................................... 48
4.3 Populasi , Sampel, dan Tekhnik Sampling ............................................ 49
4.3.1 Populasi Penelitian........................................................................ 49
4.3.2 Sampel Penelitian ......................................................................... 49
4.3.3 Tekhnik Sampling......................................................................... 50
4.4 Kerangka Kerja .................................................................................... 51
4.5 Identifikasi Variabel ............................................................................ 52
4.5.1 Variabel Bebas (Independen) ........................................................ 52

x
4.5.2 Variabel Terikat (Dependen) ......................................................... 52
4.6 Definisi Operasional ............................................................................ 52
4.7 Instrumen Penelitian ............................................................................ 54
4.7.1 Satuan Acara Penyuluhan : ........................................................... 54
4.7.2 Lembar Observasional .................................................................. 54
4.8 Waktu Penelitian.................................................................................. 55
4.9 Tempat Penelitian ................................................................................ 55
4.10 Pengolahan Data............................................................................... 55
4.10.1 Langkah-Langkah Pengolahan Data .............................................. 55
4.10.2 Analisa Uji Stastistik .................................................................... 57
4.11 Keterbatasan Peneliti ........................................................................ 57
4.12 Etika Penulisan................................................................................. 58
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 60
5.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 60
5.1.1 Karakteristik Tempat Penelitian .................................................... 60
5.1.2 Data Umum .................................................................................. 61
5.1.3 Data Khusus ................................................................................. 63
5.2 Pembahasan ............................................................................................. 65
5.2.1 Tingkat pengetahuan Ibu sebelum diberikan intervensi pendidikan
kesehatan. .................................................................................................. 65
5.2.2 Tingkat pengetahuan Ibu setelah diberikan intervensi Pendidikan
Kesehatan................................................................................................... 67
5.2.3 Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan ibu balita Stunting di wilayah kerja puskesmas Kertosari. ...... 69
BAB 6 PENUTUP ............................................................................................. 71
6.1 Kesimpulan.......................................................................................... 71
6.2 Saran ................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 75

xi
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 5.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di lingkungan


puskesmas kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021 ................................... 61
Diagram 5.2 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di lingkungan Puskesmas
Kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021 .................................................... 62
Diagram 5.3 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan Ibu di lingkungan
puskesmas kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021 ................................... 62
Diagram 5.4 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di lingkungan
puskesmas kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021 ................................... 63
Diagram 5.5 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu balita
stunting sebelum diberikan pendidikan kesehatan di lingkungan puskesmas
kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021 ..................................................... 63
Diagram 5.6 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu balita
stunting sebelum diberikan pendidikan kesehatan di lingkungan puskesmas
kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021 ..................................................... 64

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Status Gizi dengan Indikator TB/U .................................................... 22


Tabel 2.2 Analisis sintesis Pengaruh Pemberian PENDIDIKAN KESEHATAN
Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada ibu Balita Stunting Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2021 .................................................. 38
Tabel 4.1 Definisi Operasional Pengaruh Pemberian PENDIDIKAN
KESEHATAN Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2021 ...........................52
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan Ibu sebelum dan
setelah diberikan pendidikan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kertosari ..64

xiii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 3. 1: Kerangka konseptual Penelitian: Pengaruh Pemberian Pendidikan


Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting di Wilayah
Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2021. ........................................ 46
Bagan 4.1 Kerangka kerja : Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap
Tingkat Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertosari Banyuwangi tahun 2021 ..................................................................... 51

xiv
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu ibu


BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BKB : Bina Keluarga Balita
BOS : Bantuan Operasional Sekolah
CTPS : Cuci Tangan Pake Sabun
GASING : Gerakan Anti Stunting
HPK : Hari Pertama Kelahiran
IUGR : Intra Uterine Growth Restriction
ISPA : Inspeksi Saluran Pernafasan Atas
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KMS : Kartu Menuju Sehat
MP-ASI : Makanan Pendamping-ASI
MGRS : Multicentre Growth Reference Study
PB/U : Panjang Badan/Usia
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
RPL : Reterdasi Pertumbuhan Linier
SEAR : South-East Asia Regional
SPSS : Statistical Product And Service Solutions
SAP : Satuan Acara Penyuluhan
WHO : World Health Organization

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Pesetujuan Pengajua Judul Skripsi ....................................... 75


Lampiran 2. Surat Permohonan Data Awal Dan Surat Pengantar Ke DINKES
Banyuwangi ....................................................................................................... 76
Lampiran 3. Surat Balasan dari Dinas Kesehatan .............................................. 77
Lampiran 4. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal .................................. 78
Lampiran 5. Surat Balasan dari Pukesmas Kertosari Banyuwangi..................... 79
Lampiran 6. Surat Layak Etik ........................................................................... 80
Lampiran 7. Matrik Pembuatan Skripsi ............................................................ 81
Lampiran 8. Satuan Acara PenyuluhanPencegahan Stunting ............................. 82
Lampiran 9. Kuisioner perilaku Pencegahan Stunting ....................................... 87
Lampiran 10. Dokumentasi .............................................................................. 93
Lampiran 11. Lembar Konsul ........................................................................... 95

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan kesehatan adalah pengalaman yang bertujuan untuk

mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku yang ada hubungannya dengan

kesehatan perseorangan ataupun kelompok. (Susilo, 2016: 2).

Stunting merupakan salah satu wujud gizi kurang yang ditandai dengan

indikator PB/U kurang dari -2SD berisiko mengalami kematian empat kali

lebih besar pada usia kurang dari lima tahun dibandingkan dengan anak

berstatus gizi baik. Stunting merupakan salah satu dari permasalahan status gizi

yang ditinjau daritinggi badan yang lebih pendek dibanding orang lain yang

seusia. Resiko terjadinyaStunting meningkat pada anak yang tinggal bersama

keluarga dengan orangtua tunggal dibandingkan dengan anak yang tinggal di

keluarga inti atau keluaga besar dengan orangtua lengkap. Upaya

penanggulangan masalah status gizi yang memiliki peranan penting yaitu

individu, keluarga, dan pelayanan kesehatan.

Berjalannya pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tenaga kesehatan

salah satunya perawat. Perawat memiliki peran dalam meningkatkan status gizi

balita yaitu dengan upaya promotif dan preventif. Pencegahan masalah gizi

buruk yang telah dilakukan perawat meliputi proses asuhan keperawatan

(penimbangan, pengukuran, dan pemantauan seacara rutin).

Pendidikan kesesahatan dalam konseling ataupun penyuluhan,

bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain terutama ahli gizi, berkoodinasi

1
2

terkait rencana pelaksanaan kegiatan, berdiskusi untuk memecahkan

permasalah status gizi melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman

terkait gizi yang penting bagi kesehatan. Namun apabila ditinjau dari

prevalensi pemasalahan status gizi pada balita masih belum teratasi sehingga

peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat hubungan pelaksanaan peran

keluarga dengan status gizi pada balita yang memiliki risiko Stunting (Umari

Hasniah Rahmawati, Latifa Aini S., Hanny Rasni 2019).

Masalah kesehatan yang dialami oleh balita di dunia saat ini salah

satunya adalah Stunting. Pada tahun 2017 terdapat 22,2% atau sekitar 150,8

juta balita di dunia mengalami Stunting. Lebih dari setengah balita Stunting di

dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal

di Afrika. Dari 83,6 juta balita Stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari

Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). Data

prevalensi balita Stunting yang dikumpulkan WHO (World Health

Organization (2018) sedangkan di Indonesia sendiri prevalensi Stunting

sebesar 35,2% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan hasil Riskesdes pada tahun

2018 Provinsi Jawa Timur memiliki prevalensi Stunting 32.81% di

Banyuwangi berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2019 ada

sebanyak 7092 Pasien Balita dengan kejadian Stunting dan Puskesmas

Kertosari merupakan angka kedua tertinggi kejadian Stunting peningkatan

angka kejadian Stunting pada tahun 2020 berdasarkan data dari bulan

November – Desember sebanyak 57 Balita (Dinkes Banyuwangi, 2019).

Faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stunting salah satunya yaitu

pengetahuan ibu, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
3

wulandari dkk di wilayah kerja puskesmas ulak muid kabupaten melawi pada

tahun 2016 menyatakan bahwa ibu dengan pengetahuan kurang baik

mempunyai resiko sebesar 1,644 kali memiliki balita stunting, jika

dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang pendidikan

kesehatan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan

eksternal. Faktor internal yang memengaruhi yaitu pendidikan, pekerjaan,

umur, sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan dan sosial budaya. Sikap

positif yang dimiliki ibu tidak terlepas dari pengetahuan atau informasi yang

telah diperoleh dan pengetahuan yang dimiliki ibu sangatlah baik atau dalam

kategori tinggi sehingga hal tersebut membentuk sikap positif atau penilaian

ibu yang baik terhadap kejadian Stunting.

Pengasuhan yang baik dapat mengurangi tingkat kejadian Stunting,

maka secara tidak langsung tingkat pengetahuan keluarga yang pengasuh balita

dapat mempengaruhi kejadian Stunting. Salah satu parameter untuk

menentukan sosial ekonomi keluarga adalah tingkat pendidikan, terutama

tingkat pendidikan pengasuh anak. Peranan ibu sebagai pengasuh utama

anaknya sangat diperlukan mulai dari pembelian hingga penyajian makanan.

Jika pendidikan dan pengetahuan ibu rendah akibatnya ia tidak mampu untuk

memilih hingga menyajikan makanan untuk keluarga memenuhi syarat gizi

seimbang. Stunting erat kaitannya dengan pola pemberian makanan terutama

pada dua tahun pertama kehidupan yaitu air susu ibu (ASI) dan makanan

pendamping (MP-ASI) yang dapat mempengaruhi status gizi balita.

Proverawati (2010) mengatakan bahwa ASI merupakan faktor yang

melindungi bayi terhadap infeksi juga merangsang pertumbuhan bayi yang


4

normal. Rendahnya tingkat pendidikan ibu tidak berbanding lurus dengan

tingkat pengetahuan gizi ibu dan status Stunting yang dialami baduta, hal ini

diketahui dari hasil penelitian ini bahwa sebagian besar ibu yang memiliki

tingkat pengetahuan gizi rendah terdapat pada baduta yang mengalami Stunting

yaitu sebesar 92,3%.

Sejalan dengan penelitian Andriani, Rezal, & Nurzalmariah (2017)

yang menggunakan metode mother smart grounding berupa metode ceramah,

pemberian booklet menunjukkan perubahan pengetahuan tentang Stunting

pada ibu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode ceramah berupa

penyampaian informasi secara lisan dapat meningkatkan pengetahuan tentang

Stunting bagi ibu yang mempersiapkan kehamilan, ibu hamil maupun ibu

balita. Terkait pendidikan, bagi ibu yang berusia muda maupun ibu yang

berusia diatas 20 tahun pun tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

penyerapan informasi (Dewi, 2017).

Upaya untuk mengurangi masalah Stunting bisa dengan cara

melaksanakan posyandu secara rutin untuk memantau tumbuh kembang anak.

Penanggullangan Stunting Melalui Kelompok (BKB) bina keluarga balita

dilakukan dalam rangka memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan

kepada calon ibu atau ibu yang memiliki balita dan memberikan penyuluhan

yang menjelaskan tentang cara pengasuhan, pemenuhan gizi dan tumbuh

kembang anak khususnya bayi dua tahun (Trihono, 2017). Menurut

(Notoadmojo, 2016), penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan

diharapkan akan meningkatkan pengetahuan sehingga seseorang atau

sekelompok masyarakat dapat merubah sikap mereka terhadap kesehatan.


5

Adanya peningkatan pengetahuan akan mempengaruhi sikap ibu balita dalam

upaya pencegahan Stunting (Suryagustin, Wenna, & Jumielsa, 2018).

Penelitian yang dilakukan . Laili & Andriani (2019) juga menjelaskan

bahwa penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu balita

tentang Stunting. Termasuk pemberian asupan gizi yang tidak adekuat juga

mempengaruhi risiko terjadinya Stunting. Hal ini dapat terkait dengan

kurangnya kemampuan pengetahuan ibu dalam memberikan asupan gizi. Oleh

karena itu, peningkatan pengetahuan ibu tentang Stunting melalui penyuluhan

kesehatan menunjukan bahwa ada hubungan yang kuat dimana Metode

ceramah atau pemberian informasi secara lisan diberikan sebagai metode yang

memudahkan bagi pasangan usia subur, ibu hamil dan ibu balita untuk

mendapatkan informasi.

Pemberian informasi tentang Stunting juga dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan ibu sebab pendidikan ibu yang tinggi akan memudahkan ibu untuk

menyerap informasi tersebut. Andiyani (2013), mengungkapkan bahwa

edukasi berupa penyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh bagi peserta

penyuluhan terutama apabila memperhatikan perencanaan, metode , alat bantu

penyuluhan yang menarik serta penggunaan bahasa yang mudah dimengerti.

Menurut (Notoadmojo, 2016).

Penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan diharapkan akan

meningkatkan pengetahuan sehingga seseorang atau sekelompok masyarakat

dapat merubah sikap mereka terhadap kesehatan. Adanya peningkatan

pengetahuan akan mempengaruhi sikap ibu balita dalam upaya pencegahan

Stunting (Suryagustin, Wenna, & Jumielsa, 2018). Stunting dapat dicegah


6

dengan beberapa hal seperti memberikan ASI Eksklusif, memberikan makanan

yang bergizi sesuai kebutuhan tubuh, membiasakan perilaku hidup bersih dan

memantau tumbuh kembang anak secara teratur (Millennium Challenga

Account Indonesia,2014) Komunikasi lisan atau pemberian informasi secara

lisan dapat meningkatkan pengetahuan sehingga timbul kesadaran untuk

melakukan perubahan perilaku dalam upaya pencegahan Stunting (Hati &

Pratiwi, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

Dari Uraian latar belakang di atas, maka peneliti menemukan rumusan

masalah sebagai berikut “Adakah Pengaruh PENDIDIKAN KESEHATAN

terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari tahun 2021?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Teridentifikasi Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat

Pengetahuan Ibu Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Stunting sebelum

dilakukan Pendidikan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kertosari tahun 2021.

2. Teridentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Stunting sesudah dilakukan


7

Pendidikan Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kertosari tahun

2021.

3. Teranalisanya Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat

Pengetahuan Ibu Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

tahun 2021.

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat terutama ibu – ibu

hamil dan pemahaman orang tua akan meningkat untuk upayapencegahan

Stunting.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Ibu

Memberikan informasi kepada Ibu-ibu terkait dengan faktor yang

berhubungan dengan Kejadian Stunting pada balita serta dapat

menentukan strategi yang tepat untuk memperbaiki status gizi para

generasi penerus bangsa.

2. Bagi Keluarga

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan serta pemberian

dukungan untuk keluarga agar selalu memberikan perhatian khusus

untuk ibu yang menyusui agar memiliki pengetahuan guna mencegah

terjadinya bayi kurang gizi atau Stunting.


8

3. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan

ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan serta

pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah

4. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan informasi bagi institusi kesehatan mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian Stunting pada balita sehingga dapat

melakukan upaya-upaya pencegahan untuk menurunkan angka

kejadian Stunting pada balita.

5. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan peningkatan informasi pentingnya support

masyarakat dalam upaya penanganan Stunting.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan

2.1.1.1 Konsep Pendidikan Kesehatan

A Joint Committee on Terminologi in Pendidikan Kesehatan of

United States (1951) (Susilo, 2016: 2), mendefinisikan Pendidikan

kesehatan adalah suatu proses penyediaan bahwa Pendidikan kesehatan

adalah pengalaman yang bertujuan untuk mempengaruhi pengetahuan,

sikap dan perilaku yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan

ataupun kelompok, selanjutnya menurut A Joint Committee on Terminologi

in Pendidikan Kesehatan of United States (1951) (Susilo, 2016: 2), pada

tahun 2016 definisi pendidikan kesehatan diubah menjadi suatu proses yang

mencakup kegiatan- kegiatan dari intelektual, psikologi dan social yang

diperlukan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil

keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga

dan masyarakat.

Notoatmodjo (2017: 16) menjelaskan bahwa Pendidikan secara

umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan

apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan, sedangkan pendidikan

kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang

kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah

9
9

perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang kondusif

Notoatmodjo (2017: 111-112), menjelaskan bahwa dilihat dari segi

pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau

praktik pendidikan. Konsep pendidikan kesehatan adalah konsep

pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Pendidikan adalah

suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa,

lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk

sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam

masyarakat yang selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai

kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu, dan

sebagainya).

Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja,

dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam

dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat

mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu, namun tidak semua

perubahan semacam itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan

anak dari tidak dapet berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi

bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses kematangan. Dapat

disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri: belajar adalah

kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam diri individu, kelompok, atau

masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua
10

dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena

kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga

adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena

kebetulan (Notoatmodjo 2017: 112).

Bertolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan

kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat

dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu

mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain

sebagainya. Berangkat dari konsep pendidikan kesehatan, pendidikan

kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu

individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan

perilaku mereka, untuk mencapai tingkat kesehatannya secara optimal.

2.1.1.2 Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan berkembang dari pendidikan kesehatan. Promosi

kesehatan sebenarnya merupakan revitalisasi atau pembaruan dari

pendidikan kesehatan. Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi

kesehatan, tidak terlepas dari pengalaman empiris, bahwa pendidikan

kesehatan sebelum tahun 1980-an hanya menekankan perubahan perilaku

dengan pemberian informasi-informasi atau penyuluhan-penyuluhan

kesehatan. Praktik pendidikan kesehatan seperti ini perubahan perilaku

masyarakat tentang kesehatan sangat lamban dan sangat kecil. Beberapa

hasil studi pendidikan kesehatan yang ada, termasuk yang dilakukan oleh

WHO, terungkap bahwa meskipun pengetahuan masyarakat tentang

kesehatan telah tinggi, namun praktik atau tindakannya tentang kesehatan


11

masih rendah. Promosi kesehatan yang ada di sekolah, perubahan atau

peningkatan pengetahuan tentang kesehatan tidak diimbangi dengan

tindakan atau praktiknya, (Notoatmodjo, 2017: 18).

Definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat

(health promotion) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi

kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan

penyakit. Menurut Level and Clark, sebagaimana dalam Notoatmodjo

(2010: 22), mengatakan adanya 4 tingkat pencegahan penyakit dalam

perspektif kesehatan masyarakat, yakni:

1. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)

2. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)

3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan

segera)

4. Rehabilitation (pemulihan).

Promosi kesehatan dalam konteks ini adalah peningkatan kesehatan,

sedangkan pengertian yang kedua, promosi kesehatan diartikan sebagai

upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan dan menjual

kesehatan. Promosi kesehatan pada akhirnya merupakan memasarkan atau

menjual atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya

kesehatan, sehingga masyarakat menerima, atau membeli (dalam arti

menerima perilaku kesehatan) atau mengenal pesan-pesan kesehatan

tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat. Promosi

kesehatan yang kedua ini sebenarnya sama dengan pendidikan kesehatan


12

(Pendidikan Kesehatan), karena pendidikan kesehatan pada prinsipnya

bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.

Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan,

tidak terlepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan

masyarakat Indonesia, maupun secara praktik kesehatan masyarakat secara

global. Praktik pendidikan kesehatan pada waktu yang lampau, sekurang-

kurangnya sampai pada tahun 80-an, terlalu menekankan perubahan pada

perilaku masyarakat. Praktisi pendidikan kesehatan telah bekerja keras

untuk memberikang informasi kesehatan melalui berbagai media dan

teknologi pendidikan kepada masyarakat, dengan harapan masyarakat mau

melakukan hidup sehat seperti yang diharapkan. Kenyataannya, perubahan

perilaku hidup sehat tersebut sangat lamban, sehingga dampaknya terhadap

perbaikan kesehatan sangat kecil.

Notoatmodjo (2017: 23), menjelaskan bahwa belajar dari

pengalaman pelaksanaan pendidikan kesehatan dari berbagai tempat selama

bertahun- tahun tersebut, disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tersebut

belum “memampukan” (ability) masyarakat untuk berperilaku hidup sehat,

tetapi baru dapat “memaukan” (willingness) masyarakat untuk berperilaku

hidup sehat. Pengalaman ini juga menimbulkan kesan yang negatif bagi

pendidikan kesehatan, bahwa pendidikan kesehatan hanya mementingkan

perubahan perilaku melalui pemberian informasi atau penyuluhan

kesehatan, sedangkan pendidikan kesehatan kurang melihat bahwa

perubahan perilaku atau perilaku baru tersebut juga memerlukan fasilitas,

bukan hanya pengetahuan saja. Praktik atau berperilaku minum air bersih,
13

buang air besar di jamban, dan makan-makanan yang bergizi, bukan hanya

perlu pengetahuan tentang manfaat air bersih, manfaat buang air besar di

jamban, atau tahu manfaat makan makanan yang bergizi, tetapi juga perlu

sarana atau fasilitas air bersih, mempunyai uang untuk membangun jamban

dan membeli makanan yang bergizi.

2.1.1.3 Peran petugas kesehatan dalam pemberian promosi kesehatan

Peran petugas kesehatan memberikan nasehat kepada ibu dan

keluarga berupa informasi tentang manfaat ASI eksklusif dan waktu yang

tepat untuk memberikan ASI eksklusif serta dampak apabila bayi tidak

diberikan ASI eksklusif. Langkah awal ibu dalam memberikan ASI

eksklusif salah satunya dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan

khusunya tempat melahirkan. Banyak rumah sakit, puskesmas, klinik dan

rumah bersalin yang belum melakukan inisiai menyusui dini. Berbagai

alasan diajukan antara lain rasa kasihan karena ibu masih lelah setelah

melahirkan, ibu memerlukan istirahat yang cukup atau ibu belum bisa

merawat bayinya sendiri sehingga ibu tidak dapat menysusui bayinya.

Pendidikan kesehatan agar tidak terkesan negatif, para ahli

pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO pada tahun 2017

merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah

promosi kesehatan (health promotion). Penggunaan istilah promosi

kesehatan sebagai pengganti pendidikan kesehatan ini, mempunyai

implikasi terhadap batasan atau definisinya. Pendidikan kesehatan

sebelumnya lebih diartikan sebagai upaya yang terencana untuk perubahan

perilaku masyarakat sesuai dengan norma-norma kesehatan, maka promosi


14

kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja, tetapi juga

perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.

Promosi kesehatan lebih menekankan kepada peningkatan kemampuan

hidup sehat, bukan sekedar berperilaku sehat.

Lawreence Green (1984), dalam Notoatmodjo (2017: 24)

merumuskan definisi sebagai berikut: “Promosi kesehatan adalah segala

bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan

ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan

perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”, dari

batasan ini jelas bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan

plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan.

Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni

perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan

merupakan upaya yang terencana untuk perubahan perilaku hidup sehat,

melalui pemberian informasi dan pengetahuan kesehatan agar dapat

berperilaku hidup sehat dalam kehidupannya. Promosi kesehatan

merupakan pembaruan dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan tidak

hanya menekankan pada perilakunya saja, tetapi pada lingkungan yang

menjadi sarana prasarana yang memfasilitasi pendidikan kesehatan ikut

diperhatikan. Promosi kesehatan merupakan pendidikan kesehatan yang

terencana dalam pembentukan perilaku hidup sehat dengan meningkatkan

pengetahuan dan lingkungan fisik yang memfasilitasi pendidikan kesehatan.

2.1.1.4 Kekurangan dan Kelebihan antara Pendidikan Kesehatan dengan Promosi


15

Kesehatan

Pendidikan kesehatan dengan promosi kesehatan dalam

pelaksanaannya terdapat perbedaan. Pendidikan kesehatan secara umum

memiliki kekurangan yaitu hanya mementingkan perubahan perilaku

melalui pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan, jadi pendidikan

kesehatan lebih menekankan pada aspek pengetahuan agar dapat

berperilaku hidup sehat tanpa melihat sarana prasarana yang digunakan

dalam memfasilitasi perilaku hidup sehat. Kelebihan dalam pelaksanaan

pendidikan kesehatan yaitu dalam pelaksanaannya tidak membutuhkan

dana, karena pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui mata pelajaran,

yaitu pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dalam

mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

Pada promosi kesehatan, dalam pelaksanaannya memiliki kelebihan

yaitu tidak hanya menekankan pada perilakunya saja, tetapi juga perubahan

lingkungan yang memfasilitasi perilaku kesehatan itu sendiri, karena dalam

perilaku mencuci tangan dengan benar tidak hanya mengetahui bagaimana

cara melakukannya, namun terdapat fasilitas untuk melakukan cuci tangan

yang benar, seperti terdapat air bersih yang mengalir dan terdapat sabun

untuk mencuci tangan. Kekurangan dalam pelaksanaan promosi kesehatan

yaitu peran serta guru maupun masyarakat sangat penting, karena dalam

pelaksanaan promosi kesehatan memerlukan fasilitas yang memadai dalam

melakukan hidup bersih dan sehat. Dalam melakukan kegiatan cuci tangan

yang benar terdapat air yang mengalir seperti kran air dan sabun untuk

membersihkan kotoran. Dalam membangun fasilitas tersebut memerlukan


16

dana. Dana BOS yang diberikan pemerintah untuk sekolah dasar terbatas,

sehingga jika sekolah tidak memiliki anggaran dana untuk membuat fasilitas

tersebut peran guru dengan masyarakat sangat penting agar dapat bekerja

sama membangun fasilitas yang memadai untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat di Sekolah Dasar, terutama dalam kegiatan cuci tangan.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid sekolah dasar

utamanya untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat

bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya

untuk ikut aktif dalam meningkatkan kesehatan. Notoatmodjo (2012),

menyebutkan tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik:

1. Mengetahui pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup

sehat dan teratur.

2. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap hidup sehat.

3. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan

pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.

4. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat

kesehatan

5. Memiliki kemampuan dan kecakapan (life skills) untuk berperilaku

hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

6. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambah tingginya badan dan berat

badan secara harmonis (proporsional).

7. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan

pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan


17

keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.

8. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (arus

informasi dan gaya hidup yang tidak sehat).

9. Memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat kesehatan

yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap

penyakit.

Simpulan dari tujuan pendidikan kesehatan di atas bahwa pendidikan

kesehatan sangat diperlukan terutama dalam pembentukan karakter siswa

untuk dapat berperilaku hidup sehat dalam kehidupannya. Untuk

berperilaku hidup sehat, terutama dalam kegiatan mencuci tangan tentunya

siswa mengetahui tentang ilmu kesehatan. Pengetahuan tersebut didapatkan

melalui pendidikan di sekolah dasar terutama agar siswa mampu

menerapkan hidup sehat dikehidupannya sehingga tidak mudah untuk

terserang penyakit.

2.1.3 Motivasi Ibu

Motivasi merupakan satu bentuk dukungan seseorang untuk melakukan

sesuatu, seorang ibu memerlukan rasa percaya diri untuk mencapai keberhasilan

dalam memberikan susu untuk anaknya. Ibu harus yakin bahwa ibu dapat menyusui

dan ASI yang diberikan adalah makanan yang terbaik untuk mencukupi kebutuhan

bayinya (Bahiyatun, 2009). Hanya terfokus pada ibu namun juga bagi para suami

karena ibu biasanya berdiskusi terlebih dahulu dengan suami dalam perawatan

bayinya (Damayanti, 2010).


18

2.1.4 Fasilitas Pelayanan kesehatan

Langkah awal ibu dalam memberikan ASI eksklusif salah satunya

dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan khusunya tempat melahirkan.

Banyak rumah sakit, puskesmas, klinik dan rumah bersalin yang belum melakukan

inisiai menyusui dini. Berbagai alasan diajukan antara lain rasa kasihan karena ibu

masih lelah setelah melahirkan, ibu memerlukan istirahat yang cukup atau ibu

belum bisa merawat bayinya sendiri sehingga ibu tidak dapat menysusui bayinya.

2.1.5 Peranan Petugas Kesehatan

Peran petugas kesehatan memberikan nasehat kepada ibu dan keluarga

berupa informasi tentang manfaat ASI eksklusif dan waktu yang tepat untuk

memberikan ASI eksklusif serta dampak apabila bayi tidak diberikan ASI eksklusif.

2.1.6 Peran Penolong persalinan

Persalinan di daerah pedesaan masih banyak ditolong oleh dukun karena

disebabkan beberapa alasan antara lain dukun dikenal secara dekat,biaya murah,

mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran

anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Dukun persalinan tersebut

kebanyakan tidak mengetahui manfaat ASI eksklusif sehingga kebanyakan

menganjurkan kepada ibu untuk memberikan susu formula pada bayinya.

2.1.7 Peran Keluarga

Keluarga dekat terutama wanita seperti ibu, ibu mertua atau kakak dan

teman atau sahabat wanita lain yang telah berpengalaman dan berhasil dalam

menyusui sangat diperlukan untuk mendukung psikologis seorang ibu. Ibu juga

membutuhkan dukungan dari suami yang mengerti bahwa ASI adalah makanan
19

yang terbaik untuk bayinya agar proses pelaksanaan pemberian ASI eksklusif pada

bayi bisa berhasil.

2.1.8 Kesehatan Ibu dan Anak

Keadaan payudara ibu seperti puting tenggelam, mendatar, atau paling

terlalu besar dapat menganggu proses menyusui. Bayi dalam keadaan sakit harus

tetap diberikan ASI dikarenakan ASI ibu tetap mencukupi kebutuhan nutrisi bayi

dengan baik.

2.1.9 Stunting

Pemberian ASI pada bayi baru lahir hingga usia 6 bulan secara

eksklusif berdampak besar pada asupan nutrisi pertumbuhan bayi.

Gangguan dalam praktik pemberian ASI menyebabkan Stunting. Air Susu

Ibu adalah cairan biologis kompleks yang mengandung semua nutrien yang

diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan seorang anak. Bayi

yang mendapat ASI umumnya tumbuh dengan cepat pada 2-3 bulan pertama

kehidupannya. Thesome (2010) Menunjukan hasil penelitianya bahwa anak

yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif lebih beresiko terhadap Stunting.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama untuk mencapai tumbuh

kembang anak yang optimal. Secara kesehatan ASI merupakan cairan hidup

yang memiliki karakteristik yang unik sehingga mampu meningkatkan

kekebalan tubuh bayi dan membuat bayi sehat. Bayi akan memerlukan

tambahan energi untuk bisa mencerna susu formula, namun sistem

pencernaan bayi belum sempurna, sehingga bila mendapatkan makanan lain

dapat menyebabkan kerusakan pada saluran cernanya. Selain itu komposisi


20

ASI juga mengandung zat yang menyebabkan ASI dapat langsung

digunakan tanpa harus melalui proses pencernaan makanan seperti biasa.

Hal ini diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan

bayi. Bayi dengan kesehatan dan status gizi yang baik dapat mengalami

pertumbuhan yang optimal (Mery, 2012)

2.2 Konsep Stunting

2.2.1 Defisini

Stunting atau pendek merupakan kondisi gagal tumbuh pada bayi (0-

11 bulan) dan anak balita (12-59 bulan) akibat dari kekurangan gizi kronis

terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek

untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan

pada masa awal setelah bayi lahir, tetapi Stunting baru nampak setelah anak

berusia 2 tahun (Persatuan Gizi Indonesia, 2018). Stunting adalah suatu

kondisi dimana anak mengalami gagal tumbuh kembang yang ditandai

dengan tinggi badan yang tidak mencukupi angka normal dan kecerdasan

yang juga terganggu.

Stunting terjadi karena selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan

(HPK) anak terganggu yang dihitung dari 270 hari kandungan ibu, dan

sampai dengan usia si anak 2 tahun (730 hari). Stunting indikator yang

paling baik adalah pendek, karena dari gagal tumbuhnya itu misal anak yang

baru lahir bayi berat lahir rendah (BBLR) berat kurang dari 2.500 gram dan

tinggi kurang dari 48 cm ( Mediakom, 2018).


21

Balita pendek (Stunting) diketahui bila balita sudah dapat diukur

panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar baku

WHO-MGRS (Multicentre growth Reference Study)dan didapatkan hasil

nilai z-score <-2SD, sedangkan dikatakan sangat pendek apabilahasil z-

score <-3SD (Kemenkes RI, 2016).

2.2.2 Etiologi

Pertumbuhan manusia merupakan hasil interaksi antara faktor

genetik, hormon, zat gizi, dan energi dengan faktor lingkungan. Proses

perumbuhan manusia merupakan fenomena yang kompleks yang

berlangsung selama kurang lebih 20 tahun lamanya, mulai dari kandungan

sampai remaja yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan

lingkungan. Pada anak-anak, penambahan tinggi badan pada tahun pertama

kehidupan merupakan yang paling cepat dibandingkan periode waktu

setelahnya. Pada usia 1 tahun, anak akan mengalami peningkatan tinggi

badan sampai 50% dari panjang badan lahir.

Kemudian tinggi badan tersebut akan meningkat 2 kali lipat pada

usia 4 tahun dan 3 kali lipat padausia 13 tahun. Periode pertumbuhan paling

cepat pada masa anak-anak juga merupakan masa dimana anak berada pada

tingkat kerentanan paling tinggi. Kegagalan pertumbuhan dapat terjadi

selama masa gestasi (kehamilan) dan pada 2 tahun pertama kehidupan anak

atau pada masa 1000 hari pertama kehidupan anak. Stunting merupakan

indikator akhir dari semua faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan perkembangan anak pada 2 tahun pertama kehidupan yang selanjutnya


22

akan berdampak buruk pada perkembangan fisik dan kognitif anak saat

bertambah usia nantinya.

Pertumbuhan yang cepat pada masa anak membuat gizi yang

memadai menjadi sangat penting. Buruknya gizi selama kehamilan, masa

pertumbuhan dan masa awal kehidupan anak dapat menyebabkan anak

menjadi Stunting. Pada 1000 hari pertama kehidupan anak, buruknya gizi

memiliki konsekuensi yang permanen (UNICEF, 2013). Faktor sebelum

kelahiran seperti gizi ibu selama kehamilan dan faktor setelah kelahiran

seperti asupan gizi anak saat masa pertumbuhan, sosial ekonomi, ASI

eksklusif, penyakit infeksi, pelayanan kesehatan dan berbagai faktor lainnya

(Sandra Fikawati et,al 2017).

2.2.3 Diagnosa Dan Klasifikasi Stunting

Balita pendek (Stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah

diukur panjang dan tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar dan

hasilnya berada di bawah normal. Secara fisik balita akan lebih pendek

dibandingkan balita seumurnya (Kemenkes RI 2016). Kependekan mengacu

pada anak yang memiliki indeks TB/U rendah. Pendek dapat mencerminkan

baik variasi normal dalam pertumbuhan ataupun defisit dalam pertumbuhan.

Stunting adalah pertumbuhan linear yang gagal mencapai potensi genetik

sebagai hasil dari kesehatan atau kondisi gizi yang suboptimal (Anisa, 2012)

Berikut klasifikasi status gizi Stunting berdasarkan tinggi badan menurut

umur ditunjukkan dalam tabel 2:

Tabel 2.1 Status Gizi dengan Indikator TB/U


23

Kategori status gizi Ambang batas z-score

Pendek -3SD sampai dengan <-2SD

Sangat Pendek < - 3SD

Sumber : (Aritonang, 2012)

2.2.4 Cara Menghitung Z-Score

WHO (2005) mengatakan bahwa z-score atau simpangan baku

digunakan untuk menilai seberapa jauh penyimpangan dari angka median

(nilai tengah). Perhitungan z-score berbeda untuk populasi yang

distribusinya normal atau tidak normal.

Kurva dihasilkan dari pengukuran Panjang/Tinggi badan anak-

anak yang dimasukan dalam grafik. Hasilnya menyerupai distribusi

normal. Cara perhitungan z-score adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Zi : Z-score

Xi : Nilai individu subyek

: Nilai median baku rujukan

S : Nilai simpang baku rujukan

2.2.5 Dampak Stunting

Stunting merupakan malnutrisi kronis yang terjadi di dalam rahim

dan selama dua tahun pertama kehidupan anak dapat mengakibatkan

rendahnya intelegensi dan turunnya kapasitas fisik yang pada akhirnya


24

menyebabkan penurunan produktivitas, perlambatan pertumbuhan

ekonomi, dan perpanjangan kemiskinan. Selain itu, Stunting juga dapat

berdampak pada sistem kekebalan tubuh yang lemah dan kerentanan

terhadap penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker serta

gangguan reproduksi maternal di masa dewasa. Proses Stunting disebabkan

oleh asupan zat gizi yang kurang dan infeksi yang berulang yang berakibat

pada terlambatnya perkembangan fungsi kognitif dan kerusakan kognitif

permanen.

Pada wanita, Stunting dapat berdampak pada perkembangan dan

pertumbuhan janin saat kehamilan terhambatnya proses melahirkan serta

meningkatkan risiko underweight dan Stunting pada anak yang

dilahirkannya yang nantinya juga dapat membawa risiko kepada gangguan

metabolisme dan penyakit kronis saat anak tumbuh dewasa (Sandra

Fikawati et.,al, 2017).

2.2.6 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Stunting

Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting dapat

digambarkan sebagai berikut:

2.2.6.1 Faktor Langsung

1. Faktor ibu

Faktor ibu dapat dikarenakan nutrisi yang buruk selama

prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi

perawakan ibu seperti usia ibu terlalu muda atau terlalu tua,

pendek, infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa, BBLR, IUGR


25

dan persalinan prematur, jarak persalinan yang dekat, dan

hipertensi (Sandra Fikawati dkk, 2017).

2. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil

proses pertumbuhan. Melalui genetik yang berada di dalam sel

telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan intensitas dan kecepatan

pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan,

umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang

(Narsikhah,2012). Salah satu atau kedua orang tua yang pendek

akibat kondisi patologi (seperti defisiensi hormon pertumbuhan)

memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek

sehingga memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut dan

tumbuh menjadi Stunting.

Akan tetapi, bila orang tua pendek akibat kekurangan

zat gizi atau penyakit, kemungkinan anak dapat tumbuh dengan

tinggi badan normal selama anak tersebut tidak terpapar faktor

resiko yang lain (Narshikah, 2012).

3. Asupan makanan

Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas

micronutrient yang buruk, kurangnya keragaman dan asupan

pangan yang bersumber dari pangan hewani, kandungan tidak

bergizi, dan rendahnya kandungan energi pada complementary

foods. Praktik pemberian makanan yang tidak memadai,


26

meliputi pemberian makan yang jarang, pemberian makan yang

tidak adekuat selama dan setelah sakit, konsistensi pangan yang

terlalu ringan, kuantitas pangan yang tidak mencukupi,

pemberian makan yang tidak berespon. Oktarina et.,al (2013)

menunjukkan bahwa balita yang memiliki asupan makanan

rendah berisiko mengalami Stunting.

Bukti menunjukkan keragaman diet yang lebih

bervariasi dan konsumsi makanan dari sumber hewani terkait

dengan perbaikan pertumbuhan linear. Analisis terbaru

menunjukkan bahwa rumah tangga yang menerapkan diet yang

beragam, termasuk diet yang diperkaya nutrisi pelengkap, akan

meningkatkan asupan gizi dan mengurangi risiko Stunting.

4. Pemberian ASI Eksklusif

Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI

meliputi Delayed Initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif,

dan penghentian dini konsumsi ASI. Sebuah penelitian

membuktikan bahwa menunda inisiasi menyusu (Delayed

initiation) akan meningkatkan kematian bayi. ASI eksklusif

didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi

makanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus,

ataupun susu selain ASI. Paudel et,al (2011) menunjukan bahwa

ada hubungan yang kuat dimana anak yang tidak diberikan ASI

eksklusif pada 6 bulan awal kehidupan beresiko tinggi

mengalami Stunting.
27

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

pertama untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Setelah

enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang adekuat

sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan. Menyusui

yang berkelanjutan selama dua tahun memberikan kontribusi

signifikan terhadap asupan nutrisi penting pada bayi

5. Faktor infeksi

Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu

infeksi enterik seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat juga

disebabkan oleh infeksi pernafasan (ISPA), malaria,

berkurangnya nafsu makan akibat serangan infeksi, dan

inflamasi. Penyakit infeksi akan berdampak pada gangguan

masalah gizi. Infeksi klinis menyebabkan lambatnya

pertumbuhan dan perkembangan, sedangkan anak yang

memiliki riwayat penyakit infeksi memiliki peluang mengalami

Stunting (Sandra Fikawati dkk, 2017).

2.2.6.2 Faktor tidak langsung

1. Faktor sosial ekonomi

Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak

yang signifikan terhadap kemungkinan anak menjadi kurus dan

pendek (UNICEF, 2013). Menurut Bishwakarma dalam

Khoirun dkk (2015), status ekonomi keluarga yang rendah akan

mempengaruhi pemilihan makanan yang dikonsumsinya


28

sehingga biasanya menjadi kurang bervariasi dan sedikit

jumlahnya terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk

pertumbuhan anak seperti sumber protein, vitamin, dan mineral,

sehingga meningkatkan risiko kurang gizi.

2. Tingkat Pendidikan

Delmi Sulastri (2012) mengatakan pendidikan ibu yang

rendah dapat mempengaruhi pola asuh dan perawatan anak.

Selain itu juga berpengaruh dalam pemilihan dan cara penyajian

makanan yang akan dikonsumsi oleh anaknya. Penyediaan

bahan dan menu makan yang tepat untuk balita dalam upaya

peningkatan status gizi akan dapat terwujud bila ibu mempunyai

tingkat pengetahuan gizi yang baik. Ibu dengan pendidikan

rendah antara lain akan sulit menyerap informasi gizi sehingga

anak dapat berisiko mengalami Stunting.

3. Pengetahuan gizi ibu

Delmi Sulastri (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan

gizi yang rendah dapat menghambat usaha perbaikan gizi yang

baik pada keluarga maupun masyarakat sadar gizi artinya tidak

hanya mengetahui gizi tetapi harus mengerti kebutuhan akan

zat-zat gizi berpengaruh terhadap jumlah dan jenis bahan

makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi merupakan salah

satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap konsumsi pangan

dan status gizi. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan


29

memperhatikan kebutuhan gizi anaknya agar dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal.

4. Faktor lingkungan

Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh stimulasi

dan aktivitas yang tidak adekuat, penerapan asuhan yang buruk,

ketidakamanan pangan, alokasi pangan yang tidak tepat,

rendahnya edukasi pengasuh. Anak-anak yang berasal dari

rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas air dan sanitasi yang

baik berisiko mengalami Stunting (Sukandar, 2012).

2.3 Konsep Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui

proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya

perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).Pengetahuan atau

hiowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang dimilikinya. Panca indra

manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan

untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas

perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian

besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan

(Notoatmodj o, 2014).
30

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat

erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan

semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah

tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh

dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung

dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif (Notoatmojo, 2014).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010)

pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau

tingkatan yang berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6

tingkatpengetahuan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata

keija yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa

yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehetitioti)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap

objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang

tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang


31

diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,

meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application')

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi

juga diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode,

prinsip, rencana program dalam situasi yang lain.

4. Analisis (Anatysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan

atau memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara

komponen- komponen dalam suatu objek atau masalah yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada

tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap

pengetahuan objek tersebut.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum

atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen

pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

sudah ada sebelumnya.


32

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku

dimasyarakat.

2.3.3 Proses Pembentukan Perilaku

Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (dalam Donsu,

2017) mengungkapkan proses adopsi perilaku yakni sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut teijadi beberapa

proses, di antaranya:

Awareness ataupun kesadaran yakni apda tahap ini individu sudah

menyadari ada stimulus atau rangsangan yang datang padanya.

1. Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik pada

stimulus tersebut.

2. Evaluation atau menimbang-nimbang dimana individu akan

mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

Inilah yang menyebabkan sikap individu menjadi lebih baik.

3. Trial atau percobaanyaitu dimana individu mulai mencoba perilaku

baru .

4. Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki perilaku

baru sesuai dengan penegtahuan,, sikap dan kesadarannya terhadap

stimulus.
33

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar

tercapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa

halhal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip oleh

Notoatmodjo, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk sikap berpesan serta dalam pembangunan pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam, pekeijaan adalah

suatu keburukan yang harus dilakukan demi menunjang kehidupannya

dan kehidupan keluarganya. Pekeijaan tidak diartikan sebagai sumber

kesenangan, akan tetapi merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang, dan memiliki banyak tantangan. Sedangkan

bekeija merupakan kagiatan yang menyita waktu.


34

c) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun . sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matangdalam berfikir dan bekeija. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya.

d) Faktor Lingkungan

Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan

pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

individu atau kelompok.

e) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan

pengaruh dari sikap dalam menerima informasi

2.3.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam (2016) terkait pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b) Memahami (Comprehention)
35

Memahami diartikan sebagai salah satu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi-materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya)

dari kasus yang diberikan.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk dapat menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata

kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan satu sama lain.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan

untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada,

misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas,

dapat menyesuaikanterhadap suatu teori.


36

f) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan

untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada,

misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas,

dapat menyesuaikanterhadap suatu teori.

g) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada

1. Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %

2. Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %

3. Pengetahuan Kurang : < 56 %

2.4 Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Ibu Balita Stunting.

Masa balita menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan

perkembangan anak di periode selanjutnya. Salah satu faktor resiko yang

mempengaruhi kejadian Stunting pada balita adalah kurangnya pengetahuan

ibu tentang gejala Stunting pada balita sampai tuntas sesuai dengan umur yang

sudah ditetapkan (Wiji, 2013).


37

Pemberian Pendidikan Kesehatan pada ibu secara eksklusif berdampak

besar pada asupan nutrisi pertumbuhan bayi. Pengetahuan Ibu terhadap

terjadinya gejala biologis kompleks yang mengandung semua nutrien yang

diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan seorang anak Bayi

akan memerlukan tambahan energi untuk bisa mencerna susu formula, namun

sistem pencernaan bayi belum sempurna. Al rahmad (2016) menunjukkan hasil

bahwa pemberian edukasi sangat dominan untuk mencegah bahaya balita

mengalami Stunting.

Faktor langsung kejadian Stunting adalah pemenuhan zat gizi yang

berpengaruh dalam pertumbuhan anak kedepannya terutama pemenuhan

asupan makanan. Rendahnya asupan dalam jangka waktu yang lama akan

berdampak buruk pada pertumbuhan anak sehingga anak mengalami gagal

tumbuh kembang atau Stunting (Sandra Fikawati dkk, 2017). Penelitian yang

dilakukan oleh Fitri (2012) asupan energi menunjukan adanya hubungan yang

signifikan terhadap kejadian Stunting.


38

2.5 Analisis Sintesis

Tabel 2.2 Analisis sintesis Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada ibu Balita Stunting Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2021

No Penuls Desain Penelitian Analisa data Variabel dan alat Hasil Kesimpulan
dan sampel ukur
1 Lidia Fitri, 2018 Desain penelitian Analisis data yang Variabel Hasil penelitian Maka hasil
Hubungan menggunakan Cross digunakan dalam independen adalah menyatakan bahwa ada kesimpulan
Pengetahuan dan Sectional dan Sampel penelitian ini Promosi kesehatan hubungan yang bermakna prevalensi bayi
Sikap Ibu dengan semua ibu yang adalah Analisis dan bayi Stunting , antara pendidikan dengan berat
Upaya Pencegahan memiliki balita yang univariat variabel kesehatan dengan kejadian lahir rendah
Stunting pada Balita melakukan dependennya Stunting dengan hasil chi- sebanyak 22
penimbangan tahun Stunting dengan square diperoleh p value orang (29,3%)
2016 di puskesmas menggunakan alat 0,021 < 0,05 begitu juga dan yang tidak
lima puluh ukur lembar hasil BBLR dengan p value diberikan
pekanbaru observasi dan kartu 0,000 < 0,05 ada hubungan pendidikan
KMS yang bermakna antara bblr kesehtan
dengan kejadian Stunting sebanyak 55
39

orang (73,3%).
Balita yang
mengalami
Stunting
sebanyak 25
orang (33,3%).
2 Andri nur, 2019 Desain penelitian Analisa data yang Variabel Berdasarkan hasil uji Kesimpulan di
HUBUNGAN yang digunakan digunakan dalam independen statistik didapatkan p value dalam penelitian
PENGETAHUAN dengan penelitian ini PENDIDIKAN 0,001 p-value < (a= 0,05) ini menunjukan
DAN SIKAP IBU menggunakan cross adalah uji chi KESEHATAN dan maka terdapat hubungan ibu yang
DENGAN sectional dan sampel square variabel antara pemberian diberikan
KEJADIAN ibu yang memiliki dependennya PENDIDIKAN PENDIDIKAN
BALITA balita di wilayah kejadian Stunting KESEHATAN dengan KESEHATAN
STUNTING kerja puskesmas dengan kejadian Stunting pada di posyandu
tegalrejo. menggunakan alat balita dan terdapat kelurahan Kricak
ukur microtoise hubungan yang rendah Tegalrejo
(alat ukur tinggi anatara PENDIDIKAN sebanyak 56%
KESEHATAN dengan dan ibu tidak
40

badan) dan lembar kejadian Stunting yang PENDIDIKAN


observasional menunjukan korelasi KESEHATAN
antara pemberi asi sebanyak 45%.
eksklusif dengan kejadian Kejadian
Stunting (r) adalah 0,317. Stunting pada
balita di
posyandu
sebanyak 30%
dan balita yang
tidak Stunting
70% maka
terdapat
hubungan
PENDIDIKAN
KESEHATAN
dengan kejadian
Stunting.
41

3. Yesenia Veronika, Desain penelitian Analisa data yang Variabel Berdasarkan hasil Kesimpulan
2018 HUBUNGAN menggunakan digunakan analisa independennya penelitian yang sudah akhir penelitian
PENGETAHUAN pendekatan Cross univariat untuk PENDIDIKAN dilaksanakan terhadap 90 menunjukan
ORANG TUA Sectional dengan seluruh variabel KESEHATAN dan responden diperoleh hasil bahwa Stunting
TENTANG GIZI sampel semua anak variabel dependen bahwa bayi yang pada anak usia 6-
DENGAN usia 6-24 bulan di kejadian Stunting menerima asi berjumlah 30 24 bulan
STUNTING PADA wilayah puskesmas dengan anak dan dimana 28 anak sebanyak 21
ANAK USIA 4-5 koya menggunakan alat tidak mengalami Stunting. anak (23,3%),
TAHUN ukur Kuisioner dan dan disimpulkan
menggunakan lengt adanya
board untuk hubungan antara
mengukur panjang riwayat
badan. PENDIDIKAN
KESEHATAN
dengan kejadian
Stunting pada
anak usia 6-24
bulan.
42

4 Umari Hasniah Penelitian ini Analisa data yang Variabel Rentang dalam usia balita Hasil uji statistik
Rahmawati, Latifa memiliki jenis digunakan analisa independennya memiliki tinggi badan anak penelitian ini
Aini S., Hanny Rasni korelasi dengan univariat untuk PENDIDIKAN dengan rata-rata 83,94 dan menunjukan
Hubungan menggunakan desain seluruh variabel KESEHATAN dan standar deviasi 10,42. bawah terdapat
Pelaksanaan Peran observasional variabel dependen Anak usia balita di hubungan antara
Keluarga dengan melalui pendekatan kejadian Stunting Kecamatan Arjasa pelaksanaan
Kejadian Stunting cross sectional. dengan memiliki bentuk keluarga peran keluarga
pada Balita di menggunakan alat inti sebanyak 66 keluarga dengan kejadian
Kecamatan Arjasa, ukur Kuisioner dan (56,4%) dengan tingkat stunting pada
Jember menggunakan lengt pendidikan keluarga balita di
board untuk mayoritas sekolah dasar 46 Kecamatan
mengukur panjang keluarga (39,3%) dan Arjasa
badan. status tidak bekerja 82 Kabupaten
keluarga (70,1%). Jember dengan
p-value= 0,002
berarti penelitian
menunjukan
bahwa terdapat
43

hubungan antara
variabel
independen dan
variabel
dependen.
Pelaksanaan
peran keluarga
yang mayoritas
dalam kategori
sedang dan
kurang dengan
paling banyak
balita mengalami
stunting.
5 Risna Galuh Penelitian ini Analisa data yang Variabel Berdasarkan data, subjek Kejadian
Septamarini, memiliki jenis digunakan analisa independennya pada kedua kelompok Stunting Nilai p
Nurmasari korelasi dengan univariat untuk PENDIDIKAN baduta paling banyak value dari Uji
menggunakan desain seluruh variabel KESEHATAN dan berusia 13 – 24 bulan dan Chi Square
44

Widyastuti* , observasional variabel dependen berjenis kelamin pengetahuan RF


Rachma Purwanti melalui pendekatan kejadian Stunting perempuan. dengan kejadian
HUBUNGAN cross sectional. dengan stunting pada
PENGETAHUAN menggunakan alat baduta sebesar
DAN SIKAP ukur Kuisioner dan 0,000 sehingga
RESPONSIVE menggunakan lengt dapat
FEEDING board untuk disimpulkan
DENGAN mengukur panjang terdapat
KEJADIAN badan. hubungan
STUNTING PADA tingkat
BADUTA USIA 6- pengetahuan ibu
24 BULAN DI mengenai RF
WILAYAH KERJA dengan kejadian
PUSKESMAS stunting usia 6-
BANDARHARJO, 24 bulan di
SEMARANG Wilayah Kerja
Puskesmas
Bandarharjo
45

Semarang Utara.
Berdasarkan
nilai Odds Ratio
(OR) ibu
berpengetahuan
RF rendah 10,2
kali anaknya
berisiko
mengalami
stunting
dibandingkan
dengan ibu
berpengetahuan
RF cukup.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konseptual

Faktor yang mempengaruhi Balita Stunting Pengetahuan Ibu


Stunting: tentang Stunting
1. Faktor Tidak Langsung
a. Sosial Ekonomi Penatalaksanaan Farmakologi 1. Pengetahuan
b. Pendidikan / Terapi Ibu Baik :
c. Pengetahuan Gizi a. Kalsium (76% - 100%)
d. Lingkungan b. Yodium 2. Pengetahuan
2. Faktor Langsung c. Zink Ibu Cukup :
a. Faktor Ibu d. Zat besi (56% - 75%)
b. Faktor Genetik e. Asam folat Eksklusif 3. Pengetahuan Ibu
c. Asupan Makanan kurang : (< 56%)
Non Farmakologi
d. Fakto Infeksi
1. Memberi perawatan
e. Pemberian Asi Eksklusif
sebagai advokat
keluarga
2. Pendidikan Kesehatan

Keterangan :

: Variabel Yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Bagan 3. 1: Kerangka konseptual Penelitian: Pengaruh Pemberian Pendidikan


Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2021.

46
47

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yng telah

dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan

menurut Nursalam (2016) hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan

masalah atau pertanyaan peneliti.Adanya pengaruh pemberian Pendidikan

Kesehatan terhadap tingkat pengetahuan pada ibu balita Stunting di wilayah

kerja Puskesmas kertosari Banyuwangi tahun 2021.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Definisi

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atas pemecahan masalah. Pada dasarnya menggumakan metode ilmiah

(Notoadmodjo,2010).

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan yang telah

berperan sebagai pedoman atau penentuan peneliti atau penuntun peneliti

pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2013).

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka

jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Pra Experimental dan

menggunakan desain penelitian pra eksperimen dengan bentuk rancangan pre

tes dan post test dalam satu kelompok “one grup pre test-post test”. Ciri

penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan

melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum

dilakukan intervensi, kemudiandiobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,

2013)

Bentuk rancangan penelitian digambar sebagai berikut :

Subyek Pre test Perlakua Post test


n
S 01 X 02

48
49

Keterangan :

S : Subyek ( Ibu yang kurang pengetahuan tentang balita Stunting)

01 : Tingkat Pengetahuan sebelum dilakukan pemberian Pendidikan

Kesehatan.

X : Intervensi pemberian SAP Pendidikan Kesehatan ibu Stunting

02 : Tingkat Pengetahuan sesudah dilakukan pemberian Pendidikan

Kesehatan.

4.3 Populasi , Sampel, dan Tekhnik Sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subyek (misalnya manusia, klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah Ibu yang memiliki balita Stunting di wilayah kerja puskesmas

Kertosari Kabupaten Banyuwangi berjumlah 57 Orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai

subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Sampel dalam penelitian ini

adalah Ibu yang memiliki balita Stunting di wilayah kerja puskesmas kertosari

Kabupaten Banyuwangi. Untuk menentukan jumlah sample dapat menggunakan

rumus dengan metode purposive sampling’


𝑁
n = 1+𝑁 𝑎2

n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
a : standart koefisiensi (0.05)
𝑁
n = 1+𝑁 𝑎2
50

57
n= 1+57 𝑥 0.052
57
n=
1+57𝑥 0.00252
57
n= 1+0.1425
57
n = 1,1425

= 40 orang
4.3.3 Tekhnik Sampling

Sampling merupakan tekhnik pengambilan sampel (Sugiono, 2015).

Tekhnik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah Purposive

sampling yaitu tekhnik penentuan sampling berdasarkan kebetulan,yaitu

responden yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

cocok atau sesuai kriteria peneliti sebagai sumber data

Dalam pengambilan sampel terdapat kriteria yaitu kriteria inklusi

dan kriteria eksklusi dimana kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya

sampel digunakan (Alimul Aziz, 2016).

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

darisuatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2016). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

a. Ibu yang memiliki balita

b. Orang Tua balita yang sudah bersedia untuk menjadi responden.

2. Kriteria Eksklusi
51

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dam studi karena berbagai sebab.

3. Ibu dan balita yang tidak berdomisili di wilayah kerja Puskesmas

Kertosari

4.4 Kerangka Kerja

Populasi : Semua Ibu yang memiliki balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

kertosari Banyuwangi Tahun 2021.berjumlah57 orang

Purposive Sampling

Sampel : Sebagian Ibu yang memiliki balita stunting di Wilayah kerja Puskesmas
Kertosari Banyuwangi tahun 2021 sebanyak 40 orang

Desain Penelitian: Cross Sectional

Informed Concent

Pengumpulan data dengan lembar kuisioner dan pengukuran tinggi


badandengan menggunakan alat microtoise

Pengolahan data dan Analisa data Coding , Scoring, Tabulating, dan uji
Wilcoxon
Dengan SPSS 25

Laporan Penelitian

Bagan 4.1 Kerangka kerja : Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap


Tingkat Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertosari Banyuwangi tahun 2021
52

4.5 Identifikasi Variabel

Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam–macam tipe untuk

menjelaskan penggunaanya dalam penelitian. Macam-macam tipe variabel

meliputu variabel independen, dependen, moderator, perancu, dan kontrol

(Nursalam, 2013). Variabel dalam penelitian ini adalah:

4.5.1 Variabel Bebas (Independen)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain

(Nursalam, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status

pemberian ASI eksklusif.

4.5.2 Variabel Terikat (Dependen)

Merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel lain,

variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Stunting. Variabel

respon akan muncul akibat dari manipulasi variabel-variabel lain. Dengan

kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau secara cermat terhadap suatu obyek atau

fenomena (Aziz Alimul H, 2008).

Tabel 4.1 Definisi Operasional Pengaruh Pemberian PENDIDIKAN

KESEHATAN Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada Ibu Balita Stunting

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2021


53

Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Skor


Operasional
Variabel Pendidikan Melihat : SAP - -
- Dilakuka
Independen: Kesehatan Pemberian
n selama 1
Pendidikan adalah metode education
kali dalam
Kesehatan pemberian atau tidak
seminggu
Kegiatan pengetahuan denga
selama 2
pemberian melalui n indikator:
minggu
pengetahuan informasi. 1. Ibu
- penyuluha
kepada ibu mengetahui
n berjalan
dengan balita status nutrisi
selama
Stunting balita
30
2. Balita
menit/60
yang tidak
menit
ditambahka
- pada saat
n MP-ASI
pagi
sebelum
hari
usia 6 bulan
waktu

kunjungan

posyandu
54

Variabel Pengetahuan Pengukuran 1. Quisioner Ordina l Pengetahuan ibu


baik : 76%
Dependen: adalah suatu langsung - 100%
Pengetahuan ibu
Tingkat hasil dari rasa menggunaka
cukup :
pengetahuan keingintahuan n quisioner
56% - 75%
pada ibu balita melalui pross
Pengetahuan
Stunting sensoris <56%

terutama pada

mata dan

telingan

terhadap

objek tertentu

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2008)

4.7.1 Satuan Acara Penyuluhan :

Satuan acara penyuluhan yang digunakan untuk memberikan

pengetahuan melalui informasi data terkait status nutrisi dan pemberianMp asi

pada balita.

4.7.2 Lembar Observasional

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data Stunting

dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan menggunakan pengukuran

langsung dengan lember kuisioner. Lembar kuisioner yang berisi data


55

responden seperti nomer responden, umur, jenis kelamin , pengetahuan

tentang Stunting.

4.8 Waktu Penelitian

Studi penelitian ini di wilayah kerja puskesmas Kertosari Kabupaten

Banyuwangi akan berlangsung pada bulan April – Mei 2021.

4.9 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

Banyuwangi Pemilihan tempat didasarkan pada alasan bahwa Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari Banyuwangi termasuk daerah tertinggi kejadian Stunting.

4.10Pengolahan Data

4.10.1 Langkah-Langkah Pengolahan Data

Sebelum melakukan analisa data, secara berurutan data yang berhasil

dikumpulkan akan mengalami proses editing, yaitu dilakukan coding,

scoring, dan tabulating.

1. Editing

Sebelum data diolah bagian yang sangat penting dalam metode

ilmiah, karena dengan analisah data tersebut dapat diberi arti dan makna

yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

2. Coding
56

Coding adalah pemberian kode pada data dimasukkan untuk

meterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk

angka (Jonathan Sarwono, 2006).

a) Coding Stunting

1. Sangat Setuju = 4

2. Setuju = 3

3. Tidak setuju = 2

4. Sangat tidak setuju= 1

b) Coding Pengetahuan

1. Baik : 3

2. Cukup : 2

3. Kurang : 1

3. Scoring

Scoring adalah Skor / nilai untuk tiap item pertanyaan untuk

menentukan nilai tertinggi dan terendah (Setiadi, 2007). Pada tahap

scoring peneliti memberi nilai pada setiap data sesuai dengan skor yang

telah ditentukan berdasarkan kuisioner yang telah diisi oleh responden

a. Scoring Stunting

1. Pengetahuan Ibu baik : 76% - 100%

2. Pengetahuan Ibu cukup : 56% - 75%

3. Pengetahuan Ibu kurang : <56%


57

3. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban

responden dengan cara tertentu (Jonathan Sarwono, 2006). Mentabulasi

hasil data yang diperoleh sesuai dengan item pertanyaan.

4.10.2 Analisa Uji Stastistik

Dari data yang telah terkumpul dilakukan analisis atas pengaruh

pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan pada balita

Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2020,

menggunakan uji chi square dengan SPSS 25 For Windows dengan kaidah

pengujian sebagai berikut:

Ha ditolak : bila nilai p < 0,05 artinya tidak ada pengaruh atau ada

pengaruh tapi sangat hampir tidak ada pengaruh.

Ha diterima : bila nilai p > 0,05 artinya adanya hubungan yangsignifikan.

4.11Keterbatasan Peneliti

1. Karena kondisi pandemi dan PPKM membuat sulitnay peneliti

menemukan responden.oleh karena itu dari rencana awal 40 responden

menjadi 20 responden.

2. Kondisi PPKM membuat penyuluhan yang awalnya direncanakan 2 kali

pertemuan dalam 2 minggu dipersingkat menjadi 1 kali pertemuan dalam

1 minggu.
58

4.12Etika Penulisan

Sesuai dengan kaidah penelitian di Indonesia, maka peneliti

melakukanpenelitian menurut etika sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan

Informed Concent diberikan sebelum penelitian dilaksanakan pada

subyek peneliti, para orang tua balita diberi tahu tentang maksut dan

tujuan dari penelitian jika subyek bersedia harus ada bukti persetujuan

yaitu dengan tanda tangan.

2. Keadilan Bagi Seluruh Subjek Peneliti

Suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang menjunjung tinggi

prinsip moral, legal, dan kemanusiaan. Prinsip keadilan juga ditetapkan

dalam pancasila Negara Indonesia pada sila ke 5 yaitu keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia (Abrori, 2016).

3. Tanpa Nama

Subyek tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan

data, cukup kode nama saja untukmenjamin kerahasiaan identitas.

4. Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subjek akan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian

ditampilkan dalam forum akademik.

5. Kejujuran

Jujur pada saat pengumpulan data, pustaka, metode, prosedur penelitian,

hingga publikasi hasil. Jujur pada kekurangan maupun kegagalan proses

penelitian. Tidak mngakui pekerjaan yang bukan pekerjaannya.


59

6. Tidak Merugikan, Do Not Harm

Suatu prinsip yang mempunyai maksud bahwa setiap tindakan yang

dilakukan seseorang tidak menimbulkan kerugian secara fisik maupun

mental (Abrori, 2016).

7. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia

Menghormati maupun menghargai orang ada dua hal yang perlu

diperhatikan, yaitu peneliti harus mempertimbangkan secara mendalam

terhadap kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan penelitian dan

melakukan perlindungan kepada responden yang rentan terhadap bahaya

penelitian.

8. Memaksimalkan Manfaat dan Meminimalkan Resiko

Keharusan secara etik untuk mengusahakan manfaat sebesar-besarnya

serta memperkecil kerugian maupun resiko bagi subjek dan memperkecil

kesalahan penelitian. Dalam hal ini penelitian harus dilakukan dengan

tepat dan akurat, serta responden terjaga kesalamatandan kesehatannya.


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil dan pembahasan dari penelitian

tentang “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Balita

Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari tahun 2021”. Penelitian ini dimulai

pada tanggal Desember 2020

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan quesioner, maka tahap

selanjudnya adalah dengan mengumpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Tempat Penelitian

1. Data Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Jl. Ikan Hiu No.41 Kertosri Kabupaten

Banyuwangi, Jawa Timur. Jumlah Ibu balita stunting sebanyak 40 jiwa.

2. Data Geografi

Batas wilayah yang sebagai berikut:

Sebelah utara : Lahan kosong

Sebelah timur : Perumahan warga

Sebelah selatan : Perumahan warga

Sebelah barat : Perumahan warga

60
61

3. Data Demografi

Ibu balita stunting yang berada di lingkungan pskesmas

terdapat 20 orang dan sebagian belum memahami tentang pendidikan

kesehatan balita stunting

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik responden menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin balita stunting

7 responden
35%

13
responden
65%

Perempuan laki-laki

Diagram 5.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di lingkungan

puskesmas kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021

Berdasarkan diagram 5.1 diatas dapat disampaikan bahwa

hampir seluruhnya dari 20 responden (65%) berjenis kelamin

perempuan
62

2. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

2 respondenPekerjaan
11% 3 responden
2 responden 16%
11%

3 responden
16%
10
responden
46%
Wiraswasta Ibu rumah tangga Pegawai Swasta
Guru PNS

Diagram 5.2 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di lingkungan Puskesmas

Kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021

Berdasarkan diagram 5.2 diatas dapat disampaikan bahwa

sebagian besar 10 responden (46%) memiliki pekerjaan Ibu rumah

tangga.

3. Karakteristik responden berdasarkan Pengetahuan Ibu

Pendidikan Ibu 5 responden


40%
15
responden
60%

pernah mengikuti Pendidikan Kesehatan


tidak pernah mengikuti Pendidikan Kesehatan

Diagram 5.3 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan Ibu di lingkungan

puskesmas kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021

Berdasarkan diagram 5.3 dapat disampaikan bahwa hampir seluruhnya 15

responden (60%) tidak pernah mengikuti pendidikan kesehatan.


63

4. karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan
1 responden responden
2
10% 6 responden
5%
2 responden 30%
10%

4 responden
20%
5 responden
25%
SD SMP SMA
DIPLOMA STRATA 1 TIDAK SEKOLAH

Diagram 5.4 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di lingkungan

puskesmas kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021

Berdasarkan diagram 5.4 dapat dihasil bahwa hampir setengahnya dari 6

responden (30%) berpendidikan tamat sekolah dasar.

5.1.3 Data Khusus

1. Tingkat pengetahuan Ibu sebelum diberikan intervensi pendidikan

kesehatan

Tingkat pengetahuan sebelum diberikan


pendidikan kesehatan

8 3 responden
responden 20%
30%

9 responden
Baik Cukup 50%

Diagram 5.5 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu balita


stunting sebelum diberikan pendidikan kesehatan di lingkungan
puskesmas kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021
64

Berdasarkan diagram 5.5 diatas dapat disampaikan bahwa sebagian besar 9

responden (50%) sebelum intervensi pemberian pendidikan kesehatan dalam

kategori sedang.

2. Tingkat pengetahuan Ibu setelah diberikan intervensi pendidikan

kesehatan

tingkat pengetahuan ibu balitan stunting setelah


diiberikan pendidikan kesehatan
3 responden
20%
1 responden
10%
16 responden
70%
rendah sedang tinggi

Diagram 5.6 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu balita


stunting sebelum diberikan pendidikan kesehatan di lingkungan
puskesmas kertosari Kabupaten Banyuwangi tahun 2021
Berdasarkan diagram 5.6 diatas dapat disimpulkan bahwa hampir

seluruhnya 16 responden (70%) setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan

pada ibu balita stunting dalam kategori tinggi.

3. Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pada

ibu balita stunting

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan Ibu sebelum dan

setelah diberikan pendidikan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

Kertosari

Tingkat Pengetahuan Ibu Baik Cukup Kurang Total

Sebelum 3 (16%) 9 (50%) 8 (34%) 20 responden

Sesudah 16 (70%) 3 (20%) 1 (10%) 20 responden


65

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukan sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan dari total 20 responden, sebanyak 9 responden

memiliki nilai sedang, 8 responden berada pada kategori rendah dan 3

responden memiliki nilai tinggi. Setelah diberikan pendidikan

kesehatan dari total 20 responden sebanyak 16 responden memiliki

nilai tinggi, 3 responden berada pada kategori peran ayah sedang dan 1

responden memiliki nilai rendah.

4. Hasil perhitungan uji wilcoxon menggunakan aplikasi SPSS

Test Statisticsa

post test - pre test


Z -3.408b
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Berdasarkan tabel uji statistik Wilcoxon menggunakan aplikasi

SPSS for windows 25 diatas, diperoleh nilai sig. (2-tailed) = 0.001.

karena nilai 0.001 lebih kecil dari <0.05 maka dapat disimpukan bahwa

“hipotesis diterima”. Artinya terdapat pengaruh pemberian pendidikan

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan pada Ibu Balita Stunting.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat pengetahuan Ibu sebelum diberikan intervensi pendidikan

kesehatan.

Berdasarkan diagram 5.6 didapatkan bahwa sebagian besar

responden memiliki sebagian besar 9 responden (56%) sebelum intervensi

pemberian pendidikan kesehatan dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan


66

ibu dapat dijelaskan sebagai suatu peran yang dijalankan dalam kaitannya dalam

perkembangan dan pertumbuhan balita, baik secara fisik maupun biologis

Wahyuninggrum (2014). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Menurut

Level and Clark, sebagaimana dalam Notoatmodjo (2010: 22), mengatakan

adanya 4 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat,

yakni: 1. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan), 2. Specific

protection (perlindungan khusus melalui imunisasi), 3. Early diagnosis and

prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera), 4.Rehabilitation

(pemulihan). Notoatmodjo (2017: 23), menjelaskan bahwa belajar dari

pengalaman pelaksanaan pendidikan kesehatan dari berbagai tempat selama

bertahun- tahun tersebut, disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tersebut

belum “memampukan” (ability) masyarakat untuk berperilaku hidup sehat,

tetapi baru dapat “memaukan” (willingness) masyarakat untuk berperilaku hidup

sehat. Pengalaman ini juga menimbulkan kesan yang negatif bagi pendidikan

kesehatan, bahwa pendidikan kesehatan hanya mementingkan perubahan

perilaku melalui pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan,

Berdasarkan diagram 5.3 menunjukan bahwa hampir seluruhnya

responden (79%) tidak pernah mengikuti pendidikan kesehatan. Lawreence

Green (1984), dalam Notoatmodjo (2017: 24) merumuskan definisi sebagai

berikut: “Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan

kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi,

yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang

kondusif bagi kesehatan”, dari batasan ini jelas bahwa promosi kesehatan adalah

pendidikan kesehatan plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan
67

kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan,

yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kesehatan merupakan upaya yang terencana untuk perubahan perilaku hidup

sehat, melalui pemberian informasi dan pengetahuan kesehatan agar dapat

berperilaku hidup sehat dalam kehidupannya.

Berdasarkan diagram 5.2 rata-rata responden memiliki pekerjaan utama

yaitu disampaikan bahwa sebagian besar responden (56%) memiliki pekerjaan

Ibu rumah tangga. Notoatmodjo (2017: 111-112), menjelaskan bahwa dilihat

dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau

praktik pendidikan. Konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan

yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Pendidikan adalah suatu proses

belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih

matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

5.2.2 Tingkat pengetahuan Ibu setelah diberikan intervensi Pendidikan

Kesehatan.

Berdasarkan diagram 5.6 didapatkan bahwa hampir

seluruhnya 16 responden (70%) setelah diberikan intervensi pendidikan

kesehatan pada ibu balita stunting dalam kategori tinggi.

Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan

oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi

perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi

dapat mengerjakan sesuatu, namun tidak semua perubahan semacam itu terjadi
68

karena belajar saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapet berjalan

menjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi

karena proses kematangan.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri:

belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam diri individu,

kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial.

Ciri kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut

didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama.

Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan

karena kebetulan (Notoatmodjo 2017: 112).

Bertolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan

kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari

tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu

mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain

sebagainya. Berangkat dari konsep pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan

didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok

atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan perilaku mereka, untuk

mencapai tingkat kesehatannya secara optimal.

Peran petugas kesehatan memberikan nasehat kepada ibu dan keluarga

berupa informasi tentang manfaat ASI eksklusif dan waktu yang tepat untuk

memberikan ASI eksklusif serta dampak apabila bayi tidak diberikan ASI

eksklusif. Langkah awal ibu dalam memberikan ASI eksklusif salah satunya

dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan khusunya tempat melahirkan.

Banyak rumah sakit, puskesmas, klinik dan rumah bersalin yang belum
69

melakukan inisiai menyusui dini. Berbagai alasan diajukan antara lain rasa

kasihan karena ibu masih lelah setelah melahirkan, ibu memerlukan istirahat

yang cukup atau ibu belum bisa merawat bayinya sendiri sehingga ibu tidak

dapat menysusui bayinya.

5.2.3 Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan ibu balita Stunting di wilayah kerja puskesmas Kertosari.

Setelah dilakukan uji statistik Wilcoxon menggunakan

aplikasi SPSS diatas, diperoleh nilai sig. (2-tailed) = 0.001. karena nilai 0.001

lebih kecil dari <0.05 maka dapat disimpukan terdapat pengaruh pemberian

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu balita Stunting di

wilayah kerja puskesmas Kertosari.

Promosi kesehatan berkembang dari pendidikan kesehatan. Promosi

kesehatan sebenarnya merupakan revitalisasi atau pembaruan dari pendidikan

kesehatan. Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan,

tidak terlepas dari pengalaman empiris, bahwa pendidikan kesehatan sebelum

tahun 1980-an hanya menekankan perubahan perilaku dengan pemberian

informasi-informasi atau penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Praktik

pendidikan kesehatan seperti ini perubahan perilaku masyarakat tentang

kesehatan sangat lamban dan sangat kecil. Beberapa hasil studi pendidikan

kesehatan yang ada, termasuk yang dilakukan oleh WHO, terungkap bahwa

meskipun pengetahuan masyarakat tentang kesehatan telah tinggi, namun

praktik atau tindakannya tentang kesehatan masih rendah. Promosi kesehatan

yang ada di sekolah, perubahan atau peningkatan pengetahuan tentang


70

kesehatan tidak diimbangi dengan tindakan atau praktiknya, (Notoatmodjo,

2017: 18).

Motivasi merupakan satu bentuk dukungan seseorang untuk melakukan

sesuatu, seorang ibu memerlukan rasa percaya diri untuk mencapai

keberhasilan dalam memberikan susu untuk anaknya. Ibu harus yakin bahwa

ibu dapat menyusui dan ASI yang diberikan adalah makanan yang terbaik

untuk mencukupi kebutuhan bayinya (Bahiyatun, 2009)

hanya terfokus pada ibu namun juga bagi para suami karena ibu

biasanya berdiskusi terlebih dahulu dengan suami dalam perawatan bayinya

(Damayanti, 2010).
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengupulan data, analisa, dan pembahasan diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

6.1.1 Tingkat pengetahuan Ibu balita stunting sebelum dilakukan intervensi

pemberian pendidikan kesehatan sebagian besar responden memiliki

sebagian besar 9 responden (56%).

6.1.2 Tingkat pengetahuan Ibu balita stunting setelah dilakukan intervensi

pemberian pendidikan kesehatan hampir seluruhnya 16 responden (70%)

6.1.3 Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai sig. (2-tailed) = 0.001.

Karena nilai 0.001 lebih kecil dari <0.05 maka dapat disimpukan bahwa

terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan pada ibu balita stunting di wilayah kerja Puskesmas

Kertosari Banyuwangi tahun 2021.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Profesi Keperawatan

Untuk profesi keperawatan diharapkan untuk mengimplementasikan

pedidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya pada Ibu balita Stunting.

71
72

6.2.2 Bagi Responden

Mengetahui pengetahuan tentang Ilmu Kesehatan, untuk menekan

angka kejadian balita stunting yang ada di masyarakat khusunya para Ibu

yang sedang menjalani proses kehamilan..

6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

a. Peneliti menyarankan agar lebih sering memberikan pendidikan

kesehatan di kalangan masyarakat.

b. Peneliti juga menyarankan untuk lebih memperluar dan memperbanyak

responden.

c. Disarankan untuk mencoba metode terapi intervensi lain guna

memperluas ilmu.
73

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningrum, T., & Rokhanawati, D. (2016). Hubungan karakteristik ibu dengan

kejadian Stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja puskesmas

wonosari I. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta, 1. Retrieved from

http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprin t/2146 Anindita, P. (2012).

Hubungan tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, kecukupan protein

& zinc dengan Stunting (pendek) pada balita usia 6- 35 tahun di kecamatan

tembalang kota semarang.

Apriani, L. (2018). Hubungan karakteristik ibu, pelaksanaan keluarga sadar gizi

(kadarzi) dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dengan kejadian Stunting

(studi kasus pada baduta 6 - 23 bulan di wilayah kerja puskesmas pucang

sawit kota surakarta). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(4), 198–

205. Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id/index.ph

p/jkm/article/view/21396

Arnita, S., Rahmadhani, D. Y., & Sari, M. T. (2020). Hubungan pengetahuan dan

sikap ibu dengan upaya pencegahan Stunting pada balita di wilayah kerja

puskesmas simpang kawat kota Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim

Astuty, M. & Ginting, D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola asuh gizi

pada ibu yang memiliki anak balita di wilayah kerja puskesmas gomo

kecamatan gomo kabupaten nias selatan provinsi sumatera utara. Jurnal

Mutiara Ners, 2(2), 216-223. Retrieved from http://e-

journal.sarimutiara.ac.id/index.php/NERS/article/ view/860
74

Basuki, P. P., & Uminingsih, T. (2019). Kontribusi karakteristik ibu terhadap

kejadian Stunting pada anak usia 24- 36 bulan di Sleman Yogyakarta.

Kesehatan Masyarakat. Retrieved from

http://ejurnal.stikesrespatitsm.ac.id/index.php/semnas/article

Dewi, S., & Mu’minah, I. (2020). Pemberian MP- ASI tidak berhubungan dengan

kejadian Stunting pada anak usia 1-3 tahun di wilayah kerja puskesmas

Sumbang I kabupaten Banyumas. INFOKES, 10(1), 5–10. Retrieved from

http://ojs.udb.ac.id/index.php/infokes/ article/view/841

Fauzi, M., Wahyudin, & Aliyah. (2020). Hubungan tingkat pendidikan dan

pekerjaan ibu balita dengan kejadian Stunting di wilayah kerja puskesmas

x kabupaten indramayu. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 9–15.

Retrieved from

http://ejurnal.stikesrespatitsm.ac.id/index.php/semnas/article/vie w/257

Fitri, L. (2018). Hubungan bblr dan asi ekslusif dengan kejadian Stunting di

puskesmas lima puluh pekanbaru. Jurnal Endurance, 3(1), 131.


75

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pesetujuan Pengajua Judul Skripsi


76

Lampiran 2. Surat Permohonan Data Awal Dan Surat Pengantar Ke DINKES

Banyuwangi
77

Lampiran 3. Surat Balasan dari Dinas Kesehatan


78

Lampiran 4. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal


79

Lampiran 5. Surat Balasan dari Pukesmas Kertosari Banyuwangi


80

Lampiran 6. Surat Layak Etik


81

Lampiran 7. Matrik Pembuatan Skripsi


82

Lampiran 8. Satuan Acara PenyuluhanPencegahan Stunting

SATUAN ACARA PENYULUHANPENCEGAHAN STUNTING

1. Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting

2. Sub Pokok Bahsan : Pencegahan Stunting

3. Sasaran : Orang Tua Anak / audience

4. Waktu : Pukul 11.00- 11.40 WITA ( 40 menit )

5. Tempat : Puskesmas kertosari

6. Hari/tanggal :

7. Latar Belakang :

Kejadian balita pendek atau disebut dengan Stunting merupakan salah satu
masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun2017 22,2% atau
sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami Stunting. Dataprevalensi balita Stunting
menurut World Health Organization ( WHO ), Indonesia termasuk ke dalam negara
ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/ South-East Asia
Regional ( SEAR ). Rata-rata prevalensi balita Stunting di Indonesia tahun 2005-
2017 adalah 36,4%.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek dan sangat
pendek hingga melampaui defisit di bawah median panjang atau tinggi badan.
Stunting juga sering disebut sebagai Retardasi Pertumbuhan Linier (RPL) yang
muncul pada dua sampai tiga tahun awal kehidupan dan merupakan refleksi dari
akibat atau pengaruh dari asupan energi dan zat gizi yang kurang serta pengaruh
dari penyakit infeksi, karena dalam keadaan normal, berat badan seseorang akan
berbanding lurus atau linier dengan tinggi badannya.
Untuk memenuhi kecukupan gizi pada balita, telah ditetapkan program
pemberian makanan tambahan ( PMT ) khususnya untuk balita kurus berupa PMT
lokal maupun PMT pabrikan yaitu biskuit MT Balita. Namun program pemberian
makanan tambahan ( PMT ) tanpa diimbangi dengan PHBS oleh orang tua agar
balita mengonsumsi makanan yang bergizi, sehat dan bersih tetap tidak bisa
83

mengurangi angka Stunting. Maka dari itu, penyuluh melakukan penyuluhan


mengenai pencegahan Stunting dengan demontrasi GASING ( Gerakan Anti
Stunting ) melalui PHBS yaitupromosi CTPS ( Cuci Tangan Pakai Sabun ).
8. Tujuan

a. Tujuan Instruksional Umum :

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan audience dapat memahamicara

pencegahan Stunting.

b. Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x40 menit, diharapkan pada

audience mampu:

1. Menjelaskan pengertian Stunting dengan benar dan tepat

2. Menyebutkan faktor-faktor penyebab Stunting dengan benar dantepat

3. Menyebutkan cara pencegahan Stunting dengan benar dan tepat

4. Menjelaskan risiko kesehatan pada anak Stunting dengan benar dantepat

9. Kegiatan :

No Langkah- Waktu Kegiatan Kegiatan

langkah Penyuluh Sasaran

1. Pendahuluan 5 menit Memberi salamMenjawab salam

memperkenalkan dirimenjawab pertanyaan

kontrak waktu

menjelaskan maksud dan

tujuan menyebutkan

materi/pokok bahasan

yang akan disampaikan


84

mengkaji tingkat

pengetahuan sasaran

terhadap materi yang akan

disampaikan dengan cara

apersepsi atau secara lisan

2. Penyajian 20 menit Pelaksanaan : - Mendengarkan


Menjelaskan materi dengan saksama
- Mencatat materi
penyuluha secara
yang
berurutan dan teratur.
disampaikan
Materi : - Mempraktekkan
secara langsung
1. pengertian Stunting

2. faktor-faktor
penyebab
Stunting
3. cara
pencegahan
Stunting
4. risiko kesehatan
padaanak Stunting
Demontrasi :

Melaksanakan CTPS

(Cuci Tangan Pakai

Sabun)

3. Evaluasi 10 menit - Tanya jawab - Partisipasi aktif


Re-demontrasi mengenai
CTPS (Cuci Tangan (audience ikut
Pakai Sabun) serta dalam re-
85

demontrasi dan
- bertanya )
4. Penutup 5 menit - Meminta/mem - Memberikan
beri pesan dan pesan dan kesan
kesan Menjawab salam
- Memberi
salam

10. Metode Redemontrasi : Ceramah, Tanya jawab, Demonstrasi dan


11. Media : Leaflet, Poster
12. Alat dan Bahan :
1. Sabun
2. Air ( botol air 1,5 l atasnya dilubangi )
3. Tissue
4. Tempat sampah
5. Ember /Baskom
13. Daftar Pustaka
Depkes RI. 2001. Pedoman Penyuluhan Gizi Pada Anak Sekolah BagiPetugas
Puskesmas. Jakarta.
Anonim.2002. Memilih Makanan Dan Jajanan Yang Sehat. BalitbangDepdiknas
Dan Lembaga Penelitian IPD. Bogor.
Mudjajanto,E S. 2006. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional.Penerbit Buku
Kompas. Jakarta.
Winarno. F. G. 2004. Keamanan Pangan Jilid I. Bogor : M-Brio Press.
14. Materi : Terlampir
15. Evaluasi :
a. Evaluasi struktur
1) Menyiapkan surat undangan untuk keluarga audience
selama 3 hari
2) Menyiapkan satuan acara penyuluhan (SAP) 1 minggu
sebelumpenyuluhan
3) Menyiapkan leaflet 5 hari sebelum penyuluhan
86

4) Menyiapkan poster 4 hari sebelum penyuluhan


b. Evaluasi proses
1) Audience hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan
sebanyak 2 orang.
2) Audience antusias terhadap materi penyuluhan.
3) Audience mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
4) Audience dapat mengulang mencuci tangan dengan
sabun yang sudah di demontrasikan dengan re-
demontrasikan bersama.
5) Audience tidak meninggalkan tempat selama
berlangsungnyapenyuluhan.
c. Evaluasi kegiatan
Audience mengerti tentang pengertian, faktor-faktor penyebab, cara
pencegahan dan risiko kesehatan pada anak Stunting dan setelah
diberikan penyuluhan audience dapat menjawab dengan benar 80% dari
pertanyaan yang diajukan.

16. Lampiran : Lampiran 1 : Materi


Lampiran 2: Evaluasi
87

Lampiran 9. Kuisioner perilaku Pencegahan Stunting

KUESIONER PERILAKU PENCEGAHAN STUNTING

Petunjuk pengisian: Berilah tanda check (✓) pada salah satu


jawabanyang andapilih.
Keterangan

- STS : Sangat tidak setuju : 1

- TS : Tidak setuju : 2

- S : Setuju :3

- SS : Sangat setuju : 4

a. Perilaku sebelumnya (Prior related behaviour)

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saat hamil, saya mengkonsumsi susu ibu hamil


sebagai perilakupemenuhan kebutuhan ibu hamil
dan janin
2. Saat hamil, saya mengkonsumsi zat besi dan asam
folat untukpencegahan terhadap anemia
3. Saya mengurangi konsumsi sayuran hijau selama
masakehamilan
4. Saya mengesampingkan susu ibu hamil sebagai
pemenuhankebutuhan ibu hamil
5. Saya menolak pemberian suplemen zat besi dan
asamfolat saathamil
6. Saya memenuhi kebutuhan iodium dengan
mengkonsumsi ikandan kacang-kacangan pada saat
Hamil
88

7. Saat hamil, saya menghindari konsumsi ikan dan


kacang-kacangan
8. Saya menambah asupan nutrisi saat hamil dengan
mengkonsumsibiskuit ibu hamil
9. Mengkonsumsi sayuran hijau saat hamil misalnya
bayam dapatmeningkatkan asupan zat besi dan
asam
folat pada tubuh
10. Saya menggunakan garam beryodium untuk
mengolah
makanansehari-hari
11. Saat hamil, saya menggunakan garam yang tidak
mengandungyodium untuk kegiatan sehari-hari
12. Saat hamil, saya mengkonsumsi makanan harian
tanpa
diitmakanan tambahan ibu hamil
13. Saya memberikan imunisasi lengkap kepada anak
saya
14. Saya melakukan pencegahan diare seperti
memberikan air
matangkepada anak saya
15. Saya tidak pernah memberikan anak saya obat
cacing
16. Saya tidak memberikan anak saya imunisasi
lengkap
17. Saya menganggap mengkonsumsi air matang tidak
dapat
mencegah terjadinya diare
18. Saya rutin memberikan anak saya obat cacing 6
bulan sekali
89

19. Saya memberikan obat untuk mengobati jika


anak sayamengalami diare

b. Manfaat dari tindakan (Perceived benefits to action)

No Pernyataan STS TS S SS

1. Menurut saya penurunan perkembangan bukan


akibat daribayipendek
2. Pertumbuhan dan perkembangan anak akan berjalan
dengan
baikjika anak tidak mengalami bayi pendek
3. Menurut saya biaya perawatan anak sakit menurun
jika anak
tidakmengalami bayi pendek
4. Biaya perawatan anak sakit tidak dipengaruhi oleh
bayipendek

c. Hambatan terhadap tindakan (perceived barrier to action)

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Saya merasa air bersih mudah di dapat

2. Jaminan kesehatan nasional membantu dalam

pelayanan Kesehatan

3. Saya menyediakan makanan sehari-hari yang

mengandungkarbohidrat, protein, lemak, vitamin

dan Mineral

4. Memiliki jamban keluarga yang bersih dan sehat


90

5. Layanan kesehatan dan keluarga berencana

merupakanakses yangtidak efektif

6. Makanan yang baik adalah makanan yang

mengandungkarbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral

7. Penggunaan sungai untuk melakukan kegiatan

MCK

8. Penggunaan jaminan kesehatan nasional akan

mempersulit prosespelayanan kesehatan

9. Air yang kurang layak digunakan untuk pemenuhan

kebutuhansehari-hari

10. Menurut saya, makanan sehari-hari tidak harus

mengandungkandungan gizi yang lengkap

11. Program jampersal membantu ibu untuk melakukan

pemeriksaankehamilan sampai persalinan

12. Menurut saya layanan kesehatan dan keluarga

berencana membantu

13. Menu makanan yang baik adalah makanan yang

membuat kenyangtanpa perlu memiliki kandungan

gizi yang lengkap

14. Pendidikan orang tua yang baik akan berpengaruh

padaanak itusendiri
91

15. Penggunaan jampersal tidak memberikan efek pada

ibu hamil

16. Pendidikan gizi masyarakat dapat meningkatkan

status gizimasyarakat

17. Status gizi masyarakat tidak dipengaruhi oleh

pendidikangizimasyarakat

18. Pendidikan orang tua tidak mempengaruhi dalam

proses pengasuhan anak

19. Jaminan sosial bagi keluarga miskin dapat

membantu meningkatkan kebutuhan dan

kesejahteraan masyarakat

20. Pendidikan gizi masyarakat yang baik tidak dapat

menurunkanprevalensi gizi kurang

21. Menurut saya memberikan penjelasan kesehatan

seksual danreproduksi pada remaja memberikan

banyak keuntungan

22. Jaminan sosial tidak memberikan keuntungan bagi

keluarga yangtidak mampu

d. Perilaku pencegahan Stunting

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya memberikan menu makanan berupa sayur-

sayuran,
92

proteinhewani maupun nabati, dan karbohidrat

2. Saya memberikan ASI selama 6 bulan pertama

dan pemberian kolostrum kepada anak saya

3. Saya membiasakan anak saya untuk mencuci tangan

sebelum dan sesudah makan menggunakan sabun

4. Saya memberikan makan kepada anak saya hanya

makanan yangdisukai oleh anak saya tanpa

memperhatikan kandungan

Score :

1. Pengetahuan Ibu baik : 76% - 100%

2. Pengetahuan Ibu cukup : 56% - 75%

3. Pengetahuan Ibu kurang : <56%


93

Lampiran 10. Dokumentasi

Dokumentasi 1. Pemaparan Materi Pendidikan Kesehatan

(Sumber: Peneliti, 2021)

Dokumentasi 2. Pemaparan Materi Pendidikan Kesehatan

(Sumber: Peneliti, 2021)


94

Dokumentasi 3. Pengisian Kuesioner Setelah Pemberian Materi Mengenai

Pendidikan Kesehatan Kepada Orang Tua Balita

(Sumber: Peneliti, 2021)

Dokumentasi 4. Pengisian Kuesioner Setelah Pemberian Materi Mengenai

Pendidikan Kesehatan Kepada Orang Tua Balita

(Sumber: Peneliti, 2021)


95

Lampiran 11. Lembar Konsul

LEMBAR KONSULTASI

NAMA : Hany Ryzca Wulandari

NIM : 201702015

PRODI : S1 Keperawatan 4A

PEMBIMBING 1 : Ns. Ukhtul Izzah., S. Kep., M. Kep

NIK / NIDN : 0705028404


96

LEMBAR KONSULTASI

NAMA : Hany Ryzca Wulandari

NIM : 201702015

PRODI : S1 Keperawatan 4A

PEMBIMBING 1 : Ns. Achmad Efendi, S.Kep

NIK / NIDN : 9907147836

No Tanggal Hasil Konsultasi Tanda Tangan


1.

Anda mungkin juga menyukai