Anda di halaman 1dari 20

TERAFI OKSIGEN HIPERBARIK (TOHB) dan RUANG UDARA

BERTEKANAN TINGGI (RUBT)

Dosen Pengajar
Dr. HISNIN

DISUSUN OLEH
Kelompok 4
1. Harnacalis 162212012
2. Asmarita 162212033
3. Putri NurfitaFera 162212023
4. Juniyati 162212015
5. Maisyarah 162212017
6. Winda Angesia 162212040
7. Sarimawati 162212033
8. Siti Zaharah 162212034
9. Sofia Kartika 162212034

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUGPINANG
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang “Terafi Oksigen
Hiperbarik (Tohb) dan Ruang Udara Bertekanan Tinggi (Rubt)”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata “Matra Laut”. Kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan kami buat
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


BAB I .................................................................................................................................. 3
Latar Belakang .................................................................................................................... 3
Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4
Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................. 6
Definisi dan Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik ................................................................ 6
Fungsi HBOT ...................................................................................................................... 7
Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik .................................................................................... 8
Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik ......................................................................... 8
Protap Terapi Oksigen Hiperbarik ...................................................................................... 9
Pengenalan Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) ..................................................... 13
Pemilihan Tipe RUBT ...................................................................................................... 14
Pengamanan RUBT ........................................................................................................... 15
BAB III ............................................................................................................................. 17
Kesimpulan ....................................................................................................................... 17
Saran .................................................................................................................................. 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dengan berbagai unsur pelayanan medis yang ditawarkan (Sari, 2012), salah

satu diantaranya adalah terapi hiperbarik. Sejak penemuan hiperbarik pada abad ke 16,

bidang pengobatan oksigenasi hiperbarik telah berkembang dengan cepat. Penggunaan

hiperbarik dapat membantu menyembuhkan penyakit dan pengobatan (Menkes, 2008).

Menurut The Committee on Hyperbaric Oxygenation of the Undersea and Hyperbaric

Medical Society (UHMS) penyakit yang dapat disembuhkan antara lain penyakit emboli

gas, keracunan karbon monoksida, keracunan sianida, gas gangren, infeksi jaringan lunak,

ulkus diabetik, ujung amputasi yang tidak sembuh, tuli mendadak, autis, luka bakar dan

penyakit dekompresi (Gill dan Bell, 2004). Penggunaan terapi yang meluas pemakaiannya

dapat digunakan juga sebagai terapi kebugaran tubuh dan untuk kecantikan (RS Paru

Jember, 2015).

Terapi oksigen hiperbarik adalah suatu bentuk terapi dimana keadaan pasien harus

berada dalam suatu ruangan bertekanan tinggi dan bernafas dengan oksigen murni 100%

pada suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari tekanan atmosfer normal (Baromedical,

2016). Pada saat terapi berlangsung lingkungan hiperbarik diperoleh bila menyelam

(lingkungan bertekanan tinggi pada keadaan yang basah) atau berada di dalam ruang

bertekanan tinggi (lingkungan bertekanan tinggi pada keadaan yang kering). Pada

3
penelitian ini yang dimaksud lingkungan hiperbarik adalah lingkungan dalam ruang udara

bertekanan tinggi pada keadaan ruang yang kering (Samsudin, 2003).

Pada umumnya manusia bernafas dengan komposisi unsur udara yang mengandung

78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93% argon, 0,03% karbondioksida dan sisanya terdiri dari

neon, helium, metan dan hidrogen (Iskandar, 2010). Apabila komposisi unsur udara dalam

tubuh manusia tidak seimbang dan sesuai standar, maka akan mengakibatkan keracunan

oksigen. Selain alasan tersebut keracunan oksigen dapat juga terjadi tergantung pada

besarnya tekanan parsial dan lamanya waktu terapi. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian

untuk mengetahui kesesuaian nilai tekanan parsial oksigen dan karbondioksida berdasarkan

jumlah pasien dan kedalaman yang berbeda pada ruang terapi oksigen hiperbarik RS Paru

Jember agar keracunan oksigen tidak terjadi.

Berdasarkan uraian di atas, banyak keunggulan dari terapi oksigen hiperbarik.

Namun apabila tubuh kelebihan menerima pemberian oksigen secara terus menerus tanpa

interval atau batas waktu tertentu akan menyebabkan terbentuknya senyawa radikal bebas

yang akan merusak jaringan dan akan mengakibatkan nekrosis pada jaringan (Dwipayana

dan Prijambodo, 2010). Oleh sebab itu kajian tekanan parsial berdasarkan kadar oksigen

dan karbondioksida dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengetahui standar nilai dari

tekanan parsial gas Instalasi hiperbarik yang disarankan pada pasien agar tubuh tidak

mengalami kelebihan ataupun kekurangan oksigen.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diambil rumusan masalah pada

makalah ini yaitu ;

4
1. Definisi dan Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik

2. Fungsi HBOT

3. Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

4. Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

5. Protap Terapi Oksigen Hiperbarik

6. Pengenalan Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT)

7. Pemilihan Tipe RUBT

8. Pengamanan RUBT

C. Tujuan Penulisan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan bagi pembaca dan

penulis selanjutanya agar mengetahui pentingnya HBOT bagi kesehatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik

Hiperbarik asal kata hyper nerarti tinggi, bar yang memiliki arti tekanan. Jadi arti

dari terapi hiperbarik ialah terapi yang memakai tekanan tinggi. Pada dasarnya terapi

hiperbarik dipergunakan bagi pengobatan decompression sicknes, yakni penyakit yang

diakibatkan dari turunnya tekanan dilingkungan dengan cara tiba-tiba hingga menyebabkan

gelembung nitrogen didalam cairan didalam sel ataupun diluar sel, serta bisa menyebabkan

rusaknya disetiap organ tubuh, mulai derajad ringan hingga berat tergantung dengan ukuran

serta jumlah adanya emboli.

Terapi oksigen hiperbarik fungsi yang selalu mengembang bagi terapi yang

memiliki banyak jenis untuk pengobatan, adapun di antaranya misalnya, stroke, cerebral

edem, multiplle sclerosi, terkena racun dari karbon monoksida serta sianida, gas gangren,

trauma dikepala tertutup, periperal neoropathy, sindrom kompartemen, osteomielitis,

diabetik neoropathy, myocardial infarction, migrain (selvi okta yusidha, 2016).

Hiperbarik oksigen merupakan terapi dimana pasien wajib ada didalam ruang

tekanan tinggi, serta bernapas menggunakan 100% oksigen di 24 keadaan bertekanan ruang

yang besarnya lebih dari satu Atmosfer Absolute (selvi okta yusidha, 2016).

Belum ada pengertian secara jelas mengenai tekanan juga waktu yang di

pergunakan saat terapi hiperbarik. Biasanya tekanan minimum yang dipergunakan ialah

sebanyak 2,4 atm lamanya 90 menitan. Adanya banyak sesi terapi bergantung dengan

keadaan penderita mengenai kerentangan 1 sesi sebagai racun yang ringan yaitu karbon

6
monoksida sampai 60 sesi ataupun melebihi bagi lesi diabetikum kaki (selvi okta yusidha,

2016).

Terapi hiperbarik di lakukan pada waktu 10hari untuk sesesi. Penentu dari

frekuwensi terapi yang di lakukan penderita cocok dengan pemeriksan pada penderita

sesudah terapi. Bila hasil dari pemeriksaan telah cocok dengan pasien untuk

menyembuhkan penyakitnya, jadi terapi bisa di hentikan. Terapi hiperbarik di lakukan

dengan tekanan sebesar 2,4 atm lamanya 90 menitan. Setiap 30 menitan melakukannya,

penderita di berikan durasi untuk beristirahat dengan waktu 5 menitan. Di lakukan agar

terhindar dari racun oksigen pada penderita (selvi okta yusidha, 2016).

Oksigen yang di berikan sebesar 100% memakai masker medis, sedangkan gas di

sekitar tubuh adalah oksigen normal terkompresi dengan tekanan sama. Didalam RUBT

keadaan pasien dapat duduk ataupun tiduran (selvi okta yusidha, 2016).

RUBT adalah tabung pembuatannya dari baja di buat untuk tujuan dapat di isikan

oksigen tekanan dimulai dari satu ATA atau Atmosfer Absolute hingga beberapa Atmosfer

Absolute, bergantung pada macammacam serta kegunaannya (selvi okta yusidha, 2016).

B. Fungsi HBOT

Umumnya bisa terbagi jadi 2 macam dampak, farmakologis serta fisiologi,

terkadang menjadi saling bertumpuk. Udara bisa di anggap dengan unsur alam terpenting

bagi kelangsungan hidup, serta untuk pengobatan yang di gunakan sebagai pengubah

patologi dari penyakit. HBOT memakai oksigen untuk pengobatan serta mempunyai

peraturan dosis yang benar, index terapi, serta dampak yang harus di pahami untuk bisa di

gunakan secara efektif serta aman (Kahle, A. et al, 2019) .

7
C. Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

Pentingnya memahami indikasi bagi terapi oksigen hiperbarik. Mengindikasi seperti

penyakit dekompresi, emboli, terkena racun karbon monoksida, anemi akut, cedera, abses

intrakranial, fascitis nekrotikans, luka bakar termal, gas ganggren, serta hilangnya indera

pendengar akut. Keadaan itu harus memperoleh pengobatan terapi hiperbarik. Pada

umumnya pusat dari hiperbarik perawatan penderita pada keadaan nonalergi misalnya

sembuhnya luka yang memburuk, cidera radiasi tertunda, osteomieliitis kronik serta flap.

Pentingnya untuk tenaga kesehatan yang memberi perawatan untuk lebih mengindikasi

hiperbarik yang ada (Chen, et al, 2019)

UHMS memaparkan tentang mengindikasi terapi hiperbarik ialah emboli ataupun

terkena racun gas dari karbon monoksida dan sianida, ganggren gas serta inhalasi asap

Myostiis, cidera, sindrom kompartement, serta iskemi perifer akut yang lain. Penyakit

dekompresi, meningkatkan sembuhnya luka, anemi hilangnya banyak darah, Abses

intrakarnial, 26 osteomielitis revraktor, infeksi pada jaringan lunak nekrotikan, flap serta

pencangkokan kulit, cidera radiasi (nekrosis tulang serta jaringan lunak), luka bakar termal

(Chen, et al, 2019; Mathieu, D., et al. 2017).

D. Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

Kontra indikasi absolut, yakni belum tertanganinya penyakit pneomothotak (selvi

okta yusidha, 2016). Kontraindikasi relatif dengan kondisi yang lemas, hipertensi, demam

dengan suhu >38˚C, mengalami ISPA, sinusitis, Claustropobia (mengalami ketakutan

dengan ruang yang ditutup), asma, retensi Co2 serta emfisema, infeksi aerob misalnya

8
TBC, infeksi virus, lepra, riwayat neuritis optik, riwayat epilepsi, riwayat operasi telinga

serta torak, ibu hamil, pasien melakukan kemo misalnya terapi bleomycin dan adriamycin.

E. Protap Terapi Oksigen Hiperbarik

1. Persiapan Terapi Oksigen Hiperbarik:

Penderita di minta agar berhenti merokok selama dua mingguan sebelum melakukan

terapi di mulai. Tobacco memiliki efek vasokonstriksi hingga bisa berkurangnya

hantaran oksigen menuju jaringan.

a) Beberapa perawatan di hentikan delapan jaman sebelum dimulainya terapi

hiperbarik diantaranya vitamin c, alkohol, morfin.

b) Penderita di berikan baju terbuat dari 100% katun serta tidak menggunakan

aksesoris, peralatan pendengaran, handbody yang dibuat dari bahan petroleum,

bahan terbuat dari plastik, tidak memakai kosmetik, serta peralatan elektronik.

c) Penderita tidak diperbolehkan memakai zat yang terbuat dari minyak ataupun

alkohol (yakni kosmetik, cat kuku, hair spray, deodoran, salep, cologne, lotion,

parfum) di larang dikarenakan dapat mengakibatkan potensi yang berbahaya seperti

kebakaran didalam ruangan oksigen hiperbarik.

d) Klien wajib melepas aksesoris seperti cincin, kalung, arloji, sisir, dll, sebelum

masuk ruang agar dapat tercegahnya goresan akrilik silinder di ruangan hiperbarik.

e) Lensa pada kontak wajib di lepas sebelum memasuki ruang karna bentuknya

berpotensi emboli diantara lensa juga kornea.

f) klien tidak di perbolehkan bawa koran, buku, ataupun majalah agar terhindar dari

api karna tekanan tinggi yang beresiko menyebabkan kebakaran.

9
g) Sebelum klien mendapat terapi hiperbarik, penderita di evaluasi lebih dulu dari

dokter yang dapat terkuasi ruang hiperbarik. Evaluasinya meliputi penyakit yang

dialami penderita, ada tidaknya kontra indikasi dengan terapi hiperbarik di keadaan

penderita.

h) Sesi pengobatan terapi bergantung pada keadaan penyakit penderita. Klien biasanya

ada pada tekanan sekitar 2,4 atm lamanya 90 menitan dua jaman lalu di selingi

penderita keluar dari ruang terapi supaya komplikasi pada terapi bisa terhindarkan.

i) Terapi memperlukan kerjasama multi disiplin hingga 1 klien bisa tertangani dengan

bantuan dari ilmu kedokteran.

j) Klien di evaluasi tiap akhir dari sesi supaya mengetahui pengembangan hasil dari

terapi serta meneliti ada atau tidaknya komplikasi yang lain pada klien.

k) Mencegah terjadinya barotrauma GI, mengajari klien bernapas dengan normal atau

tidak diperbolehkan menelan udara serta menghindar dari makanan porsi banyak

atau makanan yang menghasilkan gas ataupun meminum sebelum terapi. Prosedur

asuhan hiperbarik oksigen ialah seperti dibawah:

2. Sebelum terapi hiperbarik oksigen Dokter jaga hiperbarik oksigen serta perawat atau

tender melakukan:

a) Anamnesa : Identitas, riwayat dari penyakit saat ini, riwayat penyakit yang dulu,

kontraindikasi absolut serta relatif untuk perawatan hiperbarik.

1) Indikasi hiperbarik oksigen: Adapun indikasi penyakit yang dapat di terapi

menggunakan hiperbarik oksigen ialah penyakit dekompresii, gelembung

nitrogen, terkena racun gas CO2, H2S, HCN, infeksi misalnya ganggren, lepra,

osteomyelitis, mikosis, operasi plastik, serta rekonstruksi misalnya luka yang

10
tidak mudah membaik, luka bakar, operasi reimplantasi dan pencangkokan

jaringan. Kondisi trauma misalnya crush injury, compartment syndrom dan

cedera olah raga. Gangguan pada pembuluh darah tepi, misalnya syok dan lain-

lain. Bypas jantung serta nyeri tungkai iskemik, osteoradionekrosis, bedah

ortopedi misalnya fractur nonunion, pencangkokan tulang. Kondisi neurologi

misalnya, strok, multiplesclerosis, edem serebri, migren, multiple infrak

demensia, abses otak, cidera medula sipinalis dan neuropatik perifer. Keadaaan

saat rehabilitas misalnya hemiplegi spastik stok, miokard insufis kronik,

paraplegi serta penyakit pembuluh darah tepi.

2) Pemeriksaan fisik secara lengkap

3) X- foto thorax PA

4) Pemeriksaan tambahan apabila di anggap membutuhkan, yakni:

- EKG

- Bublle detektor bagi kasus penyela

- Perfusi serta PO2 transcutaneeus

- Lab darah

- Konsultasi dokter spesialis

5) Menjelaskan manfaat, dampak, proses serta program terapi HBO, yakni:

- Terapi di laksanakan didalam ruangsn udara tekanan Tinggi.

- Cara menyesuaikan dengan perubahan tekanan, manuver valsava ataupun

equalisasi.

- Bernapas menghirup oksigen 100% menggunakan masker dengan waktu

3x30 menitan bagi tabel terapi Kindwall ataupun tabel terapi penyelaman.

11
- Dampaknya seperti, intoksikasi oksigen, barotrauma, memodulasi

nitritoksida disel endotel supaya meninggikan VEGF atau vascular

endothelial growth factor hingga menyebabkan fibroblas yang di perlukan

bagi sintesis proteoglikan yang bisa memacu kolagen sintesis saat

pemprosesan remodeling yakni salahsatu pemprosesan sembuhnya luka.

- Saat perawatan di dampingi dengan perawat.

- Menandatangi inform concen.

3. Selama terapi HBO

a) Selama dalam proses kompresi, perawat membantu untuk menyesuaikan pasien

terapi dengan tekanan yang tinggi di ruangan.

b) Selama proses menghirup oksigen 100%

1) Mengbservasi adany tanda intoksikasi O2 misalnya pucat, berkeringat dingin,

mual muntah, twitching, serta epilepsi. Apabila menglami hal tersebut maka

tender segera memberitahu pada petugas diluar kalau pengobatan di hentikan

sementara hingga keadaan pasien membaik, lalu pasien di keluarkan serta di

berikan perawatan hingga keadannya membaik.

2) Mengobservasi TTV serta yang dikeluhkan oleh pasien terapi hiperbarik

oksigen.

3) Pada kasus penyelaman, mengobservasi yang dikeluhkan pasien, yakni

gangguan sensorik serta motorik, dan rasa nyeri.

4) Memperhatikan adanya tanda serta gejala dari barotrauma, terkena racun

oksigen serta komplikasi ataupun dampak yang di temui pada terapi hiperbarik

oksigen.

12
4. Saat proses dekompresi tender memberi bantuan untuk menyesuaikan pasien dengan

dikuranginya tekanan diruangan dengan falsava maneuver, menelan ludan ataupun

meminum air.

a) Bila penderita merasakan nyeri ringan hingga sedang, harap untuk menghentikan

dekompresi sampai nyeri mereda. Apabila nyeri ringan hingga sedang tidak segera

mereda, penderita wajib di keluarkan dari ruangan serta di periksa dokter THT.

b) Wajib di ingatkan jika falsava maneuver untuk dipergunakan saat dekompresi saja

serta pasien harus bernapas normal saat terapi atau tidak menahan nafas.

5. Sesudah Terapi HBO Dokter serta perawat jaga terapi melakukan anamnesa sesudah

terapi, mengevaluasi penyakit, mengevaluasi ada atau tidak dampaknya. Jika keadaan

baik maka penderita di kembalikan keruangan perawatan sebelumnya.

F. Pengenalan Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT)

Ruang udara bertekanan tinggi atau disingkat dengan RUBT merupakan suatu

tabung yang terbuat dari plat baja atau alumunium alloy dan dibuat sedemikian rupa

sehingga mampu diisi udara mulai dari tekanan 1 ATA sampai beberapa ATA, tergantung

dari jenis dan penggunaannya. Saat ini RUBT merupakan alat pendukung untuk kegiatan

yang berhubungan dengan tekanan lebih dari 1 ATA (Mahdi et al., 2009).

Ukuran, bentuk dan kapasitas tekanan RUBT sangat bervariasi tergantung dari jenis

penyakitnya, berikut jenis-jenis RUBT:

1. RUBT Ruang Ganda (multiplace chamber).

13
RUBT ini dapat digunakan untuk pengobatan bersama beberapa pasien, dimana pasien

bernafas melalui masker yang menutup mulut dan hidung. Tekanan yang digunakan

mencapai 6 ATA (Perry Baromedical, 2015b).

2. RUBT Ruang Tunggal (monoplace chamber)

Pada tipe RUBT ruang tunggal pasien

dapat dipindahkan ke dalam RUBT

dengan oksigen yang diisi sesuai

tekanan, yaitu tidak lebih dari 3 ATA

yang digunakan untuk penanganan

pasien individu, kasus infeksi, dan

perawatan intensif.

3. RUBT Pengangkut (mobile / portable)

RUBT yang dapat dipindahkan dan bergerak langsung berfungsi di lokasi,

bahkan di tempat parkir RS. Tipe ini sangat ideal untuk mendukung operasi militer

yang difungsikan sebagai rumah sakit di medan tempur.

4. RUBT untuk testing dan latihan penyelam

RUBT jenis ini digunakan untuk proses simulasi sesuai dengan kedalaman

penyelaman saat akan dilakukan latihan penyelaman militer.

5. Smaal hyperbaric chamber

RUBTini digunakan untuk neonatus dan hewan percobaan (Nining, 2009).

G. Pemilihan Tipe RUBT

Setiap jenis tipe ruang udara bertekanan tinggi memiliki klasifikasinya masing-

14
masing agar dapat digunakan untuk indikasi penyakit tertentu. Berikut jenis tipe RUBT

beserta tipe tekanan dan indikasi penyakitnya :

Pemilihan tipe RUBT

Tipe Tekanan Tipe Indikasi


Sampai 1,5 ATA RUBT Ruang Iskemi serebral, iskemi kardiak, iskemi
Tunggal dan RUBT peripheral vaskuler dan pengobatan
Ruang Ganda tambahan untuk kebugaran, kedokteran,
olahraga, skin flaps dan trauma akustik
Sampai 2,5 ATA Non portable dan Gas gangren, luka bakar dan crush
portable injury pada ujung lengan / kaki
Sampai 3 ATA Non portable dan Penanganan darurat pada penyakit
portable dekompresi
Sampai 6 ATA RUBT Ruang Ganda Emboli udara dan dekompresi
Untuk mengetahui besarnya tekanan dalam RUBT dipergunakan barometer yang
berfungsi mengukur tekanan udara luar. Sedangkan alat yang dipergunakan mengukur
tekanan gas dalam suatu ruangan dinamakan manometer. Manometer ada dua, yaitu
manometer tertutup dan manometer terbuka (Chang, 2004).

a b

Manometer tertutup Manometer terbuka

H. Pengamanan RUBT

RUBT harus digunakan secara hati-hati karena menggunakan bahan utama berupa

oksigen yang mudah terbakar, sehingga perlu ada pengamanan yang dilakukan sebelum

dioperasikan. Langkah-langkah pengamanan sebagai berikut:

15
1. Valve-valve dalam keadaan tertutup

2. Manometer dalam kondisi baik

3. Inhalator sumber oksigen dalam kondisi baik

4. Tidak ada unsur udara yang merugikan kesehatan

5. Alat komunikasi berfungsi baik

6. Aliran listrik baik, tidak ada kerusakan kabel-kabelnya

7. Jendela RUBT dalam kondisi baik

8. Tidak ada bahan-bahan yang mudah terbakar

9. Sistem pemadam kebakaran bekerja dengan baik (Mahdi et al., 2009).

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi medis di bidang kedokteran, yang memiliki

dasar keilmuan kedokteran (Evident Base Medicine) dan telah terbukti secara klinis

dengan cara menghirup oksigen murni didalam suatu ruangan bertekanan tinggi. Dasar

terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli ini yang

mendasari terapi HBOT, dimana digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm

adalah 760 mmHg. Kandungan komposisi unsur-unsur udara yang terkandung di alam.

Terapi HBOT menggunakan unsur media nafas Oksigen (O2) murni atau 100

persen. Terapi HBOT ini juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton,

Boyle, Charles dan Henry. Terapi hiperbarik sangat membantu masyarakat dalam

pemulihan penyakit diabetes, penyakit dalam, dan penyembuahan luka

B. Saran

Setelah mengetahuia pentingnya HBOT bagi kesehatan, diharapkan perawat dapat

meningkatakan kemampuan dalam bidang HBOT.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. The Physiology of Hyperbaric Oxygen Therapy.

Anonim. 2016a. Terapi Oksigen. https://razimaulana.wordpress.com/2008/11/02/

terapi-oksigen/ [10 Maret 2016].

Baromedical. 2016. Hyperbaric Oxygen Therapy.

http://baromedical.ca/hyperbaric-oxygen.php [08 Juni 2016].

Dwipayana, R. dan Prijambodo, B. 2010. The Effect of Hyperbaric Oxygen On The

Healing Of Rat’s Flexor Muscle Injury. Surabaya: Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga.

Gill, A. L. dan Bell, C. N. A. 2004. Hyperbaric Oxygen: its uses, mechanisms of

action and outcomes.US: Oxford Journals.

Hermanto, E dan Taufiqurrahman, I. 2015. Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik

dalam Mempercepat Proses Penyembuhan Luka. Surabaya: Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya Indonesia.

http://intand14kiiroi.blogspot.com/2012/07/hiperbarik.html

http://health.kompas.com/read/2013/03/12/19195876/Sehat.dan.Bugar.Berkat.Terapi.

Oksigen. Hiperbarik

http://hiperbarikterapi.wordpress.com/2009/01/26/tentang-hiperbarik/

18
19

Anda mungkin juga menyukai