Kes
MATA KULIAH : EPIDEMIOLOGI
“DIABETES MELITUS”
Oleh :
MAYA SARI
(21806086)
Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai salah satu tugas dalam mata
kuliah sistem kardiovaskuler. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
Saya berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................ 20
A. Kesimpulan ............................................................................................... 20
B. Saran ......................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada usia anak dan muda tergantung jenis DM yang menjangkit.Dari tahun
banyakterjadi pada orang dewasa. Makin tua umur makin tinggi resiko terkena
(Krisnatuti, 2014)
B. Rumusan Masalah
1
5. Bagaimana epidemiologi Diabetes Mellitus ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Riwayat Alamiah Diabetes Mellitus
a. Tahap Prepatogenesis
Pada kondisi ini, individu belum merasakan gejala (simptom) dan belum
b. Tahap Prediabetes
diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi
tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam diabetes tipe 2. Pada masa
risiko untuk diabetes, serangan jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol
dalam kurun waktu 5-10 tahun. Ada dua tipe kondisi pra-diabetes:
(TGT), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada uji
toleransi glukosa berada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk
3
c. Tahap Diabetes Kimiawi
d. Tahap Klinis
Polidipsia, Polifagia).
e. Tahap Patogenesis
insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup,
gangguan sekresi insulin oleh sel beta pancreas dan gangguan kerja insulin
insulin dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnya tidak bekerja secara
efektif. Hal ini terjadi pada penderita DM tipe 2, dimana telah terjadi
4
resistensi insulin. Baik kekurangan insulin absolut maupun relatif akan
genetik; (2) gangguan fungsi sel beta pankreas; dan (3) penurunan kerja
insulin pada jaringan yang peka terhadap insulin (insulin resisten), yang
meliputi otot kerangka, hati dan jaringan lemak. Resistensi insulin pada
banyak berperan:
4) Faktor keturunan
berupa kerusakan pada organ tubuh seperti mata, ginjal, saraf, gusi, gigi
gangguan.
5
Insulin bekerja pada hidratarang, lemak, serta protein, dan kerja
metabolik sehingga gula, lemak, dan asam amino dapat disimpan serta
tidak terbakar habis. Jika tidak ada insulin, lemak, gula, dan asam amino
tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga unsur-unsur gizi tersebut tetap
insulin sering terjadi pada pasien yang sama, dan itu menjadi tidak jelas
hiperglikemia.
6
gejala gastrointestinal, genitourinary, kardiovaskuler dan disfungsi seksual.
produksi senyawa poliol dari glukosa adalah salah satu mekanisme berpikir
penderita diabetes.
Penyakit ini hanya dapat dikontol dan diberi pengawasan khusus. Penyakit
stroke, PJK, dll. Apabila tidak muncul komplikasi, individu tersebut tetap
akan menjadi carier atau pembawa sifat penyakit dan dapat menularkan
kepada keturunannya.
1) Dimulai pada saat lahir, dimana kadar gula darah masih dalam batas
7
2) Penurunan sensitifitas insulin timbul karena hasil dari predisposisi
4) Pada tahap ini terjadi kemunduran fungsi sel β, kadar gula darah puasa
dan post prandial jelas meningkat dan biasanya pasien dalam keadaan
simptomatis
(Alami/Bawaan)
satu aspek utama terjadinya penyakit diabetes karena faktor usia. Ini
8
2) Kondisi Berat Badan Bayi Saat Lahir (terlalu berat/terlalu kecil)
Berat badan bayi saat lahir juga sering ditengarai sebagai salah satu
diabetes. Demikian bila berat badan bayi dibawah 2500 gram maka ada
risiko bahwa ketika dewasa anak itu akan terkena diabetes juga nantinya.
Faktor penyebab yang kedua ini disebabkan karena gaya hidup seseorang.
1) Kebiasaan Merokok
Meski bukan satu hal yang pasti, tetapi peningkatan indeks massa tubuh
9
Makanan yang mengandung gula, tetapi rendah serat ditengarai sebagai
Kadar HDL (lemak baik) yang kurang dari 35mg/dL, serta kadar
Upaya pencegahan terjadinya diabetes milletus terdiri atas tiga tahap sebagai
berikut:
1. Pencegahan Primer
10
prediabetes agar tidak menjadi pengidap diabetes. Banyak masyarakat
diabetes.
pengaturan pola makan yang baik. Selain itu, kondisi prediabetes dapat
2. Pencegahan Sekunder
11
e. Pemantauan gula darah secara mandiri, pemeriksaan gula darah secara
gula darahnya sehingga dapat mengatur pola makan, aktivitas, dan dosis
3. Pengendalian Tersier
oleh dokter agar tidak berlanjut menjadi serangan jantung, kebutaan, atau
adalah:
12
e. Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk
akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu
dan dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani
f. Tes gula darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa
darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien
untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu
menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis
menderita diabetes.
g. Tes gula darah puasa. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa
darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih
untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang
menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar
gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL
diabetes.
h. Tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk
menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan,
13
pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula
darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes
normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199
dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita
diabetes.
Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin,
yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes
HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes
j. Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan
14
5. Epidemiologi Diabetes Mellitus
diseluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total
2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi dunia,
DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus tipe 2 terjadi
Afrika, ini akibat tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola
makan yang tidak sehat. Beberapa hal yang dihubungkan dengan faktor resiko
penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah
dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk
>10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap
Tugurejo Semarang, untuk jumlah pasien rawat inap JKN dengan diagnose
utama DM yang dirawat mulai dari bulan Januari sampai dengan Maret
dan paling sedikit terdapat pada bulan Maret sebesar 23 pasien, sedangkan
untuk bulan Januari sebanyak 25 pasien. Hal ini berarti Pada bulan Maret
15
jumlah pasien DM mengalami peningkatan yang cukup banyak sebesar
yaitu sebesar 34,48% dan kelompok umur 41–50 tahun yaitu sebesar
penelitian ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa mulai pada
kelompok usia >45 tahun keatas menjadi faktor resiko DM, khususnya pada
adalah 382 juta orang menderita diabetes dengan prevalensi 8,3 %. Amerika
utara dan Karibia adalah wilayah dengan prevalensi tinggi yaitu 36,755
orang dengan diabetes (11%), Timur Tengah dan Afrika Utara dengan 34,571
orang dengan diabetes (9,2%), dan wilayah Pasifik Barat sebanyak 138,195
orang, wilayah ini tinggi dengan orang penderita diabetes meskipun dengan
0,63% menjadi 0,55% pada tahun 2012. Data Dinas Kesehatan Kota (DKK)
sebanyak 2.147 kasus pada tahun 2012 dan sebanyak 1.713 kasus pada tahun
16
2013.
prevalensi yang tinggi seperti diabetes melitus, PJK dan lain lain. Penyakit
yidak menular memiliki faktor resiko bersama, faktor resiko tersebut dapat
sistematis dan terus menerus terhadap PTM khususnya diabetes melitus serta
lanjut.
17
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1116/ MENKES/ SK/ VIII/ 2003 tentang
sistem surveilans yang terdiri dari input, proses dan output. Input tersebut
meliputi segala komponen yang dapat dijadikan bahan atau sumber daya terkait
pengolahan data serta analisis dan interpretasi data. Sedangkan output ialah
pusat kajian, dan pusat penelitian serta unit surveilans lain. Berikut adalah
terpadu penyakit.
dirjen P2PL.
melitus dalam bentuk tabel, grafik, peta dan analisis lebih lanjut oleh dinas
18
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan unit surveilans
dirjen P2PL.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kadar gula darah normal adalah 120 mg/dl. Diabetes mellitus akan
Ketosis (HHNK).
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu bagi para pembaca untuk
jauh dari kesempurnaan serta banyak yang belum sesuai dengan apa yang kita
20
DAFTAR PUSTAKA
Krisnatuti, Diah, dkk. 2014. Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Jakarta: Penebar Swadaya
Syamiyah, Najah. 2014. Faktor Riktor Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada
Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Diunduh pada 31 Desember 2019.
21