Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

DIABETES MILETUS TIPE II

OLEH

3A KEPERAWATAN

KELOMPOK 2

1. ABU YASIDUL BUSTANI


2. ARIFANDI
3. GUSTI AGUNG AYU WIDIYANI
4. LULLU LILLAH
5. NABILA PRATIWI
6. NADIA
7. SARVA M SOMAT
8. TIARA FRISKY KARMELIA
9. VIDYA AULIA

PROGRAM STUDI NERS

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Keluarga yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami
berharap makalah yang kami susun dapat bermanfaat untuk menambah. Kami
menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan maka kami mengharap
kritik dan saran dari pembaca.

Palu, 12 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..........................................................................................
Kata Pengantar.............................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................
BAB I PENDAULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................
A. Konsep Dasar Penyakit..................................................................
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga..............................
BAB III PENUTUP.....................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit yang dapat menurun,
jika dalam sebuah keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus maka kemungkinan besar akan menurun, kurangnya
pengetahuan keluarga tentang kesehatan dapat menjadi masalah serius
karena keluarga tidak dapat menjalankan 5 tugas keluarga, misalnya
keluarga tidak mengerti bagaimana cara melakukan perawatan pada
anggota keluarga yang sakit, tidak mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan, tidak membuat keputusan dan mengambil keputusan yang
tepat, tidak mampu memberikan lingkungan yang tepat, sehingga pada
keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang memiliki penyakit
Diabetes Mellitus harus mendapatkan perhatian yang cukup agar Keluarga
memahami konsep dasar Diabetes Mellitus serta mencegah komplikasi
dari Diabetes Mellitus. Masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga,
dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah tersebut adalah
kepala keluarga dan anggota yang dituakan. Dalam mengatasi masalah ini
peran perawat kesehatan adalah memberikan keperawatan keluarga untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut.
Angka kejadian DM di dunia dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Data terakhir dari World Health Organization (WHO)
menunjukkan pada tahun 2000 sebanyak 150 juta penduduk dunia
menderita DM dan angka ini akan menjadi dua kali lipat sampai pada
tahun 2025 (WHO, 2014). International Diabetes Federation (2014) telah
melaporkan terdapat kematian sebesar 4,6 juta setiap tahunnya dan lebih
dari 10 juta pasien mengalami kelumpuhan dan komplikasi seperti
serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan dan amputasi. Pada tahun
2015 Indonesia berdiri pada posisi ketujuh dengan jumlah penderita
sebanyak 10 juta jiwa. Jumlah penderita DM ini diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2040, yaitu sebanyak 16,2 juta jiwa penderita, dapat
diartikan bahwa akan terjadi peningkatan penderita sebanyak 56,2% dari
tahun 2015 sampai 2040. Indonesia juga merupakan negara ketiga yang
jumlah orang dengan gangguan toleransi glukosa (20-79 tahun) pada tahun
2015 yaitu sebesar 29 juta jiwa orang (IDF, 2015). Menurut Riset
Kementerian Kesehatan pada tahun 2018, Prevalensi diabetesIndonesia
sebesar 2,0%, sedangkan di Jawa Timur sebesar 2,6% pada penduduk
umur diatas 15 tahun (Kemenkes, 2019:127)
Tingginyan prevalensi Diabetes Melitus disebabkan oleh
faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur,
dan faktor genetik, selain itu dapat juga disebabkan oleh faktor genetik
yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok, tingkat pendidikan,
konsumsi alkohol, obesitas. Dampak yang paling serius dari penyakit
diabetik ini yaitu komplikasi kaki ulkus diabetik.
Dukungan keluarga diyakini memiliki pengaruh terhadap kualitas
hidup penderita DM. Keluarga merupakan bagian penting dari seseorang
begitu pula dengan penderita DM. Penderita DM tipe 2 diasumsikan
memiliki masa-masa sulit seperti berbenah diri, sering mengontrol gula
darah, pola makan, dan aktivitas. Noviarini dkk (2013), mengungkapkan
bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas hidup adalah
adanya dukungan keluarga, pola diet sehat, dan aktivitas fisik. Keluarga
memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan anggotanya, termasuk
mengenal masalah tentang Diabetes Mellitus, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat, memberikan keperawatan kepada anggota
keluarganya yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang kondusif
bagi kesehatan
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana proses asuhan keperawatan keluarga dengan masalah diabetes
mellitus?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Keluarga dengan masalah
Diabetes Mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi DM
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa
darah setiap hari bervariasi, kadar gula darah akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah
normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa adalah 70-110
mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120- 140
mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung
gula maupun mengandung karbohidrat (Irianto, 2015).
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua – duanya (Perkeni,
2015).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2015, diabetes
melitus merupakan suatu penyakit yang kompleks yang membutuhkan
perawatan medis yang lama atau terus menerus dengan cara
mengendalikan kadar guka darah untuk mengurangi risiko
multifaktoral.
2. Etiologi
Faktor risiko yang berhubungan dengan Diabetes Melitus antara lain :
a. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat
dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air atau
meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembulh
darah perifer.
b. Faktor genetic
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi
familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan
meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara
kandung mengalami DM.
c. Riwayat keluarga
Seorang yang menderita diabetes melitus juga diduga mempunyai
gen diabetes diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif.
d. Usia
Berdasarkan penelitian, usia terbanyak terkena diabetes melitus
adalah lebih dari 45 tahun.
e. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa
dalam darah, pada derajat kegemukan dengan IMT >23 dapat
menyebabkan peningkatakn kadar glukosa darah menjadi 200 mg
%.
f. Alkohol dan rokok
g. Alkohol akan mengganggu metabolisme gula darah terutama pada
penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah.
3. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel – sel sasaran insulin tidak mampu merespon
insulin secara normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Resistensi
insulin terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta
penuaan. Penderita DM tipe 2 dapat terjadi produksi glukosa hepatic
yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel sel B Langerhans
secara autoimun DM tipe 2. Defisiensi fungsi insulin DM tipe 2
bersifat relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel B menunjukkan gangguan
pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan
baik pada perkembangan selanjutkan akan terjadi kerusakan sel – sel B
pankreas. Kerusakan sel –sel B pankreas akan terjadi secara progresif
seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin.
4. Manifestasi Klinis
Gejala diabetes melitus dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Gejala akut
1) Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui
membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga
serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan
cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan
intravaskuler, aliran darah ke ginjalmeningkat sebagai akibat
dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis
osmotic.
2) Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam
vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga
efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut
menjadi kering dan sensorhaus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum.
3) Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun,
penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi
yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan.
4) Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka
selkekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan
metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga
seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi dan penurunan
secara otomatis.
5) Malaise atau kelemahan.
b. Gejala Kronis
Gejala kronis diabetes melitus yaitu: Kesemutan, kulit terasa panas
atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram,
kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
5. Komplikasi Diabetes Mellitus
Menurut Priscilla LeMone, dkk, 2016 penyandang DM apapun
tipenya, berisiko tinggi mengalami komplikasi yang melibatkan
banyak sistem tubuh yang berbeda. Perubahan kadar glukosa darah,
perubahan sistem kardiovaskuler, neuropati, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi, dan penyakit peridontal umum terjadi. Selain itu,
interaksi dari beberapa komplikasi dapat menyebabkan masalah kaki.
6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia),
tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu:
a. Diet
b. Latihan
c. Penyuluhan
d. Obat
e. Cangkok pancreas

B. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DM TIPE 2


1. Pengkajian Keperawatan Keluarga
a. Identifikasi Data
Pengkajian terhadap data umum keluarga
1) Nama kepala keluarga (KK)
Identifikasi siapa nama KK sebagai penanggung jawab penuh
terhadap keberlangsungan keluarga.
2) Alamat dan telepon
Identifikasi alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi
sehingga memudahkan dalam pemberian asuhan keperawatan.
3) Pekerjaaan dan pendidikan KK
Identifikasi pekerjaaan dan latar belakang pendidikan Kepala
Keluarga dan anggota keluarga yang lainnya sebagai dasar
dalam menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
4) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.
5) Genogram
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang
menggambarkan konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan
genogram merupakan alat pengkajian informatif yang
digunakan untuk mengetahui keluarga, dan riwayat, serta
sumber-sumber keluarga.
6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut keluarga serta keperacayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10) Rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
dijelaskan mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber
pelayananan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan,
termasuk juga dalam hal ini riwayat perkembangan dan
kejadian-kejadian dan pengalaman kesehatan yang unik atau
yang berkaiatan dengan kesehatan (perceraian, kematian,
hilang, dll) yang terjadi dalam kehidupan keluarga.
4) Riwayat keluarga sebelumnya/asal
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri/keluarga asal kedua orang tua seperti apa
kehidupan keluarga asalnya, hubungan masa silam dan saat
dengan orang tua dari ke dua orang tua)
c. Data Lingkungan
Data lingkungan meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai
dari pertimbangan bidang-bidang yang paling sederhana seperti
aspek dalam rumah hingga komunitas yang lebih luas dan
kompleks di mana keluarga tersebut berada.
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank,
jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan
serta denah rumah (Friedman, 2010). Penataan lingkungan
yang kurang pas dapat menimbulkan suatu cidera, karena pada
penderita diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau
luka biasanya sulit sembuh.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan
fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan penderita diabetes
melitus.
3) Mobilitas geografi keluarga
4) Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat tinggal.
5) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
6) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang
dimilki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau pendukung dari anggota
keluarga dan fasilitas social atau dukungan dari masyarakat
setempat terhadap pasien dengan diabetes melitus.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
cara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
dispilin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat
sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji biasanya pada penderita diabetes yang
laki-laki akan mengalami beberapa masalah seksual seperti
disfungsi ereksi atau bahkan kehilangan gairah seksual,
sedangkan pada wanita biasanya akan mengalami radang
vagina yang disebabkan infeksi jamur.
e) Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan. Pada keluarga dengan tingkat
ekonomi yang mencukupi akan memperhatikan kebutuhan
perawatan penderita diabetes, misalnya dengan
menggunakan susu diabetasol.
e. Stres dan koping keluarga
Hal yang perlu dikaji cara keluarga untuk mengatasi stressor dan
ketegangan sehari-hari, dan strategi koping keluarga yang
digunakan untuk mengatasi atau menghadapi masalah.
f. Pemeriksaan Fisik
Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data
tentang kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan
kondisi kesehatan seluruh anggota keluarga.
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda-tanda vital. Biasanya pada
penderita diabetes didapatkan berat badan yang diatas
normal/obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran
pada leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada
kelainan pada pendengaran. Biasanya pada penderita diabetes
mellitus ditemui penglihatan yang kabur/ganda serta diplopia
dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang berdenging,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.
3) Sistem integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor
kulit menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka
atau maka warna sekitar luka akan memerah dan menjadi
warna kehitaman jika sudah kering. Pada luka yang susah
kering biasanya akan menjadi ganggren.
4) Sistem pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya
pada penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada
sistem pernafasan.
5) Sistem kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi
jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi,hipertensi, aritmia,kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi,
mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.
7) Sistem perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
8) Sistem muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstremitas.
9) Sistem neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penurunan sensoris, anastesia, letargi, mengantuk, kacau
mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosis keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosis
seperti:
a. Diagnosis sehat/wellness
Diagnosis sehat/wellness, digunakan bila keluarga mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada maladaptif. Perumusan
diagnosis keperawatan keluarga potensial, hanya terdiri dari
komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S
(symptom/sign), tanpa komponen etiologi.
b. Diagnosis ancaman/resiko
Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan
masalah kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data
maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan
diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P),
etiologi (E), dan symptom/sign (S).
c. Diagnosis nyata/gangguan
Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah gangguan/masalah
kesehatan di keluarga, di dukung dengan adanya beberapa data
maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata
terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan symptom/sign (S).
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
keluarga dengan diabetes mellitus yaitu:
a. Ketidakstabilan gula darah.
b. Gangguan rasa nyaman.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
d. Resiko komplikasi penyakit DM
e. Resiko syok hipovolemik.
f. Kerusakan integritas kulit.
Setelah dilakukan skoring menggunakan skala prioritas, maka
didapatkan diagnosa keperawatan keluarga dengan etiologi sebagai
berikut:
a. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit diabetes mellitus tipe II.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan diabetes
mellitus tipe II.
c. Resiko komplikasi penyakit DM berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit diabetes mellitus tipe II.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit diabetes
mellitus tipe II.

Anda mungkin juga menyukai