Disusun oleh:
1. Hestin Ayu Lestari (202201006)
2. Sheryel Auradinda Herlambang (202201015)
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan pasien diabetes
militus
Kami berharap dengan adanya makalah keperawatan medikal bedah ini, dapat
menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca. Makalah keperawatan medikal
bedah ini membahas tentang diabetes militus beserta asuhan keperawatan. Makalah
ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah 1. Dalam upaya penyelesaian
makalah ini penulis telah mengerjakan dengan maksimal.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini hingga selesai. Serta tidak lupa kami sampaikan
bahwa makalah penelitian ini jauh dari kata sempurna dan kami mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun dan memperbaiki
makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................2
1.1.2 Tujuan Umum..........................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus..........................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4
2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas...............................................................................4
2.2 Pengertian Diabetes Militus...............................................................................5
2.3 Klasifikasi Diabetes Militus..............................................................................6
2.2.1 Diabetes Militus Tipe 1 (Tipe A) / IDDM...............................................6
2.2.2 Diabetes Militus Tipe 2 (Tipe B) / NIDDM.............................................6
2.4 Etiologi Diabetes Militus...................................................................................6
2.5 Patofisiologi Diabetes Militus...........................................................................7
2.6 Faktor resiko Diabetes Militus...........................................................................9
2.7 Gejala klinis Diabetes Militus..........................................................................10
2.8 Penatalaksanaan Diabetes Militus...................................................................11
2.9 Komplikasi Diabetes Militus...........................................................................13
2.10 Asuhan Keperawatan Diabetes Militus............................................................14
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................26
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
LEMBAR KONSULTASI..........................................................................................30
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Tahun 2003, WHO memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk
dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
meningkat menjadi 333 juta (Awad, 2014). Organisasi International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan bahwa pada kelompok usia 20-79 tahun, terdapat
463 juta orang di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau sama dengan 9,3%
dari jumlah total penduduk pada usia tersebut. Di Asia Tenggara, dimana Indonesia
salah satu negara di dalamnya, menempati peringkat ke-3 dengan jumlah penderita
diabetes melitus sebesar 11,3% (Widiasari et al., 2021).
1
1.2 Tujuan
1.1.2 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabetes militus
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat praktik
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
2
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
BAB 3 Kasus
BAB 4 Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
Lembar Konsultasi
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan eksokrin terdiri dari sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur dan
disebut sebagai asinus/pancreatic acini merupakan jaringan yang menghasilkan
enzim pencernaan ke dalam duodenum.
4
Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau langerhans/islet of langerhans
yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan insulin dan
glukagon ke dalam darah
Menurut (Parasmita, 2020) pulau-pulau langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel
yaitu:
5
Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin
secara absolut atau relatif (Ariana, 2016).
6
mengubah gula menjadi glikogen, akan tetapi ada kemungkinan bahwa sebab dari
peyakit ini adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang
dapat menyebabkan seseorang terserang diabetes mellitus tipe I itu meliputi faktor
adanya infeksi dari virus tertentu yang menyerang tubuh, atau bisa juga dikarenakan
obat-obatan yang mengandung senyawa kimia yang dapat merusak sel-sel pancreas
(Raharjo, 2018).
Pada diabetes melitus tipe 2, terjadi resistensi insulin pada tahap awal yang
kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin yang tujuannya untuk
mengkompensasi agar kadar glukosa darah tetap normal. Akan tetapi semakin lama
sel beta tidak sanggup mengkompensasi resistensi insulin karena fungsinya yang
semakin menurun dan berakibat terhadap peningkatan glukosa darah Terdapat
beberapa faktor penyebab resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2, diantaranya
adalah faktor usia, obesitas, kurangnya aktivitas, riwayat keluarga, dan diet tinggi
lemak (Saputra, 2017).
7
Pathway diabetes militus
Intoleransi insulin
Kerusakan sel beda didalam organ pankreas
Hiperglikemik
2. Faktor Usia
9
4. Pola Makan yang Salah
Tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan lewat ginjal selalu
diiringi oleh air atau cairan tubuh maka buang air kecil menjadi banyak.
Bahkan saat tidur di malam hari kerap terganggu karena harus bolak balik ke
kamar kecil.
3) Fatigue (lelah).
4) Rasa lelah, pusing, keringat dingin, tidak bisa konsentrasi, disebabkan oleh
menurunnya kadar gula.
10
6) Meningatnya berat badan.
7) Gangguan mata.
11
proses pencernaan dan zat alami. Kadar glukosa darah puasa dan sebelum
makan menggambarkan keparahan intoleransi glukosa, dan pengaruh makan
kedua atau karbohidrat merupakan faktor lain yang mempengaruhi respon
glukosa darah. Namun, pada pasien dengan diabetes tipe I atau tipe II, jika
jumlah karbohidratnya sama, akut dan hingga 6 minggu konsumsi berbagai
pati atau sukrosa tidak akan membuat perbedaan yang signifikan dalam
respon glukosa darah. Oleh karena itu, jumlah total karbohidrat dalam
makanan dan camilan akan lebih penting daripada sumber atau jenis
makanannya (Ramadhina et al., 2022).
c. Latihan Jasmani
d. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi diberikan secara bersamaan dengan terapi nutrisi
yang dianjurkan serta latihan jasmani. Terapi farmakologi terdiri atas obat
oral dan injeksi. Berdasarkan cara kerjanya, Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
dapat dibagi menjadi 3 (Putri et al., 2020) yaitu :
1) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfniturea dan glinid
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin dan tiazolidindon
3) Penghambat absorbs glukosa di saluran pencernaan : penghambat
glucosidase alfa
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) 5
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)
e. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
12
Pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) merupakan pemeriksaan
glukosa darah secara berkala yang dapat dilakukan oleh kasus DM yang
telah mendapatkan edukasi dari tenaga kesehatan terlatih. PGDM dapat
memberikan informasi tentang variabilitas glukosa darah harian seperti
glukosa darah setiap sebelum makan, satu atau dua jam setelah makan, atau
sewaktu-waktu pada kondisi tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa PGDM
mampu memperbaiki pencapaian kendali glukosa darah, menurunkan
morbiditas, mortalitas serta menghemat biaya kesehatan jangka panjang
yang terkait dengan komplikasi akut maupun kronik (Putri et al., 2020).
13
semestinya. Kondisi tersebut termasuk katarak, glaucoma, dan retinopati
diabetik, yang melibatkan pembuluh darah kecil pada mata (Ariana, 2016).
14
2.10 Asuhan Keperawatan Diabetes Militus
1. Pengkajian
Menurut (Annisa, 2021) pengkajian keperawatan pada pasien dengan
diabetes militus adalah sebagai berikut:
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
b. Keluhan utama
Keluhhan utama pada pasien dengan diabetes militus adanya rasa
kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang menurun atau
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh Pada penderita hipoglikemia
biasanya di dapati mengeluh lapar terus menerus, gemetar, sulit berbicara,
kebingungan, pandangan mata kabur dan menurunya kesadaran. Pada
kondisi hipoglikemia biasanya pengidap akan mengalami sensitivitas
pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung dan juga
mudah marah.
c. Riwayat keluhan/penyakit saat ini
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh Pada penderita
hipoglikemia biasanya di dapati mengeluh lapar terus menerus, gemetar,
sulit berbicara, kebingungan, pandangan mata kabur dan menurunya
kesadaran. Pada kondisi hipoglikemia biasanya pengidap akan mengalami
sensitivitas pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung
dan juga mudah marah.
d. Riwayat kesehatan terdahulu
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh Pada penderita
hipoglikemia biasanya di dapati mengeluh lapar terus menerus, gemetar,
sulit berbicara, kebingungan, pandangan mata kabur dan menurunya
kesadaran. Pada kondisi hipoglikemia biasanya pengidap akan mengalami
15
sensitivitas pada suasana hati seperti menyebabkan mudah tersinggung
dan juga mudah marah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan (B1: Breathing)
b. Kardiovaskuler (B2:Blood)
Pada pasien hipoglikemi ictus cordis teraba,, tidak ada nyeri dada
pasien, irama jantung pasien reguler, terdapat penebalan membran
vesikuler yang menyebbkan aliran darah lambat sehinnga
menyebabkan penurunan curah jantung.
16
Pada pasien hipoglikemi ROM pada pasien bebas, biasanya
pasien tampak lemah dan mudah lelah.
3. Diagnosa Keperawatan
17
2. Penurunan curah jantung Curah jantung Perawatan jantung
(D.0008) (L.02008) (I.02075)
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor saturasi
perubahan frekuensi selama 2x24 jam oksigen
jantung dibuktikan diharapkan curah - Monitor aritmia
perubahan irama jantung jantung meningkat (kelainan irama dan
dengan kriteria: frekuensi)
1. Systemic vascular - Monitor nilai
resitance menurun laboratorium jantung
2. Brakikardia menurun (mis. elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-
BNP)
Terapeutik
- Posisikan pasien
semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress, jika
perlu
- Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
- Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
18
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian antiaritmia,
jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.0066) Manajemen nyeri
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan (I.0238)
dengan agen pencedera tindakan keperawatan Observasi
fisiologis dibuktikan selama 2x24 jam - Identifikasi lokasi,
dengan mengeluh nyeri diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas,
kriteria: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri - Identifikasi skala
menurun nyeri
2. Mringis menurun - Identifikasi respon
nyeri non verbal
- Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
19
akupresure, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
4. Gangguan eliminasi urin Eliminasi urin Managemen eliminasi
(D.0040) (L.04034) urine (I.04152)
Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Observasi
urine berhubungan tindakan keperawatan - Identifikasi tanda dan
dengan penurunan 2x24 jam diharapkan gejala retensi atau
kapasitas kandung kemih eliminasi urine inkontinensia urine
dibuktikan dengan sering membaik dengan - Identifikasi faktor
buang air kecil kriteria: yang menyebabkan
20
1. Desakan berkemih retensi atau
menurun inkontinensia urin
2. Volume residu urin Terapeutik
menurun - Batasi asupan cairan,
3. Frekuensi BAK jika perlu
membaik Edukasi
- Anjurkan minum
yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
- Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
supositoria
uretra, Jika perlu
5. Ketidakstabilan kadar Kestabilan kadar Managemen
glukosa darah (D.0027) glukosa darah hiperglikemi (I.03115)
Ketidakstabilan kadar (L.03022) Observasi
glukosa darah Setelah dilakukan - Identifikasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan kemungkinan
gangguan toleransi 2x24 jam diharakan penyebab
glukosa darah dibuktikan kestabilan kadar hiperglikemia
dengan hiperglikemi glukosa darah - Identifikasi situasi
meningkat dengan yang menyebabkan
kriteria: kebutuhan insulin
1. Kadar glukosa dalam meningkat (mis.
darah membaik penyakit kambuhan)
2. Kadar glukosa dalam - Monitor kadar
21
urine membaik glukosa darah, Jika
perlu
- Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
(mis. poliuria,
polidipsia, polifagia,
kelemahan, malaise,
pandangan kabur, sakit
kepala)
Terapeutik
- Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap dan ada atau
memburuk
Edukasi
- Anjurkan
menghindari olahraga
saat kadar glukosa
darah lebih dari 250
mg/dL
- Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin, Jika
perlu
6. Gangguan integritas kulit Penyembuhan luka Managemen nyeri
(D.0129) (L.14130) (I.08238)
22
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor karakteristik
kekurangan/kelebihan 2x24 jam diharapkan luka (mis. drainase,
volume cairan dibuktikan penyembuhan luka warna, ukuran, bau)
dengan kerusakan membaik dengan - Monitor tanda-tanda
jaringan dan/atau lapisan kriteria: infeksi
kulit 1. Edema pada sisi luka Terapeutik
menurun - Lepaskan balutan dan
2. Peradangan luka plester secara perlahan
menurun - Cukur rambut di
3. Nyeri menurun sekitar daerah luka,
4. Bau tidak sedap pada jika perlu
luka menurun - Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
- Berikan salep yang
sesuai ke kulit atau
Lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
- Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi
23
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika perlu
5. Implementasi Keperawatan
6. Evaluasi
24
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk pertama
mengakhiri rencana tindakan keperawatan, kedua memodifikasi rencana
tindakan keperawatan, ketiga meneruskan rencana tindakan keperawatan
(Annisa, 2021).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILITUS
Klien bernama Tn. D berumur 38 tahun, masuk di rumah sakit umum daerah
temanggung pada tanggal 20 Februari 2019 jam 19.00 WIB, dilakukan pengkajian
pada tanggal 21 Februari 2019 jam 08.30 WIB, klien dirawat dibangsal flamboyan
dengan nomor rekam medis 00277081, klien beragama Islam dengan pendidikan
25
terakhirnya sekolah menengah atas, belum menikah, bekerja menjaga toko onderdil di
bekasi, beralamat di perum mega Bekasi dan kini tinggal di rumah orang tuanya di
Temanggung. Penanggung jawab klien adalah ibunya yang bernama Ny. P. Klien
dibawa ke rumah sakit umum daerah Temanggung oleh keluarga pada tanggal 20
Februari 2019 dengan keluhan badannya lemas, mual, muntah sejak 2 hari yang lalu,
pandangannya kabur, aktivitas dibantu sebagian. Berdasarkan riwayat kesehatan
terdahulu klien pernah dirawat di rumah sakit sekitar 8 tahun yang lalu, dengan
keluhan penyakit yang sama. Keluarga klien mengatakan bahwa klien didiagnosa
diabetes melitus sejak klien berada dibangku sekolah menengah pertama, pada saat
umur 14 tahun klien terjatuh dari pohon dan mengalami luka pada pankreasnya,
Riwayat pengobatannya dulu klien hanya mendapat obat oral metformin, kini klien
rutin mendapat suntikan insulin sejak pemeriksaannya yang terakhir yaitu 8 tahun
yang lalu pada umur klien 30 tahun. Klien mempunyai riwayat penyakit magh. Data
klien nampak lemas, konjungtiva anemis, pucat, mukosa bibir klien kering, kulit
kering, rambutnya mudah patah, kurus, penglihatan kabur. BB= 47,8 Kg, TB= 170
cm, IMT= 16,5, LILA= 21 cm, Lingkar perut= 78 cm, Hemoglobin 11,8 g/dl (13,2-
17,3), hematokrit 37% (40-52), GDS= 312 g/dL, Status gizi = (BB aktual:BB
idaman)x 100% = (47,8:70)x100% = 68,2% (BB kurang) (Yulianti & Armiyati,
2023).
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
26
insulin atau keduannya. Diabetes Melitus dapat disebabkan oleh dua hal yakni pola
hidup tak sehat dan bawaan genetik.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Militus Tipe II
Di Ruang Rawat inap Bagindo Aziz Chan RS TK.III DR. Reksodiwiryo padang.
102, 314–412.
Ariana, R. (2016). Etiologi Penyakit Diabetes Melitus. 1–23.
Aris, F. (2019). Penerapan Data Mining untuk Identifikasi Penyakit Diabetes Melitus
dengan Menggunakan Metode Klasifikasi. Router Research, 1(1), 1–6.
Awad, N. (2014). GAMBARAN FAKTOR RESIKO PASIEN DIABETES MELITUS
27
TIPE II Di POLIKLINIK ENDOKRIN BAGIAN / SMF FK-UNSRAT RSU Prof .
1, 45–49.
Laila. (2018). Glukosa Darah. 5–25.
Parasmita, A. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Op Debridement
Ulkus Digiti Ke III Pada Penderita Diabetes Melitus DI Ruang Jlamprang
RSUD Bendan Kota Pekalongan. 5–34.
http://repository.unikal.ac.id/id/eprint/150
Putri, O., Wanda, N. P., Kusuma, D., & Gusti, A. (2020). Gambaran Tingkat
Konsumsi Serat Dan Kadar Glukosa Darah Kasus Dm Tipe 2 Poli Penyakit
Dalam Di Rsud Wangaya Denpasar. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang
Kirana Rumah Sakit. (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta), 2,
1–15. https://riantigorgeouss.files.wordpress.com/2012/03/askep-diabetes.pdf
Ramadhina, A., Sulistyaningsih, D. R., Keperawatan, F. I., Islam, U., & Agung, S.
(2022). KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS ( DM ) DENGAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM DI RS ISLAM SULTAN AGUNG Dm
Diet Compliance And Blood Glucose Levels In Patients Diabetes Mellitus.
September, 857–868.
Saputra, Y. E. (2017). Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Ny.T
Dengan Fokus Studi Ketidakpatuhan Terhadap Diet Magelang Di RSUD Tidar
Kota Magelang. Pustaka.Poltekkes-Pdg.Ac.Id. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_Bintang_Syarifatul_Hidayah_163110159_Poltekkes_
Kemenkes2.pdf
Widiasari, K. R., Wijaya, I. M. K., & Suputra, P. A. (2021). Diabetes Melitus Tipe 2:
Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicine, 1(2), 114.
https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006
Wisman, W., Siregar, C. D., & Deliana, M. (2016). Pemberian Insulin pada Diabetes
Melitus Tipe-1. Sari Pediatri, 9(1), 48. https://doi.org/10.14238/sp9.1.2007.48-
53
Yulianti, L. D., & Armiyati, Y. (2023). Penurunan kadar gula darah pasien Diabetes
Mellitus ( DM ) tipe 2 dengan senam kaki DM : Studi Kasus. Dm.
28
LEMBAR KONSULTASI