Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIABETES MILITUS

Disusun oleh:
1. Hestin Ayu Lestari (202201006)
2. Sheryel Auradinda Herlambang (202201015)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES BANYUWANGI
T.A 2023/2024
LEMBAR PERSETUJUAN

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan pasien diabetes
militus

Kami berharap dengan adanya makalah keperawatan medikal bedah ini, dapat
menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca. Makalah keperawatan medikal
bedah ini membahas tentang diabetes militus beserta asuhan keperawatan. Makalah
ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah 1. Dalam upaya penyelesaian
makalah ini penulis telah mengerjakan dengan maksimal.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini hingga selesai. Serta tidak lupa kami sampaikan
bahwa makalah penelitian ini jauh dari kata sempurna dan kami mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun dan memperbaiki
makalah ini.

Banyuwangi, 19 September 2023


Penyusun,

Semua Anggota Kelompok

ii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................2
1.1.2 Tujuan Umum..........................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus..........................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4
2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas...............................................................................4
2.2 Pengertian Diabetes Militus...............................................................................5
2.3 Klasifikasi Diabetes Militus..............................................................................6
2.2.1 Diabetes Militus Tipe 1 (Tipe A) / IDDM...............................................6
2.2.2 Diabetes Militus Tipe 2 (Tipe B) / NIDDM.............................................6
2.4 Etiologi Diabetes Militus...................................................................................6
2.5 Patofisiologi Diabetes Militus...........................................................................7
2.6 Faktor resiko Diabetes Militus...........................................................................9
2.7 Gejala klinis Diabetes Militus..........................................................................10
2.8 Penatalaksanaan Diabetes Militus...................................................................11
2.9 Komplikasi Diabetes Militus...........................................................................13
2.10 Asuhan Keperawatan Diabetes Militus............................................................14
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................26
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
LEMBAR KONSULTASI..........................................................................................30

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes millitus (DM) merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). DM merupakan salah satu
penyakit metabolik kronik, dan jika tidak dilakukan pengobatan dan perawatan yang
tepat dapat mengakibatkan kondisi yang membahayakan bahkan dapat menyebabkan
komplikasi (Aris, 2019).

Tahun 2003, WHO memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk
dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
meningkat menjadi 333 juta (Awad, 2014). Organisasi International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan bahwa pada kelompok usia 20-79 tahun, terdapat
463 juta orang di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau sama dengan 9,3%
dari jumlah total penduduk pada usia tersebut. Di Asia Tenggara, dimana Indonesia
salah satu negara di dalamnya, menempati peringkat ke-3 dengan jumlah penderita
diabetes melitus sebesar 11,3% (Widiasari et al., 2021).

Diabetes militus menggambarkan sekelompok penyakit metabolik, yang temuan


umumnya adalah kadar glukosa darah yang meningkat, yang dikenal sebagai
hiperglikemia. Hiperglikemia berat dapat menimbulkan gejala seperti poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan
dan penurunan kinerja, gangguan penglihatan dan rentan terhadap infeksi
ketoasidosis atau nonketoasidosis. Hiperglikemia kronis juga menyebabkan gangguan
sekresi atau kerja insulin serta dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang dan
gangguan fungsional berbagai jaringan dan organ (Widiasari et al., 2021).

1
1.2 Tujuan
1.1.2 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabetes militus

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan anotomi fisiologi pankreas
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari diabetes militus
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dari klasifikasi diabetes militus
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dari etiologi diabetes militus
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi diabetes militus
6. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor resiko dari diabetes militus
7. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala klinis dari diabetes militus
8. Mahasiswa mampu menjelasan penatalaksanaan dari diabetes militus
9. Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi dari diabetes militus
10. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan diabetes
militus

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat praktik

Makalah ini diharapkan memberikan pengetahuan dalam menambah


wawasan terkait diabetes militus

1.3.2 Manfaat teoritis

Makalah ini menjelaskan bahwa betapa pentingnya kita mengetahui


apa itu diabetes militus

1.4 Sistematika Penulisan


Cover

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar

2
Daftar Isi

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Sistematika penulisan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas


2.2 Pengertian Diabetes Militus
2.3 Klasifikasi Diabetes Militus
2.4 Etiologi Diabetes Militus
2.5 Patofisiologi Diabetes Militus
2.6 Faktor resiko Diabetes Militus
2.7 Gejala klinis Diabetes Militus
2.8 Penatalaksanaan Diabetes Militus
2.9 Komplikasi Diabetes Militus
2.10 Komplikasi Diabetes Militus

BAB 3 Kasus

BAB 4 Penutup

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka

Lembar Konsultasi

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas


Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen. Pankreas merupakan kelenjar retroperitoneal dengan
panjang sekitar 12-15 cm (5-6 inchi) dan tebal 2,5 cm (1 inchi). Pankreas berada di
posterior kurvatura mayor lambung. Pankreas terdiri dari kepala, badan, dan ekor dan
biasanya terhubung ke duodenum oleh dua saluran, yaitu duktus Santorini dan
ampula Vateri. Pankreas terletak di perut bagian atas di belakang perut. Pankreas
adalah bagian dari sistem pencernaan yang membuat dan mengeluarkan enzim
pencernaan ke dalam usus, dan juga organ endokrin yang membuat dan
mengeluarkan hormon ke dalam darah untuk mengontrol metabolisme energi dan
penyimpanan seluruh tubuh (Parasmita, 2020)

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas

Menurut (Parasmita, 2020) jaringan penyusun pankreas terdiri dari:

 Jaringan eksokrin terdiri dari sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur dan
disebut sebagai asinus/pancreatic acini merupakan jaringan yang menghasilkan
enzim pencernaan ke dalam duodenum.

4
 Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau langerhans/islet of langerhans
yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan insulin dan
glukagon ke dalam darah

Gambar 2.2 Asinus dan pulau Langerhans

Menurut (Parasmita, 2020) pulau-pulau langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel
yaitu:

 Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon

 Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon insulin

 Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin

 Sel F atau PP (paling jarang), menghasilkan polipeptida pankreas

2.2 Pengertian Diabetes Militus


Definisi diabetes adalah hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh defisiensi
insulin baik absolut maupun relatif. Secara klinis, diabetes melitus (DM) dibedakan
atas empat bentuk yaitu (1) DM tipe-1 yang sebelumnya sering disebut dengan
insulin dependent diabetes melitus (IDDM) atau diabetes melitus juvenil, (2) DM
tipe-2 atau non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM) (Wisman et al., 2016).

5
Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin
secara absolut atau relatif (Ariana, 2016).

Diabetes melitus menggambarkan sekelompok penyakit metabolik, yang temuan


umumnya adalah kadar glukosa darah yang meningkat, yang dikenal sebagai
hiperglikemia. Hiperglikemia berat dapat menimbulkan gejala seperti poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan
dan penurunan kinerja, gangguan penglihatan dan rentan terhadap infeksi
ketoasidosis atau non- ketoasidosis. Hiperglikemia kronis juga menyebabkan
gangguan sekresi dan/atau kerja insulin serta dikaitkan dengan kerusakan jangka
panjang dan gangguan fungsional berbagai jaringan dan organ (Widiasari et al., 2021)

2.3 Klasifikasi Diabetes Militus


2.2.1 Diabetes Militus Tipe 1 (Tipe A) / IDDM
Penyakit diabetes mellitus tipe 1 biasanya disebut insulin dependent. Diabetes
mellitus tipe 1 ini terjadi pada usia muda dibawah 30 tahun. Seseorang yang
menderita diabetes mellitus tipe 1 perlu dilakukan suntik insulin. Suntik insulin
dilakukan karena glukosa darah dalam tubuh tidak dapat memproduksi insulin
sebagaimana mestinya (Aris, 2019).

2.2.2 Diabetes Militus Tipe 2 (Tipe B) / NIDDM


Penyakit diabetes mellitus tipe 2 biasanya disebut non-insulin dependent yang
ditandai dengan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Tipe ini sering
diderita oleh seseorang yang berusia diatas 40 tahun. Hal ini terjadi ketika tubuh
manusia tidak dapat secara aktif menggunakan insulin yang dihasilkan oleh tubuh.
Biasanya disebabkan faktor keturunan, obesitas, kurang aktivitas, penyakit lain dan
usia (Aris, 2019).

2.4 Etiologi Diabetes Militus


Pada diabetes militus tipe 1 (A)/IDDM penyebab rusaknya sel beta pada
pankreas yang menimbulkan diabetes mellitus tipe I sehingga insulin tidak bisa

6
mengubah gula menjadi glikogen, akan tetapi ada kemungkinan bahwa sebab dari
peyakit ini adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang
dapat menyebabkan seseorang terserang diabetes mellitus tipe I itu meliputi faktor
adanya infeksi dari virus tertentu yang menyerang tubuh, atau bisa juga dikarenakan
obat-obatan yang mengandung senyawa kimia yang dapat merusak sel-sel pancreas
(Raharjo, 2018).

Pada diabetes militus tipe 2 (B)/NIDDM terjadinya karena adanya penurunan


sensitivitas dari insulin artinya meskipun insulin cukup jumlahnya namun tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya untuk menurunkan kadar glukosa darah akibat
kerusakan pada reseptor insulin di sel, hormon insulin tidak dapat berkaitan dengan
reseptornya dan glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel (Raharjo, 2018).

2.5 Patofisiologi Diabetes Militus


Pada diabetes militus tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel
yang memproduksi insulin beta pankreas. Kondisi tersebut merupakan penyakit
autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel anti islet
dalam darah. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan
dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang
dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas
yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan
terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan obat oral (Laila,
2018).

Pada diabetes melitus tipe 2, terjadi resistensi insulin pada tahap awal yang
kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin yang tujuannya untuk
mengkompensasi agar kadar glukosa darah tetap normal. Akan tetapi semakin lama
sel beta tidak sanggup mengkompensasi resistensi insulin karena fungsinya yang
semakin menurun dan berakibat terhadap peningkatan glukosa darah Terdapat
beberapa faktor penyebab resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2, diantaranya
adalah faktor usia, obesitas, kurangnya aktivitas, riwayat keluarga, dan diet tinggi
lemak (Saputra, 2017).

7
Pathway diabetes militus

Faktor tidak dapat dirubah: genetik, Faktor dapat dirubah: obesitas,


respon autoimun, infeksi virus gaya hidup, stress, dan usia

Intoleransi insulin
Kerusakan sel beda didalam organ pankreas

Insulin tidak adekuat


Diabetes militus tipe 1

Diabetes militus tipe 2

Penurunan jumlah insulin

Hiperglikemik

B1 Breath B2 Blood B3 Brain B4 Bledder B5 Bowel B6 Bone

Pemecahan Penebalan Terganggunya Ginjal tidak Intake Neuropatik


lemak membran aliran darah dapat glukosa perifer
meningkat vaskuler memfiltrasi berkurang
glukosa
Gangguan
Produksi Makroangiopati Penurunan
motorik dan
keton ↑ asupan nutrisi ketoasidosis
Glukosuria sensori
dan oksigen
Aterosklerosis di pembuluh
Asidosis Sel kelaparan
Diuresis Trauma
metabolik
osmotik
Aliran darah Iskemik Metabolisme
lambat Tidak
Pernapasan karbohidrat ↓
Poliuria merasakan nyeri
kusmaul
Polinekropatik
MK: diabetik
Peningkatan Ulkus
Penurunan
MK: Pola MK: Gangguan kadar gula
curah jantung
Nafas tidak eliminasi urin darah
Efektif MK: Nyeri Infeksi
akut
8
MK: Ketidakstabilan Gangren
Kadar Glukosa Darah
dalam Tubuh
2.6 Faktor resiko Diabetes Militus MK: Gangguan
Integritas Kulit
Faktor risiko penyakit diabetes mellitus adalah suatu kondisi dimana kesehatan
pada seseorang terkena penyakit diabetes mellitus. Apabila kondisi ini tidak ada
penanganan khusus maka dapat memperburuk keadaan dan dapat mengakibatkan
terjadinya penyakit komplikasi ataupun kematian. Terdapat beberapa faktor risiko
pada penyakit diabetes mellitus seperti (Aris, 2019):

1. Faktor Kelainan Genetika

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap


diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat
menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes juga
tergantung pada faktor kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak
(Ariana, 2016).

2. Faktor Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis


menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah
seseorang memasuki usia rawan tersebut, tertama setelah usia 45 tahun pada
mereka yang berat badannnya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi
terhadap insulin (Ariana, 2016).

3. Gaya Hidup Stres

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang


manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak.
Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stresnya.
Terapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko
terkena diabetes (Ariana, 2016).

9
4. Pola Makan yang Salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko


terkena diabetes. Kurang gizi dapat merusak pankreas, kurang baikkan
obesitas mengakibatkan gangguan kerja insulin (Ariana, 2016).

2.7 Gejala klinis Diabetes Militus


1) Sering buang air kecil / poliuri.

Tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan lewat ginjal selalu
diiringi oleh air atau cairan tubuh maka buang air kecil menjadi banyak.
Bahkan saat tidur di malam hari kerap terganggu karena harus bolak balik ke
kamar kecil.

2) Haus dan banyak minum / polidipsi.

Banyaknya urin yang keluar menyebabkan cairan tubuh berkurang


sehingga kebutuhan akan air (minum) meningkat

3) Fatigue (lelah).

Rasa lelah muncul karena energy menurun akibat berkurangnya


glukosa dalam jaringan/sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi tidak bisa
optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi insulin
sehingga orang tersebut kekurangan energi.

4) Rasa lelah, pusing, keringat dingin, tidak bisa konsentrasi, disebabkan oleh
menurunnya kadar gula.

Setelah seseorang mengonsumsi gula, reaksi pancreas meningkat


(produksi insulin meningkat), menimbulkan hipoglikemik (kadar gula
rendah).

5) Meningkatnya rasa lapar / polifagia.

Sel tubuh mengalami kekurangan bahan bakar (cell starvation), pasien


merasa sering lapar dan ada peningkatan asupan makanan.

10
6) Meningatnya berat badan.

Berbeda dengan diabetes mellitus tipe 1 yang kebanyakan mengalami


penurunna berat bada, penderita tipe 2 sering kali mengalami peningkatan
berat badan. Hal ini disebabkan terganggunya metabolisme karbohidrat karena
hormonlainnya juga terganggu.

7) Gangguan mata.

Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan cairan dalam lensa


mata. Pandangan akan tampak berbayang disebabkan adanya kemumpuhan
pada otot mata.

2.8 Penatalaksanaan Diabetes Militus


a. Edukasi
Edukasi dilakukan dengan tujuan untuk promosi kesehatan, sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan pengelolaan DM secara holistik (Putri et
al., 2020).
b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Terapi nutrisi atau merencanakan pola makanan agar tidak


meningkatkan indeks glikemik kasus Diabetes Mellitus. Faktor yang dapat
berpengaruh terhadap respon glikemik makanan yaitu cara memasak, proses
penyiapan makanan, bentuk makanan serta komposisi yang terdapat pada
makanan (karbohidrat, lemak dan protein) (Putri et al., 2020). Prinsip
pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu (Ariana,
2016).

Banyak faktor yang mempengaruhi gula darah tinggi adalah konsumsi


makanan, antara lain jumlah karbohidrat, jenis gula (glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa), kandungan pati, pengolahan makanan dan format
makanan, dan bahan makanan lainnya, seperti lemak sebagai memperlambat

11
proses pencernaan dan zat alami. Kadar glukosa darah puasa dan sebelum
makan menggambarkan keparahan intoleransi glukosa, dan pengaruh makan
kedua atau karbohidrat merupakan faktor lain yang mempengaruhi respon
glukosa darah. Namun, pada pasien dengan diabetes tipe I atau tipe II, jika
jumlah karbohidratnya sama, akut dan hingga 6 minggu konsumsi berbagai
pati atau sukrosa tidak akan membuat perbedaan yang signifikan dalam
respon glukosa darah. Oleh karena itu, jumlah total karbohidrat dalam
makanan dan camilan akan lebih penting daripada sumber atau jenis
makanannya (Ramadhina et al., 2022).

c. Latihan Jasmani

Latihan jasmani merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh otot


tubuh dan anggota gerak tubuh lainnya yang memerlukan energi disebut
dengan latihan jasmani. Latihan jasmani yang dilakukan setiap hari dan
teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30-45 menit) merupakan
salah satu pilar dalam pengendalian Diabetes Mellitus . Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (Putri et
al., 2020).

d. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi diberikan secara bersamaan dengan terapi nutrisi
yang dianjurkan serta latihan jasmani. Terapi farmakologi terdiri atas obat
oral dan injeksi. Berdasarkan cara kerjanya, Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
dapat dibagi menjadi 3 (Putri et al., 2020) yaitu :
1) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfniturea dan glinid
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin dan tiazolidindon
3) Penghambat absorbs glukosa di saluran pencernaan : penghambat
glucosidase alfa
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) 5
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)
e. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri

12
Pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) merupakan pemeriksaan
glukosa darah secara berkala yang dapat dilakukan oleh kasus DM yang
telah mendapatkan edukasi dari tenaga kesehatan terlatih. PGDM dapat
memberikan informasi tentang variabilitas glukosa darah harian seperti
glukosa darah setiap sebelum makan, satu atau dua jam setelah makan, atau
sewaktu-waktu pada kondisi tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa PGDM
mampu memperbaiki pencapaian kendali glukosa darah, menurunkan
morbiditas, mortalitas serta menghemat biaya kesehatan jangka panjang
yang terkait dengan komplikasi akut maupun kronik (Putri et al., 2020).

2.9 Komplikasi Diabetes Militus


Manajemen diri sangat diperlukan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi.
Komplikasi DM ini dapat memengaruhi nyaris setiap organ dalam tubuh, termasuk
jantung dan pembuluh darah, mata, ginjal, saraf, saluran pencernaan, gigi, dan gusi
(Ariana, 2016).

a. Komplikasi pada Jantung dan Pembuluh Darah

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah umum bagi


banyak orang yang tidak mengelola atau mengendalikan kondisi diabetes
mereka. Kerusakan saraf atau pembuluh darah juga dapat menjadi penyebab
masalah pada kaki, yang pada beberapa kasus yang langka juga menyebabkan
amputasi. Sering kali, komplikasi ini biasanya terjadi tanpa adanya gejala
awal, sehingga penderita biasanya langsung mengalami serangan jantung atau
stroke (Ariana, 2016).

b. Komplikasi pada Mata

Diabetes telah menjadi salah satu penyebab kehilangan daya penglihatan


pada orang dewasa berusia 20 sampai dengan 74 di Amerika Serikat.
Komplikasi ini dapat menyebabkan berbagai gangguan penglihatan, termasuk
kondisi yang dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani dengan

13
semestinya. Kondisi tersebut termasuk katarak, glaucoma, dan retinopati
diabetik, yang melibatkan pembuluh darah kecil pada mata (Ariana, 2016).

c. Komplikasi pada Ginjal

Gangguan ginjal merupakan masalah lanjutan yang dapat menimpa


penderita diabetes yang tidak mengelola atau mengendalikan kondisinya.
Bahkan, diabetes telah menjadi penyebab utama gagal ginjal pada orang
dewasa di Amerika Serikat. Penyakit ginjal pada tahap awal biasanya tidak
menunjukkan gejala apapun. Baru ketika kondisi sudah lebih memburuk,
terjadi pembengkakan pada kaki (Ariana, 2016).

d. Komplikasi pada Saraf

Kadar glukosa darah yang tinggi lama-kelamaan dapat membahayakan


saraf penderita. Bahkan, komplikasi pada saraf dialami oleh sebagian besar
penderita diabetes. Pada umumnya seseorang yang kondisi diabetesnya tidak
dikendalikan akan mengalami komplikasi saraf seperti neuropati diabetik
perifer. Kondisi lainnya adalah neuropati autonomik yang muncul dari
kerusakan saraf yang mengendalikan organ dalam. Gejala yang menunjukan
kondisi ini termasuk gangguan seksual, masalah pencernaan, kesulitan dalam
merasakan apakah kandung kemih sudah penuh atau belum, rasa pusing dan
pingsan, atau bahkan tidak dapat mengetahui kapan kadar glukosa darah
kurang baik rendah (Ariana, 2016).

e. Komplikasi pada Gigi dan Gusi

Diabetes meningkatkan risiko penyakit gusi, yang biasanya ditandai


dengan gusi merah, membengkak, dan mudah berdarah. Penderita diabetes,
selain mengelola kondisinya, juga sangat disarankan untuk melakukan kontrol
gigi secara teratur dan merawat gigi setiap hari. Hal ini dilakukan agar
penderita dapat menghindari masalah gusi dan kerusakan gigi (Ariana, 2016).

14
2.10 Asuhan Keperawatan Diabetes Militus
1. Pengkajian
Menurut (Annisa, 2021) pengkajian keperawatan pada pasien dengan
diabetes militus adalah sebagai berikut:
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
b. Keluhan utama
Keluhhan utama pada pasien dengan diabetes militus adanya rasa
kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang menurun atau
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh Pada penderita hipoglikemia
biasanya di dapati mengeluh lapar terus menerus, gemetar, sulit berbicara,
kebingungan, pandangan mata kabur dan menurunya kesadaran. Pada
kondisi hipoglikemia biasanya pengidap akan mengalami sensitivitas
pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung dan juga
mudah marah.
c. Riwayat keluhan/penyakit saat ini
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh Pada penderita
hipoglikemia biasanya di dapati mengeluh lapar terus menerus, gemetar,
sulit berbicara, kebingungan, pandangan mata kabur dan menurunya
kesadaran. Pada kondisi hipoglikemia biasanya pengidap akan mengalami
sensitivitas pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung
dan juga mudah marah.
d. Riwayat kesehatan terdahulu
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh Pada penderita
hipoglikemia biasanya di dapati mengeluh lapar terus menerus, gemetar,
sulit berbicara, kebingungan, pandangan mata kabur dan menurunya
kesadaran. Pada kondisi hipoglikemia biasanya pengidap akan mengalami

15
sensitivitas pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung
dan juga mudah marah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan (B1: Breathing)

Pada sistem pernafasan, ditemukan kesimetrisan rongga dada


normal, pasien tidak sesak nafas , tidak ada penggunaan otot bantu
nafas, terdapat ketidakseimbangan asam basa yang menyebabkan
kadar cO2 meningkat

b. Kardiovaskuler (B2:Blood)

Pada pasien hipoglikemi ictus cordis teraba,, tidak ada nyeri dada
pasien, irama jantung pasien reguler, terdapat penebalan membran
vesikuler yang menyebbkan aliran darah lambat sehinnga
menyebabkan penurunan curah jantung.

c. Persyarafan (B3: Brain)

Biasanya pasien denga diabetes militus terjadi penurunan


kesadaran seperti koma, agresif, emosi labil, pengelihatan
kabur/ganda, paratensia bibir.

d. Perkemihan (B4: Bladder)


Pada penyakit diabetes militus sistem perkemihan pasien
mengeluarkan urine sebanyak 5x/hari dengan warna kuning tidak
terdapat nyeri tekan dan menggeluarkan urine dengan alat bantu
pispot
e. Pencernaan (B5: Bowel)

Pada pasien dengan diabetes militus terdapat nausea dan


vomiting, tidak terdapat distensi abdomen, hepar tidak teraba
perbesaran, tidak terdapat nyeri abdomen.

f. Eksterminas (B6: Bone)

16
Pada pasien hipoglikemi ROM pada pasien bebas, biasanya
pasien tampak lemah dan mudah lelah.

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut (Annisa, 2021) diagnosis keprawatan diabetes militus sebagai


berikut:

a. Pola nafas tidak efektif (D.0005)


b. Penurunan curah jantung (D.0008)
c. Nyeri akut (D.0077)
d. Gangguan eliminasi urine (D.0040)
e. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)
f. Gangguan integritas kulit (D.0129)
4. Intervensi Keperawatan

Menurut (Annisa, 2021) intervensi keperawatan sebagai berikut:

No. SDKI SLKI SIKI


1. Pola napas tidak efektif Pola napas Manajemen jalan
(D.0005) (L.01004) napas (I.01011)
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan
tindakan keperawatan - Monitor pola napas
hambatan upaya napas
(mis.nyeri saat bernapas, selama 2x24 jam (frekuensi, kedalaman,
kelemahan otot diharakan pola napas usaa napas)
pernapasan) dibuktian
membaik dengan Terapeutik
frekuensi napas
meningkat kriteria: - Posisikan semi
1. Frekuensi napas fowle/fowler
membaik - Berikan oksigen
2. Kedalaman napas Kolaborasi
membaik - Bronkodilator,
Ekspektoran,
Mukolitik jika perlu

17
2. Penurunan curah jantung Curah jantung Perawatan jantung
(D.0008) (L.02008) (I.02075)
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor saturasi
perubahan frekuensi selama 2x24 jam oksigen
jantung dibuktikan diharapkan curah - Monitor aritmia
perubahan irama jantung jantung meningkat (kelainan irama dan
dengan kriteria: frekuensi)
1. Systemic vascular - Monitor nilai
resitance menurun laboratorium jantung
2. Brakikardia menurun (mis. elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-
BNP)
Terapeutik
- Posisikan pasien
semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress, jika
perlu
- Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
- Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%

18
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian antiaritmia,
jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.0066) Manajemen nyeri
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan (I.0238)
dengan agen pencedera tindakan keperawatan Observasi
fisiologis dibuktikan selama 2x24 jam - Identifikasi lokasi,
dengan mengeluh nyeri diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas,
kriteria: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri - Identifikasi skala
menurun nyeri
2. Mringis menurun - Identifikasi respon
nyeri non verbal
- Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,

19
akupresure, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
4. Gangguan eliminasi urin Eliminasi urin Managemen eliminasi
(D.0040) (L.04034) urine (I.04152)
Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Observasi
urine berhubungan tindakan keperawatan - Identifikasi tanda dan
dengan penurunan 2x24 jam diharapkan gejala retensi atau
kapasitas kandung kemih eliminasi urine inkontinensia urine
dibuktikan dengan sering membaik dengan - Identifikasi faktor
buang air kecil kriteria: yang menyebabkan

20
1. Desakan berkemih retensi atau
menurun inkontinensia urin
2. Volume residu urin Terapeutik
menurun - Batasi asupan cairan,
3. Frekuensi BAK jika perlu
membaik Edukasi
- Anjurkan minum
yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
- Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
supositoria
uretra, Jika perlu
5. Ketidakstabilan kadar Kestabilan kadar Managemen
glukosa darah (D.0027) glukosa darah hiperglikemi (I.03115)
Ketidakstabilan kadar (L.03022) Observasi
glukosa darah Setelah dilakukan - Identifikasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan kemungkinan
gangguan toleransi 2x24 jam diharakan penyebab
glukosa darah dibuktikan kestabilan kadar hiperglikemia
dengan hiperglikemi glukosa darah - Identifikasi situasi
meningkat dengan yang menyebabkan
kriteria: kebutuhan insulin
1. Kadar glukosa dalam meningkat (mis.
darah membaik penyakit kambuhan)
2. Kadar glukosa dalam - Monitor kadar

21
urine membaik glukosa darah, Jika
perlu
- Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
(mis. poliuria,
polidipsia, polifagia,
kelemahan, malaise,
pandangan kabur, sakit
kepala)
Terapeutik
- Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap dan ada atau
memburuk
Edukasi
- Anjurkan
menghindari olahraga
saat kadar glukosa
darah lebih dari 250
mg/dL
- Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin, Jika
perlu
6. Gangguan integritas kulit Penyembuhan luka Managemen nyeri
(D.0129) (L.14130) (I.08238)

22
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor karakteristik
kekurangan/kelebihan 2x24 jam diharapkan luka (mis. drainase,
volume cairan dibuktikan penyembuhan luka warna, ukuran, bau)
dengan kerusakan membaik dengan - Monitor tanda-tanda
jaringan dan/atau lapisan kriteria: infeksi
kulit 1. Edema pada sisi luka Terapeutik
menurun - Lepaskan balutan dan
2. Peradangan luka plester secara perlahan
menurun - Cukur rambut di
3. Nyeri menurun sekitar daerah luka,
4. Bau tidak sedap pada jika perlu
luka menurun - Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
- Berikan salep yang
sesuai ke kulit atau
Lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
- Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi

23
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika perlu

5. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal


yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat (Annisa, 2021).

6. Evaluasi

24
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk pertama
mengakhiri rencana tindakan keperawatan, kedua memodifikasi rencana
tindakan keperawatan, ketiga meneruskan rencana tindakan keperawatan
(Annisa, 2021).

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILITUS

Klien bernama Tn. D berumur 38 tahun, masuk di rumah sakit umum daerah
temanggung pada tanggal 20 Februari 2019 jam 19.00 WIB, dilakukan pengkajian
pada tanggal 21 Februari 2019 jam 08.30 WIB, klien dirawat dibangsal flamboyan
dengan nomor rekam medis 00277081, klien beragama Islam dengan pendidikan

25
terakhirnya sekolah menengah atas, belum menikah, bekerja menjaga toko onderdil di
bekasi, beralamat di perum mega Bekasi dan kini tinggal di rumah orang tuanya di
Temanggung. Penanggung jawab klien adalah ibunya yang bernama Ny. P. Klien
dibawa ke rumah sakit umum daerah Temanggung oleh keluarga pada tanggal 20
Februari 2019 dengan keluhan badannya lemas, mual, muntah sejak 2 hari yang lalu,
pandangannya kabur, aktivitas dibantu sebagian. Berdasarkan riwayat kesehatan
terdahulu klien pernah dirawat di rumah sakit sekitar 8 tahun yang lalu, dengan
keluhan penyakit yang sama. Keluarga klien mengatakan bahwa klien didiagnosa
diabetes melitus sejak klien berada dibangku sekolah menengah pertama, pada saat
umur 14 tahun klien terjatuh dari pohon dan mengalami luka pada pankreasnya,
Riwayat pengobatannya dulu klien hanya mendapat obat oral metformin, kini klien
rutin mendapat suntikan insulin sejak pemeriksaannya yang terakhir yaitu 8 tahun
yang lalu pada umur klien 30 tahun. Klien mempunyai riwayat penyakit magh. Data
klien nampak lemas, konjungtiva anemis, pucat, mukosa bibir klien kering, kulit
kering, rambutnya mudah patah, kurus, penglihatan kabur. BB= 47,8 Kg, TB= 170
cm, IMT= 16,5, LILA= 21 cm, Lingkar perut= 78 cm, Hemoglobin 11,8 g/dl (13,2-
17,3), hematokrit 37% (40-52), GDS= 312 g/dL, Status gizi = (BB aktual:BB
idaman)x 100% = (47,8:70)x100% = 68,2% (BB kurang) (Yulianti & Armiyati,
2023).

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme atau penyakit jangka


panjang yang dialami oleh seseorang dengan ditandai dengan peningkatan kadar gula
darah yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas

26
insulin atau keduannya. Diabetes Melitus dapat disebabkan oleh dua hal yakni pola
hidup tak sehat dan bawaan genetik.

4.2 Saran

Sebagai seorang tenaga medis atau perawat pentingnya melakukan asuhan


keperawatan medikel bedah diabetes militus yang benar dan sesuai dengan standar.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Militus Tipe II
Di Ruang Rawat inap Bagindo Aziz Chan RS TK.III DR. Reksodiwiryo padang.
102, 314–412.
Ariana, R. (2016). Etiologi Penyakit Diabetes Melitus. 1–23.
Aris, F. (2019). Penerapan Data Mining untuk Identifikasi Penyakit Diabetes Melitus
dengan Menggunakan Metode Klasifikasi. Router Research, 1(1), 1–6.
Awad, N. (2014). GAMBARAN FAKTOR RESIKO PASIEN DIABETES MELITUS

27
TIPE II Di POLIKLINIK ENDOKRIN BAGIAN / SMF FK-UNSRAT RSU Prof .
1, 45–49.
Laila. (2018). Glukosa Darah. 5–25.
Parasmita, A. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Op Debridement
Ulkus Digiti Ke III Pada Penderita Diabetes Melitus DI Ruang Jlamprang
RSUD Bendan Kota Pekalongan. 5–34.
http://repository.unikal.ac.id/id/eprint/150
Putri, O., Wanda, N. P., Kusuma, D., & Gusti, A. (2020). Gambaran Tingkat
Konsumsi Serat Dan Kadar Glukosa Darah Kasus Dm Tipe 2 Poli Penyakit
Dalam Di Rsud Wangaya Denpasar. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang
Kirana Rumah Sakit. (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta), 2,
1–15. https://riantigorgeouss.files.wordpress.com/2012/03/askep-diabetes.pdf
Ramadhina, A., Sulistyaningsih, D. R., Keperawatan, F. I., Islam, U., & Agung, S.
(2022). KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS ( DM ) DENGAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM DI RS ISLAM SULTAN AGUNG Dm
Diet Compliance And Blood Glucose Levels In Patients Diabetes Mellitus.
September, 857–868.
Saputra, Y. E. (2017). Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Ny.T
Dengan Fokus Studi Ketidakpatuhan Terhadap Diet Magelang Di RSUD Tidar
Kota Magelang. Pustaka.Poltekkes-Pdg.Ac.Id. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_Bintang_Syarifatul_Hidayah_163110159_Poltekkes_
Kemenkes2.pdf
Widiasari, K. R., Wijaya, I. M. K., & Suputra, P. A. (2021). Diabetes Melitus Tipe 2:
Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicine, 1(2), 114.
https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006
Wisman, W., Siregar, C. D., & Deliana, M. (2016). Pemberian Insulin pada Diabetes
Melitus Tipe-1. Sari Pediatri, 9(1), 48. https://doi.org/10.14238/sp9.1.2007.48-
53
Yulianti, L. D., & Armiyati, Y. (2023). Penurunan kadar gula darah pasien Diabetes
Mellitus ( DM ) tipe 2 dengan senam kaki DM : Studi Kasus. Dm.

28
LEMBAR KONSULTASI

NO TANGGAL KETERANGAN REVISI TTD DOSEN


. PEMBIMBING

Anda mungkin juga menyukai