Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

DOSEN PENGAMPU : Ns. Mutia Dwi Sagita S. Kep., M. Kep.


MATA KULIAH : KMB II
OLEH
1. Selvi Elfa Yenti (19010013)
2. Winda Permata (19010017)
3. Atun Ani Safitri (19010001)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,segala puji hanya bagi allah yang telah memberikan rahmat


serta petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan
Diabetes Melitus” ini. Asuhan keperawatan ini disusun dengan maksud untuk
mempermudah para pembaca.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun asuhan keperawatan ini,khususnya kepada dosen pembimbing
mata kuliah keperawatan medikal bedah yang telah memberikan arahan dan
bimbingan sehingga asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa proses penyusunan asuhan keperawatan ini tidaklah
mudah sehingga memungkinkan adanya banyak kekurangan dan kesalahan dalam
teknik penulisan,tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu,kami sangat
harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,guna menyempurnakan
asuhan keperawatan yang selanjutnya.
Semoga asuhan keperawatan diabetes melitus ini dapat bermanfaat. Akhir
kata,kami sampaikan terimakasih.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah...................................................................................................iv
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................iv

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Diabetes Melitus...............................................................................1


1. Defenisi................................................................................................................1
2. Penyebab..............................................................................................................1
3. Patofisiologi ........................................................................................................2
4. Gejala Klinis........................................................................................................3
5. Klasifikasi Diabetes Melitus................................................................................4
6. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................5
7. Penatalaksanaan...................................................................................................7
8. Komplikasi..........................................................................................................9

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus...............................................................10
1. Pengkajian.................................................10
2. Diagnosa...................................................13
3. Intervensi ................................................14
4. Implementasi...............................................18
5. Evaluasi ........................................................................................................18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang kompleks
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya, sehingga
menyebabkan tubuh mengalami gangguan dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
yang berdampak pada kadar glukosa darah yang cenderung meningkat atau hiperglikemi
(ADA, 2018, Rahayu, 2014). Berdasarkan data WHO Indonesia menduduki peringkat
keempat tertinggi dari jumlah penderita DM dengan angka kejadian 8,6% dari jumlah
penduduk. Angka kejadian DM menurut RISKESDA (2013) terjadi peningkatan dari 1,1%
ditahun 2007 meningkat menjadi 2,4% ditahun 2013. Sedangkan International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan adanya peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia dari
9,1 juta di tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (PERKENI, 2015).
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang membutuhkan perawatan lanjutan,
pendidikan dan managament diri sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi akut
serta mengurangi resiko komplikasi jangka panjang (ADA, 2014). Diabetes mellitus dapat
mempengaruhi seluruh aspek penderitanya serta meningkatkan resiko terjadinya komplikasi
yang dapat mengancam jiwa apabila tidak dilakukan pengontrolan yang tepat, masalah
tersebut dapat diminimalkan dengan melakukan pengelolaan terhadap penyakit tersebut
dengan cara self management(Mulyani, 2016).
Self Management merupakan salah satu cara untuk mencapai kedisiplinan diri dalam
melakukan perawatan yang memiliki tujuan agar seseorang mampu mengobservasi
kebutuhan diriitanpa tergantung dengan lingkungan sekitar. Intervensi penyakit kronis salah
satu DM banyak menggunakan Self management (Kholifah, 2014). Perilaku self management
dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk
pengontrolan terhadap penyakit, pengelolaan gejala, pengobatan, psikososial dan perubahan
gaya hidup yang melekat pada penderita DM (Weiler & Janice, 2007 dalam Ernawati 2015) .
Tindakan self management yang dapat dilakukan oleh penderita DM antara lain
meningkatkan kegiatan jasmani, pola makan makan sehat, menggunakan obat DM,
pengontrolan kadar gula darah secara rutin dan juga melakukan perawatan kaki secara
berkala (Putri, 2013). Berdasarkan penelitiannyang dilakukan oleh Mulyani (2016) hasil dari
penelitian yang sudah dilakukan bahwa self management dapat mengontrol kadar gula darah.
Self management yang dilakukan secara konsisten dapat meningkatkan kualitas hidup pada
penyakit kronik. Penelitian yang dilakukan oleh Brillianti 2016 hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara self management dengan kualitas hidup pada pasien pasca
stroke.
Perubahan gaya hidup penderita DM membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan
baik, penatalaksanaan dan pemantuan DM yang maksimal akan memberikan pengaruh yang
baik terhadap kesehatan dan dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kualitas
hidup merupakan perasaan puas dan bahagia sehingga penderita DM dapat melakukan
kehidupan sehari- sehari dengan semestinya. Beberapa aspek yang dapat memengaruhi
kualitas hidup, yaitu adanya kebutuhan khusus yang terus menerus dilakukan, gejala yang
muncul ketika kadar gula darah rendah atau tinggi, komplikasi yang dapat timbul, disfungsi
seksual (Chaidir, 2017). Aspek tersebut dapat dicegah dengan melakukan pengontrolan yang
baik dan teratur, sehingga mencegah terjadinya komplikasi dan kualitas hidup penderita Dm
tidak menurun. Dengan menerapkan self management yang baik dan konsisten, dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita DM serta dapat menanggulangi terjadinya komplikasi
penyakit (Mulyani, 2016).

B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitan ini adalah adakah hubungan antara self
management dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan self management dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden diabetes melitus
b. Mendeskripsikan kemampuan self management yang diterapkan oleh penderita
diabetes melitus
c. Mendeskripsikan kualitas hidup diabetus melitus
d. Menganalis hubungan self management dengan kualitas hidup pasien diabetus
melitus
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar penyakit


1. Defenisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,kerja
insulin atau keduanya (smelzel dan bare,2015. Diabetes melitus merupakan suaatu kelompok
penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi urine,kerja insulin atau kedua-duanya (ADA,2017).

2. Penyebab
a. penyebab diabetes melitus tipe I
Pada diabetes melitus tipe I tedapat bukti adanya suatu responsautoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing. Otoanti body terdapat sel-sel pulau longerhans dan insulin endogen (internal) terdeksi
pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis
tipe I (bruner and suddarth,2001). Secara garis besar etiologi DM tipe I adalah :
1) Faktor genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
2) faktor imunologi : Adanya respon atoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara beraksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu atoanti body
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen.
3) faktor lingkungan : Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. Penyelidikan masih dilakukan untuk menyelidiki
kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai
contoh,virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
b. Penyebab diabetes melitus tipe II
Faktor-faktor yang menyebabkan diabetes melitus tipe II antara lain :
1) faktor-faktor genetik : Faktor genetik di perkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin
2) usia : Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
3) Obesitas
4) Riwayat keluarga
5) Kelompok etnik

3. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe Iini terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.hiperglikemia-puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika kosentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar,akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine,ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dalam elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta
substansi lain) namun pada penderitaan defisiensi insulin,proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut turun menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
mengakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti hiperventilasi,napas
bau aseton dan bila tidak ditangani akan mengakibatkan perubahan kesadaran,koma bahkan
kematian.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Retensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu,keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin,maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

4. Gejala Klinis
Adanya penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan,sering
kencing terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu
kadang-kadang ada keluhan lemah,kesemutan pada jari tangan dan kaki,cepat lapar,gatal-
gatal,penglihatan jadi kabur,gairah seks menurun,luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering
melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang ada pasien yang pasien sendiri tidak merasakan
adanya keluhan,mereka mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat check up
ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah :
a. Keluhan Klinik
1) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur menjadi glukosa,maka tubuh
berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,karena
tubuh terus merasakan lapar,maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang
ada ditubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM,walupun banyak makan tetap kurus.
2) Banyak kencing
Hal ini disebabkan oleh kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal
terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing
3) Banyak minum
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri,sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
4) Banyak makan
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel sehingga mengalami starvasi
(kelaparan). Sehingga untuk memenuhi klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien
banyak makan,tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pembuluh darah.

b. Keluhan lain
1) Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki diwaktu malam,sehingga
mengganggu waktu tidur.
2) Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong
penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan
baik.
3) Gatal/bisul
Kelainan bisul berupa gatal,biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit
seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka lecet
karena sepatu atau tertusuk peniti.
4) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang
dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa
tabu membicarakan masalah seks,apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan
seseorang.
5) Keputihan
Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-
kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

5. Klasifikasi Diabetes Melitus


a. Diabetes melitus tipe I
Sekitar 5-10% pasien mengalami diabetes tipe I. Ini ditandai dengan destruksi sel-sel
prankeas akibat faktor genetik,imunologis,dan mungkin juga lingkungan misalnya virus.
Injeksi insulin diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah. Awitan diabetes tipe I
terjadi secara mendadak,biasanya sebelum usia 30 tahunan (Brunner&Suddart,2010).
b. Diabetes tipe II
Sekitar 90-95% pasien menyandang diabetes tipe II. Tipe ini disebabkan oleh penurunanan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat jumlah penurunan jumlah insulin
yang diproduksi. Paling sering dialami oleh pasien diatas 30 tahun dan pasien yang obesitas
(Brunner&Suddart,2010).

c. Diabetes melitus gestasional


Ditandai dengan setiap derajat intoleransi glokosa yang muncul selama kehamilan (trimester
kedua atau ketiga). Resiko diabetes gestasional mencakup obesitas,riwayat personal pernah
mengalami diabetes gestasional,glikosuria,atau riwayat kuat keluarga pernah mengalami
diabetes. Keluarga etnis yang berisiko tinggi mencakup penduduk amerika hispanik. Amerika
afrika dan kepulauan pasifik. Diabetes getasional. Meningkatkan resiko mereka untuk
mengalami gangguan hipertensif selama kehamilan (Brunner&Suddart,2010).

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnosis
1) Glukosa darah meningkat :200-100mg/dL atau lebih
2) Aseton plasma (keton) positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolestrol meningkat
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330mOsm/L
5) Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal,meningkat atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),selanjutnya akan
menurun
6) Fosfor lebih sering menurun
7) Hemoglobin glikosilat : kadar meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (selama hidup sel
darah merah) dan karena sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden.

b. Pemeriksaan mikroalbumin
1) Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskuler
2) Nefropati diabetik
a) Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes melitus adalah
terjadinya nefropati diabetik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal terminal
sehingga penderita perlu cuci darah atau hemodialisa.
b) Nefropati diabetik ditandai dengan kerusakan glomerulus ginjal yang
berfungsi sebagai alat penyaring
c) Gangguan pada glomerulus ginjal menyebabkan lolosnya protein albumin
kedalam urine
d) Adanya labumin dalam urine merupakan indikasi adanya nefropadati diabetik

c. Pemeriksaan HBA IC atau AIC


1) apat memperkirakan resiko komplikasi akibat DM
2) HbaIC atau AIC
Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa dengan hemoglobin
(glycohemoglobin). Jumlah AIC yang terbentuk tergantung pada kadar glukosa darah ikatan
AIC stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel darah merah) . Kadar AIC
mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum
pemeriksaan.
3) Manfaat pemeriksaan AIC
a) menilai kualitas pengendalian DM
b) menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu dijalankan
4) Tujuan pemeriksaan AIC
Mencegah terjadinya komplikasi kronik diabetes karena AIC dapat memperkirakan risiko
berkembangnya komplikasi diabetes,dimana komplikasi ini DM muncul jika kadar glukosa
darah terus menerus tinggi dalam jangka panjang
5) Jadwal pemeriksaan AIC
a) untuk evaluasi awal setelah diagnosa DM dipastikan
b) secara periodik (sebagai bagian dari pengelolaan DM yaitu setiap 3 bulan
(terutama bila sasaran pengobatan belum tercapai dan minimal 2 kali dalam
setahun.

7. Penatalansanaan
a. Penatalaksaan Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (ueglikemia)
tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien
(Brunner&Suddart,2010). Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM.
1) Diet
Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori,jadwal makan dan jenis makan yang harus
dihindari adalah gula. Menurut Tjokro prawiro (1999), penentuan gizi penderita dilakukan
dengan menghitung presentase relatif body weigth dan dibedakan menjadi :
a) kurus : berat badan relatif :<90%
b) normal : berat badan relatif : 90-110%
c) gemuk : berat badan relatif :>110%
d) obesitas : berat badan relatif :>120%
 Obesitas ringan 120-130%
 Obesitas sedang 130-140%
 Obesitas berat 140-200%
 Obesitas morbid >200%
Apabila sudah diketahui relatif body weightnya maka jumlah kalori yang diperlukan
sehari-hari untuk penderita DM adalah sebagai berikut :
a) kurus : BB x 40-60 kalori/hari
b) Normal : BB x 30 kalori/hari
c) gemuk : BB x 20 kalori/hari
d) obesitas : BB x 10-15 kalori/hari

2) Latihan fisik
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur 3-4x tiap minggu selama ½ jam. Latihan dapat
dijadikan pilihan adalah jalan kaki,joging,lari,renang,bersepeda dan mendayung. Tujuan
latihan fisik bagi penderita DM :
a) insulin dapat lebih efektif
b) menambah reseptor insulin
c) menekan kenaikan berat badan
d) menurunkan kolestrol trigliserid dalam darah
e) meningkatkan aliran darah
f) pemantauan gula darah
g) terapi (obat-obatan) seperti obat hipoglikemik oral dan pemberian insulin
h) pendidikan kesehatan

b. Penatalaksaan nutrisi
Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan
darah dalam kisaran normal dan lipid profil dan lipoprotein yang menurunkan risiko penyakit
vaskuler,mencegah timbulnya komplikasi kronik,memenuhi kebutuhan nutrisi individu dan
menjaga kepuasan untuk makan hanya pilihan makanan yang terbatas ketika bukti ilmiah ada
yang mengindikasikan demikian. Bagi pasien yang membutuhkan insulin yang membantu
untuk mengontrol kadar gula darahnya,diperlukan konsistensi dalam mempertahankan jumlah
kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap makan.
Prinsip utama dalam diet DM adalah 3 J,yaitu jumlah harus sesuai kebutuhan,jadwal diet
yang ketat dan jenis makanan yang boleh dimakan dan yang harus dihindari. American
diabetes association merekomendasikan bahwa untuk semua tingkatan asupan
kalori,sebanyak 50% sampai 60% kalori didapatkan dari karbohidrat,20-30% dari lemak dan
sisanya 10-20% sari protein.

c. Penatalaksaan keperawatan
Penatalaksaan keperawatan untuk pasien menyandang diabetes dapat mencakup banyak
macam gangguan fisiologis bergantung pada kondisi kesehatan pasien atau apakah pasien
baru terdiagnosa diabetes atau tengah mencari perawatan untuk masalah kesehatan lain yang
tidak terkait,karena semua pasien penyandang DM harus menguasi konsep dan keterampilan
yang diperlukan untuk penatalaksaan jangka panjang serta untuk menghindari kemungkinan
komplikasi diabetes,landasan pendidikan yang solid mutlak diperlukan dan menjadi fokus
asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
1) memberikan pendidikan kesehatan untuk pasien
a) menyusun rencana penyuluhan tentang diabetes
b) mengkaji kesiapan untuk belajar
c) menyuluh pasien yang berpengalaman
d) menentukan metode penyuluhan
e) menyuluh pasien cara memberikan insulin secara mandiri
2) meningkatkan asuhan dirumah dan dikomunitas
a) meningkatkan perawatan diri
b) melanjutkan asuhan
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes melitus adalah sebagai berikut (Mansjoer2001)
a. Komplikasi akut
1. hipoglikemia dan hiperglikemia
2. penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar,penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler,penyakit pembuluh darah kapiler).
3. penyakit mikrovaskuler,mengenai pembuluh darah kecil,retinopati,nefropati
4. neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstermitas),saraf otonom berpengaruh
pada gasro intestinal,kardiovaskuler
b. komplikasi menahun diabetes melitus antara lain :
1) neoropati diabetik
2) retinopati diabetik
3) nefropati diabetik
4) proteinuria
5) kelainan koroner
6) ulkus/genggren
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian (data subyektif dan obyektif)
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menetukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita,mengidentifikasikan,kekuatan dan kebutuahn
penderitayang dapat diperoleh melalui anamnesa,pemeriksaan fisik,pemeriksaan laboratorium
serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnesa
1) Identitas penderita
Meliputi nama,umur,jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa media.
2) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah,rasa raba yang menurun,adanya luka yang
tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,obesitas
maupunarterosklerosis,tindakan media yang pernah didapat maupun obat-obatan yang bisa
digunakan oleh penderita.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka,penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita
DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal
hipertensi,jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku,perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

c. Pengkajian pola fungsi kesehatan menurut gordon sebagai berikut :


1) Pola persepsi kesehatan yang pernah dialami klien
Apa upaya dan dimana klien mendapatkan pertolongan kesehatan lalu apa saja yang membuat
status kesehatan klien menurun,termasuk riwayat penggunaan obat-obatan. Pada pasien DM
pola ini mungkin mengalami perubahan,dimana salah satu komplikasinya yaitu diabetic foot
bisa menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan tidak mematuhi
prosedur pengobatan.

2) Pola nutrisi metabolik


Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka sadar gula
darah tidak dapat di pertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,banyak
makan,banyak minum,berat badan menurun dan mudah lelah. Kedaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita. Keluhan yang muncul seperti mual,muntah,berat badan
menurun,turgor kulit jelek.

3) Pola eliminasi
Pada pasien DM,adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa dan urine
(glukosauri). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

4) Pola aktivitas dan latihan


Kelemahan,susah berjalan/bergerak,kram otot,takikardi atau takipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka ganggren dan kelemahan otot-otot
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara maksimal,penderita mudah mengalami kelelahan.

5) Pola tidur dan istirahat


Pasien DM,sering terbangun dan tidak bisa tidur karena oleh polyuria dan nyeri pada kaki
yang luka.

6) Pola persepsi kognitif


Pasien dengan gengen disebut cenderung mengalami neuropati/mati rasa pada luka sehingga
tidak peka terhadap nyeri,selain itu adanya komplikasi lain menyebabkan adanya gangguan
penglihatan.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan dan gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,lamanya perawatan,biaya perawatan
yang mahal menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga.

8) Pola peran hubungan


Luka gangren yang sukar sembuhdan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri
dari pergaulan.

9) Pola reproduksi seksual


Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan seksual. Adanya peradangan pada daerah vagina,serta orgasme
menurun dan terjadi impoten pada pria,selain itu berisiko lebih tinggi terkena kanker prostat
berhubungan dengan nefropati.

10) Pola mekanisme koping


Lamanya waktu perawatan,perjalanan penyakit kronis,perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologi negatif seperti mudah marah,kecemasan dan
lain-lain yang dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan koping yang
konstruktif atau adaptif.

11) Pola sistem kepercayaan


Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak
menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.

d. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita,kesadaran,suara bicara,tinggi badan,berat badan dan
tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut,adakah pembesaran pada leher,telinga kadang-kadang
berdenging,adakah gangguan pendengaran,lidah sering terasa tebal,ludah lebih kental,gigi
mudah goyahe,gusi mudah bengkak dan berdarah,apakah penglihatan
kabur/ganda,diplopia,lensa mata keruh.

3) Status neorologis
Terjadi penurunan sensoris, parathesia, anastesi, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental,disorientasi.

4) Sistem integumen
Turgor kulit menurun,adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,kemerahan pada kulit sekitar luka,tekstur rambut
dan kuku

5) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas,batuk,sputum,nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.

6) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi atau bradikardi,
hipertensi atau hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

7) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi,polidipsi,mual,muntah,diare,konstipasi,dehidrasi,perubahan berat
badan,peningkatan lingkar abdomen,obesitas.

8) Sistem urinari
Poliuri,retensio urine,inkontinensia urine,rasa panas atau sakit saat berkemih.

9) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak,penyebaran masa otot,perubahan tinggi badan,cepat lelah,lemah dan
nyeri,adanya gangren di ekstrimitas.

2. Diagnosa keperawatan
1. hipovolemia berhubungan dengan diuresis osmotik ditandai poliuri
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan masukan oral ditandai
dengan penurunan berat badan.
3. nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan
melaporkan nyeri secara verbal,sikap melindungi area nyeri
4. perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan
hipovolemia,penyakit diabetes melitus ditandai dengan suplai darah ke
kapiler menurun

3. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
hipovolemia Setelah diberikan Manajemen Hipovolemia
asuhan keperawatan 1. Periksa tanda dan
selama ...x 60 menit gejala hypovolemia
diharapkan 2. Monitor intake dan
output cairan
3. Berikan asupan cairan
oral
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan
5. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
6. Kolaborasi pemberian
cairan IV
Defisit nutrisi Setelah diberikan Manajemen nutrisi
asuhan keperawatan ...x 1. identifikasi status
24 jam diharapkan nutrisi
status nutrisi membaik 2. identifikasi makanan
dengan kriteria hasil : yang disukai
1. berat badan membaik 3. identifikasi
2. indeks masa tubuh kebutuhan kalori dan
(IMT) membaik jenis nutrien
3. frekuensi makan 4. monitor asupan
membaik makanan
4. nafsu makan membaik 5. monitor berat badan
5. Tebal lipatan kulit 6. lakukan oral hygiene
trisep membaik sebelum makan,jika perlu
7. sajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai
8. berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
9. berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
10. anjurkan posisi
duduk,jika mampu
11. ajarkan diet yang
diprogramkan
12. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda
nyeri,antiemetik)
Nyeri akut Setelah diberikan Manajemen nyeri
asuhan keperawatan 1. identifikasi lokasi,
selama ...x 60 menit karakteristik, durasi,
diharapkan frekuensi,kualitas,inten
sitas nyeri
2. identifikasi skala
nyeri
3. identifikasi respons
nyeri non verbal
4. kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
5. fasilitasi istirahat
dan tidur
6. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7. kolaborasi pemberian
analgetik
Perfusi ferifer Setelah diberikan Perawatan sirkulasi
tidak efektif asuhan keperawatan 1. periksa sirkulasi
selama ...x 60 menit perifer (mis.
diharapkan Nadi,perifer,edema,pengi
sian
kapiler,warna,suhu,ankle
-brachial index)
2. identifikasi faktor
resiko gangguan
sirkulasi (mis.
Diabetes,perokok,orang
tua,hipertensi dan kadar
kolestrol tinggi
3. monitor
panas,kemerahan,nyeri
atau bengkak pada
ekstremitas
4. lakukan pencegahan
infeksi
5. lakukan perawatan
kaki dan kuku
6. lakukan hidrasi
7. anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis. Melembabkan
kulit kering pada kaki)
8. ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis.rendah
lemak jenuh,minyak ikan
omega 3)
9. informasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak
hilang saat
istirahat,luka tidak
sembuh,hilangnya rasa)
Manajemen sensasi
perifer
1. identifikasi penyebab
perubahan sensasi
2. periksa perbedaan
tajam atau tumpul dan
panas atau dingin
3. monitor adanya
paresthesia
4. monitor perubahan
kulit
5. hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)
6. anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
7. kolaborasi pemberian
analgesic atau
kortikosteroid
Ketidakstabilan Setelah diberikan Manajemen hiperglikemia
kadar glukosa asuhan keperawatan 1. identifikasi
darah berhubungan selama ...x 60 menit kemungkinan penyebab
dengan (disfungsi diharapkan kadar
pancreas,resistens glukosa darah stabil hiperglikemia
i insulin,gangguan dengan 2. monitor kadar glukosa
toleransi glukosa Kriteria hasil : darah
darah,gangguan 3. monitor tanda dan
glukosa darah gejala hiperglikemia
puasa) (polyuria, polydipsia,
polifagia, kelemahan,
malaisepandangan kabur,
sakit kepala)
4. anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
5. anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
6. anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
7. ajarkan pengelolaan
diabetes (penggunaan
insulin, obat oral,
monitor, asupan cairan
pengganti karbohidrat
dan bantuan profesional
kesehatan)
8. kolaborasi pemberian
insulin
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan,membandingkan hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan
dan pelaksanaan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,kerja
insulin atau keduanya (smelzel dan bare,2015. Diabetes melitus merupakan suaatu kelompok
penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi urine,kerja insulin atau kedua-duanya (ADA,2017).
Perubahan gaya hidup penderita DM membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan
baik, penatalaksanaan dan pemantuan DM yang maksimal akan memberikan pengaruh yang
baik terhadap kesehatan dan dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kualitas
hidup merupakan perasaan puas dan bahagia sehingga penderita DM dapat melakukan
kehidupan sehari- sehari dengan semestinya. Beberapa aspek yang dapat memengaruhi
kualitas hidup, yaitu adanya kebutuhan khusus yang terus menerus dilakukan, gejala yang
muncul ketika kadar gula darah rendah atau tinggi, komplikasi yang dapat timbul, disfungsi
seksual (Chaidir, 2017). Aspek tersebut dapat dicegah dengan melakukan pengontrolan yang
baik dan teratur, sehingga mencegah terjadinya komplikasi dan kualitas hidup penderita Dm
tidak menurun. Dengan menerapkan self management yang baik dan konsisten, dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita DM serta dapat menanggulangi terjadinya komplikasi
penyakit (Mulyani, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/510265571/askep-dm-sdki

Anda mungkin juga menyukai