Fifi Dwijayanti1,2,
Hendi Setiadi1
1
Magister Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia
2
Departemen Penelitian dan Pengembangan, Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat, Indonesia
(fifidwijayanti@gmail.com) (hendisetiadi274@gmail.com)
ABSTRAK
Latar belakang: Negara berkembang tidak hanya rentan terhadap penyakit infeksius, tetapi terhadap
tumbuh kembang anak. Stunting dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat utama di antara anak-
anak secara global. Indonesia merupakan negara ke lima di antara negara lain dengan beban stunting
anak pada usia dibawah lima tahun. Faktor penyebab terjadinya stunting tidak hanya karena malnutrisi
pasca melahirkan tapi asupan nutrisi selama kehamilan dan sanitasi lingkungan yang bersih untuk
mencegah infeksi. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya stunting serta
pentingnya kesehatan masyarakat, edukasi dan pemberdayaan wanita untuk menurunkan angka stunting
di negara berkembang.
Metode: Metode penelitian ini adalah literature review. Kami menggunakan risk factor, public health,
education dan women’s empowerment sebagai kata kunci dalam database online seperti Science Direct,
Proquest, PubMed, Google Cendekia dan situs web lainnya.
Hasil: Stunting merupakan masalah kesehatan global yang disebabkan oleh multifaktor mulai dari ibu,
anak, lingkungan tempat tinggal hingga fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
masyarakat berperan dalam memberikan informasi dan edukasi terkait faktor resiko stunting, gizi selama
kehamilan hingga pasca melahirkan. Edukasi yang baik akan meningkatkan pengetahuan ibu, sehingga
dapat menerapkan asupan nutrisi baik kepada anak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan
perempuan adalah faktor utama pencegahan stunting, karena ibu adalah memegang peranan penting
dalam keluarga.
Kesimpulan: Banyak faktor risiko yang mempengaruhi stunting. Stunting disebabkan oleh faktor
multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor malnutrisi yang dialami ibu hamil dan anak balita,
akan tetapi tenaga kesehatan masyarakat dalam memberikan informasi dan edukasi serta upaya
pemberdayaan wanita, khususnya ibu sangat penting dalam menurunkan stunting.
merupakan multi indikator, stunting, bawah usia 5 tahun menurun dari 17,6 juta
kurus, dan berat badan rendah banyak pada tahun 1970 menjadi 6,3 juta pada
digunakan sebagai indikator kurang gizi tahun 2013, dan kematian balita menurun
(Das & Gulshan, 2017). Kegagalan untuk dari 143 per 1.000 kelahiran hidup
tumbuh dan berkembang secara optimal di menjadi 44 selama periode yang sama
awal kehidupan memerlukan cost yang (Wang et al., 2014). Kemajuan global
cukup besar (McGuire, 2015). Stunting dalam meningkatkan pertumbuhan anak
meningkatkan risiko kematian anak, kurang mengesankan (Wang et al., 2014).
mempengaruhi perkembangan kognitif dan Sementara prevalensi stunting (z-skor
motorik, menurunkan kinerja di sekolah, tinggi badan untuk usia kurang dari dua
meningkatkan risiko kelebihan gizi dan standar deviasi di bawah median global,
penyakit tidak menular, dan mengurangi sebagaimana didefinisikan oleh Standar
produktivitas di masa dewasa. (Black et Pertumbuhan Anak Dunia Organisasi
al., 2013). Kesehatan Dunia) di antara anak-anak di
bawah 5 tahun menurun dari 47% pada
Stunting, atau tinggi badan rendah untuk tahun 1985 menjadi 30% pada tahun 2011
usianya, disebabkan oleh asupan nutrisi secara global, hanya sedikit perbaikan
jangka panjang yang tidak mencukupi dan yang telah dicapai di beberapa wilayah
/ atau sering terjadi infeksi. Terlepas dari termiskin di dunia, terutama Asia Selatan
status berpenghasilan menengah dan Afrika sub-Sahara (Wang et al., 2014).
Indonesia, negara ini menanggung beban
anak-anak tdengan stunting tertinggi Pentingnya masalah stunting memerlukan
kelima di dunia (UNICEF, 2013). Telah banyak pihak dalam upaya menurunkan
ada perubahan yang dapat diabaikan dalam kejadian stunting di negara berkembang,
prevalensi stunting dalam dekade terakhir, termasuk Indonesia. Peran tenaga
dan jika tren saat ini terus berlanjut, kesehatan masyarakat sebagai promotor
negara ini tidak mungkin mencapai tujuan dalam mempromosikan kesehatan sangat
World Health Assembly 2012 untuk penting dalam upaya pemberian edukasi
mengurangi stunting sebesar 40% pada kepada masyarakat, khususnya ibu terkait
tahun 2025 (McGuire, 2015). Lebih dari asupan gizi anak. Salah satu program yang
sepertiga (37%) anak berusia kurang dari dapat menjadi faktor pendorong adalah
lima tahun terhambat pada tahun 2013 dan pemberdayaan perempuan terutama ibu
prevalensinya melebihi 40% di 15 dari 33 yang menjadi peran penting dalam
provinsi; 18% dari anak-anak stunting keluarga. Oleh karena itu, studi ini
parah (National Institute of Research and bertujuan untuk mengetahui faktor resiko
Development & Health, 2013). terjadinya stunting serta pentingnya
kesehatan masyarakat, edukasi dan
Kelangsungan hidup anak telah meningkat pemberdayaan wanita untuk menurunkan
secara substansial selama lima puluh tahun angka stunting di negara berkembang
terakhir. Jumlah tahunan kematian anak di
(stunted) dan sangat pendek (severely kesehatan dan gizi sebelum dan pada
stunted) adalah balita dengan panjang masa kehamilan, serta setelah ibu
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) melahirkan, (2) Masih terbatasnya
menurut umurnya dibandingkan dengan layanan kesehatan termasuk layanan
standar baku WHO-MGRS (Multicentre ANC-Ante Natal Care (pelayanan
Growth Reference Study) 2006 (Sutarto kesehatan untuk ibu selama masa
et al., 2018). kehamilan), Post Natal Care dan
pembelajaran dini yang berkualitas. (3)
Stunting disebabkan oleh faktor multi Masih kurangnya akses rumah tangga /
dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh keluarga ke makanan bergizi.
faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu Penyebabnya karena harga makanan
hamil maupun anak balita. Intervensi bergizi di Indonesia masih tergolong
yang paling menentukan untuk dapat mahal dan (4) Kurangnya akses ke air
mengurangi pervalensi stunting oleh bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5
Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari rumah tangga di Indonesia masih buang
anak balita. Beberapa faktor yang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1
menjadi penyebab stunting dapat dari 3 rumah tangga belum memiliki
digambarkan sebagai berikut: (1) Praktek akses ke air minum bersih (Safitri &
pengasuhan yang kurang baik, termasuk Nindya, 2017).
kurangnya pengetahuan ibu mengenai
18 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020
yaitu, pengambilan keputusan ekonomi, pola asuh ibu, Pola asuh ibu memiliki
pengambilan keputusan rumah tangga, peran dalam kejadian wasting dan
dan kebebasan bergerak. Namun, dalam stunting pada balita karena asupan
banyak keadaan, pemberdayaan makanan pada balita sepenuhnya diatur
perempuan tercermin dalam kondisi oleh ibunya. Ibu dengan pola asuh baik
rumah tangga seperti status gizi anak- akan cenderung memiliki balita dengan
anak, kekuatan pengambilan keputusan status gizi yang lebih baik daripada ibu
yang lebih besar, tidak adanya kekerasan dengan pola asuh yang kurang. Namun
dalam rumah tangga, atau kombinasi dari dalam penelitian ini ibu dengan pola
faktor-faktor ini (Doss, 2013). asuh yang baik belum tentu memiliki
balita dengan masalah wasting dan
Kemampuan perempuan untuk stunting yang lebih kecil daripada ibu
berpartisipasi dalam pengambilan dengan pola asuh yang kurang. Hal ini
keputusan sejalan dengan kontrol sumber bisa jadi dikarenakan meskipun pola
daya dan sikap serta pengalaman asuh ibu baik, pada keluarga miskin
kekerasan mereka dapat memengaruhi terdapat keterbatasan dalam memenuhi
kehidupan mereka dan juga kebutuhan sehari-hari sehingga pola asuh
mencerminkan status gizi anak-anak. ibu tidak memengaruhi terjadinya
Pemberdayaan perempuan telah diukur masalah wasting dan stunting. Dengan
dengan pendidikan wanita dan tingkat adanya peran pemberdayaan perempuan
partisipasi angkatan kerja yang hanya terkait rumah tangga maka harapannya
mencerminkan akses ke sumber daya dapat meningkatkan status gizi anak. Ibu
tetapi tidak kemampuan untuk aktif dalam upaya kesehatan khususnya
mengendalikan atau mengambil terkait gizi sehingga dapat menurunkan
keputusan terkait sumber daya (Samman
angka kejadian stunting.
& Santos, 2009). Pemberdayaan
perempuan juga erat kaitannya dengan
KESIMPULAN secara populasi dibandingkan individu.
Kesehatan masyarakat juga berperan
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam upaya promosi kesehatan yang
terjadinya stunting. Stunting disebabkan bertujuan untuk meningkatkan
oleh faktor multidimensi dan tidak hanya pengetahuan masyarakat, khususnya ibu
disebabkan oleh faktor malnutrisi yang terkait gizi anak. Tingkat pendidikan
dialami ibu hamil dan anak balita, akan juga mempengaruhi pengetahuan dan
tetapi tenaga kesehatan masyarakat pemahaman ibu dalam upaya
dalam memberikan informasi dan menurunkan stunting. Pemberdayaan
edukasi serta upaya pemberdayaan wanita pun sangat erat kaitannya dalam
wanita, khususnya ibu sangat penting proses pengambilan keputusan dalam
dalam menurunkan stunting. Peran rumah tangga yang berdampak bagi
kesehatan masyarakat berkaitan dengan
status gizi anak.
upaya meningkatkan derajat kesehatan
undernutrition and overweight in low- Gebbie, K., Merrill, J., & Tilson, H. H.
income and middle-income countries. (2002). The public health workforce.
The Lancet, 382(9890), 427–451. Health Affairs, 21(6), 57–67.
https://doi.org/10.1016/S0140- https://doi.org/10.1377/hlthaff.21.6.57
6736(13)60937-X
Hossain, M., Choudhury, N., Abdullah,
Bloland, P., Simone, P., Burkholder, et K. A. B., et al. (2017). Evidence-based
al. (2012). The role of public health approaches to childhood stunting in low
institutions in global health system and middle income countries: A
strengthening efforts: The US CDC’s systematic review. Archives of Disease
perspective. PLoS Medicine, 9(4). in Childhood, 102(10), 903–909.
https://doi.org/10.1371/journal.pmed.100 https://doi.org/10.1136/archdischild-
1199 2016-311050
23 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020
24 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020
25 | P a g e