Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN ANAK I

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Juvenile Diabetes”

OLEH:
KELOMPOK 2

1. Putu Ary Ningsih (C1118073)


2. Ni Luh Made Puspawati (C1118085)
3. Luh Ade Fitri Diani (C1118087)
4. Ni Ketut Trisna Dewi (C1118092)
5. I Gusti Ayu Diah Wulan Sari (C1118093)
6. Ni Putu Anggie Juni Andari (C1118096)
7. I Ketut Krisna Pramana (C1118101)

STIKES BINA USADA BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Juvenile Diabetes”. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Anak

Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari


berbagai layanan internet. Oleh karena itu, Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini.Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi untuk
saya maupun untuk semuanya.

Mangupura, 8 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.Latar Belakang ......................................................................................1
2.Rumusan Masalah..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
1.Definisi Diabetes.............................................................................3
2.Etiologi............................................................................................3
3.Epidemologi.....................................................................................4
4.Patofisiologi ....................................................................................5
5.Pathway ...........................................................................................6
6.Klasifikasi dan Tanda gejala............................................................7
7.Pemeriksaan Penunjang...................................................................8
8.Penatalaksanaan dan Komplikasi....................................................9
9.Pengkajian......................................................................................13
10.Diagnosa Keperawatan................................................................17
11.Intervensi.....................................................................................17
12.Implementasi................................................................................20
13.Evaluasi........................................................................................20
BAB III PENUTUP......................................................................................21
1.Kesimpulan....................................................................................21
2.Saran..............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada
membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF)
menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes.
Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap
tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia.
Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80
persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-
menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus
pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah
memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak
lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit
absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2,
yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai
sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-
data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak
adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita
diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik
mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari
total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau
tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal.
Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan
koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.

1
Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dari juvenile diabetes ?


2. Bagaimana epidemiologi dari juvenile diabetes ?
3. Bagaimana patofisiologi dari juvenile diabetes ?
4. Bagaimana klasifikasi dan tanda gejala dari juvenile diabetes
5. Apa sajakah pemeriksaan penunjang dari juvenile diabetes ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dan apasaja komplikasi dari juvenile diabetes
?
7. Konsep asuhan keperawatan dari juvenile diabetes?

2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Diabetes Juvenile(DM tipe1)
Diabetes adalah gangguan metabolism yang dapat disebabkan berbagai
macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akobat gangguan
sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Diabetes mellitus tipe 1
adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolism glukosa yang
ditandai oleh hiperglikemia kronik, keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel
beta pancreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang, bahkan berhenti.
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang
semakin meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang
dewasa, tetapi juga pada anak. Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan
kadar gula darah akibat gangguan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau
keduanya. Berdasarkan penyebabnya, DM dikelompokkan menjadi empat jenis,
yaitu DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes pada kehamilan atau
gestasional. Pada anak, jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi defisiensi insulin
absolut akibat kerusakan sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun.1 Masalah
utama DM tipe-1 di Indonesia adalah kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan
yang kurang sehingga banyak pasien tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan
tata laksana adekuat.
Etiologi

Diabetes mellitus tipe-1 terjadi akibat destruksi sel beta pankreas akibat
proses autoimun, walaupun pada sebagian kecil pasien tidak didapatkan bukti
autoimunitas atau idiopatik. Umumnya, gejala klinis timbul ketika kerusakan sel-
sel pankreas mencapai ≥90%.6,7 Banyak faktor yang berkontribusi dalam
patogenesis DM tipe-1, di antaranya faktor genetik, epigenetik, lingkungan, dan
imunologis.8 Namun, peran spesifik masing-masing faktor terhadap patogenesis
DM tipe-1 masih belum diketahui secara jelas. Risiko untuk mengalami DM tipe-
1 berhubungan dengan kerusakan gen, saat ini diketahui lebih dari 40 lokus gen
yang berhubungan dengan kejadian DM tipe-1. Riwayat keluarga jarang
dijumpai, hanya 10%-15% pasien memiliki keluarga derajat pertama dan kedua

3
dengan DM tipe-1.6,8 Faktor lingkungan yang berhubungan dengan DM tipe-1,
antara lain, infeksi virus dan diet. Sindrom rubella kongenital dan infeksi human
enterovirus diketahui dapat mencetuskan DM tipe-1. Konsumsi susu sapi,
konsumsi sereal dini, dan vitamin D maternal diduga berhubungan dengan
kejadian DM tipe-1, tetapi masih dibutuhkan investigasi lebih lanjut.6,9 Pada
beberapa pasien dengan awitan baru DM tipe1, sebagian kecil sel β belum
mengalami kerusakan. Dengan pemberian insulin, fungsi sel β yang tersisa
membaik sehingga kebutuhan insulin eksogen berkurang. Periode ini disebut
sebagai periode bulan madu atau honeymoon period di mana kontrol glikemik
baik. Umumnya, fase ini diawali pada beberapa minggu setelah mulai terapi
sampai 3-6 bulan setelahnya, pada beberapa pasien dapat mencapai dua tahun.

Epidemologi
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018,
tercatat 1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada
anak dan remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per
100 juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010.2-4 Data tahun 2003-2009
menunjukkan pada kelompok usia 10-14 tahun, proporsi perempuan dengan DM
tipe 1 (60%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%).4 Pada tahun 2017, 71%
anak dengan DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan Ketoasidosis
Diabetikum (KAD), meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%.2 Diduga
masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosis saat
pertama kali berobat ke rumah sakit. Insiden DM tipe-1 pada anak di Indonesia
tidak diketahui secara pasti karena sulitnya pendataan secara nasional. Sampai
saat ini, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) berusaha mengumpulkan data pasien anak DM di Indonesia.
Data ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak, termasuk dokter anak
endokrinologi, spesialis penyakit dalam, perawat, edukator DM, data Ikatan
Keluarga Penyandang DM Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran rekam
medis pasien, dan kerjasama dengan perawat edukator National University
Hospital Singapura untuk memperoleh data penyandang DM anak Indonesia yang
berobat di Singapura. Berdasarkan sensus penduduk 2010, total populasi
penduduk Indonesia adalah sekitar 267.556.363, dan lebih dari 83 juta adalah

4
anak-anak.5 Dengan tingginya angka penduduk anak dan remaja, data saat ini
hanya permukaan gunung es yang belum menggambarkan kondisi sebenarnya.
Angka sesungguhnya diduga lebih tinggi.

Patofisiologi

Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster


didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa
diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan
corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya
biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher
pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis
pankreas. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1)        Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2)        Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya
namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah
kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan
delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama
ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan
bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies
satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang
juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin
karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin
disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus
golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini
bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang
mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin
melintasi membran basalis sel B serta kapiler  berdekatan dan endotel fenestrata
kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong, 1995). Sel alfa yang mencakup

5
kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang
merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000)

6
Pathway

Kerukan sel beta Gula dalam


 Faktor kinetik
Ketidak seimbangan darah tidak
 Inveksi virus
produksi insulin dapat dibawa
 Pengrusakan imonologi masuk

glukosuria Batas melebihi ambang ginjal hiperglikemia Anabolisme


protein menurun

Dieresis osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglukemik Kerusakan pada


antibody

Poliuri retensi urine Kekebalan tubuh


Koma diabetik
Aliran darah meningkat menurun

Kehilanagan elektrolit Resiko infeksi Neuropati


dalam sel Iskemik jaringan
sensori perifer

dehidrasi Ketidak efektifan perfusi Nekrosis luka


jaringan perifer Klien tidak
merasa sikit
Resiko syok Kehilangan kalori gangrene

Merangsang hipotalamos Sel kekurangan bahan Protein dan lemak dibakar Kerusakan
BB menurun
untuk metabolisme intergritas
jaringan
Pusat lapar dan haus
Metabolisme lemak Pemecahan protein keletihan

Polidipsia, polipagia
Asam lemak keton
Ureum

Ketidak seimbangan
nutrisi

7
Klasifikasi dan Tanda gejala
- Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut : Pada DM tipe I,
dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.
- Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama
untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini.

- Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok


penderita yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya,
seperti Hashimoto disease, Graves disease, pernicious anemia, dan
myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3
dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.
- Tanda Gejala
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
( diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas
penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

3. Polifagia (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.

8
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik
yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak
diterapi dengan baik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak
jauh berbeda.
1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Elektrolit :
- Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
- Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
- Fosfor : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

9
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody . ( autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka
Penatalaksanaan dan Komplikasi
- Penatalaksanaan
a. Medis
- Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM
Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis
insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis
yang diperlukan.
- Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1 unit/kg
beratbadan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan
diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada, baik pada penyakitnya
maupun penderitanya.
- Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen konvensional
serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix- split regimendapat
berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali suntik/hari.
Sedangkan regimen intensif berupa pemberian regimen basal bolus. Pada
regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang diberikan untuk
memberikan dosis basal maupun dosis bolus.

10
- Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik dalam
hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik absorpsinya), lengan
atas, lateral paha. Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk
absorpsinya.
- Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari
beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun usia
pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg berat
badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit

b. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk
mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-
55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak.Pada anak DM tipe 1 asupan
kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang
diberikan selain monitoring pertumbuhannya.Kebutuhan kalori
perharisebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran
pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi, 25% makan siang serta 25%
makan malam, diselingi dengan 3 kali snack masing-masing 10% total kebutuhan
kalori perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan.
Pada regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat
untuk menentukan dosis pemberian insulin.
c. Keperawatan
- Aktivitas fisik/exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga
akanmembantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat
badanapabila menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan
membantu menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh
terhadap insulin. Namun perlu diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan
risiko hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis).Sehingga pada
anak DM memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan
olahraga, di antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk
olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman.

11
- Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita
maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,
patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM,
insulin(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun HbA1c yang
diinginkan.
- Monitoring kontrol glikemik
Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah baik
atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup pasien,
termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah berkala dalam sehari.Setiap 3
bulan.
Komplikasi
Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan kronik. Pada anak,
komplikasi kronik jarang menimbulkan manifestasi klinis signifikan saat masih
dalam pengawasan dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko mengalami komplikasi
akut setiap hari. Komplikasi akut terdiri atas KAD dan hipoglikemia, Studi
SEARCH menemukan bahwa sekitar 30% anak dengan DM tipe-1 terdiagnosis
saat KAD. Kriteria KAD mencakup hiperglikemia, asidosis, dan ketonemia.
Gejala KAD antara lain adalah dehidrasi, takikardi, takipnea dan sesak, napas
berbau aseton, mual, muntah, nyeri perut, pandangan kabur, dan penurunan
kesadaran.31 Seringkali gejala-gejala ini disalahartikan oleh orangtua maupun
tenaga kesehatan sebagai usus buntu, infeksi, atau penyakit lainnya. Kelalaian ini
dapat menyebabkan kematian. Anak yang berkunjung secara rutin dan menetap
pada dokter keluarga atau dokter anak memiliki risiko yang lebih rendah
terdiagnosis DM tipe-1 saat KAD.32 Sebaliknya, KAD saat diagnosis
berhubungan signifikan dengan penghasilan keluarga yang rendah, ketiadaan
asuransi kesehatan, dan pendidikan orang tua yang rendah.30 Pemantauan dan
edukasi mengenai hipoglikemia merupakan salah satu komponen utama tata
laksana diabetes.

12
Terapi hipoglikemia diinisiasi saat kadar glukosa darah ≤70 mg/dL. Anak usia
muda memiliki risiko tinggi hipoglikemia karena tidak mampu
mengomunikasikan keluhan. Gejala hipoglikemia diakibatkan oleh aktivasi
adrenergik (berdebar, gemetar, keringat dingin) dan neuroglikopenia (nyeri
kepala, mengantuk, sulit konsentrasi). Pada anak usia muda, gejala dapat berupa
perubahan perilaku seperti iritabilitas, agitasi, tantrum, atau kurang aktif.33 Selain
pemantauan komplikasi akut, perlu juga dilakukan skrining komplikasi kronik
yang dapat dibedakan menjadi komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.
Komplikasi mikrovaskular mencakup nefropati, retinopati, dan neuropati.
Komplikasi yang mengenai pembuluh darah besar adalah penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer
(klaudikasio, infeksi/ gangrene, amputasi).34,35.

13
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diabetes Melitus Tipe 1 (Dm
Juvenile)
- Pengkajian
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien
satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor
dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
2. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri
pada luka.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat
penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di
dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.

7. Pola aktivitas sehari hari

14
a. Pola nutrisi dan metabolism
Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kondisi
rambut, kuku dan kulit, kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan,
makanan pantangan, makanan yang disukai dan banyaknya minum yang dikaji
sebelum dan sesudah masuk RS.
b. Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi, volume,
adakah disertai rasa nyeri, warna dan bau.
c. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu senggang, kesulitan
dan hambatan dalam tidur, pada pasien dengan kasusu DM Adanya poliuri, nyeri
pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi
waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
mengalami perubahan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi pernapasan dan
fungsi sirkulasi. Pada kasus DM adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot
pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap kepercayaan yang
dianut dan bagaimana dia menjalankannya. Adanya perubahan status kesehatan
dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita
dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
8. Pemeriksaan Fisik
- Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
- Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa

15
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
- Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku
- Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
- Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegali
- Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
- Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
- Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
- Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
- Elektrolit :
a. Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan

16
seluler),selanjutnya akan menurun.
c. Fosfor : lebih sering menurun
d. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang
selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan
karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA
yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
e. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.Trombosit darah : Ht mungkin meningkat
(dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan
respon terhadap stress atau infeksi.
f. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal)
g. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
h. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada
tipe1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody.
(autoantibody)
i. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
akan
insulin.
j. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
k. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

17
- Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perkusi
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.

- Intervensi

Diagnosa
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

Hambatan Setelah dilakukan asuhan Nic Label :


pertukaran gas keperawatan selama 3 x 24
1. Terapi Oksigen 1.Terapi Oksigen
berhubungan jam diharapkan pertukaran
- Bersihkan mulut, hidung, - Untuk melancarkan
dengan gas tidak ada hambatan
dan sekresi trakea dengan pernafasan klien.
ketidakseimbanga dengan kriteria hasil
tepat
n ventilasi prkusi
Noc Label :
- Monitor aliran oksigen
- Untuk mengetahui
1.Status Pernafasan :
mengetahui seberapa
Pertukaran Gas
aliran oksigen yang
- Saturasi oksgen dari
masuk
skala 4(meningkat)
ditingkatkan ke skala
- Pastikan penggantian
5(normal) - Untuk mencegah
masker oksigen/ kanul
terjadinya infeksi
nasal setiap perangkat kali
perangkat diganti
- Hasil rontgen dada
dari skala - Keluarkan secret dengan - Untuk mengeluarkan
4(terganggu) melakukan batuk efektif secret yang
ditngkatkan ke skala atau dengan melakukan menghambat jalan
5(normal) suction. pernafasan

18
1. Manajemen Nutrisi
Ketidakseimbang
an nutrisi : kurang - Untuk mengetahui apa
Setelah dilakukan asuhan Nic Label :
dari kebutuhan kah terjadi bising usus
keperawatan selama 3 x 24
1. Manajemen Nutrisi
tubuh pada pasien
jam diharapkan nutrisi
berhubungan - Auskultasi bunyi usus
terpenuhi dengan kriteria - Untuk menjaga
dengan asupan
hasil : kebersihan pada oral
diet kurang
pasien
Noc Label : - Berikan perawatan oral
- Untuk menentukan
1. Status Nutrisi
kalori yang didasarkan
- Asupan cairan dari
pada kebutuhan klien
skala 4(terganggu) - Konsul ahli gizi
dan memberikan
ditingkatkan ke skala
nutrisi maksimal
5 (normal)
- Untuk meningkatkan
- Energi dari skala
energi saat makan,
4(terganggu)
sehingga dapat
ditingkatkan ke skala - Berikan oksigen tambahan
meningkatkan
5 (normal) selama makan sesuai
masukan
indikasi
- Hidrasi dari skala 4
(tengganggu)
ditingkatkan ke skala
5(normal)

19
1. Terapi Aktivitas

Intoleran aktivitas Setelah dilakukan asuhan Nic Label : - Melatih kekuatan dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 irama jantung selama
1. Terapi Aktivitas
dengan jam diharapkan ativitas tidak aktivitas
- Bantu klien untuk
ketidakseimbanga terganggu dengan kriteria
- Memudahkan klien
melakukan aktivitas atau
n antara suplai hasil :
untuk mengenali
latihan fisik secara teratur
dan kebutuhan
Noc Label : kelelahan dan waktu
oksigen - Tentukan persepsi klien
untuk istirahat
1.Toleransi Terhadap
dan perawat mengenai
Aktivitas
kelelahan
- Mencegah penggunaan
- Saturasi oksigen
energy
ketika beraktivitas
yangbberlebihan
- Tentukan pembatasan
dari skala
karena dapat
aktivitas fisik pada klien
4(terganggu)
menimbulkan
ditingkatkan ke skala
kelelahan
5(normal)
2. Manajemen Energi
- Kekuatan tubuh
2. Manajemen Energi
bagian atas dan - Untuk mengetahui
- Kaji status fisiologis pasien penyebab kelelahan
bawah dari skala
yang menyebabkan pada pasien
3(terganggu)
kelelahan sesuai dengan
ditingkatkan ke skala
konteks usia dan
5(normal)
- Untuk mengetahui
perkembangan
masuknya asupan
- Monitor intake/ asupan
nutrisi
nutrisi untuk mengetahui
sumber energy yang
adekuat

20
- Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan


keperawatan kedalam intervensi keperawatan yang membantu klien untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan, kemampuan kemunikasi efektif, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan dan kemampuan advokasi

- Evaluasi

A. Evaluasi Formatif

Evaluasi ini disebut juga evaluasi jalan dimana evaluasi sampai dengan tujuan
tercapai selama melakukan asuhan keperawataan selama 3 x 24 jam pasien diharapkan :
agar pasien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri, agar pasien dapat aktif dalam
keterbatasan, pasien bisa mengontrol pola sesuai dengan diet yang diberikan.

B. Evaluasi Somatif

Evaluasi akhir dengan metode menggunakan SOAP

S : Data yang didapatkan melalui keluhan pasien

O : Data yang diamati atau diobservasi oleh perawat dan tenaga medis lainnya

A : Tujuan ingin dicapai dalam melakukan tindakan

P : Rencana yang akan dilanjutkan, bila tujuan tersebut tidak tercapai

21
BAB III
PENUTUP

3.3.1 KESIMPULAN
Diabetes adalah gangguan metabolism yang dapat disebabkan berbagai
macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akobat gangguan
sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Diabetes mellitus tipe 1
adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolism glukosa yang
ditandai oleh hiperglikemia kronik, keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel
beta pancreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang, bahkan berhenti.
3.3.2 SARAN
Dengan makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada
khususnya dapat memberikan asuhan keperawatan patofisiologi kelainan pada
sistem endokrin dan juvenile diabetes dan dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dengan baik dan sesuai dengan prosedur keperawatan
serta tentunya memperhatikan prinsip - prinsip tertentu yang berhubungan dengan
prosedur yang dilakukan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck,Gloria M.,Butcher Howard K.,Dotcherman,J.McCloskey.2012.Nursing


Interventions Classification(NIC).15edition.Iowa:Mosby Elsavier
Carpenito, Lynda Juall. 1992. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada
Praktik Klinis, Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pratiwi, Andi Diah. 2007. Epidemiologi, Program Penanggulangan, dan
Isu Mutakhir Diabetes Mellitus.
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologi-dm-dan-
isu- mutakhirnya/. (Akses 17 Maret 2010)
Sue Moorhead.2013. Nursing Outcome classification (NOC) Edisi keenam.
Indonesia:Elsevier
Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
T. Heather Herdman. 2016. Diagnosa Keperawatan definisi & klasifikasi
2015 – 2017 EDISI 5. Jakarta: EG

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai