Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

DIABETES MELITUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak


Menular

Oleh :
Ikrar Andika Ramadhan (NIM 4102 0219 A003)
Mashuri Aji Wijaya (NIM 4102 0219 A006)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Diabetes Melitus ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen kami, ibu Dr. Cucu Herawati, SKM, M.Kes. pada mata kuliah
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang materi Epidemiologi Penyakit Tidak Menular bagi
para pembaca dan juga penyusun.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan untuk
pembelajaran kami kedepannya.

Cirebon, Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Definisi Penyakit Diabetes Melitus ........................................................ 3
2.2 Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus .................................................... 4
2.2.1 Diabetes Melitus Tipe 1 .......................................................................... 4
2.2.2 Diabetes Melitus Tipe 2 .......................................................................... 4
2.2.3 Diabetes Melitus Tipe 3 .......................................................................... 5
2.3 Keadaan Patologi Diabetes Melitus ........................................................ 6
2.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus ........................................................ 6
2.5 Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus ............................................... 8
2.6 Gamabaran Epidemiologi ....................................................................... 10
2.5.1 Gambaran Epidemiologi Tingkat Dunia ................................................. 10
2.5.2 Gambaran Epidemiologi Tingkat Nasional ............................................ 10
2.5.3 Gambaran Epidemiologi Tingkat Jawa Barat ......................................... 11
2.5.4 Gambaran Epidemiologi Tingkat Kabupaten/Kota ................................ 11
2.7 Pencegahan dan Pengendalian ................................................................ 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang paling
sering terjadi secara global. Penyakit ini menempati urutan keempat penyebab
kematian di sebagian besar negara berkembang. Diabetes Melitus dikenal sebagai
penyakit yang heterogen yang biasanya ditandai dengan kadar gula darah yang
tinggi dan toleransi glukosa terganggu, serta kekurangan insulin, kelemahan
keekfetifan peran insulin, ataupun karena kedua alasan tersebut. Berdasarkan
etiologi dasar dan gejala klinis yang dialami, Diabetes Melitus dikategorikan
menjadi 4 tipe yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional.
Diabetes Melitus tipe 1 merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh
kerusakan sel B pankreas baik oleh proses autoimun, maupun idiopatik sehingga
produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Definisi insulin absolut biasanya
didapatkan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 1.(1)
Negara bagian barat, terdapat lebih dari 90% penderita Diabetes Melitus tipe
1 terjadi pada usia anak dan remaja. Sedangkan pada tahun 2013, terdapat sekitar
65.000 anak yang berusia <15 tahun di dunia yang menderita Diabetes Melitus tipe
1 setiap tahunnya. Insiden Diabetes Melitus tipe 1 bervariasi di tiap wilayah
geografis dan etnis, didapatkan hasil tertinggi pada Finlandia yaitu 40,9/10.000 per
tahun, sedangkan terendah pada Cina dan Venezuela yaitu 0,1/100.000 per tahun
(1). Kasus diabetes melitus di Indonesia, hampir semua provinsi menunjukkan
peningkatan prevalensi pada tahun 2013-2018, kecuali provinsi Nusa Tenggara
Timur. Terdapat empat provinsi dengan prevalensi tertinggi pada tahun 2013-2018
yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur. Terdapat
beberapa provinsi dengan peningkatan prevalensi tertinggi sebesar 0,9% yaitu DKI
Jakarta, Riau, Banten, Gorontalo dan Papua Barat.(2)
Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa Diabetes Melitus
berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga
dengan Diabetes Melitus (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat

1
2

melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita Diabetes Melitus gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah
(<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT
≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi penyakit diabetes melitus?
2. Apa saja klasifikasi diabetes melitus?
3. Bagaimana keadaan patologis diabetes melitus?
4. Apa saja faktor risiko penyakit diabetes melitus?
5. Bagaimana gambaran epidemiologi diabetes melitus?
6. Bagaimana cara pencegahan dan pengendalian diabetes melitus?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi diabetes melitus.
2. Mengetahui klasifikasi penyakit diabetes melitus.
3. Mengetahui keadaan patologis diabetes melitus.
4. Mengetahui faktor risiko penyakkit diabetes melitus.
5. Mengetahui gambaran epidemiologi diabetes melitus.
6. Mengetahui cara pencegahan dan pengendalian diabetes melitus.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Diabetes Melitus


Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan.(3)
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati.(4)
Diabetes mellitus (DM) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah
penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak
faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi hormon
insulin, aktivitas insulin dan defisiensi transporter glukosa.
Kejadian DM di awali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama.
Di sisi lain timbulnya DM bisa berawal dengan kekurangan insulin yang bersifat
relatif yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin. Keadaan ini ditandai dengan
ketidakrentanan organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi
optimal dalam mengatur metabolism glukosa. Akibatnya kadar glukosa darah
meningkat.

3
4

2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


2.1.1 Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (childhood-onset diabetes,
juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang
terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel
beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas. IDDM dapat diderita
oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan,
bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1
memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya.
Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal
pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal
sekalipun, yaitu penggantian insulin.

2.1.2 Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus.
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di
tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).(4)
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
5

Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan
sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun
semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan
insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti
dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai
faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan
pengeluaran dari adipokinesnya (suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi
glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan
diagnosis dengan jenis 2 kencing manis.Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah
keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk
memengaruhi anak remaja dan anak-anak.

2.1.3 Diabetes Melitus Tipe 3


Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) atau diabetes melitus yang terjadi
hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan
interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. DMG mungkin
dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita
DMG bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. DMG bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang
setelah melahirkan. DMG dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan
medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh
bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung
bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon
insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan
sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan
sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi,
paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena
kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya
6

fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin
dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia,
seperti distosia bahu.

2.3 Keadaan Patologi Diabetes Melitus


Dalam patofisiologi Diabetes Melitus tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang
berperan yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin
secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi
insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa
hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans
secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada
penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan
sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.(4)

2.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Tanda dan gejala diabetes melitus diantaranya sebagai berikut :
1. Meningkatnya frekuensi buang air kecil
Karena sel-sel di tubuh tidak dapat menyerap glukosa, ginjal mencoba
mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya, penderita jadi lebih
7

sering kencing daripada orang normal dan mengeluarkan lebih dari 5 liter air
kencing sehari. Ini berlanjut bahkan di malam hari. Penderita terbangun
beberapa kali untuk buang air kecil. Itu pertanda ginjal berusaha singkirkan
semua glukosa ekstra dalam darah.
2. Rasa haus berlebihan
Dengan hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil, penderita
merasa haus dan butuhkan banyak air. Rasa haus yang berlebihan berarti tubuh
mencoba mengisi kembali cairan yang hilang itu.
3. Penurunan berat badan
Kadar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penurunan berat badan
yang cepat. Karena hormon insulin tidak mendapatkan glukosa untuk sel, yang
digunakan sebagai energi, tubuh memecah protein dari otot sebagai sumber
alternatif bahan bakar.
4. Rasa lapar yang berlebihan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika kadar
gula darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih
menginginkan glukosa yang dibutuhkan sel.
5. Kulit jadi bermasalah
Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi tanda
peringatan diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit jadi gelap
di sekitar daerah leher atau ketiak.
6. Penyembuhan luka lambat
Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat merupakan tanda
diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah mengalami
kerusakan akibat glukosa dalam jumlah berlebihan yang mengelilingi
pembuluh darah dan arteri. Diabetes mengurangi efisiensi sel progenitor
endotel atau EPC, yang melakukan perjalanan ke lokasi cedera dan membantu
pembuluh darah sembuhkan luka.
7. Infeksi jamur
Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi, hal itu berarti meningkatkan
kerentanan terhadap berbagai infeksi, meskipun yang paling umum adalah
8

candida dan infeksi jamur lainnya. Jamur dan bakteri tumbuh subur di
lingkungan yang kaya akan gula.
8. Iritasi genital
Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah genital jadi seperti
sariawan dan akibatnya menyebabkan pembengkakan dan gatal.
9. Keletihan dan mudah tersinggung
Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di malam hari membuat
orang lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung mudah tersinggung.
10. Pandangan yang kabur
Penglihatan kabur atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan akibat
langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah tidak terkendali
dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan permanen, bahkan mungkin
kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi lemah setelah bertahun-tahun
mengalami hiperglikemia dan mikro-aneurisma, yang melepaskan protein
berlemak yang disebut eksudat.
11. Kesemutan atau mati rasa
Kesemutan dan mati rasa ditangan dan kaki, bersamaan dengan rasa sakit yang
membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh
diabetes. Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah dibiarkan merajalela
terlalu lama, kerusakan saraf bisa menjadi permanen.(5)

2.5 Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus


Peningkatan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) yang sebagian besar
DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat
diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes
Association (ADA) bahwa Diabetes Melitus berkaitan dengan faktor risiko yang
tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan Diabetes Melitus (first degree
relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir
bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita Diabetes Melitus gestasional dan
riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah
meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada
9

wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi
dan diet tidak sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki riwatyat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya,
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, atau peripheral arterial
diseases (PAD), konsumsi alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,
konsumsi kopi dan kafein.
Faktor yang tidak dapat diubah diantaranya :
1. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah
> 45 tahun.
2. Faktor Genetik
Diabetes Melitus tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai
enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
Faktor yang dapat diubah antara lain :
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada
derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Dislipedimia
Dislipedimia adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
4. Riwayat persalinan
10

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram.
5. Alkohol
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan
dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional
kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam
konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.
Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita
Diabetes Melitus, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml
proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.

2.6 Gambaran Epidemiologi Penyakit Diabetes Melitus


2.5.1 Gambaran Epidemiologi Diabetes Melitus Tingkat Dunia
Menurut WHO, jumlah penderita diabetes meningkat dari 108 juta orang di
tahun 1980 menjadi 422 juta di tahun 2014. Pada Mei 2020, Federasi Diabetes
Internasional atau IDF melaporkan 463 juta orang di dunia menyandang diabetes
dengan prevalensi global mencapai 9,3%.

2.5.2 Gambaran Epidemiologi Diabetes Melitus Tingkat Nasional


Prevalensi diabetes di Indonesia mengalami peningkatan dari 5,7% pada
2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta jiwa pada 2013. Data terbaru dari
International Diabetes Federation (IDF) tahun 2017, jumlah penderita diabetes
sebanyak 10,3 juta jiwa dan data terbaru menurut PERKENI, penderita DM di
Indonesia sebanyak 10.681.400 orang per tahun 2020.
11

2.5.3 Gambaran Epidemiologi Diabetes Melitus Tingkat Jawa Barat


Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi diabetes melitus
berdasarkan diagnosis dokter pada umur ≥15 tahun pada Provinsi Jawa Barat adalah
1,7% yang artinya dari tahun 2013 sampai 2018 terjadi kenaikan sebesar 0,4%
prevalensi diabetes melitus di Jawa Barat.

2.5.4 Gambaran Epidemiologi Diabetes Melitus Tingkat Kabupaten/Kota


Berdasarkan laporan SP3 Puskesmas tahun 2018, jumlah kasus baru
Diabetes Militus yang berkunjung ke Rawat Jalan Puskesmas sebanyak 10.605,
mengalami sedikit peningkatan dari tahun 2017 yang mencapai 9.534 kasus.
Menurut Hasil Riskesdas Tahun 2013, prevalensi Diabetes Militus di Kabupaten
Cirebon sebesar 1,0 %.

2.7 Pencegahan dan Pengendalian Diabetes Melitus


Pencegahan penyakit Diabetes Melitus (DM) dibagi menjadi empat bagian
yaitu :
1. Pencegahan Premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan
dengan multimitra. Pencegahan premodial pada penyakit DM misalnya adalah
menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi makan
kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai
atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM,
tetapi berpotensi untuk menderita DM diantaranya :
1) Kelompok usia tua (>45tahun)
2) Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
3) Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
12

4) Riwayat keiuarga DM
5) Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
6) Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
7) Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor
tersebut. Tindakan yang dilakukan pada pencegahan primer agar tidak timbul
DM meliputi :
1) Promosi Kesehatan
- Penyuluhan tentang pola hidup sehat melalui program penurunan berat
badan untuk mencapai berat badan ideal, latihan jasmani dan hentikan
kebiasaan merokok.
- Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang.
- Menghindari obat yang dapat menyulut terjadinya diabetes.

3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal
penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai
dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar
utama pengelolaan DM meliputi penyuluhan, perencanaan makanan, latihan
jasmani dan obat berkhasiat hipoglikemik.
1) Diagnosa dini
Deteksi dini diabetes mellitus dilakukan melalui pemeriksaan gula darah
puasa dan gula darah 2 jam Post Prandial, dimana bila kosentrasi glukosa
darah ≥ 126 mg/dl atau glukosa darah 2 jam post prandial ≥ 200 mg/dl.
2) Pengobatan segera
- Mengonsumsi obat secara teratur sesuai petunjuk dokter
- Monitoring kadar glukosa darah sesuai petunjuk dokter
4. Pencegahan Tersier
13

Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut


dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut
menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin
terkait sangat diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli
sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi
dan lain-lain.Pemantauan dan pemeriksaan yang diperlukan untuk pencegahan
tersier, antara lain:
1) Mata : pemeriksaan mata secara berkala
2) Paru : pemeriksaan rontgen paru secara bekala
3) Jantung : pemeriksaan rekam jantung/uji latih jantung secara berkala
4) Ginjal : pemeriksaan urin dan fungsi ginjal untuk mendeteksi adanya
kebocoran protein
5) Kaki : pemeriksaan dan perawatan kaki secara berkala
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi dan informasi tentang penyakit diabetes melitus
diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes
mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati.s
2. Terdapat 3 klasifikasi penyakit diabetes melitus, yaitu :
1) Diabetes melitus tipe 1
2) Diabetes melitus tipe 2
3) Diabetes melitus tipe 3 atau gestasional
3. Dalam patofisiologi Diabetes Melitus tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang
berperan yaitu :
1) Resistensi insulin
2) Disfungsi sel B pancreas
4. Tanda dan gejala diabetes melitus
1) Meningkatnya frekuensi buang air kecil
2) Rasa haus yang berlebihan
3) Penurunan berat badan
4) Rasa lapar yang berlebihan
5) Kulit jadi bermasalah
6) Penyembuhan luka lambat
7) Infeksi jamur
8) Iritasi genital
9) Keletihan dan mudah tersinggung
10) Pandangan yang kabur
11) Kesemutan atau mati rasa

14
15

5. Faktor risiko penyakit diabetes diantaranya adalah :


1) Obesitas (kegemukan)
2) Hipertensi
3) Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
4) Dislipedimia
5) Umur
6) Riwayat persalinan
7) Faktor Genetik
8) Alkohol dan Rokok
6. Gambaran epidemiologi dari mulai tingkat dunia hingga tingkat
kabupaten/kota mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
7. Pencegahan dan penanggulangan penyakit diabetes melitus dapat dilakukan
dari mulai pencegahan premordial hingga pencegahan tersier. Dari mulai
promosi kesehatan mengenai pola hidup bersih dan sehat hingga
rehabilitasi.

3.2 Saran
Penyusun menyarankan agar setiap orang dapat mempelajari dan
memahami ilmu tentang penyakit diabetes melitus. Agar kita bisa menjalankan
pola hidup bersih dan sehat sehingga risiko untuk terkena penyakit diabetes
melitus kemungkinnya sangat kecil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Faida AN, Dyah Y, Santik P. HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH.


2020;4(1):33–42.
2. Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf.
3. Trisnawati SK, Setyorogo S. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. J Ilm
Kesehat. 2013;5(1):6–11.
4. Bhatt H, Saklani S, Upadhayay K. Anti-oxidant and anti-diabetic activities
of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indones J Pharm.
2016;27(2):74–9.
5. P2PTM Kemenkes RI. Tanda dan Gejala Diabetes. Kementerian Kesehatan
RI. Diakses pada 30 Juni 2021. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-
sehat/tanda-dan-gejala-diabetes.

16

Anda mungkin juga menyukai