Anda di halaman 1dari 17

PREVALENSI ANGKA DIABETES MELITUS DI SURABAYA

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pengantar Ilmu Kesehatan


Masyarakat

Disusun oleh :
Kelompok 1 IKM 1A
1. Abdul Ghani Wahyu Rabbani 191231055
2. Allya-iz Tiktonika Putri 191231185
3. Arsyilah Nur Ramadhani 191231056
4. Nindi Astika Maharani 191231058
5. Patricia Clarys Migesa Sinoki 191231177
6. Shelly Aprilia Nur Laili 191231007

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah
Ilmu Pengantar Kesehatan Masyarakat ini dengan baik. Makalah ini berisi
tentang uraian mengenai Diabetes Melitus.

Penyusun makalah tentang Diabetes Melitus mengucapkan terima kasih


kepada Dra. Suratin, pada kuliah Ilmu Pengantar Kesehatan Masyarakat yang
sudah mempercayakan tugas ini kepada penyusun, sehingga sangat membantu
penyusun untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang
ditekuni.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan


praktikum ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami selaku penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk
kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

Surabaya, 11 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Umum ................................................................................. 2
D. Tujuan Khusus ................................................................................. 2
E. Manfaat ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Pengertian Diabetes Melitus ........................................................... 3


B. Pembagian Klasifikasi Diabates Melitus ........................................ 3
C. Faktor-faktor Diabetes Melitus ....................................................... 4
D. Komplikasi Diabetes Melitus .......................................................... 6
E. Penanggulangan Diabetes Melitus .................................................. 7

BAB III PENUTUP.................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................... 12

Daftar Pustaka ............................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh


dunia. Diabetes Melitus atau yang sering disebut dengan kencing manis
adalah suatu penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin
(resistensi insulin) serta tubuh tidak bisa memanfaatkan secara optimal
insulin yang di hasilkan, sehingga terjadi kelonjakan kadar gula dalam
darah melebihi normal. Diabetes melitus didiagnosa melalui
pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2015, kasus Diabetes Melitus di
Indonesia mencapai 10 juta orang penderita Diabetes, dan 17,9 juta
orang yang berisiko menderita penyakit ini.
Kota Surabaya mencatatkan prevelansi angka 7 di mana dengan
angka itu kota Surabaya menempati urutan ke-9 dari seluruh angka
penderita Diabetes Melitus di Indonesia. Angka prevalensi di Kota
Surabaya tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lain di
Jawa Timur. Hal tersebut ternyata dipengaruhi oleh beberpa faktor
seperti pola hidup masyarakat yang tidak sehat, kemudahan
mendapatlkan makanan yang anak dan belum tentu sehat, serta
kurangnya latihan fisik dan olahraga kareana memiliki tingkat
kesibukan ynag tinggi. Selain itu, penatalaksanaan DM yang kurang
tepat dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi jangka panjang dari
DM misalnya adalah penyakit jantung koroner, stroke, kebutaan,
amputasi bagain kaki dan penyakit ginjal bahkan kematian.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus?


2. Bagaimana klasifikasi Diabetes Melitus?
3. Apa saja yang menjadi faktor Diabetes Melitus?
4. Bagaimana bahaya komplikasi Diabetes Melitus?
5. Apa hal yang harus dilakukan dalam penanggulangan Diabetes
Melitus?

C. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tentang


berbagai aspek seputar Diabetes Melitus.

D. Tujuan Khusus

1. Pengertian Diabetes Melitus.


2. Mengetahui berbagai macam klasifikasi Diabetes Melitus.
3. Mengetahui berbagai macam faktor Diabetes Melitus.
4. Mengetahui bahaya komplikasi Diabetes Melitus.
5. Mengetahui pencegahan yang harus dilakukan pada Diabetes
Melitus.

E. Manfaat

1. Memberikan pengertian dan pemahaman tentang Diabetes


Melitus.
2. Memberikan pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi
Diabetes Melitus.
3. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang bahaya
komplikasi Diabetes Melitus.
4. Memberikan informasi tentang tata cara penanggulangan
Diabetes Melitus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme


kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi), yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan untuk
memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk
metabolisme dan pertumbuhan sel. Menurut WHO. Diabetes Melitus
didefiisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis
dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
yang disiertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan
protein.

B. Pembagian Klasifikasi Diabetes Melitus

1. Diabetes Melitus Tipe 1


Diabetes melitus tipe 1 banyak diderita dari semua kalangan usia, baik
dari anak-anak maupun orang dewasa. Orang yang menderita penyakit
ini setiap harinya membutuhkan asupan insulin yang berguna untuk
mengatur kadar glukosa yang berada di dalam darahnya. Diabetes
melitus tipe 1 ini dapat menyebabkan kematian jika penderitanya tidak
mendapatkan insulin. Gejala yang dialami oleh penderita Diabetes
Melitus tipe 1 diantaranya adalah rasa haus yang tidak normal,
intensitas buang air kecil yang terlalu sering, tidak bertenaga,
penurunan berat badan yang drastis, serta penglihatannya kabur. Dari
tahun ke tahun, angka penderita penyakit ini semakin meningkat
sedangkan penyebabnya belum bisa diketahui secara jelas.
2. Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 banyak diderita oleh orang dewasa. Berbeda
dengan Diabetes Melitus tipe 1, diabetes jenis ini disebabkan karena
3
insulin yang dihasilkan oleh tubuh berubah menjadi resisten yang
menyebabkan insulin tidak efektif bagi tubuh sehingga lambat laun
kadar insulin dalam tubuh semakin tidak mencukupi dan akhirnya kadar
glukosa darah menjadi tinggi.
3. Diabetes Melitus Tipe lain
Penyakit diabetes jenis ini sering disebut juga penyakit gangguan
metabolik. Diabetes Melitus tipe lain biasanya memiliki gejala awal
dengan tingginya gula darah yang disebabkan oleh efek genetik kerja
insulin serta sindrom genetik lain yang berhubungan dengan Diabetes
Melitus.
4. Diabetes Gestasional
Diabetes Gestasional atau Diabetes Melitus pada kehamilan ditandai
dengan sedikit meningkatnya kadar glukosa darah. Biasanya diabetes
kehamilan ini sering terjadi pada trimester kedua atau ketiga. Kadar
glukosa darah pada wanita hamil dapat dijaga dengan pola diet yang
sehat, pengecekan gula darah secara rutin serta melakukan olahraga
ringan.

C. Faktor-Faktor Diabetes Melitus

1. Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang besar dalam
meningkatnya resiko Diabetes Melitus. Diabetes dapat diturunkan oleh
keluarga sebelumnya yang memiliki riwayat penyakit yang sama.
Kelainan pada gen ini dapat mengakibatkan tubuh tidak dapat
memproduksi insulin. (Choi and Shi, 2001)
2. Obesitas
Obesitas dan peningkatan berat badan pada orang dewasa dianggap
menjadi salah satu faktor risiko yang paling penting untuk Diabetes
Melitus tipe-2. Obesitas menyebabkan terjadinya peningkatan masa
adipose yang dihubungkan dengan resistensi insulin yang akan
mengakibatkan terganggunya proses penyimpanan lemak dan sintesa
lemak (Daousi, 2006)

4
3. Usia
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sekitar 50% lansia
mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal.
Diabetes Melitus sering muncul pada usia lanjut pada usia lebih dari 45
tahun dimana sensitifitas insulin berkurang. (Choi and Shi, 2001).
Seseorang dengan usia ≥ 45 tahun mempunyai tingkat risiko yang tinggi
terhadap diabetes melitus dan intoleransi glukosa akibat faktor
degeneratif yaitu menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme glukosa.
Risiko Perempuan mengalami diabetes melitus lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Penyebabnya terjadi karena perempuan
mengalami masa pra menopause dan menopause, serta ditambah faktor-
faktor lain, seperti gaya hidup, kurang aktifitas fisik, faktor stres, dan
lainnya. Risiko tersebut akan meningkat ketika seseorang berusia diatas
45 tahun karena tubuh telah mengalami proses penuaan.

Rata-rata usia responden pada penelitian yang telah dilakukan paling


banyak adalah pada masa middle age yaitu usia 51-55 tahun (Nanda et
al, 2018, p.343). Usia tersebut merupakan usia pertengahan yang
menampakkan kematangan jiwa dan merupakan masa persiapan usia
lanjut. Selain jenis kelamin dan usia, status gizi lebih atau obesitas juga
merupakan risiko terjadinya DM.

5
4. Hipertensi (Tekanan darah tinggi)
Hipertensi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama untuk
pengembangan diabetes. Penderita hipertensi memiliki risiko 2-3 kali
lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan pasien dengan tekanan darah
normal. Hipertensi adalah kondisi umum yang biasanya berdampingan
dengan Diabetes Melitus dan memperburuk komplikasi Diabetes
Melitus dan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. (Bays, Chapman
and Grandy, 2007)
5. Merokok
Merokok dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam risiko
diabetes. Merokok merupakan faktor risiko independen dan
dimodifikasi untuk diabetes. Berhenti merokok dikaitkan dengan
penambahan berat badan dan peningkatan berikunya dalam risiko
diabetes. (Choi and Shi, 2001)
6. Ras
Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi untuk
terserang Diabetes Melitus. Peningkatan penderita diabetes di wilawah
Asia jauh lebih tinggi dibanding di benua lainnya.Bahkan diperkirakan
lebih 60% penderita berasal dari Asia. (Choi and Shi, 2001)

D. Komplikasi Diabates Melitus


Penyakit Diabetes Melitus dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
Komplikasi Diabetes Melitus ini dapat memengaruhi nyaris setiap organ
dalam tubuh, termasuk jantung dan pembuluh darah, mata, ginjal, saraf,
saluran pencernaan, gigi, dan gusi.
1. Komplikasi jantung dan pembuluh darah
Kerusakan saraf atau pembuluh darah juga dapat menjadi penyebab
masalah pada kaki, yang pada beberapa kasus yang langka juga
menyebabkan amputasi. Sering kali, komplikasi ini biasanya terjadi
tanpa adanya gejala awal, sehingga penderita biasanya langsung
mengalami serangan jantung atau stroke.
6
2. Komplikasi pada mata
Komplikasi ini dapat menyebabkan berbagai gangguan penglihatan,
termasuk kondisi yang dapat menyebabkan kebutaan jika tidak
ditangani dengan semestinya. Kondisi tersebut termasuk katarak,
glaucoma, dan retinopati diabetik, yang melibatkan pembuluh darah
kecil pada mata.
3. Komplikasi pada ginjal
Diabetes telah menjadi penyebab utama gagal ginjal pada orang
dewasa di Amerika Serikat. Penyakit ginjal pada tahap awal
biasanya tidak menunjukkan gejala apapun. Baru ketika kondisi
sudah lebih memburuk, terjadi pembengkakan pada kaki.
4. Komplikasi pada saraf
Komplikasi pada saraf dialami oleh sebagian besar penderita
diabetes. Pada umumnya seseorang yang kondisi diabetesnya tidak
dikendalikan akan mengalami komplikasi saraf seperti neuropati
diabetik perifer. Kondisi lainnya adalah neuropati autonomik yang
muncul dari kerusakan saraf yang mengendalikan organ dalam.
5. Komplikasi gigi dan gusi
Diabetes meningkatkan risiko penyakit gusi, yang biasanya ditandai
dengan gusi merah, membengkak, dan mudah berdarah.

E. Penanggulangan Diabetes Melitus


1. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada empat sesuai
dengan Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM.
Penatalaksanaan diabetes melitus dalam jangka pendek bertujuan agar
hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan
tercapainya target pengendalian glukosa darah. Sedangkan dalam
jangka panjang bertujuan agar tercegah dan terhambatnya progresivitas
penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.

7
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid,melalui
pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan
mandiri dan perubahan perilaku. Hal yang dapat dilakukan antara lain :
a. Diet
Aturan makan pada penyandang diabetes melitus hamper sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan
yang hampirpada dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes melitus
perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama bagi mereka
yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%
dan protein 10-15% (Fatimah, 2015).
Untuk menentukan status gizi, dapat dihitung dengan BMI
(Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body
Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
b. Exercise
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous,
Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance (CRIPE).
Contohnya olahraga ringan seperti jalan kaki biasa selama 30
menit. Kebiasaan hidup bermalas-malasan atau kurang bergerak
harus dihindari. Training sesuai dengan kemampuan pasien.
c. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan.
Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan
kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan

8
kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM.
Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier
diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM dengan
penyulit menahun.
d. Obat: Oral hiplogemik, insulin
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik
tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka
dipertimbangkan pemakaian obat hipoglikemik. Antidiabetik
oral merupakan obat yang ditambahkan bila setelah 4-8 minggu
upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas
200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi, obat ini bukan
menggantikan upaya diet, melainkan membantunya. Pemilihan
obat antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes.
Sedangkan Insulin merupakan protein kecil dengan berat
molekul 5808 pada manusia pada pasien DM tipe 2 yang
memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin
merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak.
2. Pencegahan Diabetes Mellitus
Berdasarkan 3 level prevention terdapat 3 tingkatan pencegahan dalam
menanggulangi sebuah penyakit. 3 level pencegahan tersebut meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder serta pencegahan tersier.
a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang


yang termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum
menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM diantaranya :
a) Kegemukan
b) Tekanan darah tinggi
c) Riwayat keturuanan keluarga uarga DM
d) Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
e) Disiipidemia (Hvl<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
9
f) Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)

Salah satu contoh pencegahan primer adalah penyuluhan atau


memberikan edukasi. Penyuluhan dilakukan dengan senam kaki
pada lansia yang berpotensi terkena Diabetes Melitus di daerah
pesisir Surabaya. Penyuluhan yang diberikan terkait definisi
Diabetes Melitus, bagaimana tanda dan gejala Diabetes Melitus,
etiologi atau faktor-faktor yang menyebabkan Diabetes Melitus,
upaya dan pencegahannya, komplikasi yang dapat muncul serta
mendemonstrasikan senam kaki yang telah dilaksanakan. Setelah
acara penyuluhan yang diberikan selesai, para lansia diberikan
beberapa pertanyaan seputar materi penyuluhan yang telah
diberikan. Penyuluhan tersebut dilakukan oleh pemerintah
kecamatan Sukolilo.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat


timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan
pengobatan sejak awal penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM,
sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah
kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar utama pengelolaan
DM meliputi:
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.
Pencegahan sekunder berupa penegakan diagnosis seperti
pemeriksaan fisik. Sektor yang terlibat dalam pencegahan sekunder
ini adalah sektor kesehatan yaitu Rumah Sakit Husada Utama
Surabaya. Pelayanan tersebut diberi nama HUDC (Husada Utama
Diabetes Clinic). Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah
pemeriksaan monofilament untuk mendeteksi Diabetes Melitus pada
jaringan saraf, pemeriksaan ABI (Ancle Brachial Index).

10
Pemeriksaan ABI (Ancle Brachial Index) dilakukan menggunakan
alat Doppler vaskuler untuk mendeteksi komplikasi DM pada sistem
vaskuler serta dilakukan pemeriksaan mata kareana Diabetes
Melitus berpengaruh terhadap penurunan penglihatan penderita
Diabetes Melitus.

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan
lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum
kecacatan tersebut menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan
terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama
dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin ilmu
seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-
lain. Rehabilitasi medis tersebut didukung oleh sektor kesehatan
yaitu Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. Rehabilitasi medik
tersebut dilakukan oleh seorang dokter yang berpengalaman pada
bidangnya.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme
kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi), yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan untuk
memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk
metabolisme dan pertumbuhan sel. Prevalensi angka Diabetes Melitus
yang cukup tinggi berdasarkan data dari Riskesdas ternyata dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Penyakit ini dapet dicegah dengan 3 level
prevention atau 3 level pencegahan yaitu pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
B. Saran

Perkembangan zaman akan memicu timbulnya penyakit seperti


yang disebabkan oleh perilaku dan pola hidup yang salah, salah satu
contohnya adalah penyakit Diabetes Melitus. Oleh karena itu perlu
pencegahan dini dalam menghindari penyakit Diabetes Melitus dengan
menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat dimulai dari
lingkungan keluarga dengan cara melakukan pola makan dan pola hidup
yang sehat.
Pencapaian keberhasilan perubahan perilaku dibutuhkan
edukasi yang komprehensif atau penyuluhan, pemeriksaan kondisi
Diabetes Melitus serta rehabilitasi bagi para pasien penderita Diabetes
Melitus.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bays, H., Chapman, R. dan Grandy, S. 2007. The Relationship of Body Mass Index
to Diabetes Mellitus, Hypertension, and Dyslipidaemia: Comparsion of
Data from Two National Surveys. Internasional journal of Clinical
practice, 61(5), pp.737-747.

Choi, B. dan Shi, F. 2001. Risk Factors for Diabetes Melittus by Age and Sex:
Results of the National Population Health Survey. Diabetologia
Journal, 44(10), pp.1221-1231.

Daousi, C. 2006. Prevalence of Obesity in Type 2 Diabetes in Secondary Care:


Association with Cardiovascular Risk Factors. Postgraduate Medical
Journal, 82(966), pp. 280-284.

Dinas Kominfo Jawa Timur. Masih Tinggi, Prevalensi Diabetes di Jawa Timur.
https://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/masih-tinggi-prevalensi-
diabetes-di-jatim- [online]. (diakses tanggal 22 Oktober 2023).

Fatimah, N.R. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority, 4 (5), pp 93-101.

Hospital, S. 2023. 10 Komplikasi Diabetes Melitus, Penting untuk Diwaspadai.


https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/komplikasi-
diabetes-melitus [online]. (diakses tanggal 12 Oktober 2023).

Kertapati, Y., 2020. Penyuluhan Kesehatan Diabetes Melitus Penatalaksnaan Dan


Aplikasi Senam Kaki Pada Lansia Di Wilayah Pesisir Surabaya. Jurnal
Pengabdian Kesehatan, 3(1), pp. 20-25.

Nanda, D., O., Wiryanto, B.R., dan Triyono, A.E. 2018. Hubungan Kepatuhan
Minum Obat Anti Diabetik dengan Regulasi Kadar Gula Darah pada
Pasien Perempuan Diabetes Mellitus. Amerta Nutrition, 2 (4), pp 340-
348.

Rumah Sakit Husada Utama. 2023. Klinik Diabetes.


https://www.husadautamahospital.com/klinik_diabetes.php [online].
(diakses tanggal 22 Oktober 2023).
13
Savitri, T. 2023. Penyakit Diabetes Melitus (Kencing Manis).
https://hellosehat.com/diabetes/diabetes-melitus/ [online]. (diakses
tanggal 12 Oktober 2023).

14

Anda mungkin juga menyukai