Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TERMINAL

(DIABETES)

disusun oleh :

Kelompok 3

Aulia Safitri 20010007

Hayatun Nupus 20010011

Sekar Larasati 20010005

Nora Ratna Fila 20010044

Nurul Dahliana 20010012

Dosen Pembimbing : Ns.Risna ,S.Kep.,M.Kep

STIKES MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
Rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul .“ ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT TERMINAL (DIABETES) " Ini dapat terselesaikan
pada waktu yang telah di tentukan.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan serta
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang besifat konstruktif membangun demi kesempurnaan
penyusun ke depannya.

Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, arahan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami
penyusunnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................................................2
BAB II Pembahasan............................................................................................................3

A. Definisi......................................................................................................................3

B. Klasifiksi....................................................................................................................3
C. Faktor Resiko.............................................................................................................5
D. Etiologi......................................................................................................................7
E. Gejala.........................................................................................................................7
F. Patofisiologi................................................................................................................7
G. Pathway......................................................................................................................9
H. Penatalaksanaan.........................................................................................................9
I. Konsep ketidak berdayaan..........................................................................................11
J. Asuhan Keperawatan..................................................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................19

A. Kesimpulan................................................................................................................19

DAFTAR ISI.......................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi
mampu membuat insulin, atau ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin
yang dihasilkan dengan baik (IDF, 2021). Menurut Perkeni dalam Sari, dkk.
(2019) diabetes melitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa di dalam darah
(hiperglikemia).
Penderita diabetes di seluruh dunia jumlahnya sekitar 422 juta orang,
sebagian besar tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan
1,6 juta kematian secara langsung dikaitkan dengan diabetes setiap tahun.
Indonesia berada di peringkat ke-7 di antara 10 negara dengan jumlah
penderita, yaitu sebesar 10,7 juta orang. Banyaknya perubahan dalam
kebiasaan hidup pasien diabetes melitus tipe 2 seperti kontrol gula darah,
aktivitas fisik, konsumsi obat, dan diet yang harus dilakukan secara rutin.
Perubahan tersebut membuat pasien diabetes melitus menunjukkan reaksi
psikologis yang negatif antara lain: stres, cemas marah, dan merasa tidak
berguna .Diperlukan strategi koping untuk setiap masalah yang muncul.
Strategiccoping
menunjukkpada berbagaiuupaya, baik mentalmmaupun perilaku, untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikannsuatu situasi
atau kejadian yang penuhhtekanan Pardede (2021). Masalah yang juga
dirasakan oleh penderita diabetes adalah kecemasan. Kecemasan dapat
dirasakan oleh setiap orang jika mengalaminya tekanan dan perasaan
mendalam yang menyebabkan masalah kejiwaan dan dapat berkembang
dalam jangka panjang (Pardede, 2020). Kecemasan merupakan suatu keadaan
perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi
ancaman sumber aktual yang tidak diketahui masalahnya (Pardede, 2020).
Tanda cemas dalam Pardede (2019), yaitu tidak nafsu makanDiare/konstipasi,
gelisah, berkeringat, dll.
Masalah fisik dan masalah mental merupakan hal yang sangat perlu
diatasi bersama karena saling mempengaruhi satu sama lain. Masalah fisik
yang berkepanjangan dapat menyebabkan masalah mental berupa respon
terhadap tindakan pengobatan maupun respon terhadap gejala penyakit, begitu
juga selanjutnya bahwa masalah mental akan mempengaruhi proses
penyembuhan ataupun kondisi fisik klien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep diabetes mellitus ?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus ?

C. Tujuan
Mengetahui konsep dasar penyakit terminal dibetes melitus dan mengetahui
asuhan keoerawatan pada pasien diabetes melitus
BAB II
PEMABAHASAN

A. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduaduanya. Banyak komplikasi yang muncul akibat penyakit
diabetes ini, hal yang dapat dilakukan oleh penderita DM adalah mencegah
komplikasi dengan cara mengontrol dan mengendalikan penyakitnya agar
dapat mempertahankan kehidupan yaitu dengan mematuhi atau menjalankan
empat pilar pengelolaan diabetes sehingga penderita DM terhindar dari
kejadian rehospitalisasi, dimana suatu keadaan yang dialami penderita
diabetes melitus dimana penderita mengalami kegagalan dalam menjaga kadar
gula darahnya.
Untuk menghindari peningkatan kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus dibutuhkan perilaku yang baik, yaitu dengan cara
melaksanakan empat pilar yakni peningkatan edukasi, pengaturan diet,
olahraga, dan mengkonsumsi obat secara teratur (Marbun, 2020).Diabetes
Melitus ditandai dengan kadar glukosa dalam darahmelebihi batas normal dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemakdan protein ditimbulkan karena
kadar insulin secara relatif.Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ≥ 200
mg/dl dan hasilpemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga
dapatdigunakan untuk pedoman diagnosis DM. Sementara glukosa setelah
2jam makan (2 jam pp) adalah ≥ 200 mg/dl .

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi etiologi DM menurut American Diabetes Association 2018 dibagi
dalam 4 jenis yaitu (ADA, 2018) :
1. Diabetes Melitus Tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/ IDDM
Diabetes Melitus tipe I terjadi karena adanya distruksi sel beta
pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau
tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-
peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeksi sama sekali.

2. Diabetes Melitus tipe II atau Insulin Non-dependent Diabetes Melitus/


NIDDM
Diabetes Melitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β
pankreas dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya
terjadi defensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain

3. Diabetes Melitus Tipe Lain.


Diabetes Melitus tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik
fungsi sel β, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin
lain, infeksi virus. Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh obat atau bahan
kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi
organ)

4. Diabetes Melitus Gestasional.


Diabetes Melitus tipe ini terjadi selama masa kehamilan dimana
intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya
pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan
meningkatkan komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki
risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu
5-10 tahun setelah melahirkan

C. Faktor Resiko Diabetes melitus


1. Faktora yang dapat di ubah
a. Obesitas
Obesitas menjadi salah satu faktor risiko utama untuk
terjadinya penyakit DM. Obesitas dapat membuat sel tidak sensitif
terhadap insulin (retensi insulin). Semakin banyak jaringan lemak
dalam tubuh semakin resistensi terhadap kerja insulin, terutama bila
lemak tubuh terkumpul di daerah sentral atau perut . Makan makanan
yang berlebihan dapat menyebabkan gula darah dan lemak mengalami
penumpukan dan menyebabkan kelenjar pankreas bekerja lebih ekstra
memproduksi insulin untuk mengolah gula darah yang masuk.
Seseorang yang mengalami obesitas apabila memiliki Indeks Massa
Tubuh (IMT) lebih dari 25, maka dapat meningkatkan risiko untuk
terkena DM. Obesitas dapat menimbulkan resistensi insulin melalui
beberapa mekanisme seperti peningkatan lemak visceral yaitu tipe
jaringan adipose yang berbeda secara fungsional yang dapat
mempengaruhi keseimbangan glukosa

b. Gaya hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam
aktivitas seharihari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya
berolahraga dan minumminuman yang bersoda merupakan faktor
pemicu terjadinya DM tipe II Penderita DM diakibatkan oleh pola
makan yang tidak sehat dikarenakan pasien kurang pengetahuan
tentang bagaimana pola makan yang baik dimana mereka
mengkonsumsi makanan yang mempunyai karbohidrat dan sumber
glukosa berlebihan, kemudian kadar glukosa darah menjadi naik
sehingga perlu pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam
mengkonsumsi makanan yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-harinya

2. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah


a. Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko
terkena DM tipe II terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling
sering setelah usia 45 tahun. Penelitian epidemiologi pada berbagai
populasi, prevalensi DM memperlihatkan peningkatan yang spesifik
menurut usia. Kategori usia 50-60 tahun pada populasi masyarakat di
Eropa merupakan usia meningkatnya risiko DM

b. Riwayat Keluarga
Seseorang akan lebih cepat terkena penyakit DM apabila
seseorang tersebut memiliki garis keturunan dari ibu dan akan terkena
penyakit DM lebih mudah lagi bila memiliki riwayat garis keturunan
DM dari ayah dan ibu

c. Riwayat diabetes pada kehamilan


Seorang ibu yang hamil akan menambah konsumsi
makanannya, sehingga berat badannya mengalami peningkatan 7-10
kg, saat makanan ibu ditambah konsumsinya tetapi produksi insulin
kurang mencukupi maka akan terjadi DM. Memiliki riwayat diabetes
gestasional pada ibu yang sedang hamil dapat meningkatkan risiko
DM
D. Etiologi
Penyebab utama gangguan metabolisme pada diabetes tipe 1 adalah
penyakit autoimun yang menyerang sel beta pankreas, sedangkan pada DM
Tipe 2, DM adalah resistensi insulin sel β dan sekresi insulin relatif menurun
Pankreas disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak mencukupi

E. Gejala Diabetes melitus


Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala
akut diabetes melitus yaitu: poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak
minum), poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu
makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : kesemutan, kulit terasa panas
atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada
ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau
dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg. Para ibu hamil sering mengalami
gangguan atau kematian janin dalam kandungan, atau melahirkan bayi dengan
berat lebih dari 3,5 kg

F. Patofisiologi Diabetes Melitus


Pada penderita diabetes tipe 1, terdapat kelainan autoimun Sejauh ini,
ini idiopatik, atau penyebabnya tidak diketahui.Respon autoimun ini
menyerang sel beta pankreas yang memproduksinya Insulin, akibatnya insulin
tidak mencukupi sehingga sekresi tidak mencukupi Memenuhi kebutuhan
metabolisme harian. Insulin tidak mencukupi Mengontrol fungsi metabolisme
gula darah Meningkatkan kadar gula darah dan menjadikan penderita DM 1
Bertahan hidup dengan insulin eksternal setiap hari.
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi
insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya
aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga
terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi
pengrusakan sel-sel β langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe
2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya
bersifat relatif dan tidak absolut.
Perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel βmenunjukan gangguan
pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin dimana perkembangan selanjutnya akan
terjadi kerusakan sel-sel β pankreas. Kerusakan sel-sel β pankreas akan terjadi
secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga
akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes
melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu
resistensi insulin dan defisiensi insulin.
G. Pathway diabeletes Melitus

H. Penatalaksanaan diabetes Melitus


a. Edukasi
Memberikan materi pendidikan kesehatan bagi penderita diabetes
Melitus dengan tujuan perawatan kesehatan pencegahan pencegahan dan
pengobatan yang di berikan seperti obat farmakologi maupun obat non
farmakologi (obat tradisional) salah satunya pemberian ekstra bawang
putih terhadap penurunan kadar gula darah dalam tubuh.

b. Pemberdayaan jasmani
Dianjurkan untuk berolahraga 3-5 kali dengan intensitas berlatih 30-
45 menit setiap minggu dengan tujuan untuk menurunkan berat badan,
juga bisa menjaga kesehatan pasien, dan meningkatkan sensitivitas
glukosa.

c. Terapi nutrisi secara medis


Diet yang direkomendasikan termasuk karbohidrat 45-65%, lemak 20-
25%, protein 10-20%, serat 20-35 gr/hari, natrium < 2300 mg/hari. Pada
penderita diabetes Melitus di ijinkan menggunakan pemanis alternatif
sebagai pengganti glukosa, tapi tidak melebihi batas, lalu bahan
makanannya dibatasi antara lain : yang mengandung minyak jenuh dan
lemak trans, batasi asupan kolesterol hingga < 200 mg /hari.

d. Terapi farmakologi
Pemberian terapi medis atau obat-obatan termasuk obat-obatan anti
hiperglikemia oral terdapat beberapa kategori, yaitu peningkat sekresi
insulin untuk meningkatkan sensitivitas, insulin untuk penghambat
penyerapan glukosa di saluran pencernaan, dan penghambat kotransporter
natrium-glukosa.

e. Pemeriksaan laboratorium
Lakukan pengukuran glukosa darah puasa dan kadar Hb A1c. Selain
itu, penting untuk melakukan beberapa tes untuk mengetahuinya Pasien
yang terdiagnosis DM mengalami komplikasi, seperti Tes kolesterol total,
tes fungsi hati dan ginjal, pemeriksaan rontgen dada,
I. Konsep ketidakberdayaan
1. Pengertian
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa
segalatindakannya tidakakan mendapatkan hasil atau suatu keadaan
dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan. Ketidakberdayaan adalah persepsi atau
tanggapan klien bahwa perilaku atautindakan yang sudahdilakukannya
tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa
perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehinggaklien sulit
mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yangakan
terjadi Ketidakberdayaan merupakan sebuah persepsi bahwa suatu
tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil yang secara
signifikan,persepsi merupakan kurangnya kontrol pada situasi saatini atau
yang akandatang

2. Patofisiologi ketidak berdayaan


Pada patafisiologi dengan masalah ketidakberdayaan saat ini
belumdapat diketahui secara pasti, namun jika dilakukan analisis dari
proses terjadinya ketidakberdayaan berasal dari seseorang individu yang
tidak mampu mengatasi suatu masalah sehingga menyebabkan stress yang
hal tersebut diawali dalam perubahan dalam respon otak yang menafsirkan
perubahan didalam otak. Stress tersebut akan menyebabkan korteks
serebri yang akanmengirimkan sinyal menuju hipotalamus, yang
kemudian seharusnyaditangkap system limbic yang dimana salah satu
bagian pentingnyamerupakan amigdala itu akan bertanggung jawab
didalam status emosional individu akibat dari keaktifan system
hipotalamus pituitary adrenal (HPA)dan kemudian menyebabkan rusaknya
pada hipotalamus menjadikan seseorang kehilangan mood dan juga
motivasi dan akhirnya menyebabkan seseorang untuk malas melakukan
sesuatu,hambatan emosional dengan klien yang mengalami
ketidakberdayaan, terkadang dapat berubah menjadi murung dan sedih
sehingga menyebabkan seseorang itu merasa tidak berguna lagi, dan
merasa hidupnya telah gagal

3. Kondisi Klinis terkait ketidak berdayaan


Diagnosa yang tidak terduga atau baru, Peristiwa traumatis, Diagnosis
penyakit kronis, Diagnosis penyakit terminal dan Rawat inap menurut
SDKI

4. Faktor predisposisi
Faktor predisposes merupakan suatu faktor resiko yang menjadi sumber
utama stress dan memiliki pengaruh dalam tipe dan sumberindividu untuk
menghadapi stress secara biologois, psikologis dan social budaya. Faktor
predisposisi tersebut antara lain :
a. Biologis
b. Spikologis
c. Sosial budaya

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari sebuah proses keperawatan dan juga
merupakan proses sistematis yang dilakukan untuk mengumpukan data
dari berbagai sumber, yang digunakan untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasistatus kesehatan seorang pasien. Pengkajian yang
lengkap, akurat, sesuai dengan kejadian atau kenyataan kebenaran dalam
data ini sangat diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatan dan
juga digunakan dalampemberian pelayanan kesehatan sesuai dengan
respon masing- masing individu yang kemudian telah ditentukan
dalamstandarpraktik keperawatan.
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat kesehatan
d. Pola Kesehatan
e. Pemeriksaan Fisik

2. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin juga muncul, yang berhubungan dengan sikap
pasien saat menjelang ajal dapat berupa
1. Gangguan citra tubuh
2. Harga diri rendah situasional
3. Isolasi social
4. Hambatan mobilitas fisik

3. Intervensi

Diagnosa NIC NOC


Gangguan citra tubuh - Kaji secara verbal *Body image positif
Definisi : kondusif dan non verbal respon *Mampu
dalam gambaran klien terhadap mengidentifikasi
mental tentang diri- tubuhnya kekuatan persenal
fisik individu - Monitor frekuensi *Mendeskripsikan
mengkritik dirinya secara faktual
Jelaskan tentang perubahan fungsi tubuh
pengobatan, *Mempertahankan
perawatan, kemajuan interaksi sosial
dan prognosis penyakit
- Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
- Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok kecil
Harga diri rendah - Tunjukan rasa * Adaptasi terhadap
situasional percaya diri terhadap ketunandayaan fisik:
Definisi : kemampuan pasien respon adaptif klien
perkembangan untuk mengatasi terhadap tantangan
persepsi negatif situasi fungsional penting
tentang harga diri - Dorong pasien akibat ketunandayaan
sebagai respon mengidentifikasi fisik
terhadap situasi saat kekuatn dirinya * Resolusi berduka :
ini - Ajarkan keterampilan penyesuaian dengan
perilaku yang positif kehilangan aktual atau
melalu nbermain kehilangan yang akan
peran, model peran, terjadi
diskusi * Penyesuaian
- Dukung peningkatan psikososial: perubahan
tanggung jawab diri, hidup: respon
jika diperlukan psikososial adaptiv
- Buat statement postif individu terhadap
terhadap pasien perubahan bermakna
- Monitor frekuensi dalam hidup
komunikasi verbal * Menunujukkan
pasien yang negative Penilaian pribadi
- Dukung pasien untuk tentang harga diri
menerima tantangan * Mengungkapkan
baru penerimaan diri
- Kaji alasan-alasan * Komunikasi terbuka
untuk mengkritik atau * Mengatakan
menyalahkan diri optimisme tentang masa
sendiri depan
- Kolaborasi dengan * Menggunakan strategi
sumber-sumber lain kaping efektif
(petugas dinas social,
perawat spesialis
klinis, dan layanan
keagamaan)
- Menggunakan proses
pertolongan interaktif
yang berfokus pada
kebutuhan, masalah,
atau perasaan pasien
dan orang terdekat
untuk meningkatkan
atau mendukung
koping pemecahan
masalah.
Isolasi social - fasilitasi dukungan Kriteria hasil
Definisi: kesepian kepada pasien oleh * Keseimbangan atas
yang dialami oleh keluarga teman dan perasaan : mampu
individu dan komunitas menyesuaikan terhadap
dirasakan saat - dukungan hubungan emosi sebagai respon
didorong oleh dengan orang lain terhadap keadaan
keberadaan orang lain yang mempunyai tertentu
dan sebagai minat dan tujuan yang * Penyesuaian yang
pernyataan negatif sama tepat terhadap tekanan
atau mengancam. - berikan uji emosi sebagai respon
pembatasan terhadap keadaan
interpersonal tertentu
- gali kekuatan dan * Tingkat persepsi
kelemahan pasien
dalam berinteraksi positif tentang status
sosial kesehatan dan status
hidup individu
* Keparahan kesepian :
mengendalikan
keparahan respon emosi
sosial atau eksistensi
terhadap isolasi

Hambatan mobilitas - dengan terapi fisik Kriteria hasil


fisik tentang rencana * Klien meningkat
Definisi: keterbatasan ambulasi sesuai dalam aktivitas fisik
pada pergerakan fisik dengan kebutuhan * Mengerti tujuan dari
tubuh atau satu atau - kaji kemampuan peningkatan mobilitas
lebih, ekstremitas pasien dalam * Memverbalisasikan
secara mandiri dan mobilisasi perasaan dalam
terarah - dampingi dan bantu meningkatkan kekuatan
pasien saat mobilisasi dan kemampuan
dan bantu penuhi berpindah
kebutuhan pasien * Memperagakan
- berikan alat bantu penggunaan alat
jika kalian * Bantu untuk
memerlukan mobilisasi (walker)
- konsultasi dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan

4. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan
adalah kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari
rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari
proses keperawatan. Namun demikian, dibanyak lingkungan perawatan
kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah
pengkajian.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan.
Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali dalam siklus tersebut mulai
dari pengkajian ulang (reassesment) secara umum evaluasi ditunjukan
untuk :
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
4. Evaluasi formatif : dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan,
mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilakukan, dan biasanya
berupa catatan perkembangan. Evaluasi sumatif : menggunakan rekapan
terakhir secara paripurna, menggunakan catatan naratif, dan pada saat
pasien pulang atau pindah.

1. Permasalahan paliatif care pada diabetes


2. jenis jenis tindakan terapetik untuk keperawatan paliatif
3. Terapi komplementer keperawatan paliatif
4. asuhan keperawatan paliatif
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan diatas, maka penulis dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat
mendukung data-data pengkajian. Selama proses pengkajian,
perawat mengunakan komunikasi terapeutik serta membina
hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada kasus Jarang
membersihkan ketidakberdayaan: Diabetes Melitus.
2. Diagnosa keperawatan yang utama pada klien dengan
Ketidakberdayaan : Diabetes Melitus.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan
strategi pertemuan pada pasien.
4. Evaluasi keperawatan yang dilakukan menggunakan metode
subyektif,obyektif,assessment dan planning
DAFTAR PUSTAKA

Pardede, J. A., Sitepu, S. F. A., & Saragih, M. (2018). The Influence of Deep
BreathR elaxation Techniques and Five-Finger Hypnotic Therapy on Preoperative
Patient Anxiety.Journal of Psychiatry, 3(1), 1-8.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI

Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat


Kecemasan Pasien sPre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal
Keperawatan, 2(1)

Nurarif. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai