Anda di halaman 1dari 24

DOSEN : SRI SYATRIANI, SKM, M.

Kes
MATA KULIAH : EPIDEMIOLOGI

“DIABETES MELITUS”

Oleh :

KELAS C NON REG.

MAYA SARI

(21806086)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini dengan judul “DIABETES MELITUS” dalam

waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai salah satu tugas dalam mata

kuliah sistem kardiovaskuler. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Saya berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

dan perkembangan dunia kesehatan.

Makassar, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

1. Riwayat Alamiah Diabetes Mellitus................................................................ 3

2. Pola Penyebaran Penyakit Diabetes Melitus ................................................... 8

3. Pencegahan Diabetes Mellitus ....................................................................... 10

4. Diagnosis Diabetes Melitus ........................................................................... 12

5. Epidemiologi Diabetes Mellitus .................................................................... 15

6. Surveilans Diabetes Mellitus ......................................................................... 17

BAB III ................................................................................................................. 20

PENUTUP ............................................................................................................ 20

A. Kesimpulan ............................................................................................... 20

B. Saran ......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan

terkena penyakit.Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia bertambah tua

dan berkurang fungsi sertaanatominya. Dengan demikian akan semakin dekat

dan mudah terkena penyakit. Penyakit yangmungkin muncul adalah

salah satunya diabetes melitus. Meskipun diabetes melitus mungkin jugaterjadi

pada usia anak dan muda tergantung jenis DM yang menjangkit.Dari tahun

ketahun penderita Diabetes Melitus sangat meningkat. Penyakit ini lebih

banyakterjadi pada orang dewasa. Makin tua umur makin tinggi resiko terkena

penyakit. DiabetesMelitus Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadargula (Glukosa) darah

akibat kekurangan Insulin baik absolute maupun Relatif.Diabetes Melitus

penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan.

Untukmengendalikan penyakit Diabetes Melitus diperlukan pengetahuan dan

kemauan dari pasien.Untuk itu pasien memerlukan bantuan dalam menghadapi

penyakit Diabetes Melitus denganasuhan keperawatan yang komprehensif

(Krisnatuti, 2014)

B. Rumusan Masalah

1. Apa riwayat Alamiah Diabetes Mellitus ?

2. Bagaimana pola Penyebaran Penyakit Diabetes Melitus ?

3. Bagaimana Pencegahan Diabetes Mellitus ?

4. Apa diagnosis Diabetes Melitus ?

1
5. Bagaimana epidemiologi Diabetes Mellitus ?

6. Apa Surveilans Diabetes Mellitus ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui riwayat Alamiah Diabetes Mellitus.

2. Untuk Mengetahui pola Penyebaran Penyakit Diabetes Melitus.

3. Untuk Mengetahui Pencegahan Diabetes Mellitus.

4. Untuk Mengetahui diagnosis Diabetes Melitus.

5. Untuk Mengetahui epidemiologi Diabetes Mellitus.

6. Untuk Mengetahui Surveilans Diabetes Mellitus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Riwayat Alamiah Diabetes Mellitus

Terdapat beberapa tahap Riwayat Alamiah Penyakit Diabetes Melitus:

a. Tahap Prepatogenesis

Pada kondisi ini, individu belum merasakan gejala (simptom) dan belum

dinyatakan diabetes. Tahap prepatogenesis dapat berpindah menjadi pre

diabetes dipengaruhi oleh faktor resiko masing-masing individu. 2.

b. Tahap Prediabetes

Pre-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada

diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi

tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam diabetes tipe 2. Pada masa

pre-diabetes ini belum terdapat abnormalitas dari metabolisme, tapi sudah

membawa faktor genetik (carriers). Kondisi pra-diabetes merupakan faktor

risiko untuk diabetes, serangan jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol

dengan baik, kondisi pra-diabetes dapat meningkat menjadi diabetes tipe 2

dalam kurun waktu 5-10 tahun. Ada dua tipe kondisi pra-diabetes:

1) Impaired Fasting Glucose (IFG), yaitu keadaan dimana kadar glukosa

darah puasa seseorang sekitar 100-125 mg/dl (kadar glukosa darah

puasa normal: <100 mg/dl).

2) Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa Terganggu

(TGT), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada uji

toleransi glukosa berada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk

dikategorikan ke dalam kondisi diabetes.

3
c. Tahap Diabetes Kimiawi

Pasien masih bersifat asimptomatik (belum timbul gejala-gejala) namun

sudah terdapat abnormalitas metabolisme pada pemeriksaan laboratoris.

d. Tahap Klinis

Fase dimana penderita sudah menunjukkan gejala-gejala dan tanda-tanda

penyakit DM. Gejala-gejala diabetes melitus yaitu Trias DM (Poliuria,

Polidipsia, Polifagia).

e. Tahap Patogenesis

Diabetes mellitus secara umum terjadi karena adanya proses

patogenesis. Ini bersamaan dengan rusaknya autoimun pada sel beta di

pankreas yang menyebabkan berkurangnya produksi insulin hingga

menjadi abnormal yang menghasilkan resistensi terhadap kerja insulin.

Apabila jumlah atau dalam fungsi insulin mengalami defisiensi,

hiperglikemia akan timbul sehingga menyebabkan diabetes. Kekurangan

insulin bisa absolut apabila pankreas tidak menghasilkan sama sekali

insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup,

misalnya yang terjadi pada DM tipe 1. Patogenesis DM tipe 2 didasari atas

gangguan sekresi insulin oleh sel beta pancreas dan gangguan kerja insulin

akibat ketidakpekaan (insensitifitas) jaringan sasaran (target) terhadap

insulin (Garnadi, Yudi. 2012).

Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila pankreas menghasilkan

insulin dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnya tidak bekerja secara

efektif. Hal ini terjadi pada penderita DM tipe 2, dimana telah terjadi

4
resistensi insulin. Baik kekurangan insulin absolut maupun relatif akan

mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar untuk melangsungkan

fungsinya, membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan (Baradero

dkk, 2005 dalam Syamiyah, 2014).

Meskipun patogenesis DM tipe 2 belum dimengerti sepenuhnya, tapi

ada 3 faktor penting yang perlu diperhatikan yaitu: (1) faktor-faktor

genetik; (2) gangguan fungsi sel beta pankreas; dan (3) penurunan kerja

insulin pada jaringan yang peka terhadap insulin (insulin resisten), yang

meliputi otot kerangka, hati dan jaringan lemak. Resistensi insulin pada

DM tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor di bawah ini

banyak berperan:

1) Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)

2) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

3) Kurang gerak badan

4) Faktor keturunan

DM tipe 2 sering tidak memiliki gejala, sehingga banyak kasus yang

tidak terdiagnosis setelah penyakit ini mulai menunjukkan komplikasi

berupa kerusakan pada organ tubuh seperti mata, ginjal, saraf, gusi, gigi

dan pembuluh darah. Penderita DM tipe 2 ini sebelumnya tidak

mempunyai gangguan pada pankreas maupun produksi insulin, baru

dengan berjalannya waktu, pengeluaran hormon insulin mulai mengalami

gangguan.

5
Insulin bekerja pada hidratarang, lemak, serta protein, dan kerja

insulin ini pada dasarnya bertujuan untuk mengubah arah lintasan

metabolik sehingga gula, lemak, dan asam amino dapat disimpan serta

tidak terbakar habis. Jika tidak ada insulin, lemak, gula, dan asam amino

tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga unsur-unsur gizi tersebut tetap

berada di dalam plasma. Sebagai akibatnya, sel-sel tubuh mengalami

starvasi dan terjadi peningkatan kadar glukosa, kolesterol, serta lemak.

(Jordan, 2002 dalam Syamiyah, 2014).

Berkurangnya hasil kerja insulin adalah dari tidak cukupnya sekresi

insulin dan/atau kurangnya respon jaringan terhadap insulin dalam jalur

kompleks kerja hormon. Penurunan sekresi insulin dan resistensi kerja

insulin sering terjadi pada pasien yang sama, dan itu menjadi tidak jelas

apa kelainannya. Jika hanya salah satu saja, penyebabnya adalah

hiperglikemia.

Gejala hiperglikemia meliputi polyuria, polydipsia, penurunan berat

badan, kadang dengan polipagia, dan penglihatan kabur. Melambatnya

pertumbuhan dan kerentanan terhadap infeksi tertentu juga dapat

menyertai penderita hiperglikemia kronik. Bahayanya, ancaman hidup dari

akibat diabetes adalah hiperglikemia dengan ketoasidosis atau sindrom

hiperosmolar nonketotik. Komplikasi jangka panjang dari diabetes

meliputi retinopati dengan potensi hilangnya penglihatan; nefropati yang

menyebabkan gagal ginjal; neuropati perifer dengan risiko ulkus kaki,

amputasi, dan sendi Charcot, dan neuropati otonom yang menyebabkan

6
gejala gastrointestinal, genitourinary, kardiovaskuler dan disfungsi seksual.

Glikasi protein jaringan dan makromolekul lainnya serta kelebihan

produksi senyawa poliol dari glukosa adalah salah satu mekanisme berpikir

untuk menghasilkan kerusakan jaringan dari hiperglikemia kronis. Pasien

dengan diabetes memiliki peningkatan komplikasi atherosklerosis,

pembuluh darah perifer, dan penyakit serebrovaskular, hipertensi, kelainan

metabolisme lipoprotein, dan penyakit periodontal seiring ditemukan pada

penderita diabetes.

Dampak emosional dan sosial diabetes dan tuntutan terapi dapat

menyebabkan disfungsi psikososial yang signifikan pada pasien dan

keluarganya (Garnadi, Yudi. 2012).

f. Tahap Akhir Penyakit

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang belum dapat disembuhkan.

Penyakit ini hanya dapat dikontol dan diberi pengawasan khusus. Penyakit

komplikasi yang muncul dari penyakit diabetes melitus dapat

menimbulkan kecacatan atau kematian misalnya katarak, ganggrene,

stroke, PJK, dll. Apabila tidak muncul komplikasi, individu tersebut tetap

akan menjadi carier atau pembawa sifat penyakit dan dapat menularkan

kepada keturunannya.

Sedangkan untuk riwayat alamiah dari DM tipe 2 ada 4 tahapan yaitu:

1) Dimulai pada saat lahir, dimana kadar gula darah masih dalam batas

normal tetapi individu tersebut mempunyai resiko untuk DM tipe 2 oleh

karena polimorphisme genetik (diabetogenic genes).

7
2) Penurunan sensitifitas insulin timbul karena hasil dari predisposisi

genetik dan gaya hidup (faktor lingkungan) yang mana awalnya

terkompensasi oleh peningkatan fungsi sel β mengalami penurunan,

dengan tes toleransi glukosa ditemukan gangguan toleransi glukosa. Pada

keadaan ini fungsi sel β jelas abnormal tetapi kebutuhan untuk

mempertahankan kadar gula darah puasa masih normal.

3) Hasil dari kemunduran fungsi sel β dan peningkatan resistensi insulin.

Kadar gula darah puasa dapat meningkat disebabkan produksi glukosa

endogen basal,tetapi pasien masih dalam keadaan asimptomatik.

4) Pada tahap ini terjadi kemunduran fungsi sel β, kadar gula darah puasa

dan post prandial jelas meningkat dan biasanya pasien dalam keadaan

simptomatis

2. Pola Penyebaran Penyakit Diabetes Melitus

a. Faktor Penyebab yang Tidak bisa Dimodifikasi, Tidak Dapat Dikontrol

(Alami/Bawaan)

1) Faktor Usia Membuat Organ Pankreas Berkurang Fungsinya

Penurunan fungsi organ yang disebabkan karena penuaan adalah salah

satu aspek utama terjadinya penyakit diabetes karena faktor usia. Ini

karena, organ pankreas yang biasanya bekerja normal dalam

memproduksi insulin mengalami penurunan fungsinya. Oleh karena itu,

sangat dianjurkan untuk mereka yang berusia di atas 45 tahun agar

memeriksa kadar gula darah secara teratur.

8
2) Kondisi Berat Badan Bayi Saat Lahir (terlalu berat/terlalu kecil)

Berat badan bayi saat lahir juga sering ditengarai sebagai salah satu

kondisi yang menjadi patokan terjadinya diabetes. Untuk bayi dengan

berat di atas 4000 gram berisiko menyebabkan anak tersebut terkena

diabetes. Demikian bila berat badan bayi dibawah 2500 gram maka ada

risiko bahwa ketika dewasa anak itu akan terkena diabetes juga nantinya.

3) Faktor Keturunan atau Genetika Lebih Berisiko Terkena Diabetes

Keturunan diabetes sangat mungkin terkena diabetes juga nantinya.

Karenanya bila diantara anggota keluarga ada riwayat diabetes maka

sangat mungkin meningkatkan faktor terjadinya diabetes pada seseorang.

b. Faktor Penyebab yang Bisa Dimodifikasi/dikontrol

Faktor penyebab yang kedua ini disebabkan karena gaya hidup seseorang.

Beberapa diantaranya adalah:

1) Kebiasaan Merokok

Merokok selain buruk untuk pernapasan, juga berbahaya bagi timbulnya

penyakit diabetes. Cara terbaik tentu dengan mengurangi dan

menghentikan kebiasan ini.

2) Obesitas atau Kegemukan

Meski bukan satu hal yang pasti, tetapi peningkatan indeks massa tubuh

berpengaruh pula pada kemungkinan seseorang terjangkit diabetes.

3) Pola Makan Tak Sehat (suka makan makanan manis/tinggi karbohidrat)

9
Makanan yang mengandung gula, tetapi rendah serat ditengarai sebagai

sumber bahan pangan dan menyumbang kemungkinan diabetes lebih

tinggi bagi seseorang.

4) Jarang dan Malas Berolahraga

Kondisi pasif, kurang bergerak, dan malas berolahraga menjadikan tubuh

sangat berisiko untuk terkena diabetes.

5) Penderita Hipertensi berisiko Terkena Diabetes

Hipertensi juga disinyalir turut menyumbang tingginya angka penderita

diabetes sebagai bagian dari faktor yang bisa dimodifikasi.

6) Tingginya Kadar Kolesterol

Kadar HDL (lemak baik) yang kurang dari 35mg/dL, serta kadar

trigliserida yang lebih dari 250mg/dL ditengarai jadi penyumbang

penyakit diabetes. Karenanya memperhatikan kadar kolesterol adalah

satu hal yang penting.

7) PCOS (Polycystic Ovary Syndrome)

Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita. Ditandai dengan tidak

teraturnya siklus menstruasi, serta tumbuhnya rambut secara signifikan di

daerah lengan, kumis, serta obesitas.

3. Pencegahan Diabetes Mellitus

Upaya pencegahan terjadinya diabetes milletus terdiri atas tiga tahap sebagai

berikut:

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ialah mencegah orang yang normal dan pengidap

10
prediabetes agar tidak menjadi pengidap diabetes. Banyak masyarakat

yang tidak sadar bahwa dirinya mengidap prediabetes. Prediabetes dapat

dicegah agar tidak menjadi diabetes dengan mengendalikan faktor risiko

diabetes.

Pencegahan dini terjadinya diabetes dapat dilakukan dengan mencegah

kelebihan bobot badan dan kegemukan (obesitas), olahraga teratur, serta

pengaturan pola makan yang baik. Selain itu, kondisi prediabetes dapat

diterapi dengan obat-obatan.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder yaitu, berbagai upaya untuk mencegah timbulnya

komplikasi diabetes. Jadi, pencehagan sekunder ini diperuntukkan bagi

orang yang telah mengidap penyakit diabetes.

Berbagai upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi upaya tersebut

meliputi lima pilar, diantaranya :

a. Edukasi Diabetes, dapat melalui kegiatan membaca, ceramah edukasi,

seminar, dan lain sebagainya.

b. Mengatur pola makan, harus mengatur pola makan dengan prinsip 3J

(tepat Jadwal, tepat Jenis, tepat Jadwal makan)

c. Melakukan aktivitas fisik dan olahraga, dosis olahraga dapat diatur

dengan pedoman FIT (Frekuensi, Intensitas,Time)

d. Obat hipoglikemik oral dan mungkin juga suntikan insulin.diberikan

jika upaya pengaturan makanan dan olahraga tidak cukup

mengendalikan kadar gula dara.

11
e. Pemantauan gula darah secara mandiri, pemeriksaan gula darah secara

mandiri bermanfaat agar pengidap diabetes dapat mengetahui kadar

gula darahnya sehingga dapat mengatur pola makan, aktivitas, dan dosis

obat atau dosis hormon insulin yang harus diterapkan.

3. Pengendalian Tersier

Apabila pengidap diabetes sudah mengalami komplikasi diabetes, maka

tindakan pencegahannya adalah mencegah kecacatan akibat berbagai

komplikasi diabetes. Pengidap diabetes harus tetap menjalani lima pilar

pencegahan diabetes. Berbagai penyakit komplikasi seperti penyakit

jantung koroner, retinopeti diabetik, atau nefropati diabetic harus diterapi

oleh dokter agar tidak berlanjut menjadi serangan jantung, kebutaan, atau

kegagalan fungsi jantng.

4. Diagnosis Diabetes Melitus

Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1

yang gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali

tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko

terkena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Di antaranya

adalah:

a. Orang yang berusia di atas 45 tahun.

b. Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil.

c. Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25.

d. Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes.

12
e. Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk

mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah

akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter

akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu

dan dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani

oleh pasien, antara lain:

f. Tes gula darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa

darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien

untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu

menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis

menderita diabetes.

g. Tes gula darah puasa. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa

darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih

dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah

untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang

menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar

gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL

menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula

darah puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita

diabetes.

h. Tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk

berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan

menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan,

13
pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula

darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes

toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah

normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199

mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa

dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita

diabetes.

i. Tes HbA1C (glycated haemoglobin test). Tes ini bertujuan untuk

mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang.

Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin,

yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes

HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes

HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di

antara 5,7-6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes.

Hasil tes HbA1C di atas 6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes.

j. Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan

kepada pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan

merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus

bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan

merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien

memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas.

14
5. Epidemiologi Diabetes Mellitus

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang

diseluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total

populasi, insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun

2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi dunia,

DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus tipe 2 terjadi

di negara berkembang, peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di

Afrika, ini akibat tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola

makan yang tidak sehat. Beberapa hal yang dihubungkan dengan faktor resiko

DM adalah Obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya

komsumsi sayur dan buah. (Riskesdas, 2007)

Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada

penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah

dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk

>10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap

hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7%. (Depkes, 2008)

Berdasarkan hasil pengamatan pada indeks penyakit DM di RSUD

Tugurejo Semarang, untuk jumlah pasien rawat inap JKN dengan diagnose

utama DM yang dirawat mulai dari bulan Januari sampai dengan Maret

(triwulan I) tahun 2014 tercatat sebanyak 87 pasien. Persentase jumlah pasien

DM pada triwulan I paling banyak terdapat pada bulan Februari sebanyak 39

dan paling sedikit terdapat pada bulan Maret sebesar 23 pasien, sedangkan

untuk bulan Januari sebanyak 25 pasien. Hal ini berarti Pada bulan Maret

15
jumlah pasien DM mengalami peningkatan yang cukup banyak sebesar

21,87%, namun pada bulan Maret kembali menurun jumlahnya sebanyak

25,81%. Kasus DM paling banyak menyerang kelompok umur 51-60 tahun

yaitu sebesar 34,48% dan kelompok umur 41–50 tahun yaitu sebesar

26,45%. Hal ini menggambarkan bahwa hasil

penelitian ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa mulai pada

kelompok usia >45 tahun keatas menjadi faktor resiko DM, khususnya pada

tipeII. (Dian Aristika, 2014)

Prevalensi global diabetes di masyarakat (20-79 tahun) pada tahun 2013

adalah 382 juta orang menderita diabetes dengan prevalensi 8,3 %. Amerika

utara dan Karibia adalah wilayah dengan prevalensi tinggi yaitu 36,755

orang dengan diabetes (11%), Timur Tengah dan Afrika Utara dengan 34,571

orang dengan diabetes (9,2%), dan wilayah Pasifik Barat sebanyak 138,195

orang, wilayah ini tinggi dengan orang penderita diabetes meskipun dengan

prevalensi 8,6% tetapi mendekati prevalensi dunia. Untuk tingkat kabupaten/

kota di Jawa Tengah, prevalensi kasus DM Tipe 2 mengalami penurunan, dari

0,63% menjadi 0,55% pada tahun 2012. Data Dinas Kesehatan Kota (DKK)

Semarang, menunjukkan bahwa selama tahun 2008-2012 prevalensi DM Tipe

2 sebagai berikut: 21,1% (2008), 21,3% (2009), 20,5% (2010), 19,7%

(2011), dan 20,7%

(2012). Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kota Semarang

khususnya DM Tipe 2 tertinggi terdapat di wilayah Puskesmas Kedungmundu

sebanyak 2.147 kasus pada tahun 2012 dan sebanyak 1.713 kasus pada tahun

16
2013.

6. Surveilans Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular. Peningkatan

penyakit tidak menular dapat berdampak negatif pada ekonomi dan

produktivitas apabila PTM terjadi pada kelompok usia produktif. Pengendalian

penyakit tidak menular diprioritaskan pada penyakit – pebyakit dengan

prevalensi yang tinggi seperti diabetes melitus, PJK dan lain lain. Penyakit

yidak menular memiliki faktor resiko bersama, faktor resiko tersebut dapat

berkontribusi baik secara sendiri ataupun saling berinteraksi satu dengan

lainnya sehingga dapat menyebabkan seseorang menderita satu atau lebih

banyak penyakit tidak menular. Adapun Upaya pengendalian PTM dibagi

menjadi upaya pencegahan primer, upaya pencegahan sekunder, dan upaya

pencegahan sekunder namun adapun kegiatan lainnya dalam mendukung upaya

pengendalian PTM adalah surveilans.

Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular terdiri dari surveilans

faktor risiko, surveilans kasus/ registry. Surveilans epidemiologi PTM

khususnya penyakit Diabetes Melitus merupakan Keguatan analisis secara

sistematis dan terus menerus terhadap PTM khususnya diabetes melitus serta

kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan diabetes melitus dan

cedera tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif

dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran

informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan dan tindak

lanjut.

17
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1116/ MENKES/ SK/ VIII/ 2003 tentang

pedoman penyelenggaraan surveilans epidemologi, diketahui bahwa

penyelenggaraan surveilans Diabetes Mellitus memakai siklus manajemen

sistem surveilans yang terdiri dari input, proses dan output. Input tersebut

meliputi segala komponen yang dapat dijadikan bahan atau sumber daya terkait

pelaksanaan surveilans seperti: SDM, fasilitas, pembiayaan, kebijakan dan

mitra. Proses merupakan tahapan proses mulai dari pengumpulan data,

pengolahan data serta analisis dan interpretasi data. Sedangkan output ialah

laporan yang dihasilkan dalam penyelenggaraan surveilans tersebut, biasanya

berupa laporan tahunan surveilans yang diterbitkan.

Pada dasarnya pelaksanaan surveilans Diabetes Mellitus dilakukan agar

diperolehnya informasi epidemiologi penyakit tidak menular khususnya

diabetes melitus dan terdistribusinya informasi kepada program terkait, pusat –

pusat kajian, dan pusat penelitian serta unit surveilans lain. Berikut adalah

tujuan khusus pelaksanaan program survelans, khususnya surveilans PTM:

a. Terkumpulnya data kesakitan di Puskesmas sebagai sumber data surveilans

terpadu penyakit.

b. Terdistribusikannya data kesakitan kepada unit surveilans dinas kesehatan

kabupaten kota, unit surveilans dinas kesehatan provinsi, unit surveilans

dirjen P2PL.

c. Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit khususnya diabetes

melitus dalam bentuk tabel, grafik, peta dan analisis lebih lanjut oleh dinas

18
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan unit surveilans

dirjen P2PL.

d. Terdistribusinya hasil pengolahan dan penyajian data penyakit khususnya

diabetes melitus beserta hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan

rekomendasi kepada program terkait di Puskesmas, Rumah Sakit,

Laboratorium, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat-pusat riset, pusat-

pusat kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia).

Kadar gula darah normal adalah 120 mg/dl. Diabetes mellitus akan

menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal seperti penyakit jantung,

penyakit ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami aterosklerosis jika

dibiarkan tidak terkendali.

Pada penderita diabetes mellitus, terdapat penurunan dalam kemampuan

tubuh untuk berespons terhadap insulin, atau penurunan atau tidak

terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada

hiperglikemia yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut

seperti ketoasidosis diabetik dan sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non

Ketosis (HHNK).

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu bagi para pembaca untuk

menambah pengetahuan Dan wawasan. namun masih banyak kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan serta banyak yang belum sesuai dengan apa yang kita

harapkan. Demi kesempunaan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan

saran serta dukungan yang bersifat membangun agar dalam pembuatan

makalah berikutnya lebih baik lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI., 2008. Diabetes Mellitus Ancaman Umat Manusia di Dunia.


(http://www.depkes.go.id/indeks/)

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2008. Pedoman Pengendalian


Diabetes Melitus Dan Penyakit Metabolik. Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Garnadi, Yudi. 2012. Hidup Nyaman dengan Diabetes Melitus. Jakarta:


AgroMedia Pustaka

Krisnatuti, Diah, dkk. 2014. Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Jakarta: Penebar Swadaya

Syamiyah, Najah. 2014. Faktor Riktor Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada
Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Diunduh pada 31 Desember 2019.

21

Anda mungkin juga menyukai