Anda di halaman 1dari 45

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PERILAKU CARING


PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN TINDAKAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
INTERNAR.S TK.II PELAMONIA
MAKASSAR

BAYU ANDIKA
21606165

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2018
HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PERILAKU CARING


PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN TINDAKAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
INTERNA R.S TK.II PELAMONIA
MAKASSAR

BAYU ANDIKA
21606165

Skripsi Ini Diajukan


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2018
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Bayu Andika

Stambuk : 21606165

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil penelitian yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

sebagai atau keseluruhan hasil penelitian ini hasil karya orang lain, saya bersedia

menerima sanksi atau perbuatan tersebut.

Makassar, Maret 2018


Yang menyatakan,

BAYU ANDIKA

v
ABSTRAK

“HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PERILAKU CARING


PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN TINDAKAN KEPERAWATAN DI
RUANG RAWAT INAP INTERNA DI R.S TK.II PELAMONIA
MAKASSAR”
BAYU ANDIKA

(Dibimbing oleh :Suarni dan Anwar Sarman)

Perilaku caring perawat sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan
memberikan kepuasan pada klien karena perawat merupakan tenaga rumah sakit yang
perannya paling dominan bagi pelayanan pasien. Peran dominan ini menjadikan perawat
sebagai ujung tombak pelayanan yang berkualitas di rumah sakit tentunya harus dapat
menunjukkan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang terbaik. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat dalam
melakanakan tindakan keperawatan di ruang rawat inap interna di R.S TK.II Pelamonia.
Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini Studycross sectional,
dimana peneliti melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap beban kerja dengan
perilaku caring. Jumlah sampel sebanyak 61 responden. Analisis data yang dilakukan
dengan uji Chi-Square
Hasil penelitian dalam 28 responden (100%) yang beban kerjanya berat
sebanyak 6 responden (21.4%) yang perilaku caringnya kurang dan 22 responden
(78.6%) yang perilaku caringnya baik, sedangkan 33 responden (100%) yang beban
kerjanya ringan sebanyak 19 responden (57.6%) yang perilaku caringnya kurang, 14
responden (42.4%) perilaku caringnya baik.Berdasarkan hasil uji chi square terdapat 0 sel
Karena memenuhi syarat uji chi square, maka diperoleh nilai siqnifikan menunjukkan
angka 0.009. Oleh karena p < 0.05 maka ada hubungan beban kerja dengan perilaku
caring perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan di ruang rawat inap interna
RS.TK II Pelamonia Makassar.
Ada hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat. Untuk penelitian
keperawatan selanjutnya disarankan agar dapat melakukan pendidikan perilaku caring
agar dapat mengurangi beban kerja pada perawat.

Kata Kunci :Beban Kerja, Perilaku Caring.

Daftar Pustaka : 16 (2012-2017)

vi
8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

taufiq-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Beban Kerja Dengan Perilaku Caring Perawat Dalam Melaksanakan

Tindakan Keperawatn Di Ruang Rawat Inap Interna Di R.S Tk.II Pelamonia

Makassar.” Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Keperawatan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda

tercinta Baso Pabe dan Ibunda tersayang Nuslianti pagga. Ibu yang penuh

kesabaran dan keikhlasan merawat dan membesarkanku dengan segala jerih

payah, nasehat, didikan dan doa-doanya yang tak henti-hentinya mereka tuturkan

dihadapan Allah SWT untuk keberhasilan dan kebahagiaan penulis. Serta ucapan

terkhusus buat keluarga besar yang telah memberikan motivasi-motivasi dan

semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Walaupun dalam proses penyelesaian skripsi ini terdapat kendala dan

masalah, namun berkat petunjuk, arahan dan bantuan moril dan material serta

kerja sama yang tulus dari berbagai pihak, maka semua ini dapat diatasi. Ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada Ibu Suarni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing I dan Bapak Drs. H.

Anwar Sarman, RPT, M.Kes selaku pembimbing II, di sela-sela rutinitasnya

namun tetap meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dorongan,


9

saran dan arahan sejak rencana penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irwan, SKM, M.Kes dan

Bapak Andi Arnoli, S.Kep, Ns, M.Kep selaku tim penguji yang telah meluangkan

waktu dan pikiran guna memberikan masukan dan arahannya.

Demikian pula ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak A. Endre Cecep Lantara, SE, Akt, selaku Ketua Yayasan Pendidikan

Makassar.
2. Ibu Esse Puji Pawenrusi, SKM, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Makassar.
3. Dr. I Made Mardika, Sp. PD, M.A.R.S Kolonel Ckm , selaku Kepala Rumah

Sakit TK.II Pelamonia Makassar.


4. Bapak Muh. Sahlan Zamaa, Ns, Sp. Kep. M.B selaku Ketua Prodi Studi Ilmu

Keperawatan.
5. Ibu Suarni, S.Kep, Ns, M.Kepselaku Penasehat Akademik.
6. Kakak Muti Sahida selaku pengelola.
7. Bapak/Ibu responden yang telah berkenan untuk berpartisipasi dalam proses

penelitian.
8. Semua keluarga yang senantiasa mendukung dan memberikan motivasi serta

doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


9. Keluarga besar Civitas Akademik STIK Makassar yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.


10. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Ilmu Keperawatan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil penelitian ini masih memiliki

banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

mengharapkan kritikan berikut dengan saran-saran yang membangun.Semoga

hasil penelitian ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan kepada para pembaca.


10

Makassar, Maret 2018


Penulis

Bayu Andika
11

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan model pelayanan profesional dalam memenuhi

kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit

yang mengalami gangguan fisik, sosial agar dapat mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa

meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki

dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh

individu (Yunita Maria , dkk. 2014).


Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut

pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya, yakni pelayanan

keperawatan yang bermutu dan paripurna.Asuhan keperawatan bermutu yang

diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan

sikap caring kepada pasien.Dalam memberikan asuhan perawat

menggunakan keahlian, kata - kata yang lemah lembut, sentuhan,

memberikan harapan selalu berada disamping pasien dan bersikap caring

sebagai media pemberi asuhan (Marmi, 2015).


Berdasarkan data yang didapatkan dari Rumah Sakit Tk. II Pelamonia

Makassar bahwa jumlah perawat pelaksana di ruangan inap interna 61 orang.

(Staf Keperawatan, 2017).


Jenis tenaga yang mempunyai peran penting dalam terwujudnya kualitas

yang ada di rumah sakit adalah perawat, karena perawat merupakan tenaga

rumah sakit yang perannya paling dominan bagi pelayanan pasien.Peran

dominan ini menjadikan perawat sebagai ujung tombak pelayanan yang


12

berkualitas di rumah sakit tentunya harus dapat menunjukkan kemampuan

dalam memberikan pelayanan yang terbaik. Ciri pelayanan keperawatan yang

menjadi roh profesi keperawatan adalah prilaku caring. Caring merupakan

pemberian keperawatan secara totalitas dan dengan sepenuh hati.Caring

menjadi kunci mutlak bagi layanan keperawatan yang akan berefek terhadap

berkualitasnya suatu institusi kesehatan seperti halnya rumah sakit.


Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan wewenang

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diporoleh

melalui pendidikan keperawatan juga berperan dalam merawat atau

memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan

proses penuaan (Budiono, dkk. 2015).


Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku yang di harapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem,

dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat

maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. ( Budiono, dkk,

2015).
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan kegiatan dilakukan sesuai dengan

perannya.Fungsi tersebeut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang

ada serta memiliki tugas dan tanggung jawab yang penting dalam pemberi

asuhan keperawatan sesuai standar operasional kerja (Budiono, dkk. 2015).

Beban kerja merupakan sejumlah tugas-tugas yang harus diselesaikan

dalam jangka waktu tertentu. Pada tenaga keperawatan beban kerja

dipengaruhi oleh fungsinya untuk melaksanakan asuhan keperawatan

kapasitasnya untuk melakukan fungsi tersebut. Beban kerja seorang perawat

dapat dihitung dari waktu efektif yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-
13

tugas yang menjadi bebannya. Sehingga dalam kapasitasnya sebagai perawat

yang melaksanakan tugas dan fungsi asuhan keperawatan serta waktu yang

telah digunakan (Sato Masa, dkk, 2013).

Peran, sikap dan perhatian (prilaku caring) perawat sangat diharapakan

bagi pasien dalam setiap pelayanan di rumah sakit. Perilaku caring

merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain,

artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang. Prilaku caring

sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan

kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku caring perawat sangat penting

dalam layanan keperawatan karena akan memberikan kepuasan pada klien.

Caring mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yanitu perhatian,

tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas (Chusnawiyah, dkk. 2015).


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Angelina, R. Dkk (2015)

tentang Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Caring Perawat Di Instalasi

Gawat Darurat Medik Prof. Dr. D. Kandou Manado yaitu Sampel 30

responden. Teknik analisa data dilakukan dengan analisis univariat dan

bivariat menggunakan uji chi square pada program c lakukan oledasarkan

penelitian yang domputer. Hasil penelitian diperoleh nilai ρ= 0.025 yang

menunjukan bahwa nilai ρ lebih kecil dari nilai α =0,05. Kesimpulan

penelitian ini yaitu terdapat hubungan beban kerja perawat dengan caring

perawat.Rekomendasi untuk menambah jumlah perawat pelaksana yang

bekerja di instalasi gawat darurat medik.


Penelitian lain oleh Chusnawiyah Dkk. (2015) tetang Hubungan Beban

kerja Dengan Peilaku Caring Perawat Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap
14

Kelas 3 RSD Balung Jember menunjukkan bahwa hipotesis tersebut diterima

dengan hasil sampel sebanyak 33 orang dan pengambilan data menggunakan

kuesioner dengan hasil : 1. Beban kerja perawat kategori sedang sebnyak 25

orang (75,8 %), 2. Tinggat Caring perawat kategori cukup kering, yaitu

60,6%, 3. Uji korelasi sperman’s diperoleh nilai siknifikansi hitung besar

0,031. Nilai ini lebih kecil dari p value 5 % = 0,05.


Dalam praktek keperawatan diruang perawatan interna Rumah Sakit Tk.II

Pelamonia beberapa pasien menunjukkamn ketidakpuasan dalam hal mutu

pelayanan keperawatan khususnya prilaku Caring perawat.Beberapa perawat

mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan

pasien, dukungan, kenyamanan dan tindakan caring lainnya, disebabkan

karena tanggung jawab perawat pada dokter yaitu mengerjakan tugas tugas

dokter.Suatu klise yang sampai saat ini berkembang di masyarakat bahwa

perawat dalam tindakannya keras.

Peniliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Tk.II

Pelamonia karena peneliti ingin memperkuat asumsi penelitiannya bahwa

perilaku caring pada pelayanan keperawatan yang diberikan penyebabnya

multi faktor dan apakah faktor beban kerja perawat mempengaruhi perilaku

caring perawat ?

B. Rumusan Masalah
Berdasarakan uraian latar belakang yang di peroleh maka dapat di rumuskan,

adakah hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat dalam asuhan

keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar.


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umun
15

Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan perilaku caringperawat

pada saat melakukan tindakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Tk. II

Pelamonia Makassar.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat pada saat melakukan

tindakan di ruang rawat inap interna.


b) Untuk mengetahui hubungan perilaku caring perwat pada saat melakukan

tindakan di ruang rawat inap interna.


c) Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat

pada saat melakukan tindakan di ruang rawat inap interna.


D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, satu sumber

informasi, bahan bacaan serta pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

dibidang keperawatan.
2. Manfaat Institusi
Merupakan salah satu informasi bagi pihak Rumah Sakit, STIK Makassar,

dan Dinas Kesehatan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar sesuai standar operasional perawat.


3. Manfaat Praktis
a. Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dibidang

keperawatan khususnya yang berhubungan beban kerja dengan perilaku

caring perawat dan menjadi bahan acuan atau referensi, sehingga diharapkan

dari hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan serta sebagai

data dasar, acuan atau informasi untuk penelitian selanjutnya.


b. Mahasiswa
Sebagai bahan bacaan dalam penelitian selanjutnya
4. Manfaat Bagi Masyarakat
16

Hasil pemelitian ini diharapakan dapat memberikan pengetahuan bagi

masyarakat mengenai beban kerja dengan perilaku caringperawat yang akan

melakukan tindakan dalam asuhan keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja
1. Defenisi Beban Kerja Injeksi Bolus
Beban kerja merupakan sejumlah tugas-tugas yang harus diselesaikan

dalam jangka waktu tertentu.pada tenaga keperawatan beban kerja

dipengaruhi oleh fungsinya untuk melaksanakan asuhan keperawatan

kapasitasnya untuk melakukan fungsi tersebut. (Sato Masa, dkk, 2013)


beban kerja perawat adalah kemampuan tubuh seorang perawat dalam

menerima tanggung jawab untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Beban kerja

merupakan sejumlah kegiatan yang harus di selesaikan dalam jangka waktu

tertentu. (Angelina Robot, dkk, 2015)


Berdasarkan penelitian Setiani Yulis, dkk, 2012 gambaran persepsi

beban kerja perawat di ruang inap RSUD Kraton Kebupaten Pekalongan.

Menyatakan persepsi beban kerja perawat di definisikan jumlah kegiatan atau

tingkat pekerjaan yang harus dilakukan perawat baik itu pekerjaan terkait

dengan pasien langsung maupun tidak langsung dan kegiatan organisasi.ada

beberapa cara dalam mengukur persepsi beban kerja perawat, dalam

penelitian ini persepsi beban kerja perawat di ukur dengan menggunakan

kuesioner.
17

Beban kerja merupakan proses untuk menetapkan jumlah jam kerja

orang yang di gunakan atau di butuhkan untuk merampungkan suatu

pekerjaan dalam waktu tertentu, oleh karna itu seiring tuntunan masyarakat

terhadap kualitas pelayanan kesehatan, tentu mengalami perubahan dan

dinamika. Perubahan tersebut tidak tidak jarang menimbulkan beragam

masalah yang kompleks sehingga masalah yang kompleks sehingga membuat

perawat mengalami tekanan dalam memenuhi kebutuhan klien, dalam buku

managing client care menyebutkan salah satu cara untuk mengatasi tekanan

tersebut adalah dengan menggunakan keterampilan manajemen waktu. (Bakri

Maria H, 2017)

Seorang perawat tentu tidak akan terus menerus bersama klien di dalam

ruangan rumah sakit. artinya, perawat memiliki keterbatasan waktu untuk

memenuhi kebutuhan klien. Oleh karena itu penting untuk menetapkan tujuan

menggunakan waktu dengan efektif dan efisien.Dengan manajemen waktu,

seorang perawat akan mempelajari dengan cepat pentingnya menggunakan

tujuan berbagai cara untuk menentukan priotas. (Bakri Maria H, 2017)

Manajemen waktu memerlukan kemampuan untuk mengantisipasi

kegiatan harian, menggunakan kegiatan jika kemungkinan, dan menghindari

gangguan dari aktivitas yang tidak penting. (Bakri Maria H, 2017)

Adapun beberapa prinsip manajemen waktu sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan tinjau ulang tujuan keperawatan klien setiap harinya dan

tujuan kegiatan anda lainnya, seperti menyelesaian dokumentasi, menghadiri


18

rapat, menyampaikan laporan staf, hingga menyiapkan obat yang akan

diberikan klian
b. Analisis waktu mencerminkan bagaimana seorang perawat atau SDM

menggunakan waktunya pada saat proses asuhan keperawatan kepada klien.

saat sedang bekerja di area klinik/rumah sakit, seorang perawat bisa

menggunakan waktunya untuk mengerjakan berbagai kegiatan. Hal tersebut

dapat menggunakan waktunya dengan baik.


c. Menentukan prioritas SDM keperawatan bisa menentukan prioritas yang

sudah disiapkan bagi klien dan masih dalam jangka waktu yang sudah

ditentukan. menentukan waktu terbaik juga bagi SDM keperawatan,

contohnya dalam menentukan waktu pengajaran, berdasarkan waktu yang

disesuaikan dengan kebutuhan klien. pada dasarnya, seorang perawat harus

bisa mengidentifikasi seluruh klien agar bisa memberikan asuhan

keperawatan Yang memadai bagi klien. (Bakri Maria H, 2017)


2. SOP
SOP adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar

yang ada dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa

setiap keputusan, langkah, atau tindakan, dan penggunaan fasilitas pemrosesan

dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi, telah berjalan secara

efektif, konsisten, standar, dan sistematis (elleren, 2014)


Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-

langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin

tertentu, dimana Standar Prosedur Operasional memberikan langkah yang

benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan

berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan

kesehatan berdasarkan standar profesi (Menkes 2014).


19

Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan

obat ke dalam pembuluh darah vena atau melalui karet selang infuse dengan

menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah

yang menghantarkan darah ke jantung. Injeksi intravena bertujuan untuk

memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan injeksi

perenteral lain, menghindari terjadinya kerusakan jaringan serta memasukkan

obat dalam jumlah yang lebih besar.


3. Tujuan SOP
Tujuan SOP adalah menjaga konsistensi tingkat penampilan kerja,

meminimalkan kegagalan, kesalahan dan kelalaian, sebagai parameter untuk

menilai mutu kinerja, menjelaskan alur, tugas, wewenang dan

tanggungjawab, mengarahkan pendokumentasian yang adekuat dan akurat,

dan memastikan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien


Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif,

konsisten/ seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

melalui pemenuhan standar yang berlaku (Komisi Akreditasi Rumah Sakit,

2012)
4. Bolus
Bolus adalah pemeberian tindakan memasukan atau menyuntikan obat

obatan injeksi intra vena (iv) lewat selang infus dengan menggunakan spoit
5. Tujuan Bolus adalah untuk memudahkan pemberian obat injeksi IV lewat

selang infus tanpa harus menyuntikan jarum lagi ke tubuh pasien, agar

pasien tidak merasa sakit karna suntikan langsung ke kulit.


6. Hal Hal Yang Harus Di Perhatikan
a. benar pasien
b. benar Obat
c. benar Diagnosa
d. dosis
e. benar waktu pemberian obat
7. Alat Alat Bolus
20

a. Obat dalam bentuk vial/ampul sudah di dalam spuit sesuai dengan dosis

yang di resepkan
b. Kapas alcohol
c. Bengkok
d. Tempat obat
e. Klem
8. Prosedur Tindakan Bolus
a. Memberikan dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
b. Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
c. Memasang sampiran
d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
e. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan

handuk bersih
f. Memakai sarung tangan
g. Memastikan tidak ada gelembung udara pada spuit dengan cara

mengutik-ngutik spuit
h. Mencari tempat penyuntikan obat pada karet selang
i. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
j. Menghapushamakan atau mendesinfeksi karet selang infus (bolus)

dengan kapas alkohol, secara sirkular dengan diameter + 5 cm


k. Mengklem cairan infuse.
l. Menusukkan jarum ke dalam karet selang infus (bolus) dengan tangan

yang dominan
m. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk

selang infus
n. Memasukkan obat perlahan-lahan ke dalam vena
o. Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, dengan meletakkan

kapas alkohol di atas jarum kemudian tarik jarum keluar.


p. Periksa kecepatan tetesan cairan infuse.
q. Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar
r. Melepas sarung tangan, merendam dengan larutan chlorine 0,5% selama

10 menit
s. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan

handuk bersih
t. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan, (Katapena,

2017).
21

B. Tinjauan Umum Tentang Caring Perawat


1. Pengertian Empati/Caring
Empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang

di pikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang di pikirkan dan dirasakan

oleh yang bersangkutan (observer, perceiver) terhadap kondisi yang sedang

dialami oleh orang lain, tanpa yang bersangkutan kehilangan control dirinya.
2. Komponen-Kompenen Empati/Caring
a. Kompenen Kognitif
Komponen kognetif merupakan komponen yang menimbulkan pemahaman

terhadap perasaan orang lain. hal ini di perkuat oleh pernyataan beberapa

ilmuwan bahwa proses kognetif sangat berperan penting dalam proses empati

(Hoffman, 2000), selanjutnya Hoffman mendefinisikan komponen kognetif

sebagai kemampuan untuk memperoleh kembali pengalaman-pengalaman

masa lalu dari memori dan kemempuan untuk memproses informasi semantik

melalui pengalaman-pengalaman. fasback (1997) mendefinisikan aspek

kognetif sebagai kemampuan untuk membedakan dan mengenali kondisi

emosional yang berbeda. Einsberg & Strayer (1987) menyatakan bahwa

salah satu yang paling mendasar pada proses empati adalah pemahaman

adanya perbedaan antara individu (perceiver) dan orang lain. sehubungan

dengan komponen ini, Sceiman & Gundi (2000) mencirikan bahwa seseorang

yang empati memiliki keahlian-keahlian yang terkait dengan persoalan

komunikasi, perspektif dan kepekaan dalam pemahaman sosio-emosional

orang lain. secara garis besar bahwa aspek kognitif dari empati meliputi

aspek pemahaman atas kondisi orang lain.


b. Komponen Afektif
22

Empati sebagai aspek afektif merujuk kepada kemampuan menselaraskan

pengalaman emosional pada orang lain. aspek empati ini terdiri atas simpati,

sensitivitas, dan sharing penderitaan yang dialami orang lain seperti perasaan

dekat terhadap kesulitan-kesulitan orang lain yang imijinasikan seakan-akan

dialami oleh diri sendiri (colley, 1998). selanjutnya dia menambahkan, empati

efektif merupakan suatu kondisi dimana pengalaman emosi seseorang sama

dengan pengalaman emosi seseorang sama dengan pengalam emosi yang

sedang dirasakan oleh orang lain, atau perasaan mengalami bersama degan

orang lain.
c. Komponen Kognetif dan Afektif
Selain kategorisasi diatas, belakangan para ahli lebih memandang empati

sebagai konsep multidimensional yang melupi komponen afektif dan kognitif

secara bersama-sama (Dichendoller &weaver, 1994), atau keduanya (kognitif

dan afektif) dianggap sebagai satu aspek (gledstain, 1985).sehubungan

dengan perdebatan tersebut, (thorton&thorton, 1995) bermaksud

menjernihkan isu perdebatan itu dengan melakukan beberapa langkah, antara

lain dengan melakukan analisis factor pada sebuah kutub item yang dibentuk

dengan cara mengkaji item-item empati dari Dafis (IRI, interpersonal

reactivity index) menkaji pendekatan multidimensional (perspective-taking,

empathic concern, fantasy scale, dan personal distress) dengan konsep

empati dari Eysenck and Eysenck’s Unidimensional Questionnaire

(emotional response matching). Thornton & Thontorn (1995) melaporkan

bahwa suatu alat ukur akan lebih mendekati pengertian empati (yang di

setujui oleh sebagian besar ahli) dan lebih akurat apabila instrument tersebut
23

mengombinasikan dua pendekatan, yaitu kognitif dan afaktif. sementara itu,

brens (1989) menguji respons-respons empati pada 122 siswa perguruan

tinggi terhadap dua skala empati, yaitu skala yang mengukur berbagai macan

hubungan interpersonal dan altruisme. hasilnya menunjukkan empati terbagi

ke dalam dua komponen kognitif dan afektif.


d. Komponen Komunikatif
Selanjutnya, beberapa teoretikus menambahkan komponen yang keempat dari

empati yaitu komunikatif. Munculnya komponen yang keempat ini

didasarkan pada asumsi awal bahwa komponen afektif dan kognitif akan

tetap terpisah bila keduanya tidak terjalin komunikasi (ridley & lingle, 1996).

Teoritikus lainnya mengatakan yang dimaksud komunikatif, yaitu perilaku

yang mengekspresikan perasaan-perasaan empati, komponen empati

komunikatif adalah ekspresi dari pikiran-pikiran empati dan perasaan-

perasaan terhadap orang lain yang diekpresikan melalui kata-kata dan

perbuatan. (Taufik, 2012)


3. Proses Empati/Caring
a. Mendahului/antecedents
yang dimaksud mendahului/antedents, yaitu kondisi-kondisi yang

mendahului sebelum terjadinya proses empati. Meliputi karakteristik observer

(personal), target atau situasi yang terjadi saat itu.Empati sangat diperanguhi

oleh kapasitas pribadi observer.Ada individu-individu yang memiliki

kapasitas berempati tinggi adapula yang rendah. Kemampuan empati yang

tinggi, salah satunya dipengaruhi oleh kapasitas intelektual untuk memahami

apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain, atau kemampuan untuk

memahami apa yang terjadi pada orang lain. Juga dipengaruhi oleh riwayat

pembelajaran individu sebelumnya termasuk sosialisasi terhadap nilai-nilai


24

yang terkait dengan empati.namun, karakteristik yang paling penting adalah

perbedaan individual, dimana ada individu-individu yang secara natural

cenderung untuk berempati terhadap situasi yang dihadapi.


b. Proses/processes
Terdapat tiga jenis proses empati, yaitu non-cognitive processes, simple

cognitive processes, dan advance processes .Pertama, non-cognitive

processe.pada proses ini terjadinya empati disebebkan oleh proses proses non

kognitif, artinya tanpa memerlukan pemahaman terhadap situasi yang terjadi.

misalnya diruangan bayi di suatau rumah sakit, terdapat bayi yang baru lahir.

ketika satu bayi (A) menangis, selanjutnya akan di iringi oleh tangisan bayi

lainnya (B).
kedua, simple cognitive processes. pada jenis empati hanya membutuhkan

sedikit proses kognitif . Misalnya bila sesorang melihat tanda kurang nyaman

pada orang lain atau juga pada saat itu antarav observer dan target keduanya

sama sama berada pada situasi yang kurang nyaman akan membuat observer

mudah berempati.
ketiga, advance processes. berbeda halnya yang pertama dan kedua, pada

proses ini kita di tuntut untuk mengerahklan kemampuan kognitif kita.

Hoffman menyebutnya language mediated association, dimana munculnya

empati merupakan akibat dari ucapan atau bahasa yang disampaikan oleh

target. Misalnya ketika target (seorang istri) mengatakan” saya telah

diceraikan oelh suami”. Barangkali ketika mengatakan kalimat itu, target

tidak menunjukkan wajah sedih atau terlihat menderita, ia datar-datar saja

mengatakannya. namun observer meresponnya dengan sikap empatik. sikap


25

empatik yang ditunjukkan oleh observer ini merupakan proses yang dalam,

membutuhkan pemahaman yang tinggi terhadap situasi yang terjadi.


c. Intrapersonal Outcomes/Pendatang
Hasil dari proses berempati salah satunya adalah hasil intrapersonal, terdiri

atas dua macam :affective outcomes dan non affective outcomes. affective

outcomes terdiri atas reaksi-reaksi emosional yang dialami oleh observer

dalam merespon pengalaman-pengalaman target.


affective outcomes dibagi lagi kedalam dua bentuk, yaituparallel dan reactive

autcomes parallel outcomes sering disebut dengan emotion matching, yaitu

adanya keselarasan antara yang kita rasakan dengan yang dirasakan atau

dialami oleh orang lain. reactive outcomes di definisikan sebagai reaksi-

reaksi efektif terhadap pengalaman-pengalaman orang lain yang berbeda.


d. Interpersonal Outcomes/Pendatang
Bila interpersonal outcomes itu berefek pada diri observer, maka

interpersonal outcomes berdampak kepada hubungan antara observer dengan

target.salah satu bentuk dari interpersonal outcomes adalah muncul helping

behavior (perilaku menolong). Interpersonal outcomes tidak sekedar

mendiskusikan apa yang dialami oleh orang lain, sebagaimana parallel dan

reactive outcomes, lebih jauh dari interpersonal outcomes dapat menimbulkan

perilaku penolong. selain perilaku menolong, empati juga dihubungkan

dengan perilaku agresif. menurut davis empati berhubungan negative dengan

perilaku agresif. semakin baik akurasi empati maka semakin kecil terjadinya

perilaku agresif. (Taufik, 2012)


3. Sikap Dan Prasangka
a. sikap dan sumber sikap
26

sikap adalah sesuatu yang melekat pada keyakinan-keyakinan dan perasaan-

perasaan terhadap suatu objek dan predisposisiuntuk berbuat terhadap objek

dengan cara-cara tertentu.


ia menyatakan sikap adalah reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan

terhadap suatu objek berupa keyakinan-keyakinan, perasaan-perasaan atau

prilaku yang diharapkan.


b. fungsi sikap
sikap mempunyai berbagai fungsi :
1) fungsi mengorganisasi pikiran, artinya keyakinann-keyakinan dalam diri

memungkinkan kita mengorganisasi pengalaman sosial untuk memberi arti

pada suatu kejadian.


2) sikap memberi fungsi mamfaat atau kegunaan. sikap digunakan untuk

mengkorfirmasi sikap orang lain dan memperoleh persetujuan sosial.


3) sikap memberikan fungsi perlindungan.
c. Sumber sikap
sumber sikap dari pengalaman pribadi baik pengalaman yang meyenangkan

maupun yang pahit atau tidak menyenangkan.atau tidak

menyenangkan.pengalaman yang menyenangkan akan membentuk sikap

positif.
sumber sikap yang lain adalah pelampiasan perasaan yang menyakitkan.hal

ini menjadi penyebab terjadinya prasangka sosial. sumber yang lain adalah

pengaruh sosial. hal ini terjadi bila sebagian besar atau hampir seluruh

lingkungan sosial atau masyarakat terlalu sikap tertentu, misalnya setuju

pengadaan bus kota maka orang lain juga akan bersikap menyutujui hal

tersebut.
d. ciri-ciri sikap
1) sikap bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi yang dipelajari dan

dibentuk melalui pengalaman.


2) sikap mempunyai objek. tidak ada sikap tanpa objek.
27

3) sikap terhdapa sesuatu bisa terjadi dalam waktu yang relative singkat atau

berlangsung lama.
4) sikap terhadap suatu objek bukan semata-mata ditentukan oleh bagaimana

sikap itu, tetapi dipengaruhi juga oleh aspek lain seperti pengetahuan,

pendidikan, dan budaya.


e. pembentukan dan pengubahan sikap
pembentukan sikap seseorang adalah perpaduan factor internal dan factor eksternal.

factor internal seperti keadaan fisiologis, emosi, motif, minat, dan aspek-aspek

fisiologis lainnya. Factor eksternal seperti pengalaman, norma-norma nilai, dan

pendidikan.
f. hubungan antara sikap dan perilaku
Teori yang cukup komprehensif menjelaskan hubungan sikap dan perilaku

adalah teori reasonedactiondari Ajzen dan Fishbein (1980), yang kemudian

direvisi oleh Ajzen (1991) menjadi teori planned behavior. Teori ini

sebenranya lebih fokus pada perilaku dari pada sikap.menurut teori reasoned

action, perilaku merupakan hasil pertimbangan sadar dari beberapa factor,

dan perilaku. Selain sikap (evaluasi positif-negatif terhadap suatu sikap

perilaku yang sfesifik), lingkungan sosial pun berpengaruh terhadap itensi

dan perilaku. Lingkungan sosial ini (terutama pengaruh dari orang-orang

yang dianggap penting) mempengaruhi persepsi kita mengenai apa yang

seharusnya dilakukan/tidak situasi tertentu.


C. Tinjauan Umum Tentang Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan
Keperawatan adalah Meruapakan suatu bentuk layanan kesehatan

professional yang merupakan baigian integral dari layanan kesehatan berbasis

ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual

komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan


28

masyarakat baik sehatan maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses

kehidupan manusia. (Bakri Maria H, 2017)


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

professional. Pelaku manajemen keperawatan atau manager keperawatan

diharapkan mampu merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan

mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan

asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu, keluaarga, dan

masyarakat. (Bakri Maria H, 2017)


Proses manajemen keperawatan menurut Gillies (1994), proses

manajemen keperawatan dapat menunjang proses keperawatan. Proses

keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaa, dan

evaluasi. Proses keperawatan dan proses manajemen merupakan satu bagian

alur kerja yang sistematis. Keduanya saling terkait dan berpengaruh antara

satu proses dengan proses lainnya. Dengan kata lain, jika dalam salah satu

proses kerja, baik lingkup keperawatan maunpun manajemen, terganggu

karna suatu kendala, maka akan berpengaruh terhadap proses lainnya. Jika

kedua proses bisa berlangsung dengan baik, akan tercipta alur organisasi

yang efektif dan efisien. (Bakri Maria H, 2017)


Tujuan asuahan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari

semua anggota tim kesehatan dan pasien/keluarga. Asuhan keperawatan

merupakan bentuk layanan keperawatan profesional pada klien dengan

menggunakan metodologi proses keperawatan. Asuhan keperawatan

diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar klien pada semua

tingkatan usia dengan tingkatan fokus. (Putri Ardi A, 2016)


29

Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengunakan proses

keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien. Proses

keperawatan merupakan metode ilmiah sistematik yang digunakan dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada klien guna mencapai dan

mempertahankan keadaan bio-psiko-sosio-spiritual yang optimal. (Putri Ardi

A, 2016)
Melalui proses keperawatan, pearawat akan terhindar dari berbagai

tindakan malafesien di ddalam memberikan asuhan keperawatan kepada

klien. Selain itu, proses keperawatan juga merupakan wujud tanggung jawab

dan tanggung gugat perawat, karena semua hal yang dilakukan oleh perawat

terhadap klien terdokumentasi dengan baik dan benar. (Putri Ardi A, 2016)
D. Hubungan Beban Kerja Dengan Perliku Caring Perawat Dalam Asuhan

Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Interna Di Rumah Sakit Tk. II

Pelamonia Makassar
Beban kerja merupakan sejumlah tugas-tugas yang harus diselesaikan

dalam jangka waktu tertentu.Pada tenaga keperawatan beban kerja

dipengaruhi oleh fungsinya untuk melaksanakan asuhan keperawatan

kapasitasnya untuk melakukan fungsi tersebut.beban kerja seorang perawat

dapat dihitung dari waktu efektif yang digunakan untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang menjadi bebannya.Sehingga dalam kapasitasnya sebagai

perawat yang melaksanakan tugas dan fungsi asuhan keperawatan serta

waktu yang telah digunakan.Peran, sikap dan perhatian (prilaku caring)

perawat sangat diharapakan bagi pasien dalam setiap pelayanan di rumah

sakit. Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan

menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada


30

seseorang. Prilaku caring sanagat penting untuk mengebangkan,

memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku

caring perawat sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan

memberikan kepuasan pada klien. Caring mengandung 3 hal yang tidak

dapat dipisahkan yanitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan

ikhlas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang terbebani dalam

melakukan Asuhan Keperawatan menimbulkan prilaku yang tidak care

kepada pasien sehingga hal tersebut dapat mengganggu jalannya pembauatan

Asuhan Keperawatan dan memicu kesalahan – kesalahan yang bisa berakibat

fatal.Oleh karna itu sikap Dan prasangka juga harus kita jaga agar hubungan

perawat dan pasien dapat terjalin baik terhindar dari hal-hal yang memicu

ketidakpuasan paisen dalam pelayanan ataupun kerugian buat Rumah Sakit

itu sendiri

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Setiap perawat memiliki beban kerja yang berbeda, Beban kerja merupakan

sejumlah tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu

tertentu.pada tenaga keperawatan.


31

B. Pola Pikir Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas variable independen dan variabel dependen,

sebagaiman skema berikut ini :

Variabel independen variabel dependen

Beban Kerja Perawat Perilaku Caring


Perawat

Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


1. Beban Kerja Perawat
Beban kerja perawat adalah kemampuan tubuh seorang perawat dalam

menerima tanggung jawab untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dalam hal ini

beban kerja perawat diukur dengan pemberian injeksi bolus.


Kriteria Objektf :
Berat : ≥ 62,5%

Ringan : < 62,5%

2. Perilaku Caring
caring/empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang di

pikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang di pikirkan dan dirasakan

oleh yang bersangkutan (observer, perceiver) terhadap kondisi yang sedang

dialami oleh orang lain, tanpa yang bersangkutan kehilangan control dirinya.
Kriteria Objektif :
Baik : bila skor ≥ 50%
Kurang : bila skor < 50%
D. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan Antara beban kerja dengan perilaku caringperawatpada saat

melakukan tindakan di ruang rawat inap interna di Rumah Sakit Tk. II

pelamonia Makassar.
32

BAB IV
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini Studycross sectional,

dimana peneliti melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap beban kerja

dengan perilaku caring.


B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2017
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua perawat pelaksana interna diruang

rawap inap Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar yaitu 61 orang.


2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Tujuan ditentukannya sampel

dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik suatu populasi,

karena tidak memungkinkannya peneliti melakukan penelitian di populasi

seperti karena jumlah populasi yang sangat besar, keterbatasan waktu, biaya,

atau hambatan lainya. Sampel penelitian ini adalah perawat pelaksana

diruang rawap inap Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar. Tehnik

pengambilan sampel ini dengan menggunakan tehnik total sampling, yaitu

mengambil keseluruhan sampel yang akan diteliti.


33

D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Pengumpulan data secara langsung dari responden dengan menggunakan

lembar kousioner sebagai instrument penelitian untuk mengetahui hubungan

beban kerja dengan perilaku caringperawat dalam asuhan keperawatan di

ruang rawat inap interna Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar


b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan pengambilan data kebagian

diklat Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar.


2. Instrumen Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar

observasi.
E. Pengelolahan Data
Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengelohan data sebagai berikut
1. Editing
Editingyaitu penyuntingan dilakukan secara langsung oleh oleh peneliti

terhadap kusioner yang dibagikan.Tujuan dari editing adalah

untukmemastikan bahwa data yang diperoleh yaitu kuesionernya semua telah

diisi, relevan dan dapat dibaca dengan baik.


34

2. Coding
Coding yaitu hasil jawaban setiap pertanyaan diberi kode sesuai petunjuk

coding, baik data kuisioner beban kerja dan chek list observasi perilaku

caring di kode menurut sifat yang dimiliki masing-masing data pengkodean,

Pemberian kode dilakukan untuk menyederhanakan data yang di peroleh.


3. Skoring
Setelah semua variable di beri kode selanjutnya masing-masing komponen

variable di jumlahkan, untuk menentukan variable tersebut beresiko atau

tidak beresiko.
4. Prosessing
Setelah semua isian terisi dan benar, langkah selanjutnya adalah memproses

data agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara mengentry data

hasil kuesioner.
5. Cleaning
Cleaningyaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah dientri

apakah ada kesalahan atau tidak.


F. Analisa Data
Setelah data terkumpul terkumpul, kemudian ditabulasi sesuai dengan

variabel yang hendak diukur:


35

1. Analisa Univariat
Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian untuk melihat tampilan

distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap-tiap variabel dependen.


2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang diduga berhubungan.Penelitian

ini menggunakan analisa data dalam bentuk uji chi square.

Rumus uji Chi Square :

Keterangan :

X² = Nilai Chi-kuadrat

fe = frekuensi yang diharapkan

fe = frekuensi yang diperoleh/diamati

Dinyatakan ada hubungan apabila X² hitung > X² tabel (3,84). Tekhnik

penyajian data dengan menggunakan SPSS.

G. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi:


1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada perawat yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian, bila subyek menolak untuk diikutkan dalam penelitian ini, peneliti

tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.


2. Anonymity (tanpa nama)
Perawat yang bersedia menjadi responden, peneliti tidak akan mencantumkan

nama tetapi peneliti memberi kode tertentu.


36

3. Confidentiality (kerahasiaan)
Perawat yang memberikan informasi akan dijaga kerahasiaannya olehpeneliti.

Dan hanya akan disajikan kepada kelompok tertentu yang berhubungan

dengan hasil penelitian.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar yaitu di

ruangan rawatinap interna.Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini

Studycross sectional, dimana peneliti melakukan pengamatan dan pengukuran


37

terhadap beban kerja dengan perilaku caring dalam melaksanakan tindakan

keperawatan ruang rawat indap interna.


Penelitian dilakukan dengan mengambil data primer dan data sekunder

dengan jumlah 61 respondenyang akan melakukan tindakan keperawatan di

ruangan rawat inap interna. Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan

dalam bentuk tabel frekuensi dan crosstab (tabulasi silang) sesuai dengan

penelitian dan disertai narasi sebagai penjelasan tabel. Adapun hasil penelitian

yang telah dilakukan dapat dilihat pada uraian berikut.

1. Karakteristik Responden
Tabel 1

Karakteristik Sampel Penelitian Pada Perawat


Ruangan Rawat Inap InternaRumah Sakit
Tk.II Pelamonia Makassar

Variabel N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 21,3
Perempuan 48 78,7
Umur (Thn)
17-25 Tahun 8 13,1
26-35 Tahun 45 73,8
36-45 Tahun 6 9,8
38

46-55 Tahun 2 3,3


Status Perkawinan
Menikah 37 60,7
Belum Menikah 24 39,3
Status Pendidikan
D.3 Kep 38 62,3
S.Kep 11 18,0
S.Kep, Ns 12 19,7
Masa Kerja (Thn)
1.5 Tahun 37 60,7
6-10 Tahun 16 26,2
11-15 Tahun 3 4,9
16-20 Tahun 3 4,9
> 21 Tahun 2 3,3
Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 1, Jenis Kelamin dari 61 responden terdapat 13

responden (21.3 %) yang berjenis kelamin laki-laki dan terdapat 48 responden

(78.7%) yang berjenis kelamin perempuan.


Umur Dari 61 responden terdapat 8 responden (13.1%) yang berumur

17-25 Tahun, 45 responden (73.8%) yang berumur 26-35 tahun, 6 responden

(9.8%) yang berumur36-45 tahun dan 2 responden (3.3%) yang berumur 46-55

tahun.
Status perkawinan dari 61 responden terdapat 37 responden (60.7%)

yang menikah dan 24 responden (39.3%) yang belum menikah.


Pendidikan dari 61 responden terdapat 38 responden (62.3%) yang

berpendidikan DIII keperawatan, 11 responden (18.0%) berpendidikan S1

keperawatan dan12 responden (19.7%) berpendidikan S1 dan Ners.


Masa Kerja dari 61 responden terdapat 37 responden (60.7%) yang

masa kerjanya 1-5 tahun, 16 responden (26.2%) yang masa kerjanya 6-10 ta

hun, 3 responden (4.9%) yang masa kerjanya 11-15 tahun, 3 responden (4.9%)

yang masa kerjanya 16-20 tahun dan 2 responden (3.3%) yang masa kerjanya

>21 tahun.
39

Adapun dari 61 responden terdapat 22 responden (36.1%) berada

diruangan asoka, dari 22 responden (36.1%) berada diruangan melati dan 17

responden (27.9%) berada diruangan teratai.


40

2. Analisis Univariat
Tabel 2
Karakteristik Variabel Penelitian Dalam Melaksanakan
Tindakan Keperawatann Diruang Rawat Inap Interna
RS Tk.II PelamoniaMakassar

Variabel n %

Beban Kerja

Ringan 33 54,1

Berat 28 45,9
Perilaku Caring

Baik 36 59,0

Kurang 25 41,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan Tabel 2, beban kerja dari 61 responden terdapat 33

responden (54.1%) beban kerjanya ringan, dan 28 responden (45.9%) yang

beban kerjanya berat.


Perilaku Caring dari 61 responden terdapat 36 responden

(59.0%) yang perilaku caringnya baik dan 25 responden (41.0%) yang

perilaku caringnya kurang.


41

3. Analisis bivariat
Hubungan Beban Kerja Dengan Perilaku Caring
Tabel 3
Hubungan Beban Kerja Dengan Perilaku Caring
Perawat Dalam Melaksanakan Tindakan
KeperawatanDi Ruang Rawat Inap
Interna RS Tk.II Pelamonia
Makassar
Perilaku Caring
Beban p
Kurang Baik Jumlah
Kerja value
N % N % n %
Berat 6 21.4% 22 78.6% 28 100%
0.009
Ringan 19 57,6% 14 42,4% 33 100%

Jumlah 25 41,0% 36 59,0% 61 100%

Sumber : Data Primer 2018


Tabel 3 menunjukkan bahwa 28 responden (100%) yang beban

kerjanya berat sebanyak 6 responden (21.4%) yang perilaku caringnya

kurang dan 22 responden (78.6%) yang perilaku caringnya baik,

sedangkan 33 responden (100%) yang beban kerjanya ringan sebanyak

19 responden (57.6%) yang perilaku caringnya kurang, 14 responden

(42.4%) perilaku caringnya baik.


Berdasarkan hasil uji chi square terdapat 0 sel Karena memenuhi

syarat uji chi square, maka diperoleh nilai siqnifikan menunjukkan angka

0.009. Oleh karena p < 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada

hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat dalam

melaksanakan tindakan keperawatan di ruang rawat inap interna RS.TK

II Pelamonia Makassar.
B. Pembahasan
42

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dan disesuaikan dengan

tujuan penelitian yaitu mencari hubungan antara variable yang diteliti, maka

sistematika pembahasan diuraikan sebagai berikut :

1. Beban Kerja

Beban kerja merupakan sejumlah tugas-tugas yang harus diselesaikan

dalam jangka waktu tertentu.Pada tenaga keperawatan beban kerja

dipengaruhi oleh fungsinya untuk melaksanakan asuhan keperawatan

kapasitasnya untuk melakukan fungsi tersebut. Beban kerja seorang perawat

dapat dihitung dari waktu efektif yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-

tugas yang menjadi bebannya. Sehingga dalam kapasitasnya sebagai perawat

yang melaksanakan tugas dan fungsi asuhan keperawatan serta waktu yang

telah digunakan (Sato Masa, dkk, 2013).

Seorang perawat tentu tidak akan terus menerus bersama klien di dalam

ruangan rumah sakit. artinya, perawat memiliki keterbatasan waktu untuk

memenuhi kebutuhan klien. Oleh karena itu penting untuk menetapkan tujuan

menggunakan waktu dengan efektif dan efisien.Dengan manajemen waktu,

seorang perawat akan mempelajari dengan cepat pentingnya menggunakan

tujuan berbagai cara untuk menentukan priotas. (Bakri Maria H, 2017)

Manajemen waktu memerlukan kemampuan untuk mengantisipasi

kegiatan harian, menggunakan kegiatan jika kemungkinan, dan menghindari

gangguan dari aktivitas yang tidak penting. (Bakri Maria H, 2017)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan dari 61 responden yang diperoleh

bahwa sebagian besar responden memiliki beban kerja ringan yaitu sebanyak
43

33 responden (54.1%) dan 28 responden (45.9%) memiliki beban kerja berat.

Hal ini dikarenakan responden yang memiliki beban kerja ringan akan

berperilaku caring terhadap pasien sehingga ke dekatan perawat dan pasien

semakin baik serta merasa nyaman antara satu sama lain sedangkan

responden yang memiliki beban kerja berat mempunyai beberapa

keterbatasan terhadap pasien yang mempengaruhi caring perawat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Angelina Robot, dkk (2015) di

ruangan instalasi gawat darurat medik Prof. Dr. R. D. Kandaou Manado yang

menyatakan bahwa dari 30 responden dan hasil yang didapatkan adalah

variabel beban kerja berat berjumlah 13 orang (44,3%) dan variabel beban

kerja ringan berjumlah 17 orang (56,7%).

Hasil penelitian yang dilakukan di R.S Tk.II Pelamonia menunjukkan

bahwa sebagian besar perawat beban kerjanya ringan sehingga dapat

berperilaku caring baik hal ini menujukkan sikap perhatian, perasaaan empati

sesuai pendekatak praktik keperawatan.

Menurut asumsi peneliti pada dasaranya perawat mengetahui tindakan

sesuai SOP, Namun masih kurang perawat mengikuti SOP karena

keterbatasan waktu dan jumlah pasien yang banyak tetapi tujuan pelaksanaan

tindakannya sudah baik dan benar.

2. Perilaku Empati/Caring

Empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang

di pikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang di pikirkan dan dirasakan
44

oleh yang bersangkutan (observer, perceiver) terhadap kondisi yang sedang

dialami oleh orang lain, tanpa yang bersangkutan kehilangan control dirinya.

Peran, sikap dan perhatian (prilaku caring) perawat sangat

diharapakan bagi pasien dalam setiap pelayanan di rumah sakit. Perilaku

caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang

lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang. Prilaku

caring sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan

meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku caring perawat

sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan memberikan

kepuasan pada klien. Caring mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan

yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas (Chusnawiyah,

dkk. 2015).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 61 responden

sebagai besar responden berprilaku caring baik yaitu sebanyak 36 responden

(59%) dan 25 responden (41%) berprilaku kurang baik.


Penelitian ini sejalan dengan penelitian Chusnawiyah, dkk (2015) di

RSD Balung Jember berjumlah 33 responden yang menyatakan perilaku

caring baik berjumlah 29 orang (87,9%) dan perilaku caring kurang berjumlah

4 orang (12,1%).
Menurut asumsi peneliti perawat yang melakukan tindakan

keperawatan memiliki perilaku caring yang baik karena pendekatan yang

dinamis kepada klien dengan menunjukkan perhatian, perasaan empati pada

orang lain dan perasaan menyanyagi yang merupakan praktik keperawatan.


3. Hubungan Beban Kerja Dengan Perilaku Caring
45

Berdasarkan hasil uji chi square terdapat 0 sel Karena memenuhi syarat

uji chi square, maka diperoleh nilai siqnifikan menunjukkan angka 0.004.

Oleh karena p < 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angelina, R.

Dkk (2015) tentang Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Caring Perawat

Di Instalasi Gawat Darurat Medik Prof. Dr. D. Kandou Manado yaitu

Sampel 30 responden. Teknik analisa data dilakukan dengan analisis

univariat dan bivariat menggunakan uji chi square pada program c lakukan

oledasarkan penelitian yang domputer. Hasil penelitian diperoleh nilai ρ=

0.025 yang menunjukan bahwa nilai ρ lebih kecil dari nilai α =0,05.

Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan beban kerja perawat

dengan caring perawat.Rekomendasi untuk menambah jumlah perawat

pelaksana yang bekerja di instalasi gawat darurat medik.

Dalam teori dijelaskan Beban kerja merupakan proses untuk

menetapkan jumlah jam kerja orang yang di gunakan atau di butuhkan untuk

merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, oleh karna itu seiring

tuntunan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan, tentu mengalami

perubahan dan dinamika. Perubahan tersebut tidak tidak jarang menimbulkan

beragam masalah yang kompleks sehingga masalah yang kompleks sehingga

membuat perawat mengalami tekanan dalam memenuhi kebutuhan klien,

dalam buku managing client care menyebutkan salah satu cara untuk

mengatasi tekanan tersebut adalah dengan menggunakan keterampilan

manajemen waktu. (Bakri Maria H, 2017)


46

Adapun dalam teori dijelaskan Perilaku caring merupakan suatu sikap,

rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian

yang lebih kepada seseorang. Prilaku caring sangat penting untuk

mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup

manusia. Perilaku caring perawat sangat penting dalam layanan keperawatan

karena akan memberikan kepuasan pada klien. Caring mengandung 3 hal

yang tidak dapat dipisahkan yanitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan

dengan ikhlas (Chusnawiyah, dkk. 2015).


Menurut Asumsi peneliti beban kerja yang berlebihan yang dilakukan

perawat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diemban dapat

mempengaruhi Peran, sikap dan perhatian (prilaku caring) perawat dalam

memberikan pelayanan di rumah sakit. Meskipun begitu perawat tetap harus

memberikan Perilaku caring atau suatu sikap, rasa peduli, hormat dan

menghargai orang lain terutama kepada pasien karena prilaku caring sangat

sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan memberikan

kepuasan pada klien.

C. Keterbatasan Penelitian
1. Metode penelitian
Sebagaimana telah diuraikan dalam metodologi penelitian bahwa

rancangan penelitian ini adalah cross sectional study yaitu semua

variabel baik dependent maupun independent diukur secara kuantitati

pada waktu yang bersamaan. Dan pengukuran yang dilakukan terhadap

status, karakter, atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Sehingga


47

metode penelitian ini merupakan metode yang lemah dan memiliki

keterbatasan.
2. Instrumen atau alat ukur
Pengumpulan data dengan metode penyebaran angket (kuesioner)

memilki keterbatasan yaitu pengumpulan data memungkinkan responden

menjawab pertanyaan secara tidak jujur atau tidak mengerti pertanyaan

yang dimaksud sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitaif.


3. Pengetahuan peneliti
Pengetahuan peneliti tentang metodologi penelitian masih kurang dan

penelitian ini merupakan pengalaman peneliti yang pertama.


48

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul hubungan beban kerja

dengan perilaku caring perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan di

ruang rawat inap interna RS.TK II Pelamonia Makassar. Maka dapat

diperoleh kesimpulan :
1. Beban kerja dari 61 responden terdapat 33 responden (54.1%) beban kerjanya

ringan, dan 28 responden (45.9%) yang beban kerjanya berat.


2. Perilaku Caring dari 61 responden terdapat 36 responden (59.0%) yang

perilaku caringnya baik dan 25 responden (41.0%) yang perilaku caringnya

kurang.
3. Ada hubungan antara beban kerja dengan perilaku caring perawat dalam

melaksanakan tindakan keperawatan di ruang rawat inap interna RS.TK II

Pelamonia Makassar.
B. Saran
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan

masukan dalam pengembangan ilmu manajemen keperawatan sehingga perlu

diberi penekanan materi tentang perilaku caring.


2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih

banyak dan bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai