Anda di halaman 1dari 21

HEMOGLOBIN

Dr. Zuhrinah Ridwan, MKes, SpPK


Definisi
 Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah
merah yang berfungsi sebagai media transport
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.
 Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin
membuat darah berwarna merah
Struktur
 Eritrosit matang merupakan suatu cakram bikonkaf dengan
diamter sekitar 7 ,ikron.
 Eritrosit merupakan sel dengan struktur yang tidak lengkap,
hanya terdiri atas membran dan sitoplasma tanpa inti sel.
 Komponen eritrosit :
1. Membran eritrosit
2. Sistem enzim : enzim G6PD
3. Hemoglobin : berfungsi sebagai alat ukur oksigen,
komponennya terdiri dari heme ( gabungan protoporfirin
dengan besi) dan globin (bagian protein terdiri 2 rantai alfa &
beta)
 Perubahan struktur eritrosit akan menimbulkan kelainan
Sintesa Dan Metabolisme
 Sintesis hemoglobin membutuhkan produksi terkoordinasi
heme dan globin.
 Heme adalah kelompok prostetik yang memediasi
pengikatan reversibel oksigen oleh hemoglobin.
 Globin adalah protein yang mengelilingi dan melindungi
molekul heme.
 Heme disintesis dalam serangkaian langkah yang
melibatkan kompleks enzim dalam mitokondria dan dalam
sitosol.
 Dua rantai globin yang berbeda (masing-masing dengan
molekul heme individu) bergabung untuk membentuk
hemoglobin.
Anemia Dan Penggolongannya
 Anemia merupakan kelainan hematologi yang sering
dijumpai.
 Anemia : keadaan dimana massa eritrosit atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
 Secara laboratorik Anemia didefinisikan sebagai
berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah:
konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah
merah.
 Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin
di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita.
 Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National
Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di
bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita.
 Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda
adanya penyakit.
 Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan
harus dicari penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana berguna
dalam evaluasi penderita anemia.
GEJALA KLINIS

 Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan


kecepatan terjadinya anemia. Gejala akan lebih ringan
pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada
kesempatan bagi mekanisme homeostatik untuk
menyesuaikan dengan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen.
 Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor:
Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan
akut dan masif )
 Gejala utama sesak napas saat beraktivitas, sesak
pada saat istirahat, fatigue, gejala dan tanda keadaan
hiperdinamik (denyut nadi kuat dan jantung berdebar)
 Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi,
konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal
jantung, angina, aritmia dan/atau infark miokard).
Patofisiologi
Eritrosit / Hemoglobin menurun

Kapasitas angkut oksigen menurun

Anoksia organ target mekanisme kempensasi


tubuh

Gejala anemia
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi eritrosit
1.Anemia mikrositik hipokrom :
 MCV<80 pg, MCH<27 pg
 Anemia defisiensi besi
 Thalasemia
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia sideroblastik
2. Anemia normositik normokrom
 MCV 80-95 fl, MCH 27-34 pg
 Anemia pascaperdarahan akut
 Anemia aplastik
 Anemia hemolitik
 Anemia pada gagal ginjal
 Anemia pd leukemia akut
3. Anemia makrositik
 MCV > 95fl
 Megaloblastik : anemia def folat, anemia def B12
 Nonmegaloblastik : Anemia pada penyakit kronik, hipotiroid,
anemia pada sindroma mielodisplastik
Pemeriksaan laboratorium

Complete blood count (CBC)


 CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, jumlah
eritrosit, ukuran eritrosit, dan hitung jumlah leukosit.
 Pada beberapa laboratorium, pemeriksaan trombosit, hitung
jenis, dan retikulosit harus ditambahkan dalam permintaan
pemeriksaan (tidak rutin diperiksa).
 Pada banyak automated blood counter, didapatkan
parameter RDW yang menggambarkan variasi ukuran sel.
Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi
 Apusan darah tepi harus dievaluasi dengan baik.
 Beberapa kelainan darah tidak dapat dideteksi dengan
automated blood counter.
Sel darah merah berinti (normoblas)
 Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam
sirkulasi. Normoblas dapat ditemukan pada penderita dengan
kelainan hematologis (penyakit sickle cell, talasemia, anemia
hemolitik lain) atau merupakan bagian dari gambaran
lekoeritroblastik pada penderita dengan bone marrow
replacement.
 Pada penderita tanpa kelainan hematologis sebelumnya,
adanya normoblas dapat menunjukkan adanya penyakit yang
mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal jantung berat.
Hipersegmentasi neutrofil
 Hipersegmentasi neutroi l merupakan abnormalitas yang
ditandai dengan lebih dari 5% neutrophil berlobus >5
dan/atau 1 atau lebih neutrofil berlobus >6.
 Adanya hipersegmentasi neutrofil dengan gambaran
makrositik berhubungan dengan gangguan sintesis DNA (dei
siensi vitamin B12 dan asam folat).
Hitung retikulosit
 Retikulosit sel darah merah imatur. Hitung retikulosit dapat
berupa persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit
absolut, hitung retikulosit absolut terkoreksi, Produksi sel darah
merah efektif merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit
harus dibandingkan dengan jumlah yang diproduksi pada
penderita tanpa anemia.
 Rumus hitung retikulosit terkoreksi adalah:

 Hitung retikulosit terkoreksi = % retikulosit x hematocrit


penderita
45

Anda mungkin juga menyukai