Anda di halaman 1dari 27

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :

Nadya Paramitha 212113022

Dosen Pembimbing :

Meily Nirnasari, S.Kep, Ns, M.Biomed

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNGPINANG

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan hidayah
serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan tugas saya
yang berjudul “Konsep dan Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus”. Tidak lupa saya ucapkan
banyak terima kasih kepada dosen pengajar saya, dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.

Tanjungpinang, 11 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................6
1. Konsep Dasar Penyakit..................................................................................................................6
A. Definisi........................................................................................................................................6
B. Anatomi Fisiologi........................................................................................................................6
C. Etiologi........................................................................................................................................9
D. Patofisiologi...............................................................................................................................10
E. Klasifikasi..................................................................................................................................12
F. Manifestasi Klinis.....................................................................................................................12
G. Komplikasi................................................................................................................................13
H. Penatalaksanaan......................................................................................................................13
I. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................13
2. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................................................15
A. Pengkajian................................................................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................17
C. Intervensi Keperawatan..........................................................................................................18
D. Implementasi Kepeerawatan..................................................................................................25
E. Evaluasi Keperawatan.............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk


tertinggi di dunia dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk. Tingkat pertumbuhan
populasi di Indonesia adalah sekitar 1.39% dan kepadatan penduduk mencapai 126,4
orangper kilometer persegi. Sebagai konsekuensi dari perkembangan sosial dan ekonomi,
yangdikaitkan dengan dengan kurangnya aktivitas fisik, pola diet yang tidak sehat, dan
obesitas,epidemi Diabetes Melitus (DM) meningkat. Saat ini jumlah penderita DM di seluruh
duniadiperkirakan sebanyak 285 juta orang, dan jumlah ini akan terus mengalami
peningkatan hingga paling sedikit mencapai 438 juta orang pada tahun 2030. Menurut hasil
survei kesehatan nasional 2013 dan International Diabetes Foundation (IDF) 2015,
diperkirakanjumlah penderita DM di Indonesia sebanyak sekitar 9,1 juta orang. Kasus DM di
Indonesiasendiri pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai angka 21.3 juta orang.
Semakin meningkatnya prevalensi DM merupakan beban yang sangat berat untuk dapat
ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis. Data Sample Registration Survey (SRS)
2014 yang dilaporkan oleh Badan Litbangkes, menyebutkan bahwa Diabetes merupakan
penyebab kematian ketiga (6,7%) terbesar setelah Stroke (21,1%) dan Jantung (12,9%).
Diperkirakan masih banyak penderita DM yang belum terdiagnosis di Indonesia.
Berdasarkan riset kesehatan dasar pada tahun 2013, baru sekitar 30% dari penderita DM
yang terdiagnosis di Indonesia (Riskesdas 2013). Selain itu hanya dua pertiga saja dari yang
terdiagnosis yang menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari
yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali dengan baik.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah dengan kontrol glikemik
yang optimal. Kontrol glikemik yang optimal sangatlah penting, namun di Indonesia target
pencapaian kontrol glikemik belum tercapai, rerata HbA1c masih 8%, masih di atas target
yang diinginkan yaitu 7%.
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, hal ini
dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase penderita diabetes
mellitus lebih besar di kota daripada di desa, 14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia
menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat sangat penting
dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian yang disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan mahasiswa
keperawatan dapat memahami dan menguasai konsep asuhan keperawatan pada pasien
diabetes mellitus.

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa


mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
b. Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan mampu :

i. Memahami konsep medis diabetes mellitus

ii. Memahami konsep keperawatan diabetes mellitus


BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik


dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja
insulin,atau kedua-duanya (ADA, 2017). Diabetes melitus terjadi ketika pankreas
tidak cukup memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan
insulin itu sendiri.

Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan


kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut
seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer
(brunner and suddarth, 2015 : 109).
B. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

a) Pankreas

Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan


terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau
langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi sel
Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Organ ini
merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan jaringan
endokrin.
Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti amylase,
peptidase dan lipase, sedangkan jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon
seperti insulin, glukagon dan somatostatin (Dolensek,Rupnik & Stozer, 2015).

Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, 2015) :

b. Sel Alfa - sekresi glukagon

c. Sel Beta - ekresi insulin

d. Sel Delta - sekresi somatostatin

e. Sel Pankreatik

Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans menyebabkan
pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon yang lain. Terdapat
hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi gula darah dan kecepatan
sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah
pada selbeta. Kadar gula darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran
antagonis hormoninsulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin
menghambat sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
b) Insulin

Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-pulau


Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari 2 rantai polipeptida
yang mengatur metabolisme karbohidrat (glukosa - glikogen). Dua rantai
dihubungkan oleh ikatan disulfida pada posisi 7 dan 20 di rantai A dan posisi 7 dan
19 di rantai B.

b. Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin

Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan menimbulkan respons tubuh
berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar insulin disekresikan oleh
pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa ke sebagian besar sel akan meningkat
sampai 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan kecepatan tanpa adanya sekresi
insulin. Sebaliknya jumlah glukosa yang dapat berdifusi ke sebagian besar sel tubuh
tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan sejumlah glukosa yang
dibutuhkan untuk metabolism energi (Darmali, 2017).
C. Etiologi

Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka


penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan
beberapa penyebab dari penyakit diabetes mellitus :

1. Diabetes Melitus Tipe 1 (IDDM)

a. Faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe
I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
b. Faktor Imunologi

Adanya respon otoimun yang merupakan respons abnormal dimana


antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor Lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang


menimbulkan destruksi selbeta (Price,2015).

2. Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan


sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor
resiko tertentu yang berhubungan yaitu :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)


Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2.
Pada awalnya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia
dimana keadaan fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hal ini jelas dikarenakan persediaan
cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu
kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras
memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan
berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas
insulin dan pemulihan toleransi glukosa (Guyton & Hall, 2017).

c. Riwayat Keluarga

Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%.


Resiko berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg
mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita
diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1
dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe 2 ( Martinus, 2015).
D. Patofisiologi

Bermacam - macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda-beda, akhirnya


akan mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi
insulin, menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula
baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat.
Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan
keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar
natrium menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun,
sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini
parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria. Glukosuria ini akan
menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan
timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. Glukosa yang hilang melalui
urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah
menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia)
sebagai
kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan
mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi tersebut.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil sehingga
suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan menyebabkan
luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat akan
menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan.
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun,
sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya pandangan
menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati. Diabetes
mempengaruhi syaraf – syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem syaraf pusat
sehingga mengakibatkan gangguan pada saraf (Neuropati) (Hanum, 2016).
E. Klasifikasi
Diabetes mellitus dapat digolongkan dalam berbagai cara tetapi satu bentuk
klasifikasi adalah sebagai berikut :
a. Diabetes tipe I (tergantung insulin) disebabkan oleh kerusakan sel beta yang
dimediasi oleh kekebalan tubuh, menyebabkan untuk defisiensi insulin.
b. Diabetes idiopatikdiabetes adalah tipe 1 tanpa etiket yang diketahui dan sangat
diturunkan.

c. Diabetes tipe II (tidak tergantung insulin) disebabkan oleh defek sekresi insulin
dan resistensi insulin.
d. Diabetes mellitus gestasional adalah segala bentuk intoleransi terhadap glukosa
dengan onset atau pengakuan pertama kehamilan(Ullah & Khan, 2018).

F. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin
(Price & Wilson, 2015) :
i. Kadar glukosa puasa tidak normal
ii. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (polyuria) dan timbul rasa
haus (polydipsia)
iii. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkuran
iv. Lelah dan mengantuk
v. Gejala lain yang di keluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva.
b. Kriteria diagnosis DM :
i. Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
ii. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu
iii. Gejala klasik DM+glukosa plasma ≥ 126mg/dL (7,0mmol/L)
iv. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11,1mmol/L) TTGO
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air. (Nurarif &
Kusuma, 2015)

G. Komplikasi
Menurut (Laurentia, 2015) komplikasi yang timbul pada diabetus melitus adalah :
a. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung,
stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.

b. Kerusakan saraf atau neuropati.


c. Kerusakan mata, salah satunya dibagian retina.
d. Gangren

H. Penatalaksanaan
Menurut (Mansjoer, A dkk. 2018) penataaksanaan medis yaitu tujuan utama
terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiaptipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :

1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

2) Latihan/ Olah raga


Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya kontraksi
otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam
sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan
adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan
keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal.
Latihan
dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon
dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak
glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk pasien yang
menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah
hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat
latihan.

3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,
poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4) Obat-Obatan
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral(OHO)
1. Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan
ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit
lebih.
2. Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
1) Menghambat absorpsi karbohidrat
2) Menghambat glukoneogenesis di hati
3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor: meningkatkan jumlahreseptor
insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler

I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smelzer dan Bare (2020), pemeriksaan penunjang untuk penderita
diabetes melitus antara lain :

A. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya
(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
2. Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat, kering yang tidak
normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa juga teraba lembek.
B. Pemeriksaan Vaskuler
A) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda asing,
osteomelietus.
B) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP
(Gula Darah Puasa),
b) Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan
glukosa pada urine tersebut.

2. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
c) Identitas
Nama, usia (DM Tipe 1 usia < 30 tahun. DM Tipe 2 usia > 30 tahun, cenderung
meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok etnik di Amerika Serikat golongan
Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih
besar, jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal : MRS, diagnosa masuk.
d) Keluhan Utama
a. Kondisi Hiperglikemi
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak BAK, dehidrasi, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi Hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
e) Riwayat Penyakit Sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan berlebih.
Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
f) Riwayat Penyakt Terdahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin,
gangguan hormonal, konsumsi obat–obatan seperti glukokortikoid, furosemid,
thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen, hipertensi, dan obesitas.
g) Riwayat Penyakit Keluarga
Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak
dapat menghasilkan insulin dengan baik.
h) Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
2. Pola aktivitas dan latihan
3. Pola nutrisi dan metabolic
4. Pola eliminasi
5. Pola istirahat dan tidur
6. Pola kognitif persepsi
7. Pola sensori visual
8. Pola toleransi dan koping terhadap stress
9. Presepsi diri/konsep diri
10. Pola seksual dan reproduksi
11. Pola nilai dan keyakinan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia (D.0009)
2. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0019)
3. Risiko hipovolemia b.d kukurangan intake cairan (D.0034)
4. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d neuropati perifer (D.0129)
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
6. Resiki infeksi b.d hiperglikemia (D.0142)
C. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Hasil
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. 1. Untuk mengetahui
efektif b.d hiperglikemia keperawatan selama 3x24 nadi perifer, edema, pengisian sirkulasi perifer
(D.0009) jam maka diharapkan kapiler, warna, suhu, ankle- 2. Untuk mengetahui
perfusi perifer kembali brachial index) factor resiko
efektif dengan kriteria 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
hasil : gangguan sirkulasi (mis.diabetes, 3. Untuk mengetahui
1. Denyut nadi perifer perokok, orang tua, hipertensi dan apakah ada panas,
meningkat kadar kolestrol tinggi) kemerahan, nyeri,
2. Sensai meningkat 3. Monitor panas, kemerahan, atau bengkak pada
3.Penyembuhan luka nyeri, atau bengkak pada ekstermitas
meningkat ekstremitas
4. Warna kulit 4. Hindari pengukuran darah pada
pucat menurun ekstremitas dengan keterbatasan
5. Pengisian kapiler cukup perfusi
membaik 5. Informasikan tanda gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka
2. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Agar mengetahui
peningkatan kebutuhan keperawatan selama 3x24 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan status nutrisi pasien
metabolisme (D.0019) jam maka diharapkan jenis nutrien 2. Agar mengetahui
nurtisi kembali normal 3. Monitor asupan makanan kebutuhan kalori dan
dengan kriteria hasil : 4. Monitor berat badan jenis nutrient
1. Porsi makan yang 5. Monitor adanya mual dan 3. Untuk mengetahui
dihabiskan cukup muntah asupan makan pasien
meningkat 6. Ajarkan diet yang di programkan 4. Untuk mengetahui
2. Pengetahuan tentang 7.Kolaborasi pemberian medikasi apakah ada mual dan
pilihan makanan dan sebelum makan (mis. pereda muntah
minuman yang sehat nyeri, antiemetik), jika perlu
5. Berat badan cukup
membaik
6. Indeks massa tubuh
cukup membaik

3. Risiko hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
kekuragan intake keperawatan selama 3x24 hipovolemia (mis. frekuensi nadi tanda dan gejala
cairan (D.0034) jam maka diharapkan meningkat, nadi teraba lemah, hipovolemia
hypovolemia tidak terjadi tekanan darah menurun, tekanan 2. Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil : nadi menyempit, turgor kulit intake dan output
menurun, membrane mukosa cairan
1. Kekuatan nadi kering, volume urine menurun, 3.Untuk memenuhi
meningkat hematocrit meningkat, haus, kebutuhan cairan oral
2. Turgor kulit meningkat lemah).
3. Edema perifer menurun 2. Monitor intake dan output
4. Tekanan darah membaik cairan.
3. Berikan asupan cairan oral.
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral.
5. Kolaborasi pemberian cairan IV

4. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka 1. Untuk mengetahui
kulit/jaringan b.d keperawatan selama 3x24 (mis. drainase, warna, ukuran, karakteristik luka
neuropati perifer jam maka diharapkan dan bau) 2. Untuk mengetahui
(D.0129) kerusakan integritas kulit 2. Monitor tanda-tanda infeksi tanda-tanda infeksi
tidak terjadi dengan 3. Lakukan perawatan luka 3. Untuk mempercepat
kriteria hasil : 4. Lakukan pembalutan luka proses penyembuhan
1. Perfusi jaringan cukup sesuai kondisi luka
meningkat 5. Kolaborasi pemberian antibiotik,
2. Kerusakan jaringan jika perlu
menurun
3. Kerusakan lapisan kulit
menurun
4.Nyeri, perdarahan,
kemerahan, hematoma
menurun

5. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Untuk mengetahui
kelemahan (D.0056) keperawatan selama 3x24 tubuh yang mengakibatkan gangguan fungsi
jam maka diharapkan kelelahan tubuh yang
aktivitas dapat kembali 2. Monitor kelelahan fisik dan mengakibatkan
normal dengan kriteria emosional kelelahan
hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur 2. Untuk mengetahui
1. Frekuensi nadi 4. Sediakan lingkungan nyaman kelelahan fisik dan
meningkat dan rendah stimulus (mis. cahaya, emosional pasien
2. Kemudahan dalam suara, kunjungan) 3. Agar memudahkan
melakukan aktivitas 5. Anjurkan melakukan aktivitas pasien untuk
sehari-hari meningkat secara bertahap melakukan aktivitas
3. Keluhan lelah menurun kecil dengan nyaman
4. Tekanan darah membaik dan aman

6. Resiki infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
hiperglikemia (D.0142) keperawatan selama 3x24 infeksi lokal dan sistemik tanda dan gejala
jam maka diharapkan 2. Cuci tangan sebelum dan infeksi
infeksi tidak terjadi dengan sesudah kontak dengan pasien dan
kriteria hasil : lingkungan pasien
1. Kebersihan tangan 3.Ajarkan cara mencuci tangan 2.Untuk menghindari
dan badan meningkat yang benar mikroorganisme
2. Demam, kemerahan, 4.Kolaborasi dengan pemberian
nyeri, bengkak menurun antibiotik
3. Kadar sel darah putih
meningkat
4. Integritas kulit normal
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter &
Perry, 2017).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana


keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan klien.

E. Evaluasi Keperawatan

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh manaperawatan dapat


dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
(Tarwoto & Wartonah, 2016). Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian,
tidak teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara
SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Asdie, A. H. (2010). Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2. (2003), 14–33.

Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat
Kesehatan

Clevo, Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. In Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fakultas Kedokteran. (2018). Basic Physical Examination : Teknik Inspeksi, Palpasi,


Perkusi Dan Auskultasi, (0271).

Handayani dan Haribowo . (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi.

Hanum. (2013). Patofisiologi DM. Retrieved from http://repository.unimus.ac.id.

Hasanah, H. (2016). Teknik-teknik observasi. 21–46.

Jannoo, Zeinab, Yap Bee, Alias Moch, & Hassali, Mohamed Azmi. (2017). diabetes,
kualitas hidup khusus diabetes dan kualitas hidup terkait kesehatan di antara
pasien diabetes mellitus tipe 2 Journal of Clinical & Translational
Endocrinology. 9, 48–54.

Kemenkes. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018 (Khairani, Ed.). Jakarta Selatan:
Pusat Data dan Informasi.
CONTOH SOAL KASUS DIABETES MILETUS

1. Seorang wanita berusia 32 tahun, G3P2A0, datang ke dokter untuk konsultasi


kesehatan. Pasien merasa ketakutan karena ibunya menderita diabetes melitus. Saat ini pasien
tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan gula darah puasa 120 mg/dl dan
gula darah sewaktu 180 mg/dl.
Apakah pemeriksaan yang selanjutnya dilakukan?

Jawaban : Tes toleransi gula oral

2. Laki-laki 45 tahun datang ke praktek dengan keluhan mudah lapar, banyak minum,
sering kencing, dan berat badan mulai turun. Saat ini berat badan 90 kg, tinggi badan 155 cm.
Gdp 128 mg/dI, G2PP 240 mg/dl. Apakah diagnosis dari pasien?

Jawaban : diabetes tipe 2

3. Tn. X, usia 60 tahun, BB 85kg datang ke RSDZA, mengeluhkan 1 bulan yang lalu
mengalami luka yang tidak sembuh di bagian jari jempol. Dari anamesis Tn.X mengeluhkan
sering terbangun malam hari untuk pipis dan rasa haus yang sering. Di tambah lagi terjadi
penurunan berat badan yang signifikan padahal jadwal makan Tn. X bertambah seharinya
menjadi 5 kali. Dari hasil pemeriksaan lab HbA1c 12g/dl, dan di diagnosis diabetes melitus.
Menurut anda apa yang terjadi pada Th. X?

Jawaban : Retensi insulin akibat degenerative

4. Seorang laki-laki berumur 42 tahun datang ke RSUDZA dengan keluhan sering buang
air kecil, sering merasa lapar dan haus, serta terjadi penurunan berat badan. BB 70 kg, TB 168
cm. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai HbAlc 8 gr/dL. Dokter mendiagnosis
Diabetes Mellitus dan menyarankan untuk memodifikasi gaya hidup serta memberikan terapi
farmakokinetik.
Mekanisme kerja dari obat yang diberikan adalah dengan menurunkan glukosa darah.
Obat apa yang dimaksud?

Jawaban : Metformin

5. Tn. A datang ke RSUDZA dengan keluhan sering buang air kecil pada malam hari,
merasa lapar terus menerus dan sering merasa haus. Pasien memiliki berat badan berlebih dan
tidak pernah berolahraga, pasien juga penyuka makanan manis. pada pemeriksaan fisik
didapatkan lingkar pinggang pasien 92 cm. Lain-lain dalam batas normal. Apakah pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa pasien?

Jawaban : GDS, GDP, dan HbA1c

Anda mungkin juga menyukai