Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TN. A DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULAR AKIBAT DIABETES MELITUS
DIRUMAH SAKIT RSUD OTO ISKANDAR DINATA
TAHUN 2023

Diajukan sebagai salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :

Siti nur azizah

D523068

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penyusun dapat membuat
laporan kasus ini. Walaupun demikian, penyusun berusaha dengan semaksimal
mungkin demi kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil kegiatan belajar
mengajar di kampus, maupun dalam menunaikan praktik kerja di dunia praktik. Saran
dan kritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penyusun demi
kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja ini. Akhir
kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saya ucapkan
terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu, semoga Allah Swt.
membalas semua kebaikan kalian. Amin.

Bandung, 14 Desember 2023

Penyusun

Siti nur azizah

i
Contents
BAB I.......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1
1.2 TUJUAN PENULISAN .................................................................................................. 4
1.3 MANFAAT PENULISAN .............................................................................................. 4
BAB II ...................................................................................................................................... 5
KONSEP DASAR TEORI ..................................................................................................... 5
2.1 PENGERTIAN DIABETES MELITUS .............................................................................. 5
2.2 ETIOLOGI DIABETES MELITUS ................................................................................... 5
2.3 PATOFISIOLOGI ......................................................................................................... 5
2.4 KLASIFIKASI DIABETES MELITUS ............................................................................... 6
2.5 MANIFESTASI KLINIS DIABETES MELITUS.................................................................. 6
2.6 KOMPLIKASI DIABETES MELITUS ............................................................................... 7
2.7 PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS.................................................................. 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang disebabkan
oleh gagalnya organ pankreas dalam memproduksi hormon insulin secara
memadai. Penyakit ini bisa dikatakan sebagai penyakit kronis karena dapat
terjadi secara menahun. Berdasarkan penyebabnya diabetes melitus di golongkan
menjadi tiga jenis, diantaranya diabetes melitus tipe 1, tipe 2 dan diabetes melitus
gestasional (Kemenkes RI, 2020). Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena
reaksi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta
pada pankreas sehingga tidak bisa memproduksi insulin sama sekali. Sedangkan
diabetes melitus tipe 2 terjadi karena akibat adanya resistensi insulin yang mana
sel-sel dalam tubuh tidak mampu merespon sepenuhnya insulin. Diabetes
gestasional disebabkan karena naiknya berbagai kadar hormon saat hamil yang
bisa menghambat kerja insulin (International Diabetes Federation, 2019). Maka
dari itu, untuk mengetahui bahwa seseorang mengidap penyakit diabetes melitus
dapat ditegakkan melalui pemeriksan klinis berupa pemeriksaan kadar gula
darah. Pemeriksaan klinis merupakan data penunjang yang dapat digunakan
untuk menegakan diagnosa terhadap suatu penyakit. Salah satunya pada
penderita diabetes melitus yang dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula darah
dengan glukometer. Menurut PERKENI (2015) ada empat kriteria dalam
menegakkan diagnosis DM, diantaranya melakukan pemeriksaan kadar gula
darah anteprandial, kadar gula darah post prandial, kadar gula darah acak dan
pemeriksaan HbA1c. Namun, pemeriksaan kadar gula darah dengan HbA1c saat
ini tidak digunakan lagi sebagai alat diagnosis ataupun evaluasi dikarenakan
tidak semua laboratorium di Indoesia memenuhi standar.
Menurut WHO (2019), seseorang didiagnosis diabetes melitus apabila
dalam pemeriksaan kadar gula darah ditemukan nilai pemeriksaan kadar gula
darah anteprandial ≥ 126 mg/dl, dua jam setelah makan ≥ 200 mg/dl dan kadar
gula darah acak ≥ 200 mg/dl. Menurut International Diabetes Federation (2019)
jumlah penderita diabetes melitus diseluruh dunia mengalami peningkatan
menjadi 463 juta jiwa pada tahun 2019 dan jumlah kematian pada kasus ini yaitu
4,2 juta jiwa yang mana Indonesia menjadi urutan ke 7 dengan jumlah penderita

1
10,7 juta. IDIABETIC FOOT juga memperkirakan bahwa pada tahun 2045 kasus
diabetes akan meningkat menjadi 700 juta. Selain itu, Menurut RISKESDAS

2
(2018) menyebutkan bahwa jumlah prevelensi kasus diabetes melitus di Indonesia
menurut diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 2%. Angka tersebut
menunjukan peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2013 dengan prevelensi 1.5%
. Selain itu, jumlah kasus tertinggi terjadi di provinsi Jakarta ( 3,4%) dan terendah
dimiliki oleh provinsi Nusa Tenggara Timur (0,9%). Pada tahun 2018, jumlah kasus
diabetes melitus di provinsi Bali menduduki urutan ke 14 dari 34 provinsi di Indonesia,
yang mana hal tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2013 dengan prevelensi 1,3
% menjadi 1,7 pada tahun 2018 (RISKESDAS, 2018). Berdasarkan data yang
diperoleh dari jumlah kasus diabetes melitus pada tahun 2018 sebesar 67.172 kasus
diabetes melitus di Bali (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2018). Khususnya Kabupaten
Tabanan, tahun 2018 jumlah penderita diabetes melitus yang tercatat yaitu 2.744 jiwa
(Dinkes Tabanan, 2018). Menurut data yang diperoleh dari catatan medik BRSU
Tabanan bahwa jumlah kunjungan diabetes melitus di ruang rawat inap terus
meningkat dari tahun 2018-2020. Pada tahun 2018 kasus DM sebanyak 143 orang,
tahun 2019 sebanyak 281 orang dan pada tahun 2020 sebanyak 298 orang (BRSU
Tabanan, 2020). Menurut penelitian dari Trisnadewi et al., (2018) di Tabanan
mengenai manajemen DM dengan jumlah sampel 80 orang, mendapatkan hasil bahwa
sebanyak 49 orang (61,3%) berpengetahuan kurang tentang pengobatan DM,
dikarenakan kurangnya informasi dari petugas kesehatan. Selain itu, menurut
responden hanya obat yang dapat mengendalikan kadar gula darah, diet dan melakukan
aktivitas fisik dianggap tidak terlalu berperan, hal inilah yang mempengaruhi naiknya
kasus DM di Kabupaten Tabanan. Dalam menegakkan diagnosa pada kasus diabetes
melitus perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula darah di dalam tubuh. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tabanan II dengan jumlah sampel 80
orang, status Kadar Gula Darah Anteprandial pada penderita diabetes melitus
menunjukan nilai rata-rata dalam katagori buruk ( ni wayan Trisnadewi & Pramesti,
2020). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ari Rasdini yang
tertuang dalam jurnal Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar (2017)
dengan jumlah sampel 79 orang pasien diabetes melitus yang dirawat di RSUP
Sanglah, Rata- rata nilai kadar gula darah anteprandial dan nilai kadar gula darah 2 jam
pp juga dalam kategori buruk.

3
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum

untuk mengetahui gambaran kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian diabetes melitus

b. Untuk mengetahui penyebab diabetes melitus

c. Untuk mengetahui anatomi fisiologi diabetes melitus

d. Untuk mengetahui gejala klinis diabetes melitus

e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes melitus

f. Untuk mengetahui penatalaksanaan medik diabetes melitus

1.3 MANFAAT PENULISAN


1. Manfaat Teoritis

diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu bentuk pengembangan ilmu


pengetahuan dalam bidang keperawatan medikal bedah khususnya pasien yang
berkaitan pada kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi tenaga kesehatan

Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bentuk pertimbangan bagi


tenaga kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan terutama dalam
pemeriksaan kadar gula darah pasien diabetes melitus.

4
BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. KONSEP PENYAKIT
2.1 PENGERTIAN DIABETES MELITUS
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak mampu memproduksi
insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas
yang di temukan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ada
pada penderita penyakit diabetes melitus dikarenakan aktivitas insulin pada
target sel kurang (Kerner and Bruckel, 2014). Diabetes melitus merupakan
kelainan yang terjadi karena meningkatnya kadar gula darah atau hiperglikemia.
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang terjadi karena peningkatan
kadar gula dalam darah yang terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin
sehingga memperlambat kerja insulin (Hasdinah dan Suprapto, 2014).
2.2 ETIOLOGI DIABETES MELITUS
Penyebab DM tipe 2 belum diketahui secara pasti penyebabnya, diperkirakan
faktor genetik menjadi penyebab terjadinya retensi insulin pada pasien DM.
Akibat dari gabungan dari abnormalitas komplek insulin dan sistem transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup
lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi mempertahankan HIPeglikemia. Faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II, yaitu : Usia (resistensi
insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), obesitas, riwayat
keluarga, dan kelompok etnik (Rendy, 2012).
2.3 PATOFISIOLOGI
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan karena menurunnya insulin
atau defisiensi insulin (Fatimah, 2015). Defisiensi insulin terjadi karena :
i) Kerusakan
ii) Menurunnya reseptor insulin pada jaringan perifer
iii) Menurunnya reseptor glukosa di kelenjar pankreas
Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena sel-sel insulin gagal karena tidak
mampu merespons dengan baik atau biasa disebut dengan resistensi insulin
(Teixeria, 2011). Resistensi insulin disebabkan karena faktor genetik dan

5
lingkungan juga bisa menjadi penyebab terjadinya DM. Pasien DM tipe 2
produksi glukosa dalam hati berlebihan akan teteapi tidak terjadi kerusan sel
beta langrhans secara autoimun (Fatimah, 2015). Pada perkembangan awal
DM tipe 2 sel beta akan mengalami gangguan sekresi insulin, apabila tidak
segera ditangani makan akan menyebabkan kerusakan pada sel beta
pankreas. Ketika kadar gula dalam darah meningkat, pankreas akan
mengelurkan hormon yang dinamakan insulin sehingga memungkinkan sel
tubuh akan akan menyerap glukosa tersebut sebagi energi. Hiperglikemia
pada pasien dm terjadi karena menurunnya penyerapan glukosa oleh sel yang
di ikuti dengan meningkatnya pengeluran glukosa dalam hati. Pengeluaran
glukosa dalam hati akan meningkat karena adanya proses yang menghasilkan
glukogenolisis dan glukoneogenesis tanpa hambatan karena insulin tidak
diproduksi (Sherwood, 2011).
2.4 KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
i) Diabetes Mellitus tipe 1 terjadi karena obstruksi sel beta dan menyebabkan
defisiensi insulin.
ii) Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi karena adanya kekebalan terhadap insulin
iii) Diabetes Mellitus tipe lain terjadi karena defek genetik fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,
pengaruh obat dan zat kimia, infeksi, masalah imunologi yang jarang, dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
iv) DM gestasional.
2.5 MANIFESTASI KLINIS DIABETES MELITUS
Tanda dan gejala pasien DM dibagi menjadi dua macam yaitu gejala kronik dan
gejala akut serta munculnya ulkus diabetic, yaitu :
i) Gejala akut yang timbul pada pasien DM berupa :
ii) Pasien akan banyak mengkonsumsi makanan
iii) Pasien akan banyak mengkonsumsi minum
iv) Pasien akan lebih sering buang air kecil
Apabila gejala tersebut tidak segera ditangani maka akan timbul gejala lain
seperti menurunnya nafsu makan pasien dan berat badan akan turun, mudah
merasa lelah, pada keadaan tertentu pasien akan koma. Gejala kronis yang
muncul antara lain :
i) Pasien biasanya akan mengeluh kesemutan
ii) Kulit pasien akan terasa panas

6
iii) Kulit pasien terasa tebal
iv) Mengalami kram
v) Cepat mengantuk
vi) Pandangan pasien kabur
vii) Gigi mudah goyang dan sering lepas
viii) Pada wanita hamil kemungkinan terburuknya dalah keguguran dan
prematuritas.
2.6 KOMPLIKASI DIABETES MELITUS
1. Komplikasi Akut
i) Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada dibawah nilai normal <
50 mg/dl
ii) Hiperglikemia, yaitu suatu keadaan kadar gula dalam darah meningkat
secara tiba – tiba dan dapat berkembang menjadi metabolisme yang
berbahaya
2. Komplikasi Kronis
i) Komplikasi makro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien DM adalah
pembekuan darah di sebagian otak, jantung koroner, stroke, dan gagal
jangung kongestif.
ii) Komplikasi mikro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien DM adalah
nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati, dan amputasi (Perkeni,
2015).
2.7 PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS
Penatalaksanaan diabetes dititikberatkan pada 4 pilar penatalaksanaan diabetes,
yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.
i) Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang
memerlukan partisipasi efektif dari klien dan keluarga klien. Tujuan utama
dari pemberian edukasi pada pasien DM dan juga pada keluarga adalah
harapan diamana pasien dan keluarga akan mengerti bagaimana cara
penanganan yang tepat dilakukan pada pasien DM. Edukasi pada pasien
bisa dilakukan meliputi pemantauan kadar gula darah, perawatan luka,
kepatuhan dalam pengansumsian obat, peningkatan aktivitas fisik,
pengurangan asupan kalori dan juga pengertian serta komplikasi dari
penyakit tersebut (Suzanna, 2014).

7
ii) Terapi Gizi Medis
Pasien DM harus mampu memenuhi prinsip 3J pada dietnya, meliputi
(jumlah makanan yang dikonsumsi, jadwal diet yang ketat dan juga jenis
makanan apa yang dianjurkan dan pantangan makannya) (Rendy, 2012).
iii) Olahraga
Olahragasecara teratur 3-4x dalam seminggu kurang lebih 30 menit
(Suzanna, 2014).
iv) Intervensi farmakologis
Berupa pemberian obat Hipoglikemik oral (sulfonilurea,
biguanid/metformin, inhibitor alfa glukosidase dan insulin) (Ernawati,
2013). Dengan penanganan yang benar baik pencegahan dan perawatannya,
diharapkan gangren dapat dilakukan pengobatannya secara benar agar
pasien DM bisa berkurang.
penatalaksanaan gangren sebagai berikut :
1. Kontrol kadar gula darah
Pengendalian gula darah dan berbagai upaya sangat penting dilakukan
untuk memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai.
2. Penanganan ulkus/gangren
Tindakan yang dilakukan untuk penanganan ulkus/gangren ini, antara lain
: bedah minor seperti insisi, pengaliran abses, debridemen, dan nekrotomi
dengan tujuan untuk mengeluarkan semua jaringan nekrosis untuk
mengeliminasi infeksi, sehingga diharapkan dapat mempercepat
penyembuhan luka.
3. Memperbaiki sirkulasi darah
Memperbaiki status rheologi, merupakan tindakan memberikan obat
antiagregasi trombosit hipolipidemik yang bertujuan untuk memperbaiki
jaringan yang terserang.
4. Memperbaiki struktur vaskuler, merupakan tindakan yang dilakukan
dengan cara embolektomi, endarteriktomi atau biasa disebut dengan
rekontruksi pembuluh darah.
a. Penanganan infeksi
Berikan antibiotik ika terindikasi adanya infeksi.
b. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan dengan cara manajemen jaringan, kontrol
infeksi dan infeksi, serta perluasan tepi luka.

8
c. Tissue managemen (Managemen jaringan) Manajemen jaringan
dilakukan melalui debridemen, yaitu menghilangkan jaringan mati pada
luka. Jaringan yang perlu dihilangkan adalah jaringan nekrotik dan slaf.
Manfaat debridemen adalah menghilangkan jaringan yang sudah tidak
tervaskularisasi, bakteri, dan eksudat sehingga akan menciptakan kondisi
luka yang dapat menstimulasi munculnya jaringan yang sehat. Ada
beberapa cara debridemen yang dapat dilakukan, berupa :
1. Debridemen mekanis
Yaitu metode yang dilakukan dengan cara menempelkan kasa lembab
kemudian tutup atau letakkan kasa kering diatasnya. Biarkan hingga kasa
kering setelah kering angkat.
2. Debridemen bedah
Pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan tindakan medis berupa
tindakan pembedahan atau operasi.
3. Debridemen autolitik
Tindakan pembalutan luka setelah dicuci atau dibersihkan.
4. Debridemen Enzim
Debridemen enzim merupakan cara debridemen dengan menggunakan
enzim yang dibuat secara kimiawi untuk dapat mencerna jaringan mati atau
melonggarkan ikatan antara ikatan antara jaringan mati dan jaringan hidup.
Enzim ini bersifat selektif, yaitu hanya akan memakan jaringan mati. Hal
yang harus diperhatikan dalam menggunakan jenis debridemen ini adalah
menghindari penggunaan balutan luka yang mengandung logam berat
seperti silver, mineral, seng, cairan basa atau asam, karena dapat
menginaktivasi enzim. Pada luka dengan skar (luka jaringan nekrotik yang
kering), maka kita perlu melakukan sayatan pada skar dengan
menggunakan pisau agar enzim dapat meresap pada skar dan permukaan
luka tetap lembab.
5. Debridemen biologi
Debridemen biologi dapat dilakukan dengan menggunakan belatung yang
sudah disteril. Jenis belatung yang digunakan adalah spesies Lucia Cerrata
atau Phaenica Sericata. Belatung ini diletakkan didasar luka selama 1-4
hari. Belatung ini mensekresikan enzim preteolitik yang dapat memecah
jaringan nekrotik dan mencerna jaringan yang sudah dipecah. Sekresi dari
belatung ini memiliki efek anti mikrobial yang membantu dalam mencegah
pertumbuhan dan proliferasi bakteri, termasuk Metchilin-resistant
Staphylococcus aureus.

9
a. Kontrol infeksi dan inflamasi
Infeksi bisa bersifat lokal (termasuk didalamnya selulitis), atau sistemik
(sepsis). Tanda infeksi yaitu meningkatnya eksudat, nyeri, adanya
kemerahan (eritema) yang baru atau meningkatnya kemerahan pada luka,
peningkatan temperatur pada daerah luka, dan bau luka atau eksudat. Cara
yang dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh, debridemen,
pembersihan luka dan mencuci luka untuk menghilangkan bakteri, eksudat,
dan jaringan mati, serta memberikan balutan luka anti mikroba.
b. Mempertahankan kelembaban
c. Perluasan tepi luka
Salah satu tanda dari penyembuhan luka pasien bisa dilihat dengan luasnya
sel epitel menuju tengah luka (Yunita, 2018).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Nama : Tn. A
Usia : 58 tahun
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama : islam
Suku/bangsa : indonesia
Gol darah :-
Tanggal masuk rs : 11 november 2023
Tanggal pengkajian : 12 november 2023
No medrek : 650015
Ruangan : kelas 3 flamboyan
Diagnosa medis : Diabetes Melitus Tipe 2

10
Alamat : kp. Cukang haur 2/3 suka soreang
2. identitas penanggung jawab
Nama : Ny. mimin
Usia : 53 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : istri
Alamat : kp. Cukang haur 2/3 suka soreang
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. keluhan utama
klien mengatakan mual dan muntah sejak kemarin pagi.
b. riwayat kesehatan sekarang
1 hari sebelumnya klien mengatakan mual mual disertai muntah dan
nyeri ulu hati, klien merasa lemas dikarenakan muntah sudah lebih dari 3 kali.
c. riwayat kesehatan dahulu
klien mempunyai riwayat DM
d. riwayat kesehatan keluarga
klien dan keluarga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
turunan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : composmentis
GCS : E3 M6 V6
2. tanda vital : TD 150/90 mmHg

11
S : 36,2
N : 94
RR : 20
SPO : 98
3. antropometri
BB : 57
TB : 168
4. Sistem pernafasan
5. sistem kardiovaskuler
6. sistem gastrointestinal
7. sistem muskuloskeletal
8. sistem urigenital
9. sistem integumen
Riwayat psikososial spiritual
1. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukainya.
b. Harga diri
klien mengatakan sedih karena tidak mampu melaksanakan aktivitas sebelumnya
ketika sehat
c. Peran diri
Klien mengatakan karena sekarang dirinya sedang sakit, maka klien merasa
sedih tidak dapat melakukan kegiatan seperti biasanya sebagai kepala keluarga
d. Identitas diri
Klien mengatakan dirinya seorang kepala keluarga dan mempunyai anak yang masih
sekolah

12
e. Ideal diri
Klien berharap bisa sembuh dari penyakitnya dan dapat berkumpul lagi dengan
keluarganya.
2. status emosi
Klien mengatakan tidak bisa mengontrol dirinya sendiri
3. kecemasan
Klien tampak cemas mengenai penyakit yang sedang dialaminya
4. pola koping
Klien mengatakan keputusan untuk dirawat merupakan keinginan sendiri
5. gaya komunikasi
Dalam menjawab setiap pertanyaan klien menggunakan bahasa Sunda secara non
verbal tetapi perawat dapat memahami maksud dari klien. Klien cukup terbuka dan
dapat menerima masukan.
6. persepsi klien terhadap penyakit
Klien menyadari bahwa penyakitnya ini adalah ujian dari Tuhan sehingga klien hanya
bisa berdo’a untuk kesembuhannya.
7. pola sosial
Klien mengatakan bahwa dirinya termasuk orang yang senang bergaul baik di
lingkungan rumah maupun pekerjaan.
8. spiritual
Klien mengatakan dirinya beragama islam. Klien mengatakan selama sakit sekarang
klien tetap menjalankan sholat tetapi tetap berdoa untuk memohon kesembuhan.
D. DATA PENUNJANG
1. pemeriksaan labolatorium
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Intrepretasi
Hemoglobin 15.1 13.2-17.3
Leukosit 10400 4000-10000
Hematokrit 43 37-43
Trombosit 296000 150000-440000
Glukosa sewaktu 1 431 jam 15.00 <180
Glukosa sewaktu 2 391 jam 19.00 <180

13
2. terapi
No Nama obat Dosis, waktu, Fungsi Efek samping
cara
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

No DATA ETIOLOGI PROBLEM


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH


Nama pasien :
Ruangan :
Kode SDKI No Diagnosa keperawatan
1.
2.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Waktu/tgl No. Tujuan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
dx
1.
2.
3.

14

Anda mungkin juga menyukai