Anda di halaman 1dari 67

HITUNG JENIS LEUKOSIT

Komponen darah terdiri atas 55% plasma darah dan


45% sel-sel darah

Jenis sel darah manusia :


sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (lekosit)
trombosit (keping darah)
Jenis Leukosit
BATAS NORMAL HITUNG JENIS LEKOSIT
Basofil :0 – 1 %
Eosinofil :1 – 3 %
Net. Batang :2 – 6 %
Net. Segmen :50 – 70 %
Limfosit :20 – 40 %
Monosit :2 – 8 %
1. Basofil
Sel ini tidak selalu dijumpai (jarang), bentuk dan
ukurannya menyerupai neutrofil, sitoplasmanya
mengandung granula bulat besar tidak sama besar,
berwarna biru tua, granula dapat menutupi inti.
Kadang-kadang dapat dijumpai adanya vakuol kecil di
sitoplasma
2. Eosinofil
Bentuk dan ukurannya sama dengan netrofil, akan
tetapi sitoplasmanya dipenuhi oleh granula yang
besar, bulat, ukurannya sama besar dan berwarna
kemerahan
3. Neutrofil
Berukuran lebih besar dari limfosit kecil, berbentuk
bulat dengan sitoplasma yang banyak agak
kemerahan. Inti berwarna ungu, berbentuk batang
atau segmen. Dikatakan berbentuk batang apabila
lekukan inti melebihi setengah diameter inti;
berbentuk segmen bila inti terbagi menjadi beberapa
bagian yang saling dihubungkan dengan benang
kromatin. Sitoplasma bergranula warna keunguan .
4. Limfosit
macam limfosit antara lain:
 Limfosit kecil berukuran 8-10 um , berbentuk bulat, berinti kira-kira
sebesar ukuran eritrosit normal, inti limfosit mengisi sebagian besar dari
ukuran sel dengan kromatin yang padat bergumpal berwarna biru ungu
tua, dan sitoplasmanya tidak mengandung granula.
 Limfosit besar berukuran 12 – 16 um, berbentuk bulat atau agak tak
beraturan; berinti oval atau bulat, terletak di tepi sel. Sitoplasmasnya
relatif lebih banyak dibandingkan limfosit kecil, biru muda atau dapat
mengandung granula azurofil yang berwarna merah.
5. Monosit
Merupakan sel yang paling besar dibandingkan yang
lain, berukuran 14 – 20 um, berbentuk tak beraturan,
mempunyai inti yang bentuknya macam-macam,
umumnya berbentuk seperti ginjal berwarna biru
ungu dengan kromatin seperti girus otak. Sitoplasma
berwarna keabu-abuan, mengandung granula halus
kemerahan dan kadang – kadang bervakuol.
DIFF COUNT
Hitung jenis lekosit pada garis besarnya ada 2 macam
yaitu :
Cara otomatis
Cara visual
1. Cara otomatis

1. Berdasarkan ukuran sel


Dibedakan menurut ukuran sel limfosit dan mielosit
setelah dilisiskan dengan saponin.
2. Flow Cytometri
Sel lekosit diwarnai dan dikelompokkan menjadi
netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit.
Jika ada sel-sel muda, alat akan memberikan tanda yang
harus dikonfirmasikan dengan sediaan apus darah .
3. Pattern Recognation
Adaptasi dari hitungan jenis visual dengan
menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan
photosensor dan komputer.
Cara visual
Hitung jenis lekosit biasanya dilakukan pada sediaan
apus yang dibuat pada kaca objek dengan pewarnaan
tertentu. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan
baik merupakan mutlak untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang baik
Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan
meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,
kemudian dilakukan pengecatan dan diperiksa
dibawah mikroskop.
Guna pemeriksaan apusan darah:
1. Evaluasi morfologi dari sel darah tepi
(eritrosit,trombosit,dan leukosit)
2. Memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit
3. Identifikasi parasit(misal : malaria. Microfilaria, dan
Trypanosoma)
Persyaratan pembuatan sediaan apus:
1. Objek glass harus bersih,kering dan bebas lemak
2. Segera dibuat setelah darah diteteskan, karena jika
tidak:
- Persebaran sel tidak rata
- Leukosit akan terkumpul pada bagian tertentu
- Clumping trombosit
Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat
sediaan apus:
1. Sampel darah segar dari kapiler atau vena
2. Sampel darah dengan antikoagulan EDTA
3. Objek glass
4. deck glass
5. Larutan cat (Wright, Giemza, campuran Wright-
Giemza)
Teknik Pewarnaan
Perbedaan pewarnaan wright dan giemsa
Wright Giemsa
 Granula basofilik tampak Granul basofilik larut
jelas Granul eos coklat orange
 Granul eos orange Tahan lama
 Pewarnaan tidak tahan lama Fiksasi terpisah
 Tidak perlu fiksasi terpisah Variasi waktu pewarnaan
 Eritrosit bewarna merah bisa diatur
 Variasi waktu pewarnaan Sering dpakai untuk deteksi
tidak fleksibel parasit malaria
Ciri Sediaan Apusan yang Baik:

1. Sediaan tidak melebar sampai pinggir objek glass.


2. Terdapat bagian tebal dan tipis
3. Pinggir sediaan rata, tidah berlubang-lubang
4. Penyebaran leukosit rata
5. Bentuk seperti peluru
Cara melakukan perhitungan pada sediaan apusan:
1. Pilih bagian yang akan dipakai (zona dimana
eritrosit tersebar rata)
2. Mulailah menghitung sel pada pinggir atas kebawah
3. Mulailah menghitung dari bagian ekor
Sumber Kesalahan
Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan
penyimpanan bahan pemeriksaan
Sediaan apus terlalu biru (pekat)  disebabkan oleh apusan
yang tebal, pewarnaan lama, kurang pencucian, zat warna atau
larutan dapar yang alkalis.
Sediaan apus terlalu merah  disebabkan oleh sat warna sediaan
atau larutan dapar yang asam. Larutan dapar yang terlalu asam
dapat menyebabkan lekosit hancur.
Bercak-bercak zat warna pada sediaan apus  zat warna tidak
disaring sebelum dipakai atau pewarnaan terlalu lama sehingga
zat warna mengering pada sedian.
Sediaan hapus yang tidak rata dapat disebabkan
oleh kaca pengapus yang tidak bersih atau
pinggirannya tidak rata atau oleh kaca objek yang
berdebu, berlemak atau bersidik jari.
Fiksasi yang tidak baik menyebabkan perubahan
morfologi dan warna sediaan. Ini mungkin terjadi
apabila fiksasi dilakukan menggunakan methanol
yang tidak absolut karena telah menyerap uap air
akibat penyimpanan yang tidak baik.
Terima Kasih
EVALUASI SHDT
Tujuan Pemeriksaan
Menilai unsur-unsur darah
Morfologi
Jumlah
Kelainan (eritrosit, trombosit, leukosit)
Mencari parasit :
Malaria
Filaria
PELAPORAN
10X10 (LPK)
Menilai kualitas sediaan
Counting Area
Asumsi jumlah leukosit (20-40/LPK)
100x10 (LPI)
Menilai eritrosit (3S)
Hitung jenis leukosit (Diff count)
Kelainan Leukosit
Kelainan inti leukosit (hipersegmentasi, piknotik)
Kelainan sitoplasma leukosit (limfosit plasma biru
pada infeksi virus, toksik granul pada infeksi bakteri
akut)
Asumsi trombosit (8-20/LPI)
Kelainan Eritrosit
Normal bikonkaf (6-8µm) = inti limfosit kecil
Kelainan ukuran :
Mikrositik (<6µm)
Makrositik (8µm)
Anisositosis (berbagai ukuran)
Kelainan Warna
- Hipokrom (Daerah pucat erit >, dinding tipis karena
Hb ↙ (an. Deff Fe, talasemia)
Polikrom
Seluruh eritrosit biru
Polikromasi >
Biasanya pada an. Hemolitik, malaria, talasemia
Kelainan Bentuk

Sel target (Leptosit) Anulosit


Sferosit Akantosit
Stomatosit Sel burr
Ovalosit Tear drop sel
Cigar cell (Sel Pensil) Crenation
Sickle cell
Badan Inklusi
Parasit
Basophilic Stippling
Presipitasi RNA (granul basofil)
Keracunan Pb
Howell jolly bodies
Benda kecil bulat (sisa kromatin inti)
Cabot ring
Cincin warna merah (denaturasi protein)
RETIKULOSIT
Eritrosit muda yang mengandung retikulum
merupakan sisa RNA dari inti
Ukuran > eritrosit
Tujuan : menilai aktivitas eritropoietik dalam SST
Pewarnaan : BCB
Nilai normal :
Relatif : 0,5-1,5% (5-15/mil)
Absolut : 25.000-75.000 per µl
Dalam SHDT terlihat sebagai sel polikrom
Retikulositosis :
An. Heolitik
Talasemia
Perdarahan akut dan menahun
Post terapi anemia
Evaluasi Eritrosit

Yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi eritrosit adalah


morfologi, perhatikan:

Ukuran (size) : Diameter eritrosit yang normal (normositik)


adalah 6 – 8 µm atau kurang lebih sama dengan inti limfosit kecil
Bentuk (shape): Bentuknya bikonkaf bundar dimana bagian tepi
lebih merah daripada bagian sentralnya
Warna (staining): Bagian sentral lebih pucat disebut akromia
sentral yang luasnya antara 1/3 -1/2 kali diameter eritrosit
Benda-benda inklusi (structure intracel):
Distribusi : merata
Morfologi Eritrosit

o Bentuk bulat atau oval.


o Diameter 7-8 mikron.
o Dari samping seperti
cakram / bikonkaf dg
sentral akromia kira2 1/3 -
1/2 diameter sel.
 Evaluasi darah apus yang
diperhatikan 3S :

 Size (ukuran).
 Shape (bentuk).
 Staining (warna).
Kelainan ukuran eritrosit

Mikrosit
Makrosit
Ukuran < dari pada
Ukura erit > dari pada normal
eritrosit normal
Diameter rata-rata > 8 mikron.
Diameter < 7 mikron.
Ditemukan pada:
Ditemukan pada :
Anemia megaloblastik
Anemia
Anemia aplastik
defesiensi besi
Keracunan
tembaga
Gambar Makro (> 8,2 Nm)
dan Mikrositosis (6,2Nm)
Anisositosis / variasi ukuran eritrosit
 Anisositosis kondisi penyakit sel darah merah yang memiliki perbedaan
ukurannya (ukuran tidak sama).
 Sel darah merah normal : diameter sekitar 6.2-8.2 mikro meter.
 Anisositosis ukuran erit lebih besar, atau lebih kecil dari normal.

Penyebab anisositosis adalah anemia.

 Beberapa jenis anemia yang memicu anisositosis,  anemia defisiensi besi,


anemia sel sabit, anemia megaloblastik, anemia pernisiosa dan thalasemia.

 Penegakkan diagnosis anisositosis analisis mikroskopik darah tepi. Bentuk:


bisa tampak lebih besar (makrositosis), lebih kecil (mikrositosis) atau
keduanya, (ada yang besar dan ada yang kecil).
 Gejala dari penyakit ini adalah lemah lesu, kulit pucat, dan nafas cepat.
Poikilositosis
variasi bentuk eritrosit
•Poikilositosis abnormalias sel darah
merah.

•Perbedaan ini meliputi bentuk sabit,


burr, tetesan air mata, dan bentuk elips.

•Poikilositosis penyakit liver, penyakit


sel darah turunan dan alkoholism.

•Poikilositosisi defisiensi vitamin B12


dan asam folat. Beberapa tipe
poikilositosis berdasarkan bentuk sel
darah merah : spherosit, stromatosit
(elips), condosit, leptosit dan sel sabit.
Perbedaan
Anisositosis Poikilositosis
 Sel darah merah memiliki sel darah merah memiliki
ukuran tidak sama, dapat bentuk sel abnormal. Mereka
terlihat lebih besar atau lebih tidak memiliki bentuk
kecil standard
 Ukuran sel darah merah Bentuk sel darah merah
menjadi prediktor menjadi prediktor
 Tipenya mikrositosis dan Tipenya adalah sperosit,
makrositosis stromatosit, kondosit,
leptosit dan sel sabit.
Kelainan Bentuk Eritrosit
1. Sel Target ( Sel Sasaran)  bentuk erit seperti
lonceng akibat permukaan erit lebih luas dari
normal
Sel target mempunyai luas permukaan yang
lebih besar dibandingkan eritrosit
normal,menunjukan fragilitas osmotic yang
lebih rendah dari eritrosit normal (tidak mudah
pecah/lebih tahan terhadap larutan yang
hipotonik).

Terjadi akibat Peningkatan kadar kolesterol


dan fosfolipid pada membrane eritrosit;
penyakit hati kronik, Penurunan jumlah/ kadar
Hb dalam sel eritrosit, misalnya pada anemia
defisiensi besi, thalassemia, anemia sel sabit,
penyakit haemoglobin C.
2. SFEROSIT
Sel seperti bola sediaan apus
dengan pewarnaan Wright akan
tampak sebagai eritrosit normal
tidak terdapat daerah pucat di
bagian tengah eritrosit sehingga
warnanya tampak lebih gelap.
Sferosit akibat kelainan atau
kerusakan membrane eritrosit, baik
yang kongenital maupun didapat
Kelainan kongenital: Sferositosis
herediter.
Kelainan didapat: Immune
haemolytic anemia, luka bakar yang
berat, Hipersplenisme, dan
Mikroangiopati.
3. OVALOSIT / ELIPTOSIT
Bentuk eritrosit lonjong seperti telur
(oval), lebih gepeng eliptosit.
Mekanisme terjadinya kelinan ini belum
diketahui.

Dapat dijumpai pada:


Elipsitosis herediter
Anemia megaloblasitik (makro-ovalosit)
Anemia defisiensi besi (sel pensil/sel
cerutu)
Mielofibrosis
Anemia sel sabit
4. STOMATOSIT
Bentuk : mangkuk, pada sediaan apus
dengan pulasan Wright tampak sebagai
eritrosit dengan bagian pucatnya
sebagai celah (tidak bundar).
Stomatosit dapat dijumpai pada:
Kelainan kongenital: sferostomasitosis
herediter dan sferositosis herediter.
Kelainan didapat: alkoholisme akut,
pengaruh obat (fenotiasin dan
khlorpromazine), bersifat reversible.
5. SICKLE CELL/ DREPANOSYTE (SEL SABIT
 eritrosit yang berubah bentuk
menyerupai sabit akibat
polimerisasi Hb S pada keadaan
kekurangan O2 yang bersifat
reversible.
Dijumpai pada: penderita Hb S,
terutama yang homozigot,
kadang ditemukan juga pada
Hb C Harlem dan Hb I.
6. AKANTOSIT
Permukaannya erit mempunyai 3-12
duri dengan ujung tumpul yang tidak
sama panjang
Kadar kolesterol membrane eritrosit
meningkat dan jumlah lecithin pada
membrane menurun.
Kelainan ini dapat dijumpai pada:
Abetalipoproteinemia kongenital
Penyakit hati kronik
Hipotiroidisme
Defisiensi vitamin E
Pasca splenektomi
7. BURR CELL (ECHINOCYTE)
Permukaan eritrosit ini terdapat 10-30 buah duri-
duri kecil pendek, ujungnya tumpul, yang jarak duri
yang satu dengan duri lainnya sama.
Terjadi akibat mekanisme fragmentasi, yaitu
hilangnya sebagian membrane eritrosit, baik disertai
dengan hilangnya Hb ataupun tidak.
Sel ini dapat dijumpai pada:
Uremia
Penyakit jantung
Keganansan lambung
Ulkus peptic yang berdarah
Sesudah penyuntikan heparin
Hipotiroidisme
Dehidrasi

Nb: kelainan ini juga dapat terbentuk pada proses


pembuatan sediaan apus darag:bila dilakukan
pulasan sebelum sediaan apus kering.
8. SEL HELMET
Eritrosit seperti helm.
Terjadi akibat mekanisme
fragmentasi (hilangnya sebagian
membrane eritrosit, baik disertai
dengan hilangnya Hb ataupun tidak).
Sel ini dapat dijumpai pada:
Emboli paru
Metaplasia myeloid
Disseminated intravascular
coagulation
9. FRAGMENTOSIT (SCHITOCYTE)
Bentuk eritrosit tidak beraturan akibat proses
fragmentasi. Frgamentosit
Dapat terjadi karena:
Gangguan sirkulasi cairan dalam pemubuluh darah
seperti pada hipertensi, penggantian katub jantung.
Kelianan pada eritrosit yang menyebabkan eritrosit
tidak mudah berubah bentuk menyesuaikan
dengan bentuk kapiler saat melewati
mikrosirkulasi, seperti pada sferositosis, perubahan
membrane eritrosit oleh antibody.
Sel ini dapat ditemui pada:
Anemia hemolitik mikroangiopatik
DIC
Pembedahan katub jantung atau pemakaian katub
jantung buatan
Sindroma hemolitik uremic
TTP (Thrombotic Trombositopenia Purpura)
Luka bakar yang berat.
10. TEAR DROP CELL
Eritrosit bentuk seperti buah pear atau tetesan air
mata. Dijumpai pada mielofibrosis dengan metaplasia
myeloid. Diduga berhubungan dngan eritrosit yang
mengandung badan/benda inklusi, dimana saat benda
inklusi dikeluarkan dari sel terjadi perubahan bentuk
tersebut.
Kelainan Warna
Eritrosit
1. Hipokromia (warna 2. Hiperkromia hemoglobin
pucat >) abnormal terkonsentrasi di
dalam eritrosit, seperti pada
Anemia def fe
pasien luka bakar dan
sferositosis bawan.
• Polikromasia
Mengikat warna asam sehingga pematangan erit lebih
lambat dibandingkan dengan pematangan inti
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada
anemia hemolitik, dan hemopoeisis ekstrameduler.
BENDA – BENDA INKLUSI
1. Stipling basofilik 2. Benda Papenheimer
Kelainan erit yang ditandai dg  granul basofilik abnormal yang berasal dari
terdapatnya titik biru yang difus dalam Fe yang ditemukan pada sel darah merah
eritrosit yang dikenal sebagai titik dalam slide darah
basofil. Terdiri atas: agregat feritin
Kelainan ini disebakan oleh keracunan
Plumbum (Pb) Anemia Sideroblastik
Pb dalam kadar toksik tertentu
defisiensi enzim G-6PD 
penghambatan enzim pirimidin-5’-
nukleotidase akumulasi RNA serta
ribosom yang ditandai dengan adanya
eritrosit Basophilic stippling
3. Benda Howell- Jolly 4. Cabot Ring
Anemia hemolitik, Badan berbentuk cincin ini umumnya
thalassemia dijumpai pada eritrosit yang mengandung
titik-titik basofilik yang banyak.
sisa inti yang mengandung DNA.
Ukurannya  1-2u. dapat anemia megaloblastik
ditemukan tunggal atau ganda, thalassemia homozigot
letaknya ekstentrik di dekat
membran eritrosit
5. Benda Heinz
Badan heinz denaturasi atau
pengendapan Hb di membran eritrosit.
Ukurannya 0,3-2 u, kaku sehingga dapat
menyebabkan distorsi membran eritrosit. 6. Parasit
Tidak tampak pada pulasang Wright dan
hanya tampak pada pulasan Ciolet dan
Brilliant cresyl blue, New methylen blue.
 Pada talasemia
Evaluasi Trombosit
Diameter trombosit adalah 1-3 µm, tidak berinti,
mempunyai granula dan bentuknya reguler. Perkiraan
jumlah trombosit dalam keadaan normal diperkirakan
terdapat 1 trombosit per 15 – 20 eritrosit atau 5 – 15 per
lapangan pandang imersi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai