Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN AKTIVITAS PADA PASIEN

DIABETES MELITUS

Disusun oleh :

Alisa Putri
Egita Aprilia
Elza Lita
Nia Susanti
Ray Zona Yudanegara

Dosen Pembimbing

Ns. Idramsyah S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


JURUSAN SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + NERS
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN AKTIVITAS PADA
PASIEN DIABETES MELITUS”.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4

A. Latar Belakang ...................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................5

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................................7

A. Definisi Diabetes Melitus ............................................................................7


B. Etiologi Diabetes Melitus ............................................................................7
C. Klasifikasi Diabetes Melitus........................................................................8
D. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus .......................................................... 9
E. Patofisiologi Diabetes Melitus...................................................................10
F. Pathway......................................................................................................11
G. Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus .................................................16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................18

A. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................18


B. Analisa Data ..............................................................................................25
C. Diagnosa Keperawatan .............................................................................25
D. Intervensi Keperawatan .............................................................................26
E. Implementasi dan Evaluasi .......................................................................28

BAB V PENUTUP ................................................................................................34

A. Kesimpulan .......................................................................................................34

B. Saran .................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................35


BAB I
PENDAHULUAN

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme protein, lemak, dan


karbohidrat yang terjadi secara kronis. Diabetes melitus digambarkan sebagai
peningkatan glukosa darah yang melebihi ambang batas (International Diabetes
Federation, 2021).

Terdapat dua tipe dalam pengklasifikasian penyakit diabetes meilitus


(DM), yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Resisten dan atau berkurangnya sekresi
insulin merupakan etiologi penyakit DM tipe 2. Kondisi ini tubuh mampu
mensekresi insulin, tetapi terjadi resistensi pada insulin sehingga terjadi
penurunan fungsi dari insulin (Okur et al., 2017).

Penderita diabetes di dunia pada tahun 2021 mencapai 537 juta jiwa,
Diperkirakan penderita diabetes akan meningkat menjadi 643 juta jiwa pada tahun
2030 dan 783 juta jiwa pada tahun 2045. Diabetes melitus menyebabkan 6,7 juta
kematian Terjadi peningkatan risiko diabetes tipe II pada 541 juta orang dewasa
(Maglino & Boyko, 2021). Kadar glukosa yang lebih tinggi dari normal
mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian dengan meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler dan lainnya (Kemenkes RI, 2019).

Upaya pengendalian diabetes melitus pada individu dengan riwayat


Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa (GDP) terganggu
atau kelompok pre-diabetes harus menerapkan pola hidup sehat dengan
memperhatikan asupan makan dan minum secara teratur, serta melakukan
aktivitas fisik (Kementrian kesehatan republik indonesia, 2020). Aktivitas fisik
merupakan gerak tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal dan
mengakibatkan pengeluaran energy, Energi merupakan hasil dari sebuah perilaku
aktivitas fisik (Cicilia L et al., 2018). Hal ini saat penting untuk pasien diabetes.
Aktivitas membuat tubuh lebih sensitive terhadap insulin (hormon yang
membantu sel di tubuh menggunakan gula darah untuk energy, hal ini akan
mengontorl diabetes. Aktifitas fisik juga membantu mengkontrok kadar gula
darah dan menurunkan risiko penyakit jantung dan kerusakan saraf (CDC, 2021).

Pengetahuan setiap individu berpengaruh terhadap perilakunya karena


seseorang akan mengerti yang dibutuhkan oleh dirinya, serta dirinya mampu
bertanggung jawab akan kebutuhan hidupnya. Tercipta perilaku yang baru
bermula dari suatu pengetahuan (kognitif) artinya orang tersebut bermula
mengetahui materi lebih dulu akhirnya pengetahuan itu akan menciptakan suatu
sikap dan tindakan (Koryoso 1999)

A. Rumusan Masalah :
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan Manajemen Aktivitas Pada Pasien
Diabetes Melitus?

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui lebih lanjut Asuhan Keperawatan Manajemen Aktivitas Pada
Pasien Diabetes Melitus.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit diabetes melitus
2. Mengetahui pengkajian pada penderita penyakit diabetes melitus
3. Mengetahui diagnosa keperawatan pada penderita penyakit diabetes
melitus
4. Mengetahui rencana keperawatan pada penderita penyakit diabetes
melitus
5. Mengetahui implementasi keperawatan yang dapat dilakukan pada
penderita penyakit diabetes melitus
6. Mengetahui hasil/evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan
pada penderita penyakit diabetes melitus
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Penyakit Diabetes Melitus (DM) atau penyakit gula merupakan salah


satu penyakit gangguan metabolik pankreas yang tidak dapat memproduksi
cukup insulin secara efektif yang dapat menimbulkan gejala hiperglikemia,
sehingga membutuhkan terapi insulin untuk menstabilkan kadar glukosa
darah dalam tubuh (WHO, 2016). (Ati & Listiyanawati, 2020).

B. TANDA DAN GEJALA


Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Adapun tanda dan gejala lainnya
adalah :
1. Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi
2. Nafsu makan meningkat ( Polyhgia ) karena sel kekurangan energi
sinyal
3. Haus meningkat ( polydepsia ) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
4. Urinasi meningkat ( Polyuria ) karena tubuh berusaha membuang
glukosa.
5. Berat Badan Turun karena glukosa tidak dapat masuk kedalam sel
6. Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa
Tanda atau gejala penyakit Diabetes Melitus (DM) sebagai berikut
(Perkeni,2015):
a. Pada Diabetes Melitus Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan
adalah
poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah
(fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
b. Pada Diabetes Melitus Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir
tidak ada. Diabetes Melitus Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan
penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah
berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya
lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan
makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hyperlipidemia obesitas,
dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.

C. ETIOLOGI
Etilogi atau penyebab Diabetes Melitus (DM) adalah yaitu genetik
atau faktor keturunan, yang mana penderita Diabetes Melitus yang sudah
dewasa lebih dari 50% berasal dari keluarga yang menderita Diabetes
Melitus dengan begitu dapat dikatakan bahwa Diabetes Melitus cenderung
diturunkan, bukan ditularkan. Faktor lainnya yaitu nutrisi, nutrisi yang
berlebihan (overnutrition) merupakan faktor risiko pertama yang diketahui
menyebabkan Diabetes Melitus, semakin lama dan berat obesitas akibat
nutrisi berlebihan, semakin besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes
Melitus (dr Prapti dan Tim Lentera, 2003). Sering mengalami stress dan
kecanduan merokok juga merupakan faktor penyebab Diabetes Melitus.

D. PATOFISIOLOGI
Faktor penyebab yang dapat menyebabkan DM dikaitannya dengan
perilaku hidup yang kurang sehat meliputi kurangnya aktivitas fisik, berat
badan lebih (obesitas), hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat, riwayat
toleransi glukosa terganggu. ((Pulungan et al., 2019).
Selain itu Diabetes Militus diakibatkan karena banyak faktor
diantaranya pergantian gaya hidup, sangat kurangnya pengetahuan tentang
penyakit sehingga kurang juga pemahaman untuk melakukan deteksi dini
penyakit Diabetes Militus (Kemenkes 2010) dalam (Wahyuningsih &
Astarini, 2018). Pada Penyebab penyakit kronis progresif akibat tubuh
tidak mampu untuk memetabolisme karbohidrat, protein dan lemak,
sehingga mengarah pada hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi.(Siti
Nurkhalizah, Siti Rochmani, 2021)
Penyebab diabetes mellitus tipe 1 berupa penurunan sekresi insulin
akibat autoantibodi yang merusak sel-sel pulau Langerhans pada pankreas.
Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas akibat Mekanisme Autoimun
Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada diabetes mellitus tipe 1
terjadi akibat terbentuknya autoantibodi.
Selain itu Hiperglikemia dan Komplikasinya juga menyebabkan
kerusakan sel-sel β pankreas akan menyebabkan terjadinya penurunan
sekresi insulin. Defisit insulin ini kemudian akan menyebabkan terjadinya
hiperglikemia yang bila terus memburuk akan menyebabkan penderita
mengalami hiperosmolaritas dan dehidrasi.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes melitus akut terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
- Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar gula darah
secara drastis akibat tingginya kadar insulin dalam tubuh, terlalu banyak
mengonsumsi obat penurun gula darah, atau terlambat makan.
Gejalanya: meliputi penglihatan kabur, jantung berdetak cepat, sakit
kepala, tubuh gemetar, keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang
terlalu rendah, bahkan bisa menyebabkan pingsan, kejang, dan koma.
- Ketosiadosis diabetik (KAD)
Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan
kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi diabetes
melitus yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula atau
glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga tubuh mengolah lemak dan
menghasilkan zat keton sebagai sumber energi.
- Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)
Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis pada penyakit
kencing manis, dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi
akibat adanya lonjakan kadar gula darah yang sangat tinggi dalam waktu
tertentu. Gejala HHS ditandai dengan haus yang berat, kejang, lemas,
gangguan kesadaran, hingga koma
B. Komplikasi Diabetes Melitus Kronis
Komplikasi jangka panjang biasanya berkembang secara bertahap saat
diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar gula darah yang
tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan meningkatkan risiko
komplikasi, yaitu kerusakan serius pada seluruh organ tubuh.
Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes melitus
adalah:
1. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini disebut
retinopati diabetik dan berpotensi menyebabkan kebutaan. Pembuluh
darah di mata yang rusak karena diabetes juga meningkatkan risiko
gangguan penglihatan, seperti katarak dan glaukoma.
2. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan pada ginjal
disebut nefropati diabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal,
bahkan bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat
terjadi gagal ginjal, penderita harus melakukan cuci darah rutin atau
transplantasi ginjal.
3. Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan
saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropati
diabetik ini terjadi ketika saraf mengalami kerusakan, baik secara
langsung akibat tingginya gula darah maupun karena penurunan aliran
darah menuju saraf.
4. Masalah kaki dan kulit
Masalah pada kulit dan luka pada kaki juga umum terjadi jika
mengalami komplikasi diabetes. Hal ini disebabkan oleh kerusakan
pembuluh darah dan saraf, serta terbatasnya aliran darah ke kaki.
5. Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah di
seluruh tubuh, termasuk jantung. Komplikasi diabetes melitus yang
menyerang jantung dan pembuluh darah, meliputi penyakit jantung,
stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri (aterosklerosis).

F. PENATALAKSAAN
1. Pemberian Insulin
Pemberian dilakukan melalui suntikan, karena insulin akan dicerna oleh
lambung dan tidak bisa masuk ke aliran darah bila diberikan dalam
bentuk pil. Insulin juga dapat diberikan menggunakan pompa insulin.
Pompa insulin berukuran sebesar ponsel, dan dilengkapi dengan tabung
yang tersambung ke kateter. Kateter dapat dimasukkan ke perut, lengan,
pinggul, paha atau bokong pasien. Sedangkan pompanya dapat
disematkan di ikat pinggang atau dimasukkan ke saku celana. Pompa
insulin diprogram untuk memasukkan insulin ke dalam tubuh secara
terus-menerus, sedikit demi sedikit. Hal tersebut untuk menjaga kadar

gula darah selalu normal. Berikut ini merupakan kriteria batas kadar
gula darah yang normal dari hasil TTGO.
- Normal (tidak menderita diabetes): di bawah 140 mg/dL.
- Prediabetes: 140-199 mg/dL.
- Diabetes: 200 mg/dL atau lebih.
Pada jam makan, pasien bisa menambah kadar insulin, tergantung kadar
karbohidrat yang dikonsumsi. Pengobatan dengan insulin harus disertai
dengan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin, guna memastikan
gula darah selalu dalam batas normal. Hal tersebut karena kadar gula
darah bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti olahraga, obat-obatan,
perubahan hormon dan kondisi kesehatan secara umum.
2. Pemberian Obat-obatan
Selain pemberian insulin, dokter dapat meresepkan beberapa jenis obat
berikut ini:
- Aspirin, untuk menjaga kesehatan jantung pasien
- Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor) dan
angiotensin II receptor blockers (ARB), untuk menjaga kesehatan
ginjal pasien
- Obat penurun kolesterol, untuk menurunkan risiko terserang
penyakit jantung

3. Pola makan sehat


Untuk membantu proses penyembuhan, pasien dapat mengonsumsi
makanan tinggi serat dan rendah lemak, seperti gandum, sayur dan
buah-buahan. Pasien juga akan disarankan mengurangi asupan
karbohidrat dan produk makanan hewani. Selain itu, kurangi konsumsi
gula, karbohidrat, dan garam berlebihan, karena bisa meningkatkan
kadar gula darah. Pola diet ini juga disarankan bagi orang yang tidak
menderita diabetes.
Penting bagi pasien untuk mengetahui jumlah asupan karbohidrat pada
makanan yang dikonsumsi, agar dosis insulin yang disuntikkan berada
dalam jumlah yang tepat. Bila perlu, konsultasikan dengan dokter gizi
mengenai pola makan dan jenis makanan yang sesuai dengan
kebutuhan.
Berikut beberapa rekomendasi makanan untuk penderita diabetes tipe 1:
 
A. Karbohidrat
Ada tiga jenis karbohidrat, yaitu pati, gula, dan serat. Ketiganya bisa
ditemukan di hampir semua jenis makanan. Kecuali serat yang
kebanyakan ada di sayuran, biji-bijian dan buah-buahan. Karbohidrat
akan diubah menjadi gula di dalam saluran pencernaan, dan langsung
diserap ke aliran darah. Karbohidrat adalah makanan yang
cepat meningkatkan kadar gula darah. Jangan sama sekali menghindari
karbohidrat karena Diabestfriends bisa mengalami hipoglikemia, yaitu
saat kadar gula darah sangat rendah. Sebaiknya pilih karbohidrat
kompleks yang lebih lama dicerna sehingga tidak meningkatkan kadar
gula darah. Contohnya gandum dan biji-bijian

B. Buah-buahan
Buah-buahan adalah sumber gula alami dan harus dihitung sebagai
karbohidrat. Penting mengetahui seberapa banyak karbohidrat di dalam
porsi buah yang dikonsumsi. 

C. Sayuran
Beberapa sayuran memiliki kandungan karbohidrat lebih banyak
ketimbang sayuran lain. . Misalnya kentang dan jagung. Jenis sayuran
ini sebaiknya dikonsumsi secara hati-hati.
Sebaliknya sayuran yang tidak mengandung karbohidrat, harus
dikonsumsi lebih banyak karena bisa membantu menjaga kadar gula
darah stabil. Selain rendah karbohidrat, sayuran hijau juga kaya akan
vitamin, mineral, dan serat. Diabestfriends bisa mengonsumsi sayuran
non pati hingga 3 cangkir per waktu makan tanpa terkena dampak yang
signifikan pada kadar gula darah.

D. Biji-bijian utuh
Whole grain atau gandum utuh adalah karbohidrat yang bernutrisi dan
tinggi serat. Contoh whole grain yang bisa dikonsumsi adalah nasi
merah dan roti gandum. Whole grain juga termasuk rekomendasi
makanan untuk penderita diabetes tipe 1.

E. Protein dan Lemak


Protein sangat penting untuk memelihara kesehatan sel dan otot, serta
menyembuhkan luka. Contoh protein hewani yang sehat adalah daging
tanpa lemak, telur, dan ikan. Lemak sehat juga penting untuk kesehatan
otak dan fungsi jantung. Contoh lemak sehat adalah lemak pada
alpukat, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

4. Olahraga
Pasien disarankan untuk melakukan olahraga, misalnya dengan berjalan
kaki atau berenang. Lakukan sedikitnya 30 menit setiap hari dengan
intensitas ringan–sedang. Pada anak-anak, olahraga dapat dilakukan 1
jam setiap hari.
Selain melakukan olahraga secara rutin, disarankan untuk memeriksa
gula darah lebih sering. Hal ini agar asupan nutrisi dan dosis insulin
yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh, serta untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia ketika sedang berolahraga

G. AKTIVITAS FISIK
BERDASARKAN USIA (World Health Organization, 2010)
- Usia 5-17 Tahun
1. Anak-anak dan remaja yang berusia 5–17 tahun harus melakukan
aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga kuat minimal 60 menit
setiap hari.
2. Aktivitas fisik yang dilakukan sebagian besar merupakan aktivitas
aerobik.
3. Melakukan aktivitas intensitas kuat termasuk yang memperkuat otot
dan tulang minimal 3 kali per minggu.
Usia 18 Tahun-64 Tahun
1. Individu dewasa yang berusia 18-64 tahun harus melakukan minimal
150 menit aktivitas fisik aerobik dengan intensitas sedang dalam satu
minggu atau minimal 75 menit aktivitas fisik aerobik dengan
intensitas tinggi dalam satu minggu atau kombinasi keduanya.
2. Aktivitas aerobik harus dilakukan dalam durasi minimal selama10
menit.
3. Individu dewasa dapat meningkatkan aktivitas fisik aerobik
intensitassedang hingga 300 menit per minggu atau melakukan 150
menit latihan fisik aerobik dengan intensitas yang kuat per minggu
atau kombinasi keduanya.
4. Kegiatan penguatan otot harus dilakukan selama 2 hari atau dalam
seminggu.

Usia 60 tahun keatas


1. Individu yang berusia 65 tahun ke atas harus melakukan aktivitas fisik
minimal 150 menit aerobic dengan intensitas sedang aktivitas fisik
sepanjang minggu atau melakukan minimal 75 menit latihan aerobik
dengan intensitas tinggi aktivitas fisik sepanjang minggu atau
kombinasi yang setara dari aktivitas intensitas sedang dan kuat.
2. Aktivitas aerobik harus dilakukan dalam durasi minimal 10 menit.
3. Individu berusia 65 tahun ke atas dapat meningkatkan aktivitas fisik
aerobik intensitas sedang menjadi 300 menit per minggu, atau
melakukan aktivitas fisik aerobik intensitas kuat dalam 150 menit per
minggu atau kombinasi keduanya
4. Pada kelompok usia dengan mobilitas yang buruk, sebaiknya
melakukan aktivitas fisik untuk meningkatkan keseimbangan dan
mencegah jatuh pada 3 hari atau lebih per minggu.
5. Kegiatan penguatan otot harus dilakukan dengan melibatkan kelompok
otot utama, dalam dua hari atau lebih seminggu.
6. Sebagian besar individu pada kelompok usia ini tidak mampu
melakukan aktivitas fisik dengan jumlah yang disarankan. Hal ini
disebabkan oleh kondisi kesehatan yang dialami, sehingga aktivitas
fisik dapat dilakukan hanya sebatas kemampuan masing-masing
individu dan disesuaikan dengan kondisi fisik setiap individu.
(Prasetyo Kusumo, 2021)
A. PENGHITUNGAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PASIEN DM
Penderita DM sering mengalami neuropati perifer pada
kaki yang dapat mengakibatkan terjadinya ulkus kaki. Salah satu
penatalaksanaan pada pasien DM tipe 2 dengan gangguan
kebutuhan aktivitas dan istirahat adalah dengan terapi pemijatan
kaki dan ROM yang dapat meningkatan aliran darah,
mempermudah saraf menerima suplai oksigen dan nutrisi sehingga
dapat meningkatkan fungsi saraf.
Sedikit banyaknya energy yang dikeluarkan didasarkan
pada tingkat aktivitas perhari, misal: Aktivitas ringan sekali
seperti: tidur, berbaring, duduk, berdiri, menulis, merajut main
catur,dsb memerlukan kurang dari 25 kalori/menit, aktifitas ringan
seperti: jalan santai, cuci piring, menjahit, menyapu, menghias
ruang, memerlukan sekitar 2,5-4,9 kalori/menit, aktivitas sedang
seperti: mencangkul, berenang, tennis, bulutangkis, memerlukan
sekitar 5,0-7,4 kalori/menit, aktivitas berat seperti: membajak
sawak, memerlukan sekitar 7,5-9,9 kalori/menit, dan aktifitas berat
sekali seperti: mendaki gunung, memerlukan lebih dari 10
kalori/menit. Dan kalori yang dibutuhkan tubuh untuk mencerna
makanan, menstabilkan suhu tubuh, pembaruan jaringan tubuh
(Spesific Dynamic Action) SDA adalah kurang lebih 10 % dari
total kalori harian (Ranu Bas Kora A.P., Sutardji, Oktia
Woro:2011:182).
B. Perhitungan Kalori
Untuk menghitung jumlah total kalori sehari, ada 4 variabel
perhitungan yang diperlukan diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Kebutuhan Kalori Harian Tentukan berat badan ideal.

Rumus Berat Badan ideal = 0,9 × (Tinggi Badan − 100)


Contoh: Wanita berumur 45 tahun dengan tinggi badan 165 cm,
maka berat badan ideal = 0,9 × (165 − 100) = 58,5 kg

2. Hitung Kebutuhan Basal


Pria = berat badan ideal × 30 Kkal
Wanita = berat badan ideal × 25 Kkal

Contoh : Jadi, kebutuhan basal = 58,5 × 25 Kkal = 1462,5 Kkal

3. Tambahkan Aktivitas Fisik Harian

Ringan (tambahkan 10 - 20%)

a. membaca (10%)

b. menyetir mobil (10%)

c. kerja kantoran (10%)

d. mengajar (20%)

e. berjalan (20%)

Sedang (tambahkan 20 - 30%)

a. kerja rumah tangga (20%)

b. berjalan cepat (30%)

c. bersepeda (30%)

Berat (tambahkan 40 - 50%)

a. aerobik (40%)

b. bersepeda mendaki (40%)

c. jogging (40%)

Contoh: Ibu rumah tangga = 20% × 1462,5 Kkal = 292,5 Kkal

3. Koreksi Usia Kondisi Koreksi 40 - 59 tahun 60 - 69 tahun 70 tahun


5% (minus) 10% (minus) 20% (minus)
Contoh: Umur 45 tahun, koreksi 5% = 5% × 1462,5 Kkal = 73,125
Kkal
Jadi, total kebutuhan kalori sehari untuk contoh wanita berumur 45
tahun dengan tinggi badan 165 cm adalah 1462,5 + 292,5 − 73,125
= 1681,875 = 1680 Kkal/hari (Willa et al., 2014)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PENDERITA PENYAKIT DIABETES TIPE-1

CONTOH KASUS :

Seorang anak Laki-laki An.R berusia 12 tahun dibawa ke Rumah Sakit


oleh Orang tua nya karena, tiba-tiba tidak sadarkan diri sepulangnya bermain
bersama teman nya. Diketahui kondisi saat dibawa ke Rumah Sakit An.R merasa
Gemetar, Kelelahan, Lemas, Pusing, Nafas sesak, dan detak jantung cepat, tampak
berkeringat. Ibu An.R mengatakan beberapa hari yang lalu anaknya sering merasa
kelaparan, dan peningkatan rasa haus, dan sering mengantuk selain itu An.R juga
mengatakan pada ibunya bahwa sejak beberapa hari yang lalu ia sering sekali
buang air kecil tidak seperti biasanya. Dan Ibu An.R mengatakan anaknya
mengalami penurunan Berat Badan. Hasil pemeriksaan didapatkan ( TD : 90:70
mmHg, N : 87X /Menit, RR : 23X /Menit, dan S : 36,5 C )

a) PENGKAJIAN

1.Identitas Pasien

Nama : An. R

Umur : 12 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jalan Padang Harapan Bengkulu

Status : Anak
Pendidikan : SD

Agama : Islam

Suku : Indonesia

Pekerjaan : Pelajar

1. Riwayat kesehatan

Keluhan Utama : Tidak Sadarkan diri karena kelelahan dan tubuh terasa
sangat lemas

Riwayat Kesehatan Sekarang : Saat di bawa ke RS An.R dalam keadaan


Kelelahan, Lemas, Pusing, Nafas sesak, dan detak jantung cepat.

Riwayat Kesehatan Dahulu : Sebelumnya An.R belum pernah di masuk


RS

Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang


mengalami penyakit yang sama dengan An.R

2. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum :

Kesadaran : Saat dibawa ke RS An.R Tidak Sadarkan diri

TTV : (TD :90:70 mmHg, N : 87X /Menit, RR : 23X /Menit, dan S : 36,5
C)

Pemeriksaan mata : Tidak ada Gangguan penglihatan

Pmeriksaan leher : Tidak ada pembengkakan pada leher

Pemeriksaan dada : Napas sesak, perubahan irama jantung, takipnea

Pemeriksaan ekstremitas atas bawah dan persendiaan : Tidak ada edema,


pergerakan normal.

3. Pemeriksaan Penunjang :
Belum didpatkan hasil laboratorium.
Pada pasien yang tidak memiliki gejala klasik diabetes, jika kadar gula
darah puasa di antara 100-125 mg/dL atau kadar gula darah sewaktu antara
140-199 mg/dL, lakukan pemeriksaan toleransi glukosa. Pasien tanpa
gejala klasik dengan kadar gula darah puasa <100 mg/dL atau kadar gula
darah sewaktu <140 mg/dL dapat langsung didiagnosis sebagai tidak
terkena diabetes mellitus.

4. Diagnoosa Keperawatan
a) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Resistensi
insulin
b) Gangguaan Citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
c) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
d) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan

5. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan1


O ( SDKI ) Hasil ( SIKI )
( SLKI )
1. Ketidakstabilan Kadar Setelah dilakukan SIKI : Edukasi Diet
Glukosa Darah perawatan ... x ... Jam. Observasi :
Berhubungan dengan Diharapkan pasien 1. Identifikasi tingkat
Resistensi insulin menunjukan pengetahuan saat ini
Tanda Mayor : SLKI : Kestabilan 2. Identifikasi
Data subjektif : Kadar Glukosa kebiasaan pola
1. Pasien Darah (1) makan saat ini dan
mengatakan 1. Meningkat masa lalu
Mengantuk 2. Cukup 3. Identifikasi
2. Pasien meningkat keterbatasan
mengatakan 3. Sedang finansial untuk
Pusing 4. Cukup menyediakan
3. Pasien menurun makanan.
mengatakan 5. Menurun Terapeutik :
Lelah / lesu Dengan kriteria hasil 1. Persiapkan materi
Data objektif : - Kesadaran (1) dan media edukasi
1. Kadar glukosa - Mengantuk (5) Edukasi :
dalam darah - Lelah (5) 4. Informasikan
rendah - Gemetar (5) makanan yang
(Hipoglikemia ) - Berkeringat (5) diperbolehkan dan
dan tinggi dilarang
(Hiperglemia) 5. Anjurkan melakukan
Tanda Minor : olahraga
Data subjektif : 6. Rekomendasikan
1. Pasien resep makanan yang
mengatakan sesuai dengan diet
tubuhnya gemetar Kolaborasi :
2. Pasien 1. Rujuk ke ahli gizi,
mengatakan jika perlu
Mengeluh lapar
3. Haus meningkat
Data objektif :
1. Pasien terlihat
Gemetar
2. Kesadaran pasien
menurun
3. Pasien Berkeringat
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan SIKI : Terapi Relaksasi
berhubungan dengan perawatan ... x ... Jam. Observasi :
gejala penyakit Diharapkan pasien 1. Identifikasi tehnik
Tanda Mayor : menunjukan relaksasi yang sesuai
Data subjektif : SLKI : Status 2. Identifikasi
1. Pasien Mengeluh Kenyamanan (2) kemampuan
tidak nyaman 1. Meningkat 3. Monitor respon
Data objektif : 2. Cukup terhadap relaksasi
1. Pasien tampak meningkat Terapeutik :
Gelisah 3. Sedang 1. Ciptakan lingkungan
Tanda Minor : 4. Cukup yang tenang
Data subjektif : menurun 2. Gunakan pakaian
1. Mengeluh sulit menurun longgar
tidur 5. Menurun 3. Gunakan relaksasi
2. Tidak mampu Dengan kriteria hasil yang sesuai
rileks - Keluhan tidak Edukasi :
Data objektif : nyaman (4) 1. Jelaskan tujuan
1. Menunjukan - Gelisah (4) relaksasi
gejala distress - Keluhan sulit 2. Anjurkan posisi
2. Tampak menangis tidur (5) nyaman
1. Postur tubuh - 3. Ajurkan rileks
berubah 1. Anjurkan sering
mengulangi teknik
relaksasi
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan SIKI : manajemen energi
berhubungan dengan perawatan ... x ... Jam. Observasi :
kelemahan Diharapkan pasien 1. Identifikasi
Data Mayor : menunjukan gangguan fungsi
Data Subjektif : SLKI : Tolenransi tubuh yang
1. Pasien Mengeluh Aktivitas (4) mengakibatkan
Lelah 1. Meningkat kelelahan
Data Objektif : 2. Cukup 2. Monitor kelelahan
1. Frekuensi jantung meningkat fisik dan emosional
meningkat >20% 3. Sedang 3. Monitor pola dan
dari kondisi 4. Cukup jam tidur
istirahat menurun Terapeutik :
Data Minor : 5. Menurun 1. Sedeiakan
Data Subjektif : lingkungan
1. Pasien mengeluh Dengan kriteria hasil : nyaman dan
sesak nafas 1) Keluhan lelah renah stimulus
2. Pasien Merasa cukup 2. Lakukan latihan
tidak nyaman menurun rentang gerak
3. Pasien Merasa 2) Sesak saat pasif dan atau
Lemah beraktifitas aktif
Data Objektif : cukup 3. Berikan aktivitas
1. TD pasien menurun distraksi dan
berubah 3) Sesak setalah menenangkan
2. Bibir pasien aktivitas cukup Edukasi :
tampak kebiruan menurun 1. Anjurkan tirah
4) Perasaan baring
lemah cukup 2. Anjurkan melakukan
menurun aktivitas secara
5) Sianosis cukup bertahap
menurun
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN ( S-O-A-P )
1. Ketidakstabilan Kadar Implementasi yang S : pasien tampak
Glukosa Darah dilakukan : lemah
Berhubungan dengan 1.Mengidentifikasi O : pasien tidak
Resistensi insulin tingkat pengetahuan sadarkan diri
Tanda Mayor : saat ini TD : 90:70 mmHg,
Data subjektif : 2.Mengentifikasi N : 87X /Menit
4. Pasien Mengeluh kebiasaan pola makan RR : 23X /Menit
sering Mengantuk saat ini dan masa lalu S : 36,5 C
5. Pasien mengeluh 3.Mengidentifikasi
Pusing keterbatasan finansial A : Kadar Gula
6. Pasien mengluh untuk menyediakan Darah pada level 3
Lelah / lesu makanan.
Data objektif : 4.Mengidentifikasi P : Intervensi

2. Kadar glukosa dalam kondisikesehatan pada dilanjutkan, Kadar

darah rendah pasien gula darah pada level

(Hipoglikemia ) dan 5.Menghitung BB idel 4

tinggi (Hiperglemia) pasien


Tanda Minor : 6.Menghitung persentase
Data subjektif : lemak dan otot pasien
4. Palpitasi 7.Memberikan edukasi
5. Mengeluh lapar tentang diet
6. Mulut kering 8.Menjelaskan hubungan
7. Haus meningkat anrtara asupan
Data objektif : makanan, aktivitas
4. Gemetar fisik, penambahan BB,
5. Kesadaran menurun dan penurunan BB
Berkeringat 9.Mengedukasi pasien
untuk olahraga dan
menjaga pola makan
10.Informasikan
makanan yang
diperbolehkan dan
dilarang
11.Anjurkan melakukan
olahraga
12.Rekomendasikan
resep makanan yang
sesuai dengan diet
13. Merujuk ke ahli gizi,
jika perlu
3. Gangguan rasa nyaman 1.Mengdentifikasi tehnik S : pasien tampak
berhubungan dengan gejala relaksasi yang sesuai tidak nyaman,
penyakit 3.Memantau respon gelisah
Tanda Mayor : terhadap relaksasi O : Pasien mengeluh
Data subjektif : 4.Memberikan tidak nyaman,
2. Mengeluh tidak lingkungan yang meringis
nyaman tenang TD : 90:70 mmHg,
Data objektif : 5.Menganjurkan pasien N : 87X /Menit
2. Gelisah menggunakan pakaian RR : 23X /Menit
Tanda Minor : longgar S : 36,5 C
Data subjektif : 6.Memberikan relaksasi
3. Mengeluh sulit tidur yang sesuai A : Gangguan rasa
4. Tidak mampu rileks 7.Menjelaskan tujuan nyaman pada level 2
Data objektif : relaksasi
3. Menunjukan gejala 8.Memberikan posisi P : Intervensi

distress nyaman dilanjutkan,

4. Tampak menangis 9.Mengajarkan tehnik Gangguan rasa

Postur tubuh berubah nafas dalam rileks nyaman pada level 5

Intoleransi aktivitas Implementasi yang Evaluasi :


berhubungan dengan dilakukan : S :- Pasien
kelemahan 1. Menganjurkan mengeluh lelah
Data Mayor : tirah baring - Pasien mengeluh
Data Subjektif : 2. Memantau pola Sesak
2. Pasien Mengeluh makan O : Pasien Tampak
Lelah 3. Memantau pola lelah, lemas dan
Data Objektif : jam tidur gemetar
2. Frekuensi jantung 4. Membimbing
meningkat >20% pasien untuk A : Intoleransi
dari kondisi istirahat melakukan aktivitas pada level 3
Data Minor : pergerakan
Data Subjektif : sedikit demi P : Intervensi

4. Pasien mengeluh sedikit dilanjutkan

sesak nafas 5. Menganjurkan


5. Pasien Merasa tidak pasien untuk
nyaman makan makanan
6. Pasien Merasa mengandung
Lemah protein
Data Objektif : 6. Memberikan
3. TD pasien berubah lingkungan yang
4. Bibir pasien tampak nyaman
kebiruan

DAFTAR PUSTAKA

Ati, D. L., & Listiyanawati, M. D. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan
Istirahat. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Prasetyo Kusumo, M. (2021). Buku Pemantauan Aktivitas Fisik Mahendro


Prasetyo Kusumo (Issue April).

Pulungan, A. B., Annisa, D., & Imada, S. (2019). Diabetes Melitus Tipe-1 pada
Anak: Situasi di Indonesia dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 20(6), 392.
https://doi.org/10.14238/sp20.6.2019.392-400

Rahmadiya, S., & Dahlia, D. (2022). Aktivitas fisik dan olahraga terhadap
glikemik pada pasien diabetes mellitus (literatur review). Journal of Physical
Activity, 3(1), 10–19.

Sharoh, S. M. (2017). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah


Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Wiayah Kerja Puskesmas
Gamping 1 Sleman Yogyakarta. Skripsi.
digilib.unisayogya.ac.id/2509/1/naskah publikasi.pdf

Willa, G., Nim, K., Fatma, E., & Nim, A. (2014). DIABETES MELITUS
MENGGUNAKAN METODE FUZZY INFERENCE SYSTEM ( FIS )
TSUKAMOTO Kelompok B Kelas F. Skripsi, Nim 115090600111029.

PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP


PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai