Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DIABETES MELLITUS

Makalah ini merupakan tugas yang disusun untuk memenuhi syarat Mata perkuliahan
Keperawatan Gerontik pada Program S-I Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh :

Kelompok 4
1. Aan Setiawan 2250307062
2. Erita Anisa 2250307054
3. Maharani 2250307048
4. Siti Nurjanah 2250307070
5. Vina Dwi R 2250307066

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI DAN KESEHATAN

CIMAHI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah "Asuhan Keperawatan
Pada Diabetes Melitus".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan


maupun taulista bahasa penyampaian dalam makalahini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Cimahi, 3 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Definisi.............................................................................................................................3
B. Etiologi.............................................................................................................................3
C. Patofisiologis....................................................................................................................5
D. Komplikasi.......................................................................................................................6
E. Pathways..........................................................................................................................9
F. Manisfestasi klinis..........................................................................................................10
G. Pemeriksaan penunjang..................................................................................................11
H. Penatalaksanaan medis...................................................................................................12
I. Pengkajian......................................................................................................................13
J. Diagnosa keperawatan....................................................................................................14
K. Kriteria hasil dan inetrvensi............................................................................................15
BAB III PENUTUP...................................................................................................................17
A. Penutup...........................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya


hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk
memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut.
Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan
pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan kurangnya
aktivitas insulin pada sel target. Diabetes mellitus dikategorikan menjadi empat
tipe yaitu diabetes mellitus tipe-1, diabetes mellitus tipe-2, diabetes mellitus
gestational dan diabetes mellitus tipe lain yang disebabkan oleh faktor-faktor
lain.(Kerner and Brückel, 2014)

Prevalensi diabetes yang terjadi di seluruh dunia diperkirakan 2,8 % pada


tahun 2000 dan 4,4 % pada 2030.Jumlah penderita diabetes diproyeksikan
meningkat dari 171 juta di tahun 2000 hingga mencapai 366 juta di tahun 2030.
Negara-negara Asia berkontribusi lebih dari 60% dari populasi diabetes dunia.
(Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, 2011).

Di Indonesia prevalensi penduduk yang berumur ≥15 tahun dengan


diabetes mellitus pada tahun 2013 adalah sebesar 6,9% dengan perkiraan jumlah
kasus adalah sebesar 12.191.564 juta. Sebanyak 30,4% kasus telah terdiagnosis
sebelumnya dan 73,7% tidak terdiagnosis sebelumnya. Pada daerah bali
prevalensi diabetes mellitus sebesar 1,3% dengan kota Denpasar sebagai
penyumbang terbanyak dibandingkan dengan kota lainnya yaitu sebesar 2%
(Riskesdas, 2013).

Melihat kenaikan insiden diabetes mellitus secara global yang sebagian


besar disebabkan oleh perubahan pola gaya hidup yang kurang sehat, dapat

1
2

diperkirakan bahwa kejadian diabetes mellitus akan meningkat drastis. Melihat


bahwa diabetes mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber
daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat
diperlukan program pengendalian dan penatalaksanan diabetes mellitus tipe-2.

Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 5 pilar yaitu edukasi, diet,


latihan fisik, kepatuhan obat, selain itu juga termasuk pencegahan diabetes
mellitus dengan pemantauan kadar gula darah. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kenaikan kasus diabetes mellitus. Salah satunya adalah
pengetahuan. Pengetahuan penderita tentang diabetes mellitus sangat membantu
pasien dalam menjalankan penanganan diabetes mellitus selama hidupnya
sehingga semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin
mengerti bagaimana harus berperilaku dalam penanganan penyakitnnya. Untuk
itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien
diabetes mellitus pada rumah sakit sanglah terhadap penatalaksanaan daripada
diabetes mellitus.

B. Tujuan

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah Mampu memberikan


Asuhan Keperawatan pada klien Defisit Perawatan Diri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolit yang


ditandai peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin,kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2016 ). diabetes
melitus merupakan suatukelimpok penyakit atau gangguan metabolit dengan
karakteristik hiperglikimia yangterjadi karna kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua duanya. Hiperglikimiakronik pada diabetes melitus
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dankegagalan
beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jatung dan pembulu
darah(PERKENI, 2017 dan ADA, 2018).

Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit gula atau kencing manis adalah
penyakit yangditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
(hiperglikemia) akibat tubuhkekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Tingkat kadar glukosa darah dapatmenentukan apakah seseorang memderita
Diabetes Mellitus atau tidak (Hasdinah, 2012)

B. Etiologi

Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau


sebagian besardari sel sel beta dari pulau pulau langerhans pada pankreas yang
berfungsi menghasilkaninsulin, akibatnya tejadi kekurangan insulin. Disamping
itu diabetes melitus juga dapatterjadi karna gangguan terhadap fungsi insulin
dalam memasukan glukosa kedalam sel.Gangguan dapat terjadi karna
kegemukan atau sebab lain yang belum di ketahui (Smeltzerdan Bare, 2016).
Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah penyakit kencing
manismempunyai beberapa penyebab, antara lain :

3
4

1. Pola makan
Pola makanMakan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar
kalori yang dibutuhkan oleh dapatmemacu timbulnya diabetes melitus.
Kosumsi makanan berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin
dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkankadar gula dalam darah
meningkat dan pasitnya akan menyebabkan diabetes melitus
2. Obesitas (kegemykan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung
memiliki peluang lebih besar untuk trkena penkit diabetes melitus. Sebilan
dari sepuluh orang gemuk bepotensi untuk teserang diabets melitus.
3. Faktor genetis
Diabetes melitus dapat diariskan orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetesmelitus akan dibawa oleh anak jika orangtuanya
menderita diabetes nelitus. Pewarisangen ini dapat sampai ke cucu cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat obatan
Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pangkreas, radang pada pangkreas akan mengakibatkan fungsi
pankres menurun sehingga tidak ada sekresi hormon hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikro organisme dana virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak adasekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakits eperti kolesterol tinggi dan
dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetesmelitus,
6. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes
melitus. Jika orangmalas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk
5

terkena penyakit diabetesmelitus karena olah raga berfungsi untuk


membakar kalori yang tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun
didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus selain
disfungsi pankreas.
7. Kadar kortikosteroid yang tinggi.
8. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
9. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

C. Patofisiologis

Menurut Wijaya (2013) patofisiologi diabetes melitus yaitu sebagian


besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya pemakaian glukosa oleh
sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi
200-1200 mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemakdari daerah penyimpanan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yanga normal disertai dengan
endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya
protein dalam jaringan tubuh. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal
atautoleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi
ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml),
akan timbul glikosuriakarena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuriaini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan
pospat.

Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat


glukosa yangkeluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat
yang lain adalah asstenia aatau kekurangan energi sehingga protein menjadi
cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya
6

protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.


Hipergikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya
gangren. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah
makan karbohidrat, jika hiperglikemia parah dan melebihi ambang ginjal, maka
timbul glukosoria. Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan mengeluarkan kemih (poliuria) harus testimulasi, akibatnya
pasien akan minum dalam jumlah banyak karena glukosa hilang bersama kemih,
maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang.
Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) timbul sebagai akibat kehilangan
kalori.

D. Komplikasi

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada diabetes melitus tipe 2
akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi diabetes melitus tipe 2
terbagi dua berdasarkan nama terjadinya, yaitu : komplikasi akut dan komplikasi
kronik (Smeltzer dan Bare, 2016).

1. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis diabetik (KAD)KAD
merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai
dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
b. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi
peningkatan aniongap (PERKENI, 2017).
c. Hiperosmolar non ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat
7

meningkat(330-380 mOs/mL), plasmaketon (+/-), anion gap normal


atau sedikit meningkat (PERKENI, 2017).
d. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah mg/dL.
Pasien diabetes melitus yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan
mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari
berdebar-debar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah,
dan kesadaran menurun sampai koma (PERKENI, 2017).
2. Komplikasi Kronis
a. Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskular pada diabetes melitus terjadi akibat
akterosleorosis dari pembulu-pembulu darah besar, khususnya arteri
akibat timbunan platateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada
diabetes mellitus namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering terjadi
dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis menunjukan bahwa
angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan penderitadiabetes
mellitus meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi
makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan control kadar
gula darahyang baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa
hiperinsulinemia merupakan suatu factor resiko mortalitas
kardiovaskular dimana peninggian kadarinsulin dapat menyebabkan
terjadinya resiko kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin
puasa >15 mU/mL akan meningkatkan resiko mortalitas koroner
sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah
besarantara lain adalah pembulu darah jantung atau penyakit jantung
koroner, pembuluh darah otak atau strok, dan penyakit pembuluh darah.
Hiperin sulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga
berperan penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer
dan Bare, 2016).
b. Komplikasi mikrovaskular
8

Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada


pembuluh darah kecilk hususnya kapiler yang terdiri dari retinopati
diabetik dan neprovatidiabetik. Retinopati diabetic dibagi dalam dua
kelompok, yaitu retinopati non- proliveratif dan retinopati pro-liveratif.
Retinopati non-proliveratif merupakan stadium awal dengan ditandai
adanya mikroaneorisma, sedangkan retinopati pro-liveratif, ditandai
dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan
adanya hipoksiaretina. Seterusnya, neprovati diabetik adalah gangguan
fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Nefrovati
diabetic ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24 jam),
terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang spesifik pada
diabetes mellitus mengakibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga
molekul-molekul besar seperti protein dapat masuk kedalam kemih
(albuminoria). Akibat dari neprovatik diabetic tersebut dapat
menyebabkan kegagalan ginjal progresif dan upaya preventif pada
nepropati adalah control metabolism dan control tekanan darah
(Smeltzer dan Bare, 2016).
c. Neuropati
Diabetes neurovatik adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi
serius akibatdiabetes mellitus. Komplikasi yang tersering dan paling
penting adalah neuropati terifer, berupa hilangnya sensasi distal dan
biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu kebagian tangan.
Neuropati beresiko tinggi untuk terjadinya ulkuskaki dan amputasi.
Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar dan bergetar
sendiri, dan lebih terasa sakit dimalam hari. Setelah diagnosis
diabetesmellitus ditegakan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining
untuk mendeteksi adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan
adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang memadai akan
menurunkan resiko amputasi. Semua penyandang diabetes mellitus
9

yang disertai neuropati perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki


untuk mengurangi resiko ulkus kaki (PERKENI, 2017).

E. Pathways
10

F. Manisfestasi klinis
11

Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien DM menurut Wijaya


& Yessie(2013) yaitu:

a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine) Gejala yang paling utama yang


dirasakan oleh setiap pasien. Jika konsentrasi glukosadalam darah tinggi,
ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa
yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, eksresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresisosmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang
berlebihan, pasienakan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria).
b. Polidipsia Peningkatan rasa haus akibat volume urine yang besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan derdisfusi keluar
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma hipertonik. Dehidrasi
intrasel merangsang pengeluaran ADH (antideuretikhormone) dan
menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula
didalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel
untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
e. Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan
fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
f. Kelainan kulitKelainan kulit gatal-gatal diketiak dan dibawah payudara,
biasanya akibat tumbuhnya jamur.
g. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati pada penderita DM
regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya bahan
12

dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak persyarafa
nterutama perifer mengalami kerusakan.
h. Luka yang tidak sembuh-sembuh proses penyembuhan luka membutuhkan
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain.

G. Pemeriksaan penunjang

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2017), menjelaskan


bahwa pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis DM ditegakkan bila ada
gejala khas DM berupa polyuria (peningkatan pengeluaran urine), polydipsia
(peningkatan rasa haus) , polifagia (peningkatan rasa lapar) dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Jika terdapat gejala khas, maka
pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu:

1. Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS)≥ 200 mg/dl diagnosis DM


sudah dapatditegakkan.
2. Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP)≥ 126 mg/dl juga dapat digunakan
untuk pedoman diagnosis DM.
3. Pemeriksaan Hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan tunggal
yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan
berguna pada semua tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi
pasien yang membutuhkan kendali glikemik.
4. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien
DM. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap
awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan
terhadap keberhasilan pengendalian.
5. Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah
abnormal satu kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM
Diperlukan investigasi lebih lanjut yaitu:
a. Pemeriksaan GDP≥ 126 mg/dl, GDS≥ 200 mg/dl pada hariyang lain
b. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl.H.
13

H. Penatalaksanaan medis

Menurut Wijaya & Yessie (2013) dalam penatalaksanaan pasien diabetes


melitustujuannya :

1. Jangka panjang : mencegah komplikasi.


2. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM

Empat pilar pengendalian diabetes, yaitu :

1. Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes.
Dengan mengetahui faktor resiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala
diabetes, komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita
diharapkan dapat menyadari pentingnya pengendalian diabetes,
meningkatkan kepatuhan gaya hidup sehat dan pengobatan diabetes.
Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu menanggulangi diabetes,
dan diabetes bukan lah suatu penyakit diluar kendalinya.Terdiagnosis
sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir dari segalanya. Edukasi
(penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian
masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.
2. Pengaturan makan (diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk
mengendalikan gula darah,tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat
badan ideal. Dengan demikian, komplikasi diabetes dapat dihindari, sambil
tetap mempertahankan kenikmatan prosesmakan itu sendiri. Pada
prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebarmerata dalam
sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita
diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan
karbohidrat kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah dalam porsi
yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk
aktivitas sehari-hari penderita.
14

3. Olahraga/ latihan jasmani


Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga
membutuhkan aktivitasfisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki
efek sangat baik meningkatkan sensitivitas insulin pada tubuh penderita
sehingga pengendalian diabetes lebih mudah dicapai. Porsi olahraga perlu
diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga tidak
mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang
dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit
dalam sehari yang dimulai secara bertahap. Janis olahraga yang dianjurkan
adalah olahraga aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa,
berkebun. Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas visik dalam kegiatan
sehari-hari, seperti lebih memilih naik tangga ketimbang naik lift. Sebelum
olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter sehingga penyulit seperti
tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum olahraga dimulai.
4. Obat/Terapi Farmakologi Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan
dokter apabila gula darah tetap tidak terkendali setelah 3 bulan penderita
mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat juga digunakan atas
pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada komplikasi
akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi.

I. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat: Lemah, sulit bergerak/berjalan , kram otot, tonus otot


menurun.
2. Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi,
koma, penurunan kekuatan otot
3. Sirkulasi: Adanya riwayat hipertensi, MCI Klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas Ulkus, penyembuhan luka lama Takikardi, perubahan
tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak ada,disritmia,
krekles Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
15

4. Integritas ego: Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi Ansietas, peka rangsang
5. Eliminasi: Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang
Diare, nyeri tekan abdomen Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan
berbau bila ada infeksi Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif
(diare), abdomen keras, adanyaasites
6. Makanan/cairan: Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa /karbohidrat Penurunan berat badan Haus dan
lapar terus, penggunaan diuretic (Tiazid), kekakuan / distensi abdomen Kulit
kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas
aseton).
7. Neurosensori : Pusing, pening, sakit kepala Kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parastesia, gangguan penglihatan,disorientasi, mengantuk,
stupor / koma , gangguan memori (baru, masa lalu), kacaumental, reflek
tendon dalam menurun/koma, aktifitas kejang
8. Nyeri / kenyamanan: Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
9. Pernafasan: Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi Frekuensi
pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen
10. Keamanan: Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi,
menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak, parestesia/ paralysis otot,
termasuk otot-otot pernafasan, (jika kadarkalium menurun dengan cukup
tajam), demam, diaforesis
11. Seksualitas: Cenderung infeksi pada vagina. Masalah impotensi pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita.

J. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Hipoglikemia/Hiperglikemia


d.dMengeluh badan lemas, kepala pusing, lemah, mudah merasa lapar
(D.0027)
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit d.d faktor risiko ketidakseimbangan
cairan(D.0037)
16

3. Risiko Defisit Nutrisi d.d faktor risiko ketidakmampuan mencerna


makanan(D.0032)

K. Kriteria hasil dan inetrvensi

No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipoglikemia (L.03115)
kadar glukosa keperawatan selama … x 24 Observasi :
darah jam diharapkan kestabilan 1. Identifikassi tanda dan gejala
glukosa darah meningkat hipoglikemia
(L.05022) dengan kriteria hasil 2. Identifikasi penyebab
: hipoglikemia
1. Kadar glukosa darah Terpeutik :
dalam darah cukup 3. Berikan karbohidrat sederhana
memburuk (2) – cukup jika perlu
membaik (4) 4. Berikan glukogen dan protein
2. Pusing sedang (3) – sesuai diet
cukup menurun (4) 5. Pertahankan akses IV
3. Mengantuk sedang (3) – Edukasi :
cukup menurun (4) 6. Anjurkan perawatan mandiri
4. Lelah atau lesu sedang (3) untuk mencegah hipoglikemia
– cukup menurun (4) Kolaborasi :
5. Keluhan lapar (3) – cukup 7. Kolaborqasi dengan dokter dalam
menurun (4) pemberian terapi doktrose, jika
6. Berkeringat cukup perlu.
meninghkat (2) – cukup
menurun (4)
2 Risiko Setelah dilakukan tindakan Manajement cairan (I.03098)
ketidakseimbangan keperawatan selama … x 24 Observasi
elektrolit jam diharapkan Risiko 1. Monitor status hidrasi
ketidakseimbangan Terapeutik
elektrolit meningkat 2. Catat intake-output dan hiting
(L.05020) dengan kriteria hasil balance cairan 24 jam
: 3. Berikan cairan intravena
1. Asupan cairan menurun 4. Berikan asupan cairan
(2) – cukup meningkat (4) Kolaborasi
2. Asupan akan cukup 5. Kolaborasi dengan dokter dalam
menurun (2) – cukup pemberian diuretic, jika perlu
meningkat (4)
3. Kelembapan membrane
mukosa sedang (3) –
cukup meningkat (4)
3 Risiko Defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I.03119)
Nutrisi keperawatan selama … x 24 Observasi
jam diharapkan Risiko 1. Identifikasi status nutrisi
Defisit Nutrisi meningkat 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan
17

(L.03030) dengan kriteria hasil jenis nutrient


: Terapeutik
1. Porsi makanan yang 3. Sajikan makanan secara
dihabiskan menurun (1) – menarikm dan suhu yang sesuai
sedang (3) 4. Berikan makanan tinggi kalori
2. Kekuatan otot menelan dan tinggi protein
cukup menurun (2) – Edukasi
sedang (3) 5. Ajarkan diet yang diprogramkan
3. Berat badan cukup Kolaborasi
memburuk (2) – sedang 6. Kolaborasi pemberian antiemetic
(3) dengan dokter, jika perlu
BAB III
PENUTUP

A. Penutup

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang


ditandai denganhiperglikemia dan kelainan (abnormalitas) dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. Gangguan metabolik ini disebabkan oleh adanya
kerusakan sekresi insulin, sensiti1itas insulin, atau keduanya. Diabetes Mellitus
dapat digolongkan menjadi Diabetes Mellitus tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 2,
dan Diabetes gestasional. P engobatan DiabetesMellitus bertujuan untuk
menghilangkan gejala dan tanda Diabetes Mellitus, tercapainya pengendalian
kadar glukosa dalam darah dan mencegah terjadinya progresil itas
penyulitseperti mikroangiopati dan neuropati.

B. Saran

Sebaiknya para pembaca memahami tentang diabetes mellitus dan dapat


menerapkan pengetahuan mengenai penyakit ini, agar banyak yang mengetahui
bahaya penyakit tesebut. bagi para pembaca hendaknya kita menjaga lingkungan
sekitar kita dan mulai bisa mengontrol makanan yang dapat membuat kadar gula
kita naik serta dianjurkan agar kita mengecek kadar gula kita untuk
mewaspadainya dan jangan lupa untuk mengkonsumsi makanan yang sehat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Cetakan III. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus
Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
danKriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan
Pengurus PusatPPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2019).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
danTindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan

Penguruhttps://www.scribd.com/document/521097154/LP-ASKEP-DM-1

19

Anda mungkin juga menyukai