Disusun oleh:
Kelompok 5
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
penyertaan dan tuntunan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun
judul dari makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes
Melitus”.
Kami adalah manusia yang tidak sempurna namun kami berusaha untuk
menyelasaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Oleh karena kemampuan kami
dalam menyusun makalah ini masih kurang, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat berguna terutama bagi kami dan juga pihak lain
yang membacanya.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
2.2 Etiologi............................................................................................................
2.3 Epidemiologi...................................................................................................
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................
2.8 Prognosis.......................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
ii
LAMPIRAN...................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
Melitus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus disebut sebagai penyakit silent killer karena sering tidak
disadari oleh penderitanya sehingga saat penyakit ini disadari oleh penderitanya,
sudah terjadi komplikasi. Penyakit ini ditandai dengan kadar glukosa yang tinggi
yaitu lebih dari 200 mg/dl dan penyakit ini dapat menyerang sistem tubuh
manusia mulai dari kulit, bahkan sampai jantung.
Diabetes Melitus adalah penyakit yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
menggunakan insulin. Insulin adalah zat kimia yang dibawa oleh organ pankreas
yang berperan dalam memasukkan glukosa dari sistem peredaran darah ke seluruh
tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi (IDF, 2019).
Diabetes Melitus terbagi menjadi dua macam yaitu Diabetes Melitus tipe 1
dan Diabetes Melitus Tipe 2. Pada Diabetes Melitus tipe 1, pankreas berhenti
memproduksi insulin karena perusakan sel pankreas oleh sistem kekebalan tubuh
atau yang disebut reaksi autoimun. Sedangkan Diabetes Melitus tipe 2 adalah
penyakit kronis yang dimana terjadi peningkatan gula darah dalam tubuh akibat
produksi insulin yang tidak adekuat.
2.2 Etiologi
Diabetes melitus berhubungan erat dengan hormon insulin dan reseptornya
dalam tubuh manusia. Adapun penyebab dari Diabetes Melitus yaitu penurunan
sensitivitas insulin yang artinya, meskipun jumlah insulin cukup, reseptor insulin
tidak dapat bekerja dengan baik untuk menurunkan kadar glukosa darah. Dengan
demikian hormon insulin tidak dapat berkaitan dengan reseptornya dan glukosa
darah tidak dapat masuk ke dalam sel (Amaliyah, 2022).
3
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan
kegagalan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin sehingga terjadi
hiperglikemia yang tidak terkompensasi oleh insulin. Faktor-faktor tersebut antara
lain:
1. Obesitas
Obesitas adalah berat badan yang berlebih pada tubuh atau Indeks Massa
Tubuh lebih dari 25 kg/m2. Obesitas menyebabkan respon sel beta
terhadap peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin
pada sel di seluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlahnya dan
kurang sensitive (Seogondo, 2009). Obesitas membuat tubuh lebih
mungkin mengembangkan diabetes karena terlalu banyak glukosa yang
beredar dalam aliran darah.
2. Dislipidemia
Seorang dengan kadar kolestrol HDL <35mg/ dl, dan tau kadar trigleserida
250% mg/dl atau dislipedemia memiliki resiko tinggi Diabetes Melitus.
3. Penderita hipertensi
Bisa disimpulkan bahwa orang dengan tekanan darah tinggi memiliki
resiko lebih tinggi terkena Diabetes. Hubungan ini mungkin disebabkan
oleh proses dalam tubuh yang memengaruhi kedua kondisi tersebut,
misalnya peredangan.
4. Pre Diabetes
Pre Diabetes adalah kondisi kadar gula darah yang melebihi normal, tapi
belum bisa dikategorikan Diabetes. Kondisi metabolik ini berhubungan
erat dengan obesitas. Jika tidak terdiagnosis dan diobati, Prediabetes dapat
berkembang menjadi Diabetes melitus tipe 2. Selain itu, resiko penderita
terkena penyakit jantung dan stroke juga meningkat.
5. Riwayat keluarga atau herediter
Riwayat keluarga yang mengidap diabetes telah diakui sebagai risiko
penting penyakit diabetes melitus. Riwayat Kesehatan keluarga membawa
informasi genom yang berharga karena mencirikan interaksi gabungan
antara factor lingkungan, perilaku, dan genetik.
4
6. Usia
Risiko Diabetes Melitus meningkat seiring dengan bertambahnya usia
terutama dengan usia di atas 40 tahun. Kebanyakan penderita Diabetes
Melitus juga berusia antara 40 hingga 60 tahun.
7. Aktivitas dan gaya hidup
Semakin sedikit aktivitas fisik yang dilakukan maka lebih tinggi risiko
terkena penyakit Diabetes Melitus. Hal ini karena aktivitas fisik dapat
membantu penggunaan glukosa sebagai energi dan membantu
pengendalian berat badan.
2.3 Epidemiologi
Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2021, lebih
dari setengah miliar manusia dari seluruh dunia hidup dengan diabetes, atau
tepatnya 537 juta orang, dan jumlah ini diproyeksikan akan mencapai 643 juta
pada tahun 2030, dan 783 juta pada tahun 2045. Selain jumlah penyandang
diabetes yang besar, diperkirakan jumlah orang dengan kadar glukosa darah
yang mulai meningkat atau pada fase prediabetes, yaitu toleransi glukosa
terganggu pada tahun 2021 ini berjumlah sekitar 541 juta. Diabetes pada
populasi ini juga memberikan konsekuensi angka kematian yang tinggi terkait
dengan diabetes, yaitu diperkirakan lebih dari 6,7 juta pada kelompok orang
dewasa berusia antara 20–79 tahun. Diabetes tidak hanya memengaruhi orang
dewasa, namun juga anak-anak dan remaja yang berusia sampai dengan 19
tahun, di mana jumlah penyandang diabetes pada kelompok ini juga
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2021, diperkirakan lebih dari 1,2 juta
anak dan remaja mengalami diabetes melitus tipe 1. Dalam IDF tahun 2021
juga disampaikan data tentang kadar glukosa darah yang tinggi atau
hiperglikemia pada kehamilan, di mana kejadiannya mencapai 1 di antara 6
kehamilan.
Menurut IDF, di Indonesia diperkirakan populasi diabetes dewasa yang
berusia antara 20-79 tahun adalah sebanyak 19.465.100 orang. Sementara itu,
5
total populasi dewasa berusia 20-79 tahun adalah 179.720.500, sehingga bila
dihitung dari kedua angka ini maka diketahui prevalensi diabetes pada usia
antara 20-79 tahun adalah 10,6%. Dengan kata lain, kalau dihitung pada
kelompok usia 20-79 tahun ini berarti 1 dari 9 orang dengan diabetes. Angka
kematian terkait diabetes pada usia 20-79 tahun di Indonesia diperkirakan
sebesar 236,711. Sementara itu, proporsi pasien diabetes pada kelompok usia
20-79 tahun yang tidak terdiagnosis adalah 73,7%.
2.4 Patofisiologi
Pada penderita diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan reaksi autoimun
yang hingga saat ini bersifat idiopatik atau belum diketahui penyebabnya.
Reaksi autoimun ini menyerang sel beta pankreas yang memproduksi insulin,
akibatnya terjadi defisiensi insulin sehingga sekresi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme harian. Ketidakcukupan insulin yang
berfungsi mengontrol metabolisme glukosa darah mengakibatkan peningkatan
kadar glukosa darah, sehingga pasien diabetes melitus 1 memiliki
ketergantungan pada insulin eksternal setiap harinya untuk bertahan hidup
(Kemenkes, 2011).
Diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan gangguan homeostasis
glukosa, yang berkaitan dengan hormon insulin dan glukagon. Diabetes tipe 2
juga ditandai dengan kombinasi resistensi insulin dan sekresi insulin yang
tidak memadai oleh sel beta pankreas. Resistensi insulin adalah keadaan
menurunnya respons metabolik sel/jaringan sasaran terhadap insulin.
Sedangkan penurunan sekresi insulin terjadi akibat disfungsi sel-sel beta
pankreas yang dipicu oleh stres oksidatif yang disebabkan oleh peningkatan
paparan toksisitas glukosa yang berlebihan, sehingga merusak sel beta
pankreas.
Insulin berperan untuk sel-sel di otot, hati dan lemak agar dapat
mengambil glukosa dan menggunakannya sebagai sumber energi. Tanpa
adanya insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa
menjadi energi. Akibatnya, glukosa tetap berada dalam aliran darah dan dapat
6
menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia kronis merupakan karakteristik
diabetes mellitus dan, jika tidak diobati, berhubungan dengan komplikasi
berat, seperti kerusakan pada sistem saraf, mata, ginjal, dan ekstremitas.
Jika kadar glukosa tetap berada di atas kadar yang normal, pembuluh
darah yang ada di belakang mata dapat mengalami kerusakan. Pembuluh darah
yang rusak akibat diabetes melitus ini dapat melemahkan saraf, bahkan
menimbulkan adanya pembengkakkan. Selain itu, pembuluh darah ini dapat
mengalami pendarahan di bagian tengah mata yang memicu pertumbuhan
jaringan parut atau menyebabkan tekanan tinggi di dalam mata.
Kadar glukosa yang tinggi juga dapat menyebabkan lemak menumpuk di
dinding pembuluh darah. Semakin lama dibiarkan, maka kondisi ini bisa
menghambat sirkulasi darah yang pada akhirnya akan menimbulkan
pengerasan pembuluh darah kemudian berisiko terkena serangan jantung. Hal
yang sama terjadi juga pada pembuluh darah dan sel-sel yang ada di ginjal
karena glukosa yang tinggi dapat menyebabkan ginjal bekerja terlalu keras
sehingga memicu terjadinya kerusakan pembuluh darah kecil di ginjal. Lama-
kelamaan, pembuluh darah pada ginjal yang rusak dapat menurunkan fungsi
ginjal.
7
Gejala: adanya riwayat hipertensi, infrak miokard akut (IMA), klaudikasio
(nyeri ekstremitas), matirasa, kesemutan pada ekstremitas(efek jangka
panjang), terdapat luka/ulcer pada kaki dan penyembuhan lama.
Tanda: taikardia. Tekanan darah postural berubah hipertensi. Nadi menurun
atau tidak ada, disritmia. Distensi Vena Jugularis pecah - jika gagal jantung.
Menunjukkan kulit yang panas, kering dan memerah jika dehidrasiparah.
3) Intregritas ego
Gejala: stress, termasuk masalah keuangan yang berkaitan dengan kondisi.
Tanda: cemas dan mudah kesal
4) Eliminasi
Gejala: perubahan pola fekal, pola kemih berlebihan (poliuria), nokturia, rasa
nyeri dan panas, kesulitan berkemih (Infeksi Saluran Kemih/ ISK), ISK baru
dan recurrent (asam urat, kembung, dan diare). Tanda: Pucat, kuning, urine
encer. Polyuria (dapat berkembang menjadi oliguria dan anuria jika terjadi
hipovolemia yang parah. Bau urine (infeksi). Abdomen keras, distensi. Suara
buang air besar berkurangatau hiperaktif (diarthea).
5) Makanan/cairan
Gejala: perubahan pola fekal, pola kemih berlebihan (poliuria), nokturia, rasa
nyeri dan panas, kesulitan berkemih (Infeksi Saluran Kemih/ ISK), ISK baru
dan recurrent (asam urat, kembung, dan diare). Tanda: Pucat, kuning, urine
encer. Polyuria (dapat berkembang menjadi oliguria dan anuria jika terjadi
hipovolemia yang parah. Bau urine (infeksi). Abdomen keras, distensi. Suara
buang air besar berkurangatau hiperaktif (diarthea).
6) Neurosensori
Gejala: pingsan, pusing, Sakit kepala, kesemutan, mati rasa, kelemahan pada
otot. Gamgguan visual atau penglihatan.
Tanda: bingug, disorientasi. Mengantuk, lesu, stupor atau koma (stadium
akhir). Reflek Tendon Dalam (RTD), Menurun (koma). Aktivitas kejang
(tahap akhir Diabetic Ketoacidosis Acute/ DKA atau hipoglikemia.
7) Nyeri/ Ketidaknyamanan
8
Gejala: perut kembung dan sakit. Tanda: wajah meringis dengan palpitasi
abdomen, tampak berhati-hati.
8) Pernapasan
Gejala: lapar udara (tahap akhir DKA). Batuk dengan tanpa cairan dahak/
sputum purulent (infeksi).
9) Keamanan
Gejala: kulit kering, gatal dan ulkus kulit. Parestesia (diabetes neuropati).
Tanda: demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi. Penuruanan kekuatan
umum dan rentang gerakan (ROM). Kelemahan dan kelumpuhan otot,
termasuk otot-otot pernapasan (jika tingkat postatium menurun).
10) Seksualitas
Gejala: Rabas vagina (rentan terhadap infeksi). Masalah dengan impotensi
(laki-laki). Kesulitan orgasme (perempuan).
11) Pengajaran/ pembelajaran
Gejala: faktor risiko pada keluarga seperti diabetes melitus, penyakit jantung,
stroke dan hipertensi. Penyembuhan luka yang lambat dan tertunda.
Penggunaan obat-obatan seperti steroid, diuretik tiazid, phenytoin (dilantin)
dan phenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa). Mungkin atau tidak
meminum obat diabetes.
12) Pertimbangan Rencana Pemulangan
Mungkin membutuhkan bantuan untuk diet. Pemantauan glukosa, pemberian
obat dan persediaan, peraawatan diri.
9
pemeriksaan kadar glukosa darah untuk menegakkan diagnosis Diabetes
melitus sebagai berikut:
1. Tes gula darah acak atau sewaktu
Sampel darah akan diambil pada waktu acak. Terlepas dari kapan seseorang
terakhir makan, Kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dL (11,1 mmol/ L) sudah
dapat digunakan untuk menyatakan seseorang menderita diabetes, terutama
bila digabungkan dengan gejala khas dan tidak khas dari diabetes.
2. Tes gula darah puasa
Sampel darah akan diambil stelah puasa semalam selama 8-10 jam. Tingkat
gula darah puasa kurang dari 100 mg/ dL (5,6 mmol/L) adalah normal.
Tingkat gula darah puasa dari 100 hingga 125 mg/dL (5,6 hingga 6,9 mmol/L)
diangap prediabetes. Jika 126 mg/dL (mmol/L) atau lebih tinggi pada dua tes
terpisah berarti pasien menderita diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Untuk tes ini, pasien harus berpuasa selama 8-10 jam, minum air putih tanpa
gula tetap diperbolehkan. Setelah diperiksa kadar gula darah puasa, pasien
diberi glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 cc, lalu diminum dalam
waktu 5 menit, selanjutnya berpuasa kembali. Setelah 2 jam kemudian glukosa
darah diepriksa. Kadar gula darah kurang dari 140 mg/dL (7,8 mmol/L) adalah
normal. Pembacaan antara 140 dan 199 mg/dL (7,8 mmol/L dan 11,0 mmol/L)
menunjukkan prediabetes. Pembacaaan 200mg/dL (11,1 mmol/L) atau lebih
tinggi setelah dua jam pembebanan glukosa dapat mengindikasi diabetes.
10
mencegah komplikasi lebih lanjut. Keberhasilan pengelolaan diabetes
membutuhkan partisipasi aktif dari penderita, keluarga dan masyarakat.
b. Perencanaan Makanan (Diet)/ Terapi Nutrisi
Menurut PERKENI (2019) prinsip pengaturan makan pada penderita DM
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Kesehatan penderita diabetes akan meningkat dengan
mengontrol berat badan, kadar glukosa darah, kadar lemak darah, dan
penggunaan insulin
sebagai sebagai hormon pengatur kadar glukosa darah. Penderita DM perlu
diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis
dan jumlah kandungan kalori, terutama bagi mereka yang menggunakan obat
peningkat sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
c. Kebutuhan Kalori
Salah satu cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh
penderita DM adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kal/kgBB (Berat Badan) ideal. Jumlah kebutuhan tersebut
ditambah atau dikurangi tergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis kelamin,
umur,
aktivitas, berat badan, dan lain-lain (PERKENI, 2019).
d. Latihan Fisik
Menurut PERKENI 2019, latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Latihan fisik dilakukan secara teratur 3-5 hari
seminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit per minggu
dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Kegiatan
sehari-hari bukan termasuk dalam latihan fisik. Latihan fisik yang dianjurkan
berupa latihan fisik yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70%
denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Latihan fisik ini selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah.
11
e. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani. Terapi ini terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
2.8 Prognosis
Prognosis pada penderita diabetes melitus tergantung pada komplikasi
yang terjadi. Pada diabetes melitus tipe 1 berkaitan dengan morbiditas
signifikan dan mortalitas prematur. Komplikasi yang perlu diwaspadai pada
jangka pendek berupa terjadinya ketoasidosis diabetik atau reaksi
hipoglikemia berat. Pada jangka panjang, dapat terjadi berbagai komplikasi
mikrovaskular dan makrovaskular, seperti neuropati, nefropati, dan retinopati.
Ketoasidosis diabetik terjadi akibat hiperglikemia yang tidak terkontrol.
Pada tahap awal, penderita akan mengeluhkan rasa tidak enak badan, mual,
muntah, nyeri abdomen, yang diikuti dengan poliuria. Pada tahap lanjutan,
penderita akan mengalami dehidrasi, hipotensi, dan penurunan kesadaran.
Insiden ketoasidosis diabetik lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Komplikasi mikrovaskular mencakup retinopati, neuropati, dan nefropati.
Hiperglikemia merupakan faktor risiko utama komplikasi mikrovaskular.
Komplikasi makrovaskular diabetes tipe 1 mencakup aterosklerosis, serta
kejadian tromboemboli seperti infark miokard dan stroke. Komplikasi diabetes
melitus tipe 1 yang juga harus diwaspadai adalah gangguan neurokognitif
yang mencakup penurunan fungsi kognitif, termasuk penurunan kecepatan
psikomotor, fleksibilitas kognitif, perhatian, dan persepsi visual. Dan yang
terakhir, penderita diabetes mellitus tipe 1 dapat mengalami komplikasi jangka
panjang berupa penyakit arteri perifer ataupun neuropati. Kondisi tersebut
membuat penderita menjadi rentan mengalami ulkus diabetikum yang akan
meningkatkan keperluan amputasi.
Diabetes melitus tipe 1 dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas
hidup penderita dan keluarga. Hal ini utamanya karena keperluan pemantauan
gula darah secara rutin dan pemakaian insulin dengan jarum suntik, pena, atau
12
pompa insulin beberapa kali sehari. Pasien juga memerlukan pembatasan
aktivitas dan menjaga pola diet. elalui penggunaan insulin yang terkontrol,
risiko kematian pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 dapat berkurang.
Kontrol gula darah yang baik pada pasien dapat menurunkan 42% risiko
komplikasi kardiovaskuler dan sebesar 57% kasus kardiovaskuler berat seperti
infark miokard, stroke, dan kematian karena penyakit kardiovaskuler.
Pada prognosis diabetes melitus tipe 2 berkaitan dengan kejadian
komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular, dimana hal ini dapat berisiko
morbiditas bahkan mortalitas. Diabetes mellitus tipe 2 juga merupakan salah
satu penyebab kebutaan terbanyak dan kematian terbanyak dalam studi
epidemiologi global.
Komplikasi mikrovaskular pada diabetes melitus tipe 2 meliputi retinopati
diabetik, neuropati, dan nefropati. Retinopati diabetik ini ditandai dengan
degenerasi sel endotel dan perisit pada kapiler retina akibat kejadian iskemia
dan mikro-aneurisma. Hal ini kemudian mengganggu fungsi retina, makula,
atau keduanya. Polineuropati distal simetris adalah bentuk paling umum dari
neuropati diabetik yang sering kali melibatkan jari kaki dan kaki bagian distal,
namun perlahan ke proksimal, kemudian melibatkan tungkai kaki. Gejala awal
yang paling sering terjadi adalah nyeri akut seperti tertusuk, nyeri seperti
terbakar, hingga kebas serta kesemutan. Nefropati diabetik adalah komplikasi
kronis yang ditandai dengan penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR),
peningkatan tekanan darah, albuminuria persisten lebih dari 300 mg/hari yang
dikonfirmasi 2 kali dengan jarak 3-6 bulan. Pemeriksaan fungsi ginjal secara
berkala pada penderita ini disarankan, setidaknya sekali setiap tahun untuk
memantau risiko terjadinya komplikasi ini. Selanjutnya Peripheral Arterial
Disease (PAD) yang merupakan keadaan dimana perfusi ke jaringan tidak
cukup, karena adanya sumbatan atau gangguan aliran darah akibat trombus
atau emboli pada arteri. Komplikasi yang dapat timbul dari adanya PAD
adalah gangren, yang disebabkan oleh kematian jaringan karena kurangnya
perfusi pada jaringan tersebut. Dan terakhir ada penyakit serebrovaskular,
yaitu keadaan patologis yang menyebabkan gangguan pada bagian tertentu di
13
otak baik temporer maupun permanen, akibat proses patologis pada pembuluh
darah, baik yang menyebabkan iskemia atau perdarahan. Penyakit yang
termasuk cerebrovascular disease adalah stroke iskemik, stroke hemoragik,
aneurisma, dan malformasi arteri-vena.
Prognosis diabetes mellitus tipe 2 sangat dipengaruhi oleh kontrol gula
darah, dimana keadaan hiperglikemia terutama hiperglikemia persisten akan
lebih mudah mengalami komplikasi mikrovaskular, seperti retinopati dan
nefropati, serta makrovaskular, seperti SKA dan penyakit serebrovaskular.
Kontrol gula darah, modifikasi gaya hidup dengan diet dan makan sesuai
kebutuhan kalori dan proporsi karbohidrat tinggi serat, lemak dan protein yang
seimbang, disertai dengan aktivitas fisik yang rutin sangat membantu dalam
mengurangi risiko komplikasi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes Meletus adalah gangguan metabolisme atau penyakit jangka
panjang yang di alami oleh seseorang dengan di tandai adanya peningkatan
kadar gula darah yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensivitas insulin atau keduanya. Penderita Diabetes sering kali
tidak menyadari kalau dirinya mengidap diabetes, Implementasi yang
dilakukan perawat pada pasien adalah melakukan pengkajian terhadap nyeri
secara kompresensif mengajarkan tentang non farmakologis, berkaloborasi
pemberian analgetik, meningkatkan istirahat, berikan hygene edukasi pada
pasien dan keluarga tentang pentingnya kebersihan dan hidup sehat.
3.2 Saran
Adapun saran yang didapatkan penulis berdasarkan hasil makalah ini
adalah sebagai berikut:
Bagi masyarakat diharapkan dapat mengaplikasikan tentamg kebersihan
dan menjaga pola hidup sehat, serta melakukan senam sehingga menjadi salah
satu terapi yang bisa dilakukan di rumah setiap saat untuk meningkatkan
vaskularasi dan pengotrolan kadar glukosa pada pasien Diabetes Melitus.
Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengajarkan tentang hidup sehat pada
masyarakat. Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat,
sehingga pengertian masyarakat terhadap penyakit akan bertambah.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
Lakukan pengkajian lebih lanjut pada pasien dengan kasus di atas berdasarkan
format pengkajian di bawah!
17
Lakukan implementasi dari intervensi yang sudah disusun ! Catat perkembangan
pasien selama 3 hari dirawat di rumah sakit!
1. Identitas pasien
Nama : Tn A
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Pendidikan :
2. Identitas penanggungjawab
18
Nama :
Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
3. Riwayat kesehatan
19
Kesadaran :15
Eye = 4
Verbal = 5
Motorik = 6
Status gizi
Penampilan : baik
TTV :
TD130/80 mmHg
RR = 30x/menit
HR 110 x/menit
T=37,5°C
Pemeriksaan fisik
Auskultasi paru-paru : terdapat suara nafas tambahan ronkhi basah halus di bagian
bronchus kanan.
b. Pemeriksaan laboratorium:
hemoglobin 11.7%
20
ureum 6 mg/dl
B. Diagnosis
21
2. 18 DS : pasien Kekurangan Kehilangan cairan
Desember mengatakan badan volume cairan aktif
2023 terasa lemas,
07.00 sering lapar, sering
haus dan sering
kencing.
DO: TD: 130/80
mmHg
nadi: 110 x/menit
Pemeriksaan
laboratorium.
hemoglobin
11.7%. leukosit
18.90 rb/mmk,
GDS 329 mg/dl,
ureum 6 mg/dl,
kreatinin 0.87
mg/dl.
3. 18 DS :- Kerusakan Faktor mekanik
Desember DO : Terdapat integritas
2023 luka ulkus di jaringan
07.00 dorsal
pedissinistraluas
8x6, 5x2cm³ dan
plantar
pedissinistraluas
4x2x2 cm³,
terdapat pus,
jaringan mati,
warma hitam
kekuningan, bau
22
khas ada sedikit
granulasi warna
kemerahan dan
tidak ada krepitasi
4. 18 DS : Klien Hambatan Intoleran
Desember mengatakan mobilitas fisik aktifitas/penurunan
2023 mengalami kekuatan otot
07.00 keterbatasan
aktivitas karena
anggota gerak
(ekstrimitas
bawah)
kelumpuhan.
sebelah kiri atas
dan mengalami
DO: Aktivitas
klien tampak
dilakukan di
tempat tidur
dengan dibantu
keluarga.
Prioritas Masalah:
23
C. Intervensi
24
20 x/menit), tidak intake untuk
ada suara nafas cairan
abnormal) mengoptimalkan
*Mampu keseimbangan
mengindentifikasikan
dan mencegah faktor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
18 Kekurangan volume tindakan • Pertahankan
Desember cairan b.d kehilangan keperawatan selama catatan intake
2023 cairan aktif 3 x 24 jam dan output yang
07.20 diharapkan volume akurat
cairan pasien adekuat • Monitor status
bersih dengan KH : hidrasi
Fluid balance ( kelembaban
* Mempertahankan membran
urine output sesuai mukosa, nadi
dengan usia dan BB, adekuat, tekanan
HT normal darah normal),
* Tekanan darah, jika diperlukan
nadi, suhu tubuh • Monitor vital
dalam batas normal sign
* Tidak ada tanda • Monitor
tanda dehidrasi, masukan
Elastisitas turgor makanan/cairan
kulit baik, membran • Kolaborasikan
mukosa lembab, pemberian
tidak ada rasa haus intravena IV
yang berlebihan. cairan
• Dorong
25
masukan oral
• Dorong
keluarga untuk
membantu
pasien makan
18 Kerusakan integritas Setelah dilakukan Pressure
Desember jaringan b.d faktor tindakan Management
2023 mekanik keperawatan selama • Anjurkan
07.30 3 x 24 jam pasien untuk
diharapkan integritas menggunakan
jaringan pasien yang longgar
membaik dengan KH pakaian
: • Hindari
Tissue Integrity : kerutan padaa
Skin and Mucous tempat tidur
Membranes • Jaga
* Integritas kulit kebersihan kulit
yang baik agar tetap bersih
dipertahankan dan kering
(sensasi, elastisitas, • Mobilisasi
bisa pasien (ubah
temperatur, hidrasi) posisi pasien)
* Tidak ada luka/lesi setiap dua jam
pada kulit sekali
Perfusi jaringan baik • Monitor kulit
* Menunjukkan akan adanya
pemahaman dalam kemerahan
proses perbaikan • Oleskan lotion
kulit dan mencegah atau
terjadinya sedera minyak/baby oil
berulang pada derah yang
26
* Mampu melindungi tertekan
kulit • Monitor
mempertahankan aktivitas dan
kelembaban kulit dan mobilisasi
perawatan alami dan pasien
18 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Exercise therapy
Desember fisik b.d intoleran tindakan ambulation
2023 aktivitas/penurunan keperawatan selama • Monitoring
07.40 kekuatan otot 3 x 24 jam vital sign
diharapkan pasien sebelum
dapat melakukan sesudah latihan
aktivitas/mobilisasi dan lihat respon
dengan KH : pasien saat
Joint Movement: latihan
Active • Bantu klien
* Klien meningkat menggunakan
dalam aktivitas fisik untuk tongkat
*Mengerti tujuan saat berjalan dan
dari peningkatan cegah terhadap
mobilitas cedera
* Memverbalisasikan • Ajarkan pasien
perasaan atau tenaga
meningkatkan dalam kesehatan lain
kekuatan tentang
kemampuan Dan ambulasi teknik
berpindah . Kaji pasien
* Memperagakan mobilisasi
penggunaan alat kemampuan
bantu untuk dalam
mobilisasi . Dampingi dan
Bantu pasien
27
saat mobilisasi
dan bantu
penuhi
kebutuhan
ADLs ps.
• Ajarkan .
bagaimana
posisi. pasien
merubah
D. Implementasi
28
DS: pasien mengatakan
• Mengidentifikasi tidak memerlukan alat
08.20 pasien perlunya jalan nafas buatan.
pemasangan alat jalan DO:-
nafas buatan.
DS : Pasien mengatakan
• Melakukan dahaknya tidak bisa
08.30 fisioterapi dada. keluar.
DO: Pasien tidak tampak
mengeluarkan dahak.
• Mengauskultasi DS:-
08.40 suara DO: terdengar suara nafas
nafas, mencatat tambahan ronkhi basah
adanya suara halus di bagian bronkus
tambahan kanan
29
DS : Pasien mengatakan
• Mengkaji respirasi masih sesak nafas.
DO: RR: 28 x/menit
2. 18
Desember
2023
09.20 • Mempertahankan DS: Pasien mengetakan
catatan intake dan pagi ini sudah kencing
output yang akurat lebih dari 10 kali
DO: urine bag hampir
penuh (1500ml)
30
pemberian cairan DO Pasien terpasang
intravena IV (infus infuse RL. : tampak
RL)
DS: Pasien mengatakan
10.10 • Mendorong mau minumk obat.
masukan oral (obat) DO: Tampak obat di meja
untuk pasien.
31
11.00 setiap dua jam sekali. DS: Pasien mengatakan
mau diubah posisinya.
DO: Posisi pasien tampak
• Memonitor kulit berubah.
akan adanya
11.10 kemerahan. DS:-
DO: kulit pasien tampak
• Mengoleskan lotion merah.
atau minyak/baby oil
11.20 pada daerah yang DS: Pasien merasa lebih
tertekan enakan dengan dioleskan
lotion pada daerah yang
tertekan.
• Memonitor aktivitas DO:-
dan mobilisasi pasien.
11.30 DS : Pasien mengatakan
aktivitas keluarga. dibantu
oleh
DO: Pasien tampak sering
di tempat tidur
4. 18
Desember
2023
11.40 • Memonitoring vital DS:-
sign sebelun/sesudah DO: TD: 130/80 mmHg,
latihan dan nadi 105 x/menit, RR
lihat respon pasien 27x/menit, suhu 37,5°C
saat latihan
11.50 • Membantu klien DS : Pasien mengatakan
untuk menggunakan senang atas bantuan
tongkat saat berjalan perawat.
32
dan cegah terhadap DO : Pasien tampak
cedera menggunakan tongkat saat
berjalan.
E. Evaluasi
33
18 1. S: Pasien mengatakan sesak napas berkurang dan
Desember masil batuk dengan dahak.
2023 O: RR 27x/menit
13.30 A: masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi :
• Membuka jalan nafas (memberikan oksigen)
• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
• Berikan bronkodilator
• Kaji respirasi
13.40 2. S: Pasien mengatakan masih sering kencing, haus,
lemas berkurang
O: urine bag pasien tampak penuh, TD 130/80 mmHg
nadi 105 x/menit, suhu 37,5°C
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi
• Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
• Monitor status hidrasi (kelembaban membran
mukosa)
• Monitor vital sign
• Monitor masukan makanan / cairaan
• Kolaborasi pemberian cairan intravena IV (infus
RL)
• Dorong masukan oral (obat)
13.50 3. S: Pasien mengatakan tau bagaimana cara untuk
mencegah lukanya tidak makin memburuk
O: tidak tampak kotor pada bagian luka pasien
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
• Monitor kulit akan adanya kemerahan
34
• Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
14.00 4. S: Pasien mengatakan masih kesuklitan untuk
melakukan aktivitas sendiri, mobilisasi pasien dibantu
oleh keluarga, mengerti bagaimana menggunakan alat
bantu dan taucara memperagakannya.
O: pasien tampak tidur di bed
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
• Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap cedera
• Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
• Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
35