OLEH:
KELOMPOK 2
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Juvenile Diabetes”. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Anak
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.Latar Belakang ......................................................................................1
2.Rumusan Masalah..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
1.Definisi Diabetes.............................................................................3
2.Etiologi............................................................................................3
3.Epidemologi.....................................................................................4
4.Patofisiologi ....................................................................................5
5.Pathway ...........................................................................................6
6.Klasifikasi dan Tanda gejala............................................................7
7.Pemeriksaan Penunjang...................................................................8
8.Penatalaksanaan dan Komplikasi....................................................9
9.Pengkajian......................................................................................13
10.Diagnosa Keperawatan................................................................17
11.Intervensi.....................................................................................17
12.Implementasi................................................................................20
13.Evaluasi........................................................................................20
BAB III PENUTUP......................................................................................21
1.Kesimpulan....................................................................................21
2.Saran..............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada
membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF)
menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes.
Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap
tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia.
Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80
persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-
menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus
pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah
memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak
lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit
absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2,
yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai
sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-
data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak
adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita
diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik
mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari
total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau
tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal.
Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan
koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
1
Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Diabetes Juvenile(DM tipe1)
Diabetes adalah gangguan metabolism yang dapat disebabkan berbagai
macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akobat gangguan
sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Diabetes mellitus tipe 1
adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolism glukosa yang
ditandai oleh hiperglikemia kronik, keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel
beta pancreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang, bahkan berhenti.
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang
semakin meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang
dewasa, tetapi juga pada anak. Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan
kadar gula darah akibat gangguan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau
keduanya. Berdasarkan penyebabnya, DM dikelompokkan menjadi empat jenis,
yaitu DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes pada kehamilan atau
gestasional. Pada anak, jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi defisiensi insulin
absolut akibat kerusakan sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun.1 Masalah
utama DM tipe-1 di Indonesia adalah kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan
yang kurang sehingga banyak pasien tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan
tata laksana adekuat.
Etiologi
Diabetes mellitus tipe-1 terjadi akibat destruksi sel beta pankreas akibat
proses autoimun, walaupun pada sebagian kecil pasien tidak didapatkan bukti
autoimunitas atau idiopatik. Umumnya, gejala klinis timbul ketika kerusakan sel-
sel pankreas mencapai ≥90%.6,7 Banyak faktor yang berkontribusi dalam
patogenesis DM tipe-1, di antaranya faktor genetik, epigenetik, lingkungan, dan
imunologis.8 Namun, peran spesifik masing-masing faktor terhadap patogenesis
DM tipe-1 masih belum diketahui secara jelas. Risiko untuk mengalami DM tipe-
1 berhubungan dengan kerusakan gen, saat ini diketahui lebih dari 40 lokus gen
yang berhubungan dengan kejadian DM tipe-1. Riwayat keluarga jarang
dijumpai, hanya 10%-15% pasien memiliki keluarga derajat pertama dan kedua
3
dengan DM tipe-1.6,8 Faktor lingkungan yang berhubungan dengan DM tipe-1,
antara lain, infeksi virus dan diet. Sindrom rubella kongenital dan infeksi human
enterovirus diketahui dapat mencetuskan DM tipe-1. Konsumsi susu sapi,
konsumsi sereal dini, dan vitamin D maternal diduga berhubungan dengan
kejadian DM tipe-1, tetapi masih dibutuhkan investigasi lebih lanjut.6,9 Pada
beberapa pasien dengan awitan baru DM tipe1, sebagian kecil sel β belum
mengalami kerusakan. Dengan pemberian insulin, fungsi sel β yang tersisa
membaik sehingga kebutuhan insulin eksogen berkurang. Periode ini disebut
sebagai periode bulan madu atau honeymoon period di mana kontrol glikemik
baik. Umumnya, fase ini diawali pada beberapa minggu setelah mulai terapi
sampai 3-6 bulan setelahnya, pada beberapa pasien dapat mencapai dua tahun.
Epidemologi
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018,
tercatat 1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada
anak dan remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per
100 juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010.2-4 Data tahun 2003-2009
menunjukkan pada kelompok usia 10-14 tahun, proporsi perempuan dengan DM
tipe 1 (60%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%).4 Pada tahun 2017, 71%
anak dengan DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan Ketoasidosis
Diabetikum (KAD), meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%.2 Diduga
masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosis saat
pertama kali berobat ke rumah sakit. Insiden DM tipe-1 pada anak di Indonesia
tidak diketahui secara pasti karena sulitnya pendataan secara nasional. Sampai
saat ini, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) berusaha mengumpulkan data pasien anak DM di Indonesia.
Data ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak, termasuk dokter anak
endokrinologi, spesialis penyakit dalam, perawat, edukator DM, data Ikatan
Keluarga Penyandang DM Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran rekam
medis pasien, dan kerjasama dengan perawat edukator National University
Hospital Singapura untuk memperoleh data penyandang DM anak Indonesia yang
berobat di Singapura. Berdasarkan sensus penduduk 2010, total populasi
penduduk Indonesia adalah sekitar 267.556.363, dan lebih dari 83 juta adalah
4
anak-anak.5 Dengan tingginya angka penduduk anak dan remaja, data saat ini
hanya permukaan gunung es yang belum menggambarkan kondisi sebenarnya.
Angka sesungguhnya diduga lebih tinggi.
Patofisiologi
5
kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang
merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000)
6
Pathway
Merangsang hipotalamos Sel kekurangan bahan Protein dan lemak dibakar Kerusakan
BB menurun
untuk metabolisme intergritas
jaringan
Pusat lapar dan haus
Metabolisme lemak Pemecahan protein keletihan
Polidipsia, polipagia
Asam lemak keton
Ureum
Ketidak seimbangan
nutrisi
7
Klasifikasi dan Tanda gejala
- Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut : Pada DM tipe I,
dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.
- Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama
untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini.
8
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik
yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak
diterapi dengan baik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak
jauh berbeda.
1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Elektrolit :
- Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
- Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
- Fosfor : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody . ( autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka
Penatalaksanaan dan Komplikasi
- Penatalaksanaan
a. Medis
- Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM
Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis
insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis
yang diperlukan.
- Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1 unit/kg
beratbadan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan
diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada, baik pada penyakitnya
maupun penderitanya.
- Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen konvensional
serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix- split regimendapat
berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali suntik/hari.
Sedangkan regimen intensif berupa pemberian regimen basal bolus. Pada
regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang diberikan untuk
memberikan dosis basal maupun dosis bolus.
10
- Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik dalam
hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik absorpsinya), lengan
atas, lateral paha. Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk
absorpsinya.
- Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari
beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun usia
pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg berat
badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit
b. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk
mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-
55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak.Pada anak DM tipe 1 asupan
kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang
diberikan selain monitoring pertumbuhannya.Kebutuhan kalori
perharisebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran
pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi, 25% makan siang serta 25%
makan malam, diselingi dengan 3 kali snack masing-masing 10% total kebutuhan
kalori perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan.
Pada regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat
untuk menentukan dosis pemberian insulin.
c. Keperawatan
- Aktivitas fisik/exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga
akanmembantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat
badanapabila menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan
membantu menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh
terhadap insulin. Namun perlu diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan
risiko hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis).Sehingga pada
anak DM memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan
olahraga, di antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk
olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman.
11
- Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita
maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,
patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM,
insulin(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun HbA1c yang
diinginkan.
- Monitoring kontrol glikemik
Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah baik
atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup pasien,
termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah berkala dalam sehari.Setiap 3
bulan.
Komplikasi
Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan kronik. Pada anak,
komplikasi kronik jarang menimbulkan manifestasi klinis signifikan saat masih
dalam pengawasan dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko mengalami komplikasi
akut setiap hari. Komplikasi akut terdiri atas KAD dan hipoglikemia, Studi
SEARCH menemukan bahwa sekitar 30% anak dengan DM tipe-1 terdiagnosis
saat KAD. Kriteria KAD mencakup hiperglikemia, asidosis, dan ketonemia.
Gejala KAD antara lain adalah dehidrasi, takikardi, takipnea dan sesak, napas
berbau aseton, mual, muntah, nyeri perut, pandangan kabur, dan penurunan
kesadaran.31 Seringkali gejala-gejala ini disalahartikan oleh orangtua maupun
tenaga kesehatan sebagai usus buntu, infeksi, atau penyakit lainnya. Kelalaian ini
dapat menyebabkan kematian. Anak yang berkunjung secara rutin dan menetap
pada dokter keluarga atau dokter anak memiliki risiko yang lebih rendah
terdiagnosis DM tipe-1 saat KAD.32 Sebaliknya, KAD saat diagnosis
berhubungan signifikan dengan penghasilan keluarga yang rendah, ketiadaan
asuransi kesehatan, dan pendidikan orang tua yang rendah.30 Pemantauan dan
edukasi mengenai hipoglikemia merupakan salah satu komponen utama tata
laksana diabetes.
12
Terapi hipoglikemia diinisiasi saat kadar glukosa darah ≤70 mg/dL. Anak usia
muda memiliki risiko tinggi hipoglikemia karena tidak mampu
mengomunikasikan keluhan. Gejala hipoglikemia diakibatkan oleh aktivasi
adrenergik (berdebar, gemetar, keringat dingin) dan neuroglikopenia (nyeri
kepala, mengantuk, sulit konsentrasi). Pada anak usia muda, gejala dapat berupa
perubahan perilaku seperti iritabilitas, agitasi, tantrum, atau kurang aktif.33 Selain
pemantauan komplikasi akut, perlu juga dilakukan skrining komplikasi kronik
yang dapat dibedakan menjadi komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.
Komplikasi mikrovaskular mencakup nefropati, retinopati, dan neuropati.
Komplikasi yang mengenai pembuluh darah besar adalah penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer
(klaudikasio, infeksi/ gangrene, amputasi).34,35.
13
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diabetes Melitus Tipe 1 (Dm
Juvenile)
- Pengkajian
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien
satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor
dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
2. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri
pada luka.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat
penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di
dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
14
a. Pola nutrisi dan metabolism
Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kondisi
rambut, kuku dan kulit, kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan,
makanan pantangan, makanan yang disukai dan banyaknya minum yang dikaji
sebelum dan sesudah masuk RS.
b. Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi, volume,
adakah disertai rasa nyeri, warna dan bau.
c. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu senggang, kesulitan
dan hambatan dalam tidur, pada pasien dengan kasusu DM Adanya poliuri, nyeri
pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi
waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
mengalami perubahan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi pernapasan dan
fungsi sirkulasi. Pada kasus DM adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot
pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap kepercayaan yang
dianut dan bagaimana dia menjalankannya. Adanya perubahan status kesehatan
dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita
dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
8. Pemeriksaan Fisik
- Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
- Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
15
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
- Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku
- Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
- Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegali
- Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
- Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
- Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
- Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
- Elektrolit :
a. Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan
16
seluler),selanjutnya akan menurun.
c. Fosfor : lebih sering menurun
d. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang
selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan
karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA
yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
e. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.Trombosit darah : Ht mungkin meningkat
(dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan
respon terhadap stress atau infeksi.
f. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal)
g. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
h. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada
tipe1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody.
(autoantibody)
i. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
akan
insulin.
j. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
k. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
17
- Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perkusi
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
- Intervensi
Diagnosa
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
18
1. Manajemen Nutrisi
Ketidakseimbang
an nutrisi : kurang - Untuk mengetahui apa
Setelah dilakukan asuhan Nic Label :
dari kebutuhan kah terjadi bising usus
keperawatan selama 3 x 24
1. Manajemen Nutrisi
tubuh pada pasien
jam diharapkan nutrisi
berhubungan - Auskultasi bunyi usus
terpenuhi dengan kriteria - Untuk menjaga
dengan asupan
hasil : kebersihan pada oral
diet kurang
pasien
Noc Label : - Berikan perawatan oral
- Untuk menentukan
1. Status Nutrisi
kalori yang didasarkan
- Asupan cairan dari
pada kebutuhan klien
skala 4(terganggu) - Konsul ahli gizi
dan memberikan
ditingkatkan ke skala
nutrisi maksimal
5 (normal)
- Untuk meningkatkan
- Energi dari skala
energi saat makan,
4(terganggu)
sehingga dapat
ditingkatkan ke skala - Berikan oksigen tambahan
meningkatkan
5 (normal) selama makan sesuai
masukan
indikasi
- Hidrasi dari skala 4
(tengganggu)
ditingkatkan ke skala
5(normal)
19
1. Terapi Aktivitas
Intoleran aktivitas Setelah dilakukan asuhan Nic Label : - Melatih kekuatan dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 irama jantung selama
1. Terapi Aktivitas
dengan jam diharapkan ativitas tidak aktivitas
- Bantu klien untuk
ketidakseimbanga terganggu dengan kriteria
- Memudahkan klien
melakukan aktivitas atau
n antara suplai hasil :
untuk mengenali
latihan fisik secara teratur
dan kebutuhan
Noc Label : kelelahan dan waktu
oksigen - Tentukan persepsi klien
untuk istirahat
1.Toleransi Terhadap
dan perawat mengenai
Aktivitas
kelelahan
- Mencegah penggunaan
- Saturasi oksigen
energy
ketika beraktivitas
yangbberlebihan
- Tentukan pembatasan
dari skala
karena dapat
aktivitas fisik pada klien
4(terganggu)
menimbulkan
ditingkatkan ke skala
kelelahan
5(normal)
2. Manajemen Energi
- Kekuatan tubuh
2. Manajemen Energi
bagian atas dan - Untuk mengetahui
- Kaji status fisiologis pasien penyebab kelelahan
bawah dari skala
yang menyebabkan pada pasien
3(terganggu)
kelelahan sesuai dengan
ditingkatkan ke skala
konteks usia dan
5(normal)
- Untuk mengetahui
perkembangan
masuknya asupan
- Monitor intake/ asupan
nutrisi
nutrisi untuk mengetahui
sumber energy yang
adekuat
20
- Implementasi
- Evaluasi
A. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi jalan dimana evaluasi sampai dengan tujuan
tercapai selama melakukan asuhan keperawataan selama 3 x 24 jam pasien diharapkan :
agar pasien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri, agar pasien dapat aktif dalam
keterbatasan, pasien bisa mengontrol pola sesuai dengan diet yang diberikan.
B. Evaluasi Somatif
O : Data yang diamati atau diobservasi oleh perawat dan tenaga medis lainnya
21
BAB III
PENUTUP
3.3.1 KESIMPULAN
Diabetes adalah gangguan metabolism yang dapat disebabkan berbagai
macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akobat gangguan
sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Diabetes mellitus tipe 1
adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolism glukosa yang
ditandai oleh hiperglikemia kronik, keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel
beta pancreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang, bahkan berhenti.
3.3.2 SARAN
Dengan makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada
khususnya dapat memberikan asuhan keperawatan patofisiologi kelainan pada
sistem endokrin dan juvenile diabetes dan dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dengan baik dan sesuai dengan prosedur keperawatan
serta tentunya memperhatikan prinsip - prinsip tertentu yang berhubungan dengan
prosedur yang dilakukan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24
25