DIABETES MELITUS
Disusun oleh :
Alisa Putri
Egita Aprilia
Elza Lita
Nia Susanti
Ray Zona Yudanegara
Dosen Pembimbing
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN AKTIVITAS PADA
PASIEN DIABETES MELITUS”.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
A. Kesimpulan .......................................................................................................34
B. Saran .................................................................................................................34
Penderita diabetes di dunia pada tahun 2021 mencapai 537 juta jiwa,
Diperkirakan penderita diabetes akan meningkat menjadi 643 juta jiwa pada tahun
2030 dan 783 juta jiwa pada tahun 2045. Diabetes melitus menyebabkan 6,7 juta
kematian Terjadi peningkatan risiko diabetes tipe II pada 541 juta orang dewasa
(Maglino & Boyko, 2021). Kadar glukosa yang lebih tinggi dari normal
mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian dengan meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler dan lainnya (Kemenkes RI, 2019).
A. Rumusan Masalah :
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan Manajemen Aktivitas Pada Pasien
Diabetes Melitus?
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui lebih lanjut Asuhan Keperawatan Manajemen Aktivitas Pada
Pasien Diabetes Melitus.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit diabetes melitus
2. Mengetahui pengkajian pada penderita penyakit diabetes melitus
3. Mengetahui diagnosa keperawatan pada penderita penyakit diabetes
melitus
4. Mengetahui rencana keperawatan pada penderita penyakit diabetes
melitus
5. Mengetahui implementasi keperawatan yang dapat dilakukan pada
penderita penyakit diabetes melitus
6. Mengetahui hasil/evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan
pada penderita penyakit diabetes melitus
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
C. ETIOLOGI
Etilogi atau penyebab Diabetes Melitus (DM) adalah yaitu genetik
atau faktor keturunan, yang mana penderita Diabetes Melitus yang sudah
dewasa lebih dari 50% berasal dari keluarga yang menderita Diabetes
Melitus dengan begitu dapat dikatakan bahwa Diabetes Melitus cenderung
diturunkan, bukan ditularkan. Faktor lainnya yaitu nutrisi, nutrisi yang
berlebihan (overnutrition) merupakan faktor risiko pertama yang diketahui
menyebabkan Diabetes Melitus, semakin lama dan berat obesitas akibat
nutrisi berlebihan, semakin besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes
Melitus (dr Prapti dan Tim Lentera, 2003). Sering mengalami stress dan
kecanduan merokok juga merupakan faktor penyebab Diabetes Melitus.
D. PATOFISIOLOGI
Faktor penyebab yang dapat menyebabkan DM dikaitannya dengan
perilaku hidup yang kurang sehat meliputi kurangnya aktivitas fisik, berat
badan lebih (obesitas), hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat, riwayat
toleransi glukosa terganggu. ((Pulungan et al., 2019).
Selain itu Diabetes Militus diakibatkan karena banyak faktor
diantaranya pergantian gaya hidup, sangat kurangnya pengetahuan tentang
penyakit sehingga kurang juga pemahaman untuk melakukan deteksi dini
penyakit Diabetes Militus (Kemenkes 2010) dalam (Wahyuningsih &
Astarini, 2018). Pada Penyebab penyakit kronis progresif akibat tubuh
tidak mampu untuk memetabolisme karbohidrat, protein dan lemak,
sehingga mengarah pada hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi.(Siti
Nurkhalizah, Siti Rochmani, 2021)
Penyebab diabetes mellitus tipe 1 berupa penurunan sekresi insulin
akibat autoantibodi yang merusak sel-sel pulau Langerhans pada pankreas.
Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas akibat Mekanisme Autoimun
Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada diabetes mellitus tipe 1
terjadi akibat terbentuknya autoantibodi.
Selain itu Hiperglikemia dan Komplikasinya juga menyebabkan
kerusakan sel-sel β pankreas akan menyebabkan terjadinya penurunan
sekresi insulin. Defisit insulin ini kemudian akan menyebabkan terjadinya
hiperglikemia yang bila terus memburuk akan menyebabkan penderita
mengalami hiperosmolaritas dan dehidrasi.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes melitus akut terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
- Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar gula darah
secara drastis akibat tingginya kadar insulin dalam tubuh, terlalu banyak
mengonsumsi obat penurun gula darah, atau terlambat makan.
Gejalanya: meliputi penglihatan kabur, jantung berdetak cepat, sakit
kepala, tubuh gemetar, keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang
terlalu rendah, bahkan bisa menyebabkan pingsan, kejang, dan koma.
- Ketosiadosis diabetik (KAD)
Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan
kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi diabetes
melitus yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula atau
glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga tubuh mengolah lemak dan
menghasilkan zat keton sebagai sumber energi.
- Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)
Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis pada penyakit
kencing manis, dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi
akibat adanya lonjakan kadar gula darah yang sangat tinggi dalam waktu
tertentu. Gejala HHS ditandai dengan haus yang berat, kejang, lemas,
gangguan kesadaran, hingga koma
B. Komplikasi Diabetes Melitus Kronis
Komplikasi jangka panjang biasanya berkembang secara bertahap saat
diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar gula darah yang
tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan meningkatkan risiko
komplikasi, yaitu kerusakan serius pada seluruh organ tubuh.
Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes melitus
adalah:
1. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini disebut
retinopati diabetik dan berpotensi menyebabkan kebutaan. Pembuluh
darah di mata yang rusak karena diabetes juga meningkatkan risiko
gangguan penglihatan, seperti katarak dan glaukoma.
2. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan pada ginjal
disebut nefropati diabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal,
bahkan bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat
terjadi gagal ginjal, penderita harus melakukan cuci darah rutin atau
transplantasi ginjal.
3. Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan
saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropati
diabetik ini terjadi ketika saraf mengalami kerusakan, baik secara
langsung akibat tingginya gula darah maupun karena penurunan aliran
darah menuju saraf.
4. Masalah kaki dan kulit
Masalah pada kulit dan luka pada kaki juga umum terjadi jika
mengalami komplikasi diabetes. Hal ini disebabkan oleh kerusakan
pembuluh darah dan saraf, serta terbatasnya aliran darah ke kaki.
5. Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah di
seluruh tubuh, termasuk jantung. Komplikasi diabetes melitus yang
menyerang jantung dan pembuluh darah, meliputi penyakit jantung,
stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri (aterosklerosis).
F. PENATALAKSAAN
1. Pemberian Insulin
Pemberian dilakukan melalui suntikan, karena insulin akan dicerna oleh
lambung dan tidak bisa masuk ke aliran darah bila diberikan dalam
bentuk pil. Insulin juga dapat diberikan menggunakan pompa insulin.
Pompa insulin berukuran sebesar ponsel, dan dilengkapi dengan tabung
yang tersambung ke kateter. Kateter dapat dimasukkan ke perut, lengan,
pinggul, paha atau bokong pasien. Sedangkan pompanya dapat
disematkan di ikat pinggang atau dimasukkan ke saku celana. Pompa
insulin diprogram untuk memasukkan insulin ke dalam tubuh secara
terus-menerus, sedikit demi sedikit. Hal tersebut untuk menjaga kadar
gula darah selalu normal. Berikut ini merupakan kriteria batas kadar
gula darah yang normal dari hasil TTGO.
- Normal (tidak menderita diabetes): di bawah 140 mg/dL.
- Prediabetes: 140-199 mg/dL.
- Diabetes: 200 mg/dL atau lebih.
Pada jam makan, pasien bisa menambah kadar insulin, tergantung kadar
karbohidrat yang dikonsumsi. Pengobatan dengan insulin harus disertai
dengan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin, guna memastikan
gula darah selalu dalam batas normal. Hal tersebut karena kadar gula
darah bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti olahraga, obat-obatan,
perubahan hormon dan kondisi kesehatan secara umum.
2. Pemberian Obat-obatan
Selain pemberian insulin, dokter dapat meresepkan beberapa jenis obat
berikut ini:
- Aspirin, untuk menjaga kesehatan jantung pasien
- Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor) dan
angiotensin II receptor blockers (ARB), untuk menjaga kesehatan
ginjal pasien
- Obat penurun kolesterol, untuk menurunkan risiko terserang
penyakit jantung
B. Buah-buahan
Buah-buahan adalah sumber gula alami dan harus dihitung sebagai
karbohidrat. Penting mengetahui seberapa banyak karbohidrat di dalam
porsi buah yang dikonsumsi.
C. Sayuran
Beberapa sayuran memiliki kandungan karbohidrat lebih banyak
ketimbang sayuran lain. . Misalnya kentang dan jagung. Jenis sayuran
ini sebaiknya dikonsumsi secara hati-hati.
Sebaliknya sayuran yang tidak mengandung karbohidrat, harus
dikonsumsi lebih banyak karena bisa membantu menjaga kadar gula
darah stabil. Selain rendah karbohidrat, sayuran hijau juga kaya akan
vitamin, mineral, dan serat. Diabestfriends bisa mengonsumsi sayuran
non pati hingga 3 cangkir per waktu makan tanpa terkena dampak yang
signifikan pada kadar gula darah.
D. Biji-bijian utuh
Whole grain atau gandum utuh adalah karbohidrat yang bernutrisi dan
tinggi serat. Contoh whole grain yang bisa dikonsumsi adalah nasi
merah dan roti gandum. Whole grain juga termasuk rekomendasi
makanan untuk penderita diabetes tipe 1.
4. Olahraga
Pasien disarankan untuk melakukan olahraga, misalnya dengan berjalan
kaki atau berenang. Lakukan sedikitnya 30 menit setiap hari dengan
intensitas ringan–sedang. Pada anak-anak, olahraga dapat dilakukan 1
jam setiap hari.
Selain melakukan olahraga secara rutin, disarankan untuk memeriksa
gula darah lebih sering. Hal ini agar asupan nutrisi dan dosis insulin
yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh, serta untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia ketika sedang berolahraga
G. AKTIVITAS FISIK
BERDASARKAN USIA (World Health Organization, 2010)
- Usia 5-17 Tahun
1. Anak-anak dan remaja yang berusia 5–17 tahun harus melakukan
aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga kuat minimal 60 menit
setiap hari.
2. Aktivitas fisik yang dilakukan sebagian besar merupakan aktivitas
aerobik.
3. Melakukan aktivitas intensitas kuat termasuk yang memperkuat otot
dan tulang minimal 3 kali per minggu.
Usia 18 Tahun-64 Tahun
1. Individu dewasa yang berusia 18-64 tahun harus melakukan minimal
150 menit aktivitas fisik aerobik dengan intensitas sedang dalam satu
minggu atau minimal 75 menit aktivitas fisik aerobik dengan
intensitas tinggi dalam satu minggu atau kombinasi keduanya.
2. Aktivitas aerobik harus dilakukan dalam durasi minimal selama10
menit.
3. Individu dewasa dapat meningkatkan aktivitas fisik aerobik
intensitassedang hingga 300 menit per minggu atau melakukan 150
menit latihan fisik aerobik dengan intensitas yang kuat per minggu
atau kombinasi keduanya.
4. Kegiatan penguatan otot harus dilakukan selama 2 hari atau dalam
seminggu.
a. membaca (10%)
d. mengajar (20%)
e. berjalan (20%)
c. bersepeda (30%)
a. aerobik (40%)
c. jogging (40%)
CONTOH KASUS :
a) PENGKAJIAN
1.Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 12 Tahun
Status : Anak
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
1. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama : Tidak Sadarkan diri karena kelelahan dan tubuh terasa
sangat lemas
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
TTV : (TD :90:70 mmHg, N : 87X /Menit, RR : 23X /Menit, dan S : 36,5
C)
3. Pemeriksaan Penunjang :
Belum didpatkan hasil laboratorium.
Pada pasien yang tidak memiliki gejala klasik diabetes, jika kadar gula
darah puasa di antara 100-125 mg/dL atau kadar gula darah sewaktu antara
140-199 mg/dL, lakukan pemeriksaan toleransi glukosa. Pasien tanpa
gejala klasik dengan kadar gula darah puasa <100 mg/dL atau kadar gula
darah sewaktu <140 mg/dL dapat langsung didiagnosis sebagai tidak
terkena diabetes mellitus.
4. Diagnoosa Keperawatan
a) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Resistensi
insulin
b) Gangguaan Citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
c) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
d) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan
5. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Pulungan, A. B., Annisa, D., & Imada, S. (2019). Diabetes Melitus Tipe-1 pada
Anak: Situasi di Indonesia dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 20(6), 392.
https://doi.org/10.14238/sp20.6.2019.392-400
Rahmadiya, S., & Dahlia, D. (2022). Aktivitas fisik dan olahraga terhadap
glikemik pada pasien diabetes mellitus (literatur review). Journal of Physical
Activity, 3(1), 10–19.
Willa, G., Nim, K., Fatma, E., & Nim, A. (2014). DIABETES MELITUS
MENGGUNAKAN METODE FUZZY INFERENCE SYSTEM ( FIS )
TSUKAMOTO Kelompok B Kelas F. Skripsi, Nim 115090600111029.