Disusun oleh:
Kelompok 4
Eria Riski Artanti
Sandy Dwi Aryanto
Nahkoda Rizky P. S.
Ninggarwati
Handayani Samosir
Ayu Dwi Silvia Putri
Dwi Wahyu Setiyarini
Sherli Damara Pertiwi
Rudy Sigit Kurniawan
Aprilia Tri Astuti
15819
15882
15893
15884
15896
15877
15888
15899
15950
16124
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok berbentuk
laporan Analisis Jurnal dengan tema Perawatan Luka sesuai dengan rencana.
1
2.
dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya penulis
selanjutnya.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................
2
Daftar Isi............................................................................................................................
3
Daftar Gambar...................................................................................................................
5
Daftar Tabel.......................................................................................................................
6
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang
........................................................................................................................
7
1.2Rumusan
Masalah
........................................................................................................................
9
1.3Tujuan
........................................................................................................................
9
1.4Manfaat
........................................................................................................................
9
1.4.1
Manfaat
Bagi
Institusi
Rumah
Sakit
.................................................................................................................
9
1.4.2
Manfaat
Bagi
Profesi
Keperawatan
.................................................................................................................
9
1.4.3
Manfaat
Bagi
Iinstansi
Pendidikan
.................................................................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Militus
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus.......................................................................11
2.1.2Komplikasi Diabetes Melitus...11
3
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kami mengerjakan tugas analisis jurnal ini untuk memenuhi tugas
seminar analisis jurnal blok 2.5. Kelompok kami mendapatkan tugas analisis
jurnal dengan tema Perawatan Luka.
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian
di dunia. Angka kematian yang disebabkan oleh PTM semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan pola hidup
kemajuan teknologi dan peningkatan kesejahteraan yang berdampak secara
langsung pada kesehatan masyarakat. Diabetes mellitus merupakan salah satu
contoh PTM yang sering dialami masyarakat selain penyakit jantung dan
pembuluh darah, stroke dan kanke (Hasbi,2012).
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) menunjukan
bahwa pada tahun 2014, 9% remaja yang berusia 18 tahun atau lebih terkena
penyakit diabetes mellitus. Pada tahun 2012, 1,5 juta kematian populasi dunia
disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus. Lebih dari 80% kematian yang
disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus terjadi di negara berpendapatan
rendah dan sedang, selain itu resiko untuk terkena penyakit diabetes mellitus
lebih tinggi pada masyarakat yang mengalami obesitas, mengonsumsi
makanan yang kurang sehat dan memiliki gaya hidup sedentary. Menurut data
saat yang berkembang saat ini, kira kira 150 juta masyarakat di dunia
8
10
ulkus diabetik pada kaki atau Diabetic Foot Ulcer (DFU), sehingga bisa
memberikan intervensi yang tepat kepada pasien.
1.4.3 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
Bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa
dan institusi sebagai bahan dalam pembelajaran dan menjadi acuan
untuk penelitian lebih lanjut tentang diabetes mellitus dengan
komplikasi ulkus diabetik pada kaki atau Diabetic Foot Ulcer (DFU).
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
15
sepatu yang salah, kerusakan akibat benda tumpul atau tajam dapat menyebabkan
pengelepuhan dan ulserasi. Faktor ini ditambah aliran darah yang buruk
meningkatkan resiko kehilangan anggota gerak pada penderita diabetes.
2.3 Pemeriksaan Diabetic Foot Ulcer
2.3.1 Pemeriksaan fisik
Pada penderita dengan ulkus diabetes dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
A. Pemeriksaan ulkus dan keadaan umum ekstremitas
B. Penilaian kemungkinan isufisiensi vaskuler
C. Penilaian kemungkinan neuropati perifer
Mengingat diabetes mellitus merupakan penyakit sistemik, oleh karena itu
pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada pasien sangat penting untuk
dilakukan.
2.3.2 Pemeriksaan Ekstremitas
Ulkus diabetes mempunyai kecenderungan terjadi pada beberapa daerah yang
menjadi tumpuan beban terbesar, seperti tumit, area kaput metatarsal di
telapak, ujung jari yang menonjol (pada jari pertama dan kedua). Ulkus dapat
timbul pada malleolus karena pada daerah ini sering mendapatkan trauma.
Kelainan-kelainan lain yang ditemukan pada pemeriksaa fisik:
Callus hipertropik
Kuku yang rapuh/pecah
Hammer toes
Fissure
2.3.3 Pemeriksaan vaskuler noninvasif
Pemeriksaan vaskuler noninvasif meliputi pengukuran oksigen transkutan,
anklebrachial index (ABI), tekanan sistolik jari kaki. ABI merupakan
pemeriksaan noninvasif yang dengan mudah dilakukan dengan menggunakan alat
Doppler. Cuff tekanan dipasang pada lengan atas dan dipompa sampai nadi pada
brachialis tidak dapat dideteksi Doppler (Gambar 5). Cuff kemudian dilepaskan
perlahan sampai Doppler dapat mendeteksi kembali nadi brachialis. Tindakan
yang sama dilakukan pada tungkai, dimana cuff dipasang pada calf distal dan
Doppler dipasang pada arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior. ABI
didapatkan dari tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik brachialis.
17
tersebut 30% kemungkinan dapat terjadi kegagalan ginjal akut. Oleh karena itu,
pemeriksaan kreatinin serum dilakukan sebelum dilakukan angiografi.
Untuk mencegah kemungkinan lactic asidosis, penderita diabetes yang
mengkonsumsi Metformin (Glucophage) tidak boleh minum obat tersebut
menjelang dilakukan angiografi dengan kontras. Pasien dapat kembali
mengkonsumsi obat tersebut setelah fungsi ginjal normal kembali dalam 1-2 hari
setelah terpapar kontras.
Alternatif selain angiografi konvensional
Magnetic Resonance Angiography (MRA): MRA merupakan alternatif
yang dapat digunakan pada penderita resiko tinggi atau penderita yang alergi
bahan kontras. Kontras yang digunakan adalah Gadolinum chelates, berpotensi
menimbulkan 3 efek samping pada penderita dengan insufisiensi renal: acute renal
injury, pseudohipokalemia, dan fibrosis nefrogenic sistemik.
Multidetector Computed Tomographic Angiography (MDCT) menghindari
penusukan arteri. Dengan menggunakan injeksi kontras intravenous, CT scan
multidetektor (16 atau 64 channel) dapat meningkatkan resolusi gambar
angiografi dan dengan kecepatan relatif tinggi. Penggunaan kontras pada MDCT
mempunyai resiko yang sama.
Carbondioxide Angiography merupakan salah satu alternatif pada
penderita dengan insufisiensi renal, tetapi tidak secara luas dapat digunakan dan
masih membutuhkan bahan kontras iodium sebagai tambahan gas karbondioksida
untuk mendapatkan gambar yang baik.
Plain radiografi tidak digunakan untuk pemeriksaan rutin pada penyakit
arteri perifer oklusif. Hal ini disebabkan kalsifikasi arteri yang terlihat pada plain
radiografi bukan merupakan indikator spesifik penyakit aterosklerosis. Kalsifikasi
pada lapisan media arteri bukan merupakan diagnosis. aterosklerosis, bahkan juga
kalsifikasi pada lapisan intima yang merupakan diagnosis aterosklerosis, tidak
akan menyebabkan stenosis hemodinamik yang signifikan.
2.4 Klasifikasi Patologi Diabetic Foot Ulcer
Penilaian dan klasifikasi ulkus diabetes sangat penting untuk membantu
perencanaan terapi dari berbagai pendekatan dan membantu memprediksi hasil.
Beberapa sistem klasifikasi ulkus telah dibuat yang didasarkan pada beberapa
parameter yaitu luasnya infeksi, neuropati, iskemia, kedalaman atau luasnya luka,
19
dan lokasi. Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan pada ulkus diabetes
adalah Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner-Meggit yang didasarkan pada kedalaman
luka dan terdiri dari 6 grade luka (Tabel 1).
20
Berdasarkan
Guideline
The
Infectious
Disease
of
America,
mengelompokkan kaki
diabetik yang terinfeksi dalam beberapa kategori, yaitu:
Mild : terbatas hanya pada kulit dan jaringan subkutan
Moderate : lebih luas atau sampai jaringan yang lebih dalam
Severe :disertai gejala infeksi sistemik atau ketidakstabilan metabolic
2.5 Menejemen Diabetic Foot Ulcer
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetes adalah penutupan
luka. Penatalaksanaan ulkus diabetes secara garis besar ditentukan oleh derajat
keparahan ulkus, vaskularisasi dan adanya infeksi. Dasar dari perawatan ulkus
diabetes meliputi 3 hal yaitu debridement, offloading dan kontrol infeksi.
2.5.1 Debridement
Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam
perawatan luka. Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan
nekrosis, callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm
dari tepi luka ke jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor
pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka.
Metode debridement yang sering dilakukan yaitu surgical (sharp),
autolitik, enzimatik, kimia, mekanis dan biologis. Metode surgical, autolitik dan
kimia hanya membuang jaringan nekrosis (debridement selektif), sedangkan
metode mekanis membuang jaringan nekrosis dan jaringan hidup (debridement
non selektif).
21
papain,
colagenase,
fibrinolisin-Dnase,
papainurea,
streptokinase,
streptodornase dan tripsin. Agen topikal diberikan pada luka sehari sekali,
kemudian dibungkus dengan balutan tertutup. Penggunaan agen topikal tersebut
tidak memberikan keuntungan tambahan dibanding dengan perawatan terapi
standar. Oleh karena itu, penggunaannya terbatas dan secara umum diindikasikan
untuk memperlambat ulserasi dekubitus pada kaki dan pada luka dengan perfusi
arteri terbatas.
Debridement mekanis mengurangi dan membuang jaringan nekrotik pada
dasar luka. Teknik debridement mekanis yang sederhana adalah pada aplikasi kasa
basah-kering (wet-to-dry saline gauze). Setelah kain kasa basah dilekatkan pada
dasar luka dan dibiarkan sampai mengering, debris nekrotik menempel pada kasa
dan secara mekanis akan terkelupas dari dasar luka ketika kasa dilepaskan.
2.5.2 Offloading
Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi salah satu
komponen penanganan ulkus diabetes. Ulserasi biasanya terjadi pada area telapak
kaki yang mendapat tekanan tinggi. Bed rest merupakan satu cara yang ideal
untuk mengurangi tekanan tetapi sulit untuk dilakukan Total Contact Casting
(TCC) merupakan metode offloading yang paling efektif. TCC dibuat dari gips
yang dibentuk secara khusus untuk menyebarkan beban pasien keluar dari area
ulkus. Metode ini memungkinkan penderita untuk berjalan selama perawatan dan
bermanfaat
untuk mengontrol
adanya
edema
yang
dapat mengganggu
penyembuhan luka. Meskipun sukar dan lama, TCC dapat mengurangi tekanan
pada luka dan itu ditunjukkan oleh penyembuhan 73-100%. Kerugian TCC antara
lain membutuhkan ketrampilan dan waktu, iritasi dari gips dapat menimbulkan
luka baru, kesulitan untuk menilai luka setiap harinya.
22
23
24
25
26
Penulis
Tahun Terbit
: 2015
Tempat Terbit
: Iran
Penulis
Tahun Terbit
: 2013
Tempat Terbit
: Denpasar, Bali
Penulis
: Dewi
Tahun Terbit
: 2013
Tempat Terbit
: Denpasar, Bali
Penulis
: Shi E, Shofler D
Tahun Terbit
: 2014
Tempat Terbit
: UK
Penulis
Tahun Terbit
: 2015
Tempat Terbit
: Germany
Penulis
Tahun Terbit
: 2015
Tempat Terbit
: USA
Penulis
Tahun Terbit
: 2015
Tempat Terbit
: Boston, MA
Penulis
Tahun Terbit
: 2012
Tempat Terbit
: Greece
: Wound Care
To recovery wound
years, kemudian kami menekan tombol enter atau memilih pilihan search.
Setelah memilih pilihan search, ditemukan 175 jurnal. Selanjutnya kami
melakukan pemilihan jurnal dan setelah melakukan pemilihan, kami menemukan
satu jurnal yang menurut kelompok kami dapat menjadi jurnal utama untuk
membahas tema perawatan luka, judul jurnal tersebut adalah Literature Review
on The Management of Diabetic Foot Ulcer.
3.3 Hasil
Dalam jurnal ini, kami mencari artikel yang dipublikasikan antara 1 Maret
1980 dan 28 Juli 2014 di berikut lima database elektronik: PubMed, Science
Direct, Embase, Web of Science, dan Scopus, untuk bahasa Inggris dan artikel
bahasa non-Inggris dengan berikut kata kunci: "Diabetic Foot Ulcer",
"Amputation", "Wound Management","Debridement"," Advanced Dressing",
"Offloading Modalities", "Electrical Stimulation", "Negative Pressure Wound
Therapy","Bio-engineered Skin"," Growth Factors", dan "Foot Care" sebagai
judul subjek medis (MESH). Desain penelitian yang disertakan adalah percobaan
acak terkontrol, studi kasus-kontrol, studi kohort, studi terkontrol prospektif dan
retrospektif, studi crosssectional, dan studi review. Kami mencari bibliografi
untuk publikasi yang relevan untuk mengidentifikasi studi lainnya.
3.4 Analisa Hasil dan Pembahasan
Diabetes adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia yang dihasilkan dari adanya kelainan pada sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. (American Diabetes
Association, 2013)
Pasien dengan diabetes mempunyai peluang besar mengalami ulkus
diabetik pada kaki atau sering disebut Diabetic Foot Ulcer (DFU). Ulkus
Kaki Diabetik merupakan Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi
diabetes yang paling signifikan, dan didefinisikan sebagai kaki yang terkena
koreng yang terkait dengan neuropati dan / atau perifer. Ulcus kaki diabetik
29
ini juga sering disebut Penyakit arteri ekstremitas bawah pada pasien dengan
diabetes. (kleopatra, dkk, 2012).
Untuk etiologic penyakit Diabetic Foot Ulcer ini sendiri bisa dilihat
dari skema berikut
utama dan terapi tambahan. Untuk terapi utama yang dapat diberikan adalah
dengan mengedukasi, mengkontrol kadar gula darah, teknik debridement,
perawatan luka, offloading, dan pembedahan. Sedangkan terapi tambahan
yang dapat diberikan adalah terapi oksigen hiperbarik (Hyperbaric oxygen
therapy), stimulasi dengan menggunakan listrik (Electrical Stimulation),
terapi luka dengan tekanan negative (Negative pressure wound therapy), Bioengineered skin dan factor pertumbuhan (Growth Factors). Terapi terapi
tersebut juga didukung dalam jurnal yang berjudul Management of Diabetic
Foot Ulcer, didalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa komplikasi serius
diabetes yang memperburuk kondisi pasien, sementara itu juga memiliki
dampak sosial ekonomi yang signifikan. Oleh karenak itu dibutuhkan suatu
menejemen untuk penderita Diabetic Foot Ulcer, terapi tersebut diantaranya
adalah debridement, off-loading, perawatan luka (dressing), Bio-engineered
skin subtitutes, protein matriks ekstraseluler (Extracellular Matrix Proteins),
Modulator MMP (MMP Modulators), terapi luka dengan tekanan negative
(Negative-Pressure Wound Therapy), oksigen hyperbaric (Hyperbaric
Oxygen).
Pemberian terapi tersebut disesuaikan oleh beberapa kriteria dari
berbagai terapi diatas. Untuk memperjelas setiap jenis terapi, maka dalam
pembahasan ini, akan dijelaskan mengenai masing - masing terapi.
Untuk terapi luka yang utama terdiri dari sebagai berikut
a. Edukasi : Program edukasi pada pasien DFU merupakan terapi yang
efektif sehingga dapat meningkatkan tingkat pencegahan hingga 50%.
Program pendidikan yang diberikan pada pasien perlu menekankan
tanggung jawab pasien untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
mereka. Topik pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien
DFU ialah tentang faktor risiko dan pentingnya perawatan kaki, termasuk
kebutuhan untuk inspeksi-diri, pemantauan suhu kaki, kebersihan kaki
sehari-hari, dan penggunaan alas kaki yang tepat.
b. Pengontrolan Kadar Gula Darah : Pada pasien dengan DFU, kontrol
kadar gula darah merupakan faktor metabolik yang paling penting.
Bahkan, dilaporkan kurangnya pengendalian kadar gula darah adalah
penyebab utama dari DFU. Para peneliti menemukan bahwa pasien dengan
31
nilai-nilai gula darah > 220 mg / dL memiliki tingkat infeksi 2,7 kali lebih
tinggi. Kontrol gula darah yang buruk akan mempercepat terjadinya
Penyakit Arteri Peripheral (PAD). Untuk setiap kenaikan 1% HbA1C,
dapat terjadi peningkatan dari 25% - 28% dalam risiko relatif PAD, yang
merupakan penyebab utama dari DFU. Akan tetapi, sampai saat ini, tidak
ada RCT yang telah dilakukan untuk menentukan apakah kontrol kadar
gula darah baik dilakukan saat sudah munculnya ulkus yang semakin
berkembang.
c. Debridement : Debridement adalah teknik perawatan luka dengan cara
menghilangkan jaringan nekrotik, benda asing dan material infeksi dari
luka. Teknik ini dianggap sebagai langkah terapi yang mengarah pada
penutupan luka dan penurunan kemungkinan amputasi anggota tubuh pada
pasien dengan DFU. Debridement berfungsi untuk menurunkan jumlah
bakteri dan merangsang produksi faktor pertumbuhan lokal. Teknik ini
juga mengurangi tekanan, mengevaluasi luka, dan memfasilitasi proses
drainase
pada luka.
Ada beberapa
metode
debridement,
antara
luas di Inggris dalam situasi di masyarakat dan rumah sakit. Metode ini
mempromosikan penyembuhan luka dengan melakukan tiga proses kunci:
debridement, desinfeksi dan mempromosikan aktivitas pertumbuhan.
yang sehat hingga membentuk cawan pada tepi luka. Adanya clotted
vessel, stringy fascia, dan tendon menandakan bahwa jaringan sudah tidak
layak dan harus dibuang. Teknik debridement harus diulang sesering
mungkin jika jaringan nekrotik baru terus terbentuk. Penggunaan teknik
debridement secara teratur (mingguan) dapat menyembuhkan luka lebih
cepat daripada yang kurang melakukan metode debridement.
d. Perawatan luka : Sebuah terobosan besar untuk manajemen DFU selama
dekade terakhir
34
35
tujuan
utama
dari
manajemen
DFU
berfokus
pada
elective,
difasilitasi
difusi
menggunakan
oksigen
mengikat
dan
melepaskan molekul.
b. Stimulasi Listrik (Electrical Stimulation) : Stimulasi listrik ini
merupakan terapi tambahan untuk penyembuhan DFU
dalam
luka
noninvasif
yang
menggunakan
mekasnisme
dan
eksudat
kronik,
mengurangi
kolonisasi
bakteri,
aplikasi
dari
terapi
ini
muncul
untuk
mempercepat
38
membersihkan luka dengan normal salin atau larutan NaCl 0,9% dan ditambahkan
dengan providone iodine, kemudian ditutup dengan kassa kering. Tujuan dari
balutan konvensional ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi. Akan tetapi
metode konvensional yang digunakan menyebabkan rasa tidak nyaman pada
pasien dikarenakan kassa kering yang menepel pada pasien menimbulkan rasa
sakit. Setelah mengenal adanya metode balutan modern atau manajemen luka
dengan lingkungan yang lembab, beberapa penelitian membuktikan bahwa
balutan modern lebih efekif dibandingkan balutan kassa (metode konvensional),
hasil dari penelitian tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi luka (luas, kedalaman
luka, dan lama perawatan luka) dan standar biaya perawatan yang ditetapkan.
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
40
4.2 Saran
1 Pasien
a) Melakukan perawatan terhadap dirinya (luka).
b) Menjaga kebersihan daerah luka.
c) Konsultasi vaskular jika dicurigai adanya penyakit arteri perifer setiap
1-2 bulan oleh dokter spesialis bedah dan penyakit dalam.
2 Keluarga
a) Mendampingi pasien.
b) Membantu pasien dalam melakukan perawatan.
c) Mengingatkan pasien untuk pengobatan dan kebesihan daerah luka.
3 Perawat
a) Melakukan kontrol secara rutin/ berkala kepada pasien penderita
Diabetic Foot Ulcer (DFU).
b) Memberikan informasi dan wawasan kepada pasien mengenai penyakit
diabetes mellitus dengan komplikasi ulkus diabetik pada kaki atau
Diabetic Foot Ulcer (DFU) serta perawatan yang tepat.
c) Menjaga kondisi luka pasien tetap bersih.
41
lingkungan pasien.
6. Mendampingi pasien untuk tetap mengontrol kondisi luka secara berkala.
7. Mengedukasi keluarga supaya selalu memberikan dukungan kepada pasien
untuk proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
42
12 .S6.
http://care.diabetesjournals.org/content/36/Supplement_1/S67.short di akses pada
tanggal 03 April 2015 pukul 23.27
http://www.diabetetes.org. American Diabetes Association di akses pada 3 april
2015 pukul 11.15
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-nurulagriy-5372-2babiir-1.pdf diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 22.40
http://www.idf.org/diabetesatlas/update-2014 di akses pada tanggal 25 Maret
pukul 14.30
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/02.%20Perawatan%20Ulkus%20Diabetes.pdf
Di akses pada hari Kamis, 26 Maret 2015 pukul 16.00
http://www.pps.unud.ac.id/disertasi/pdf_thesis/unud-89-375372713 isi
%20disertasi.pdf diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 22.45
http://www.pps.unud.ac.id/disertasi/pdf_thesis/unud-89-375372713-isi%20disertasi.pdf
43
J. Dissemond, dkk. 2015. Topical oxygen wound therapies for chronic wounds: a
review. J Wound Care. 2015 Feb: 24(2):53-4.
JD. Miller, dkk. 2015. Use of collagenase ointment in conjunction with negative
pressure wound therapy in the care of diabeticwounds: a case series of six
patients. Diabet Foot Ankle: (2015): 6:24999.
Mendes, JJ, Neves, J.2012 Diabetic Foot Infections: Current Diagnosis and
Treatment, The Journal of Diabetic FootComplications, 2012; Volume 4,
Issue 2, No. 1, Pages 26-45 All rights reserved
Sinaga, Meidina, dkk. (2012). Jurnal Penggunaan Bahan Pada Perawatan Luka.
Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara
Wesnawa, Made Agustya Darmaputra. 2013. DEBRIDEMENT SEBAGAI
TATALAKSANA ULKUS KAKI DIABETIK. Bali : Universitas Udayana
Yazdanpanah, L. dkk. 2015. Literature review on the management of diabetic foot
ulcer. World J Diabetes 2015 February 15; 6(1): 37-53.
Yaturu, S. 2011 Obesity and type 2 diabetes. Journal of Diabetes Mellitus.
Vol.1.No.4 November 2011
44