Anda di halaman 1dari 18

DIABETES MELLITUS

Oleh kelompok 4
1. Desak Nyoman Riska Krismayanti (193223110)
2. Ni Kadek Mita Selviani (193223134)
3. Ni Luh Putu Ari Puspitarini (193223141)
4. Ni Made Dwi Cahyani (193223143)
5. Ni Putu Nopidrawati (193223149)
6. Ni Wayan Sinta Aprillia (193223153)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “DIABETES MELLITUS”. Adapun
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan komunitas.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat
menghargai bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan
dukungan juga semangat, buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu melalui media ini kelompok menyampaikan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
yang kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 22 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2

1.3 Tujuan .................................................................................................................2

1.4 Manfaat ...............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definis Diabetes Melitus ......................................................................................4

2.2 Etiologi Diabetes Melitus .....................................................................................4

2.3 Manifestasi Klinis .................................................................................................6

2.4 Patofisiologi..........................................................................................................7

2.5 Pemeriksaan penunjang.......................................................................................11

2.6 Penatalaksanaan .................................................................................................11

2.7 Komplikasi ...........................................................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................14

3.2 Saran....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya
Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem
kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan
perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan
penderita
Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur
dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan
penyakit diabetes melitus belum menempati skala prioritas utama dalam
pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya
cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis,
hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
Diabetes melitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan
hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin
sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi
atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2
macam type diabetes melitus:
Diabetes melitus type I. atau disebut diabetes melitus yang tergantung pada
insulin. Diabetes melitus ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah
yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah
terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering
haus, sebagian besar penderita diabetes melitus type ini berat badannya normal
atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur
hidup.
Diabetes melitus type II atau disebut diabetes melitus yang tak tergantung
pada insulin. diabetes melitus ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja
dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat

1
tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya
glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75%
dari penderita diabetes melitus type II dengan obersitas atau ada sangat
kegemukan dan biasanya diketahui diabetes melitus setelah usia 30 tahun.
Diabetes melitus tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus gestasional yang terjadi
hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.
Diabetes melitus mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–
50% dari wanita penderita diabetes melitus bertahan hidup
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian diabete mellitus ?
2. sebutkan penyebab dari diabetes mellitus ?
3. sebutkan manifestasi klinis diabetes mellitus ?
4. jelaskan patofisiologi daei diabetes mellitus ?
5. jelaskan pemeriksaan penunjang dari diabetes mellitus ?
6. sebutkan penatalaksanaan dari diabetes mellitus ?
7. sebutkan komplikasi dari diabtes mellitus ?
1.3 Tujuan
1. mengetahui dan memehami pengertian diabete mellitus
2. mengetahui dan memehami penyebab dari diabetes mellitus
3. mengetahui dan memehami manifestasi klinis diabetes mellitus
4. mengetahui dan memehami patofisiologi daei diabetes mellitus
5. mengetahui dan memehami pemeriksaan penunjang dari diabetes mellitus
6. mengetahui dan memehami penatalaksanaan dari diabetes mellitus
7. mengetahui dan memehami komplikasi dari diabtes mellitus
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa memperoleh
pengetahuan tambahan dan dapat mengembangkan wawasan mengenai
Konsep penyakit diabetes mellitus
2. Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar para pembaca mengetahui
bagaimana konsep diabete mellitus

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI DIABETES MELITUS
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002
dalam www.ilmukeperawatan.com).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut
seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.
(brunner and suddarth, 2002: 109).
2.2 ETIOLOGI DIABETES MELITUS
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini
merupakan beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:

1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )


a.   Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b.   Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

3
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.   Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a.    Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik
mulai menurun.
b.     Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan
glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam
darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh
menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan
perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c.    Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33%
untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan
nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes
tipe 2.( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM )
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a.    Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b.    ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

4
Kelas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
Kelas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
Kelas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit 
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul
dan pembuluh darah perifer. Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa
hormon yang mengalami peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol,
estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan
jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin
dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi
yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance. Saat fungsi
insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah gula
dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang
wanita hamil menderita diabetes gestasional.
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
a. Kelainan genetic dalam sel beta. Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang
tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan
resisten terhadap insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom resistensi insulin berat dan
akantosis negrikans
c.  Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d.  Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e.   Infeksi
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan
air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

5
1.      Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2.      Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.      Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.      Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5.      Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6.      Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7.      Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8.      Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9.      Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan,
terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.
2.4 PATOFISIOLOGIS
Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan

6
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain),
namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan
dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan
asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda
dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma
bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada

7
diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik(HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada
kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika
kadra glukosanya sangat tinggi).

8
PATHWAY

DM tipe I DM Tipe II

Reaksi autoimun Idiopatik , usia ,


genetic dll

Sel β pancreas Jumlah sel pancreas


hancur menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikema Katabolisme protein Liposis


meningkat meningkat

Flesibilitas darah
Penurunan BB
merah Pembatasan diit

Pelepasan o2
Intake tidak adekuat Resiko Defisit
Nutrisi

Hipoksia Perifer
Poliuria

Perfusi Jaringan
Perifer Tidak Efektif Hipovolemia

9
2.5 PEMERIKASAAN PENUNJANG

1. Glukosa darah : darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah
vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan
deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi.
2. Glukosa urin : 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-
180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam
urin:  + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang  populer:
carik celup memakai GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi
4. Pemeriksan lain : fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula
langerhans ( islet cellantibody)
2.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas klien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1.      Diet
2.      Latihan
3.      Pemantauan
4.      Terapi
5.      Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth, 2002: 1226)
a.  Penatalaksanaan Diet/Perencanaan Makanan(Meal planning)
Pada consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia(PERKENI) telah
ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi
seimbang berupa karbohidrat(60-70%), protein (10-15%), lemak (20-25%),.
Apabila diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga

10
memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah
kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan
kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolestrol
<300mg/hari. Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan jenis
serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
b.  Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih 0,5
jam yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, Rhtmical, Interval, Progresiv,
endurance training). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang seling antara gerak cepat dan
lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap
dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adlah
jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75%-85%
denyut nadi maksimal.Denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan
menggunakan formula berikut:
DNM= 220 – umur (dalam tahun) Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan
jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu
yang pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia,
harus selalu membawa permen, dan memeriksa kaki setelah berolahraga.
c.   Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur
tapi kadar glukosa darah masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat
berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1)    Sulfonylurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a)   Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b)   Menurunkan ambang sekresi insulin
c)    Meningkatkan rangsangan insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2)   Biguanid

11
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk(IMT>30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-
30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3)   Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di
dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukos.
4)  Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitifitas insulin, sehingga bias mengatasi masalah resistensi
insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum beredar di Indonesia.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan
kronik :
1. Komplikasi akut :
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangrene

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diabetes melitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan
hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin
sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi
atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas
3.2 SARAN
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, dimana setelah
membaca makalah yang kami buat ini para pembaca apalagi para mahasiswa
keperawatan dapat memahami konsep diabetes mellitus dan mengetahui terapi
pada penderitas diabetes mellitus .

13
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth.Jakarta: EGC

Buku ajar Fisiologi Guyton.

Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical


Nursing Ed.5.Mosby

Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes.Bandung:Nexx Media

Pearce, Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT


Gramedia Pustaka Utama

Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi volume Edisi 6.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC

Tambayong, Jan dr. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. EGC


Diakses pada tanggal 22 november 2019. Pukul 16.00 wib.
https://www.academia.edu/35718161/MAKALAH_DM

14

Anda mungkin juga menyukai