Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES

MELITUS

DISUSUN OLEH :
Nama :Yeni Oktafianti

Nim : P07120317051

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
PRODI DIV KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Epidemiologi penyakit diabetes
melitus” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin
ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan bimbingan
dari dosen mata kuliah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.    
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya. 
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini dan dapat mengetahui tentang Epidemiologi penyakit diabetes melitus. Kami mohon
maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis
yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

                                   
Palu, Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................... 2
D. Manfaat............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diabetes Mellitus............................................ 3
B. Tanda dan Gejala Diabetes Milletus..................................4
C. Faktor Penyebab Diabetes Milletus...................................5
D. Tipe Diabetes Mellitus.......................................................6
E. Komplikasai Dari Penyakit Diabetes Mellitus...................7
F. Pengobatan Diabetes Mellitus............................................11
G. Tinjauan Epidemiologi Diabetes Melitus 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................18
B. Saran...................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
DARTAR TABEL

Tabel 2.1 Pravalensi kejadian DM di beberapa negara tahun 2010 dan 2030 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin
meningkat, karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya yang terjadi pada
masyarakat. Tiga penyebab utama kematian menurut WHO (1990), yaitu penyakit
jantung koroner, diare dan stroke. Meskipun penyakit Diabetes Mellitus tidak
termasuk dalam ketiga penyebab utama kematian tersebut, namun penderita DM yang
menyebabakan kematian secara keseluruhan juga besar.
Selama ini epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah
penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya menangani
masalah penyakit menular. Namun dengan adanya perkembangan sosio-ekonomi dan
kultural bangsa dan dunia kemudian menuntut epidemiologi untuk memberikan
perhatian kepada penyakit tidak menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai
dengan perkembangan masyarakat.
Pentingnya pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus dilatarbelakangi
kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit Diabetes Mellitus dalam
masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia
yang menderita penyakit ini adalah lansia, yang disebabkan karena pola makan dan
pola hidup yang tidak sesuai. Dan sebagian pula terdapat sebagian dari mereka yang
sudah menyadari bahwa dirinya sudah positif terkena penyaikit ini, namun kebanyakan
dari mereka enggan untuk mengobati dan mengatasi penyakit mereka dari awal.
Namun bagi kalangan masyarakat Indonesia dengan ekonomi rendah, banyak yang
kurang bahkan tidak mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus baik dari segi
pencegahan, gejala, maupun cara penanganan dan penaggulangannya. Diharapkan
pembuatan makalah ini dapat membantu dan dijadikan sebagai pengetahuan bagi para
pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian diabetes itu ?

2. Apakah patofisiologi diabetes mellitus ?

3. Apakah tanda dan gejala diabetes mellitus itu ?

4. Apakah faktor penyebab diabetes milletus ?


5. Apa saja tipe diabetes milletus itu ?

6. Apakah komplikasi dari penyakit diabetes mellitus ?

7. Bagaimana cara pengobatan diabetes mellitus ?

8. Bagaimanakah tinjauan epidemiologi diabetes melitus ?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Epidemiologi.

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui mengenai tinjauan
epidemiologi Diabetes Mellitus di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diabetes Mellitus

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi
hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Sekitar tahun 1960, diabetes melitus hanya diartikan sebagai penyakit
metabolisme yang dikelompokkan ke golongan hiperglikemia atau gula darah yang
lebih dari normal (gula darah normal 80-120 mg/dl). Kadar gula dalam darah
penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak puasa lebih
dari 200 mg/dl. Oleh karenanya, diabetes melitus disebut juga penyakit gula. Dengan
adanya glukosuria yaitu adanya gula di dalam air seni maka penyakit ini dikenal pula
dengan nama penyakit kencing manis. Kedua hal ini disebabkan karena
ketidakmampuan sel dalam mempergunakan karbohidrat untuk menghasilkan tenaga.
Dewasa ini, diketahui bahwa diabetes melitus bukan hanya dianggap sebagai
gangguan tentang metabolisme karbohidrat. Namun juga menyangkut tentang
metabolisme protein dan lemak. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka
akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk
penyakit jantung, ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami aterosklerosis.
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh
sel khusus di pancreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap
glukosa. Insulin, bekerja dengan hormone pancreas lain yang disebut glukagon, juga
mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau
sedikit insulin atau jika tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah
diabetes.
Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar
gulanya, obat yang di minum, atau suntukan insulin secara teratur. Meskipun begitu,
penyakit ini lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan komplikasi
seperti kebutaan dan stroke.

B. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni
(urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine
sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah
ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Sedangkan komplikasi diabetes mellitus menyebabkan penderita mudah


terserang penyakit seperti berikut :
1. Penglihatan kabur

2. Penyakit jantung

3. Penyakit ginjal

4. Gangguan kulit dan syaraf

5. Pembusukan

6. Gairah sex menurun

Jika tidak cepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan
berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabet jangan sampai lengah untuk selalu
mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak
waspada maka bisa berakibat pada gangguan pembuluh darah antara lain :
1. Gangguan pembuluh darah otak (stroke),

2. Pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),


3. Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
4. Pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
5. Pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan,
terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain
halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami
berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita
kencing manis.

C. Faktor Penyebab Diabetes Milletus

Penyakit diabetes mellitus belum diketahui dengan pasti penyebabnya, namun


kegemukan atau overweight diduga merupakan salah satu faktor pencetusnya.
Penyakit diabetes yang timbul akibat kegemukan ini biasanya terjadi pada usia lanjut
alias umur diatas 40 tahun. Diabetes mellitus dapat disebabkan adanya riwayat
keturunan, namun diabetes bukan 100% penyakit turunan. Penyakit diabetes dapat
dipicu karenan gaya hidup yang buruk. Setiap orang dapat terkena penyakit diabetes
mellitus, baik tua maupun muda. Waspada bagi anda yang memiliki orang tua yang
merupakan pengidap diabetes, karena anda akan juga memiliki bakat gula darah jika
tidak menjalankan gaya hidup yang baik / sehat. Penyebab diabetes mellitus bisa
dipengaruhi berbagai macam cara :

1. Genetik atau Faktor Keturunan

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan.


Anggota keluarga penderita diabetes mellitus (diabetisi) memiliki kemungkinan
lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang
tidak menderita Diabetes mellitus. Para ahli kesehatan juga menyebutkan diabetes
mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya
kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan
sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
2. Virus dan Bakteri

Virus penyebab diabetes mellitus adalah rubela, mumps, dan human


coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang
melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta.
Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli
kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan diabetes mellitus.
3. Bahan Toksik atau Beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).
Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
4. Nutrisi

Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama


yang diketahui menyebabkan diabetes mellitus. Semakin berat badan berlebih atau
obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang
terjangkit diabetes mellitus.

D. Tipe Diabetes Milletus

Terdapat 2 tipe diabetes mellitus berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan


terapinya, antara lain:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh
kekurangan hormon insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada
pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita,
anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan
pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus
berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat
mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1
haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya,
sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anakn atau
balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan
mudah terserang berbagai penyakit.
2. Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat
berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti
kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya
sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap
insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2,
pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti
diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan
pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah,
maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.

E. Komplikasai Dari Penyakit Diabetes Mellitus

Penderita diabetes mellitus rentan menderita :

1. Kardiopati diabetik

Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah


yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan
trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan
pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar
kolesterol dan trigliserida darah secara rutin. Dari pengalaman saya untuk
menurunkan kadar gula darah sekaligus menormalkan kadar kolestrol dan
trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama sebenarnya pola makan
malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan makan
kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan
buah-buahan. Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark jantung
dengan gejala antara lain nyeri dada. Karena diabetes juga merusak sistem saraf,
rasa nyeri kadang-kadang tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini disebut silent
infraction atau silent heart attack.
Kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita
diabetes kira-kira dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan penderita
diabetes., pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk mencegah
gangguan jantung pada penderita diabetes. Sebagaimana rekomendasi Asosiasi
Diabetes Amerika (ADA) serta perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia
(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia/Perkeni), penderita diabetes diharapkan
mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Tekanan darah harus diturunkan secara agresif di bawah 130/80 mmHg,
trigliserida di bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari 100 mg/dl,
HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi lebih baik pada
jantung.
2. Gangren dan impotensi

Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons imunnya


menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran
kencing, infeksi paru serta infeksi kaki. Banyak hal yang menyebabkan kaki
penderita diabetes mudah kena infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak,
luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki
mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren
atau ulkus. Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian
luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita
diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak mau
bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Penderita diabetes yang terkena gangren
perlu dikontrol ketat gula darahnya serta diberi antibiotika. Penanganan gangren
perlu kerja sama dengan dokter bedah. Untuk mencegah gangren, penderita
diabetes perlu mendapat informasi mengenai cara aman memotong kuku serta cara
memilih sepatu.
Impotensi juga menjadi momok bagi penderita diabetes, impotensi
disebabkan pembuluh darah mengalami kebocoran sehingga penis tidak bisa
ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor
psikologis atau gabungan organis dan psikologis.
3. Nefropati diabetik

Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput


penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring
(glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar
gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula yang
tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan
fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein
rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh
buruk pada ginjal. Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria
ditandai dengan keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24 jam. Jika
diabaikan, kondisi ini akan berlanjut terus sampai tahap gagal ginjal terminal.
Karena itu, penderita diabetes harus diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap
tahun.
Penderita diabetes tipe 1 secara bertahap akan sampai pada kondisi nefropati
diabetik atau gangguan ginjal akibat diabetes. Sekitar lima sampai 15 persen
diabetes tipe 2 juga berisiko mengalami kondisi ini. Gangguan ginjal,
menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal terganggu. Akibat
terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun tertimbun di tubuh.
Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian. Ginjal juga memproduksi
hormon eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah merah. Gangguan
pada ginjal menyebabkan penderita mengalami anemia. Pengobatan progresif
sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan progresivitas penyakit. Repotnya
penderita umumnya baru berobat saat gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi
makroalbuminuria (300 mg albumin dalam urin per 24 jam). Pengobatan meliputi
kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling penting untuk melindungi
fungsi ginjal. Biasanya menggunakan penghambat enzim pengonversi angiotensin
(ACE inhibitors) dan atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Selain itu
dilakukan pengendalian kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8
gram per kilogram berat badan per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal
ginjal memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal. Gejala nefropati diabetes
baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa bengkak pada kaki dan wajah,
mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan, mengalami penurunan
berat badan. Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa memperparah
kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen, obat
anti- inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang belum diketahui efek
sampingnya.
4. Retinopati diabetik

Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata. Yang terutama


adalah retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang
memberi makan retina. Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah
yang membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat.
Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang
daerah yang sehat. Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah
melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang
akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor atau
terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur.
Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul di fovea,
pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan
kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang lurus di depan
mata. Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan
vitreus, materi jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini
menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke retina
atau mengalami distorsi. Jaringan parut yang terbentuk dari pembuluh darah yang
pecah di korpus vitreum dapat mengerut dan menarik retina, sehingga retina lepas
dari bagian belakang mata. Pembuluh darah bisa muncul di iris (selaput pelangi
mata) menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen orang
yang menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan pembuluh
darah pada mata. Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta angiografi
fluoresen yaitu foto rontgen mata menggunakan zat fluoresen untuk mengetahui
kebocoran pembuluh darah. Pengobatan dilakukan dengan bedah laser
oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser untuk menutup pembuluh darah yang
bocor, sehingga tidak terbentuk pembuluh darah abnormal yang rapuh. Selain itu
bisa dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan vitreus yang dipenuhi
darah dan menggantinya dengan cairan jernih. Penderita retinopati hanya boleh
berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan membungkuk sampai kepala di
bawah. Menderita diabetes bukan berarti kiamat. Penderita diabetes bisa hidup
secara wajar dan normal seperti orang- orang yang bukan penderita diabetes.
Bedanya, penderita diabetes harus disiplin mengontrol kadar gula darah agar tidak
meningkat di atas normal untuk jangka waktu panjang.

F. Pengobatan Diabetes Mellitus

Perencanaan makan, olahraga serta usaha menurunkan berat badan adalah


dasar dari bagaimana penderita diabetes millitus menghadapi penyakitnya. Tanpa
perencanaan makan dan kedisiplinan menjalani misalnya, mustahil kiranya penderita
dapat mengatasi penyakitnya. Bahkan diabetes millitus yang masih dalam tahap
ringan dapat ditanggulangi/ disembuhkan hanya dengan pola makan saja. Bila seluruh
usaha diatas telah dijalankan dengan baik tetapi kadar gula darah masih belum berada
pada batas normal, barulah penderita memerlukan obat.
Obat untuk penderita diabetes mellitus dikenal sebagai obat hipoglikemik atau
obat penurun kadar glukosa dalam darah. Walaupun efektif dan mudah dipakai,
penggunaan obat ini harus sesuai dosis atau berdasarkan petunjuk dokter. Bila dosis
terlalu rendah komplikasi kronis akan muncul lebih dini. Sedang dosis yang berlebih
atau cara pemakaian yang salah dapat menimbulkan hipoglikemia. Pengobatan dapat
dilakukan dengan cara pengobatan medis yaitu pengobatan dengan disiplin
kedokteran. Obat medis dapat dibagi dalam beberapa golongan :
a) Sulfonilurea

Golongan ini dapat menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi dengan
cara merangsang keluarnya insulin dari sel b Pankreas. Dengan demikian bila
pankreas sudah rusak dan tidak dapat memproduksi insulin lagi maka obat ini
tidak dapat digunakan. Karena itu obat ini tidak berguna bagi penderita diabetes
millitus tipe 1. Namun, akan berkhasiat bila diberikan pada pasien diabetes
millitus tipe 2 yang mempunyai berat badan normal. Penggunaan obat golongan
sulfonilurea pada yang gemuk dan obesitas harus hati-hati. Karena mungkin kadar
insulin dalam darah sudah tinggi (hiperinsulinemia). Hanya saja insulin yang ada
tidak dapat bekerja secara efektif. Pada penderita diabetes mellitus dengan
obesitas, pemberian obat golongan ini akan memacu pankreas mengeluarkan
insulin lebih banyak lagi. Akibatnya keadaan hiperinsulmnemia menjadi lebih
tinggi. Ini berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
b) Biguanid

Obat golongan biguanid bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh


terhadap insulin yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Obat ini tidak merangsang
peningkatan produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak menyebabkan
hipoglikemia. Obat golongan biguanid dianjurkan sebagai obat tunggal pada
penderita diabetes mellitus dengan obesitas (BBR>120%). Untuk penderita
diabetes mellitus yang gemuk (BBR>110%) pemakaiannya dapat dikombinasikan
dengan obat golongan sulfonilunea. Efek samping yang sering terjadi dari
pemakaian obat golongan biguanid adalah gangguan saluran cerna pada hari-hari
pertama pengobatan. Untuk menghindarinya, disarankan dengan dosis rendah dan
diminum saat makan atau sesaat sebelum makan. Wanita hamil dan menyusui
tidak dianjurkan memakai obat golongan ini.
c) Acarbose

Acarbose bekerja dengan cara memperlambat proses pencernaan karbohidrat


menjadi glukosa. Dengan demikian kadar glukosa darah setelah makan tidak
meningkat tajam. Sisa karbohidrat yang tidak tercerna akan dimanfaatkan oleh
bakteri di usus besar, dan ini menyebabkan perut menjadi kembung, sering buang
angin, diare, dan sakit perut.Pemakaian obat ini bisa dikombinasi dengan obat
golongan sulfonilurea atau insulin, tetapi bila terjadi efek hipoglikemia hanya
dapat diatasi dengan gula murni yaitu glukosa atau dextrose. Gula pasir tidak
bermanfaat.Acarbose hanya mempengaruhi kadar gula darah sewaktu makan dan
tidak mempengaruhi setelah itu. Obat ini tidak diberikan pada penderita dengan
usia kurang dan 18 tahun, gangguan pencernaan kronis, maupun wanita hamil dan
menyusui. Acarbose efektif pada pasien yang banyak makan karbohidrat dan
kadar gula darah puasa lebih dari 180 mg/dl.
d) Insulin

Insulin diinjeksikan sebagai obat untuk menutupi kekurangan insulin tubuh


(endogen) karena kelenjar sel b pankreas tidak dapat mencukupi kebutuhan yang
ada. Pengobatan dengan insulin berdasarkan kondisi masing-masing penderita dan
hanya dokter yang berkompeten memilih jenis serta dosisnya. Untuk itu insulin
digunakan pada pasien diabetes millitus tipe 1. Penderita golongan ini harus
mampu meyuntik insulin sendiri. Untuk sebagian penderita diabetes millitus tipe
2, juga membutuhkan pemakaian insulin. Indikasi berikut menunjukkan bahwa
penderita perlu menggunakan insulin.
a. Kencing manis dengan komplikasi akut seperti misalnya ganggren.

b. Ketoasidosis dan koma lain pada penderita.

c. Kencing manis pada kehamilan yang tidak terkendali dengan perencanaan


makan.
d. Berat badan penderita menurun cepat.

e. Penyakit diabetes mellitus yang tidak berhasil dikelola dengan tablet


hipoglikemik dosis maksimal.
f. Penyakit disertai gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat.
Ada berbagai jenis insulin, yaitu:
1. Insulin Kerja Cepat (Short acting insuline)

2. Insulin Kerja Sedang (Intermediate acting insuline)

3. Insulin Premiks (Premixing insuline) yang merupakan campuran Short acting


insuline dan Intermediate acting insuline.
4. Insulin yang memiliki daya kerja 24 jam (Long acting insuline).

G. Tinjauan Epidemiologi Diabetes Melitus

1. Diabetes Mellitus Secara Global

Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM dan
pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari
populasi dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita Diabetes Mellitus padatahun
1980 mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi13,8 juta
orang. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes
terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4%
dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap
diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita.

Rangking Negara Penderita Rangking Negara Penderita


NO
Th.2000 DM (Juta) Th.2030 DM (Juta)
1 India 31,7 India 79,4
2 Cina 26,8 Cina 42,3
3 Amerika Serikat 17,7 Amerika Serikat 30,3
4 Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5 Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6 Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7 Federasi Rusia 4,6 Banglades 11,1
8 Brazil 4,6 Jepang 8,9
9 Italia 4,3 Filipina 7,8
10 Banglades 3,2 Mesir 6,7

Tabel 2.1
Pravalensi kejadian DM di beberapa negara tahun 2010 dan 2030

2. Diabetes Mellitus Di Indonesia

a. Frekuensi

Jumlah kasus baru kunjungan rawat inap rumah sakit pada tahun 2007
adalah 28.095 kasus. Keseluruhan DM menyebabkan 4162 kematian atau CFR
sebesar 7,02%. Riskesdas tahun 2007 melakukan wawancara dan pemeriksaan kadar
gula darah pada sejumlah sampel usia 15 tahun dan diperoleh hasil yaitu
prevalensi total DM pada penduduk perkotaan sebesar5,7 % namun hanya 1,5%
yang telah mengetahui dirinya DM sebelum pemeriksaan. Jumlah pasien rawat inap
di RS di Indonesia dengan diagnosis DM tahun 2007 sebanyak 56.378 pasien dengan
CFR 7,38% ,kasus baru pada rawat jalan sebanyak 28.095 kasus.
b. Distribusi

1. Distribusi menurut orang

Berdasarkan proses timbulnya penyakit Diabetes Mellitus dapat


disimpulkan bahwa orang yang berisiko mengalami Diabetes Mellitus
adalah mereka yang memiliki riwayat Diabetes dari keluarga. Pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 umumnya dewasa usia 40- an dan mengalami
kegemukan (obesitas) dan tidak aktif dan jarang berolahraga. Sedangkan
pada Diabetes Mellitus tipe 1 biasanya terdapat pada anak-anak dan remaja,
salah satu penyebabnya adalah seringnya mengkonsumsi fast food. Ibu yang
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg juga berisiko mengalami
Diabetes Mellitus. Apabila dipresentasikan berdasarkan jumlah penderita
dengan jumlah penduduk, maka pada usia sebelum 20 tahun angka kejadian
DM diperkirakan 0,19% dan diatas usia 20 tahun diperkirakan mencapai
8,6%, sedang pada usia di atas 65 tahun 20,1%. Bila melihat prosentasi
tersebut, bisa dibilang cukup sebesar. Sedangkan untuk jenis kelamin tidak
mengalami perbedaan yang signifikan.
2. Distribusi menurut tempat

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka


prevalensi diabetes mellitus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat
dan Maluku Utara (masing-masing 11,1 persen), diikuti Riau (10,4 persen)
dan NAD (8,5 persen). Sementara itu, prevalensi diabetes mellitus terendah
ada di provinsi Papua (1,7 persen), diikuti NTT (1,8 persen), Prevalensi
Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8 persen), diikuti
Sulbar (17,6 persen) dan Sulut (17,3 persen), sedangkan terendah di Jambi
(4 persen), diikuti NTT (4,9 persen). Angka kematian akibat DM terbanyak
pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan sebesar 14,7 persen,
sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8 persen.
3. Distribusi menurut waktu.

Lamanya seseorang menderita penyakit dapat memberikan gambaran


mengenai tingkat patogenesitas penyakit tersebut. Peningkatan angka
kesakitan Diabetes Mellitus dari waktu ke waktu lebih benyak disebabkan
oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor lingkungannya.
Komplikasi Diabetes Mellitus dengan penyakit lain terkait dengan lamanya
seseorang menderita Diabetes Mellitus, semakin lama seseorang menderita
Diabetes Mellitus maka komplikasi penyakit Diabetes Mellitus juga akan
lebih mudah terjadi.
c. Faktor yang mempengaruhi

Di duga faktor yang mempengaruhi banyaknya penderita Diabetes


Mellitus di Indonesia saat ini adalah pola hidup masyarakat yang sudah tidak
sehat lagi, misalnya sering makan makanan yang cepat saji dan mengandung
banyak gula serta tidak di imbangi dengan olahraga, terutama di daerah
perkotaan. Oleh sebab itu tidak heran apabila Indonesia menempati urutan ke
empat negara yang menderita Diabetes Mellitus terbanyak.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah kencing manis atau diabetes
mellitus yaitu sebagai berikut:
1. Penyakit kencing manis atau diabetes mellitus (DM) adalah penyakit akibat
terganggunya proses metabolisme gula darah di dalam tubuh, sehingga kadar gula
dalam darah menjadi tinggi.
2. Terdapat dua tipe diabetes mellitus yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes
mellitus tipe 2.
3. Kegemukan atau overweight merupakan salah satu faktor penyebab terbesar
timbulnya penyakit diabetes mellitus.
4. Kadar gula dalam darah penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl
dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl.
5. Indonesia saat ini menjadi negara peringkat empat dengan jumlah penderita
diabetes mellitus atau kencing manis terbesar.
B. SARAN

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan pada makalah kencing manis
atau diabetes mellitus yaitu sebagai berikut:
1. Lakukan pola hidup yang sehat yaitu dengan makan makanan yang sehat dan
seimbang serta olahraga yang teratur untuk mencegah terjadinya penyakit
Diabetes Melltus.
2. Waspadai kenaikan berat badan lebih dari berat badan ideal.

3. Pada seseorang yang menderita diabetes mellitus sebaiknya melakukan perubahan


gaya hidup (pola hidup).
4. Penderita diabetes mellitus tipe 2 sebaiknya melakukan diet olah raga dan
menjaga keberseihan diri untuk menghindari komplikasi gangren bila telah
mengalami diabetes mellitus lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Endocrine Disturbances in Patients Critical Illness, A. M Setia Putra, Bag.

Endokrinologi, RSCM,Jakarta.

Diabetes Melitus tipe 1 Haryudi Aji Cahyono Sub Bagian Endokrinologi Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUB / RS Saiful Anwar Malang 2007

Http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html
Diabetes-mellitus-dm.blogspot.com
http://www.scribd.com/doc/69919267/Epidemiologi-Diabetes-Mellitus-DM

Anda mungkin juga menyukai