Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

PENTINGNYA KESEHATAN MASYARAKAT, EDUKASI DAN


PEMBERDAYAAN PEREMPUAN UNTUK MENGURANGI STUNTING
DI NEGARA BERKEMBANG

Fifi Dwijayanti1,2,
Hendi Setiadi1

1
Magister Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia
2
Departemen Penelitian dan Pengembangan, Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat, Indonesia
(fifidwijayanti@gmail.com) (hendisetiadi274@gmail.com)

ABSTRAK
Latar belakang: Negara berkembang tidak hanya rentan terhadap penyakit infeksius, tetapi terhadap
tumbuh kembang anak. Stunting dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat utama di antara anak-
anak secara global. Indonesia merupakan negara ke lima di antara negara lain dengan beban stunting
anak pada usia dibawah lima tahun. Faktor penyebab terjadinya stunting tidak hanya karena malnutrisi
pasca melahirkan tapi asupan nutrisi selama kehamilan dan sanitasi lingkungan yang bersih untuk
mencegah infeksi. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya stunting serta
pentingnya kesehatan masyarakat, edukasi dan pemberdayaan wanita untuk menurunkan angka stunting
di negara berkembang.
Metode: Metode penelitian ini adalah literature review. Kami menggunakan risk factor, public health,
education dan women’s empowerment sebagai kata kunci dalam database online seperti Science Direct,
Proquest, PubMed, Google Cendekia dan situs web lainnya.
Hasil: Stunting merupakan masalah kesehatan global yang disebabkan oleh multifaktor mulai dari ibu,
anak, lingkungan tempat tinggal hingga fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
masyarakat berperan dalam memberikan informasi dan edukasi terkait faktor resiko stunting, gizi selama
kehamilan hingga pasca melahirkan. Edukasi yang baik akan meningkatkan pengetahuan ibu, sehingga
dapat menerapkan asupan nutrisi baik kepada anak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan
perempuan adalah faktor utama pencegahan stunting, karena ibu adalah memegang peranan penting
dalam keluarga.
Kesimpulan: Banyak faktor risiko yang mempengaruhi stunting. Stunting disebabkan oleh faktor
multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor malnutrisi yang dialami ibu hamil dan anak balita,
akan tetapi tenaga kesehatan masyarakat dalam memberikan informasi dan edukasi serta upaya
pemberdayaan wanita, khususnya ibu sangat penting dalam menurunkan stunting.

Kata kunci: stunting, faktor risiko, kesehatan masyarakat, pemberdayaan perempuan

PENDAHULUAN mortalitas dan morbiditas neonatal dini


(Hossain et al., 2017).
Malnutrisi pada anak masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang Berdasarkan penelitian sebelumnya
krusial dan masih menjadi beban secara menunjukkan bahwa anak-anak yang
global, terutama di negara-negara kekurangan gizi sering mengalami
berkembang (WHO, 2016). Kekurangan berbagai infeksi termasuk diare,
gizi pada masa kanak-kanak secara pneumonia, dan malaria, dan sekitar 45%
langsung terkait dengan perkembangan kematian anak-anak di bawah 5 tahun
kognitif dan pertumbuhan fisik masa disebabkan oleh faktor-faktor yang
kanak-kanak dan muncul sebagai salah berhubungan dengan gizi (Ntenda &
satu faktor risiko tunggal terkuat untuk Chuang, 2018). Meskipun kekurangan gizi
16 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

merupakan multi indikator, stunting, bawah usia 5 tahun menurun dari 17,6 juta
kurus, dan berat badan rendah banyak pada tahun 1970 menjadi 6,3 juta pada
digunakan sebagai indikator kurang gizi tahun 2013, dan kematian balita menurun
(Das & Gulshan, 2017). Kegagalan untuk dari 143 per 1.000 kelahiran hidup
tumbuh dan berkembang secara optimal di menjadi 44 selama periode yang sama
awal kehidupan memerlukan cost yang (Wang et al., 2014). Kemajuan global
cukup besar (McGuire, 2015). Stunting dalam meningkatkan pertumbuhan anak
meningkatkan risiko kematian anak, kurang mengesankan (Wang et al., 2014).
mempengaruhi perkembangan kognitif dan Sementara prevalensi stunting (z-skor
motorik, menurunkan kinerja di sekolah, tinggi badan untuk usia kurang dari dua
meningkatkan risiko kelebihan gizi dan standar deviasi di bawah median global,
penyakit tidak menular, dan mengurangi sebagaimana didefinisikan oleh Standar
produktivitas di masa dewasa. (Black et Pertumbuhan Anak Dunia Organisasi
al., 2013). Kesehatan Dunia) di antara anak-anak di
bawah 5 tahun menurun dari 47% pada
Stunting, atau tinggi badan rendah untuk tahun 1985 menjadi 30% pada tahun 2011
usianya, disebabkan oleh asupan nutrisi secara global, hanya sedikit perbaikan
jangka panjang yang tidak mencukupi dan yang telah dicapai di beberapa wilayah
/ atau sering terjadi infeksi. Terlepas dari termiskin di dunia, terutama Asia Selatan
status berpenghasilan menengah dan Afrika sub-Sahara (Wang et al., 2014).
Indonesia, negara ini menanggung beban
anak-anak tdengan stunting tertinggi Pentingnya masalah stunting memerlukan
kelima di dunia (UNICEF, 2013). Telah banyak pihak dalam upaya menurunkan
ada perubahan yang dapat diabaikan dalam kejadian stunting di negara berkembang,
prevalensi stunting dalam dekade terakhir, termasuk Indonesia. Peran tenaga
dan jika tren saat ini terus berlanjut, kesehatan masyarakat sebagai promotor
negara ini tidak mungkin mencapai tujuan dalam mempromosikan kesehatan sangat
World Health Assembly 2012 untuk penting dalam upaya pemberian edukasi
mengurangi stunting sebesar 40% pada kepada masyarakat, khususnya ibu terkait
tahun 2025 (McGuire, 2015). Lebih dari asupan gizi anak. Salah satu program yang
sepertiga (37%) anak berusia kurang dari dapat menjadi faktor pendorong adalah
lima tahun terhambat pada tahun 2013 dan pemberdayaan perempuan terutama ibu
prevalensinya melebihi 40% di 15 dari 33 yang menjadi peran penting dalam
provinsi; 18% dari anak-anak stunting keluarga. Oleh karena itu, studi ini
parah (National Institute of Research and bertujuan untuk mengetahui faktor resiko
Development & Health, 2013). terjadinya stunting serta pentingnya
kesehatan masyarakat, edukasi dan
Kelangsungan hidup anak telah meningkat pemberdayaan wanita untuk menurunkan
secara substansial selama lima puluh tahun angka stunting di negara berkembang
terakhir. Jumlah tahunan kematian anak di

TINJAUAN PUSTAKA (bayi di bawah lima tahun) akibat dari


kekurangan gizi kronis sehingga anak
Stunting adalah salah satu keadaan terlalu pendek untuk usianya.
malnutrisi yang berhubungan dengan Kekurangan gizi terjadi begitu saja sejak
ketidakcukupan zat gizi masa lalu bayi dalam kandungan dan pada masa
sehingga termasuk dalam masalah gizi awal setelah bayi lahir akan tetapi,
yang bersifat kronis. Stunting merupakan kondisi stunting baru nampak setelah
kondisi gagal tumbuh pada anak balita bayi berusia 2 tahun. Balita pendek
17 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

(stunted) dan sangat pendek (severely kesehatan dan gizi sebelum dan pada
stunted) adalah balita dengan panjang masa kehamilan, serta setelah ibu
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) melahirkan, (2) Masih terbatasnya
menurut umurnya dibandingkan dengan layanan kesehatan termasuk layanan
standar baku WHO-MGRS (Multicentre ANC-Ante Natal Care (pelayanan
Growth Reference Study) 2006 (Sutarto kesehatan untuk ibu selama masa
et al., 2018). kehamilan), Post Natal Care dan
pembelajaran dini yang berkualitas. (3)
Stunting disebabkan oleh faktor multi Masih kurangnya akses rumah tangga /
dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh keluarga ke makanan bergizi.
faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu Penyebabnya karena harga makanan
hamil maupun anak balita. Intervensi bergizi di Indonesia masih tergolong
yang paling menentukan untuk dapat mahal dan (4) Kurangnya akses ke air
mengurangi pervalensi stunting oleh bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5
Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari rumah tangga di Indonesia masih buang
anak balita. Beberapa faktor yang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1
menjadi penyebab stunting dapat dari 3 rumah tangga belum memiliki
digambarkan sebagai berikut: (1) Praktek akses ke air minum bersih (Safitri &
pengasuhan yang kurang baik, termasuk Nindya, 2017).
kurangnya pengetahuan ibu mengenai

METODE PENELITIAN Untuk mengidentifikasi faktor resiko


stunting di Indonesia menggunakan kata
Berdasarkan data yang digunakan untuk kunci ―determinant AND stunting‖ risk
mencari literatur adalah melalui AND factor AND stunting AND children
pemilihan berdasarkan kriteria stunting ‖ stunting AND women’s empowerment‖
anak, yang menyangkut penelitian sosial stunting AND public health AND
dan kesehatan sosial. Selanjutnya, developing countries. Kami juga
menerapkan tinjauan literatur yang mendefinisikan dan mengambil jurnal
berkaitan dengan stunting, pertumbuhan diterbitkan pada tahun 2010-2020 dan
dan hasil menggunakan indikator gizi berbahasa inggris. Kami mencari
buruk dengan zscore <-2 SD. Studi ini literatur dalam database online seperti
bertujuan untuk memberikan gambaran Science Direct, Proquest, PubMed,
stunting di negara-negara berkembang, Google Cendekia dan situs web terkait
peran kesehatan masyaraka, pentingnya lainnya. Berdasarkan data tersebut,
edukasi dan pemberdayaan perempuan faktor resiko stunting dianalisis
dalam upaya menurunkan angka stunting berdasarkan faktor demografi dan faktor
di negara berkembang. Metode yang ibu. Selanjutnya peran kesehatan
digunakan dalam studi ini adalah masyarakat, edukasi dan pemberdayaan
Literature Review. wanita khususnya ibu dianalisis sebagai
bahan dalam menentukan kebijakan.

18 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

HASIL PENELITIAN DAN Oseania (38,3%). Baik Asia dan Oceania


PEMBAHASAN upaya menurunkan stunting sangat
lambat bahkan tidak dapat berjalan
Prevalensi Stunting dengan baik. Di Amerika Latin dan
Upaya mempercepat peningkatan gizi Karibia, stunting telah menurun dua kali
adalah upaya global, yang dilakukan lebih cepat seperti halnya di Afrika dari
tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga tahun 2000 hingga 2016 (UNICEF et al.,
2017). Namun, pengurangan stunting
anak tidak sama di semua kelompok
populasi. Sebagai contoh, dari tahun
untuk semua negara berkembang yang
1990 hingga 2013 di wilayah Asia-
memiliki masalah stunting. Upaya ini
Pasifik, Amerika Latin dan Karibia,
diprakarsai oleh World Health Assembly
stunting anak menurun lebih banyak di
(13). Target yang ditetapkan untuk
daerah perkotaan daripada di daerah
menurunkan prevalensi stunting adalah
pedesaan (World Health Organization
mengurangi prevalensi stunting,
UN Habitat for a better urban future,
mencegah kelebihan berat badan pada
2016). Selain itu, sebagian besar negara
anak-anak di bawah lima tahun,
yang mengalami krisis berlarut-larut
mengurangi prevalensi anemia pada
tidak bisa memenuhi target World Health
wanita produktif, mengurangi prevalensi
Assembly dalam menurunkan stunting
kelahiran rendah (BBLR), meningkatkan
tingkat sedang dan berat pada anak
cakupan ASI eksklusif.
(WHO, 2018).
Secara global pada tahun 2016, 22,9%
Penelitian yang dilakukan oleh Fawzi,
atau 154,8 juta anak di bawah 5 tahun
dkk (2019) di 137 negara yang
menderita stunting. Stunting
berpenghasilan rendah atau sedang
didefinisikan oleh tinggi badan rendah
menunjukkan bahwa kasus anak dengan
untuk usianya (WHO, 2018). Stunting
stunting sebanyak 7,2 juta. Studi lain
diukur dengan z skor >2 standar deviasi
oleh Danaei, dkk (2016) di 137 negara
untuk usianya di bawah median
berkembang menunjukkan kasus anak
berdasarkan Standar Pertumbuhan Anak
dengan stunting sebesar 10,8 juta.
World Health Association (WHO), yang
Berdasarkan data tersebut, kasus stunting
menunjukkan pembatasan potensi
masih sangat tinggi di negara
pertumbuhan anak (Black et al., 2008).
berkembang. Prevalensi stunting
Stunting anak dapat terjadi dalam 1000
mengalami kenaikan di negara
hari pertama setelah konsepsi dan terkait
berkembang dan mengalami penurunan
dengan banyak faktor, termasuk status
di negara maju. Bukan hanya status gizi,
sosial ekonomi, asupan makanan,
tapi banyak faktor yang dapat
infeksi, status gizi ibu, penyakit menular,
menyebabkan stunting di negara
defisiensi mikronutrien, dan lingkungan
berkembang seperti kesehatan
(Ikeda et al., 2013).
lingkungan, sanitasi, faktor ibu dan
Pada 2016, 87 juta anak terhambat asupan anak selama 1000 hari kelahiran.
tinggal di Asia, 59 juta di Afrika dan 6
Di Indonesia, kasus stunting pun
juta di wilayah Amerika Latin dan
mengalami kenaikan lebih dari 10%
Karibia (UNICEF et al., 2017). Lima
selama 2 tahun di beberapa wilayah
subregional memiliki tingkat stunting
dengan berbagai faktor resiko. Studi
anak yang melebihi 30%: Afrika barat
Torlesse, dkk (2016) menyebutkan
(31,4%), Afrika tengah (32,5%), Afrika
bahwa kombinasi jamban yang tidak
timur (36,7%), Asia selatan (34,1%) dan
19 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

diperbaiki, air minum yang tidak diolah kesehatan masyarakat berdasarkan


dan kebersihan tingkat rumah tangga perspektif CDC (Centers for Disease
dikaitkan dengan peningkatan peluang Control and Prevention) US yang diduga
stunting di Indonesia. Hal ini diperkuat memiliki pengaruh terluas pada
dengan penelitian Manggala, dkk (2018) efektivitas sistem kesehatan itu sendiri.
yang menunjukkan bahwa pendidikan Sistem kesehatan tentu rumit, dan
ibu yang rendah, tinggi ibu yang pendek, kegiatan spesifik perlu untuk mengatasi
usia ibu yang berisiko tinggi, berat lahir dan beradaptasi dengan konteks lokal
rendah, dan panjang lahir rendah secara (Paina & Peters, 2012).
signifikan terkait dengan stunting.
Sehingga perlu adanya upaya dalam Namun, kami percaya bahwa jika fungsi-
fungsi ini diperkuat, mereka pada
meningkatkan gizi ibu hamil.
gilirannya akan memiliki dampak
Peran Kesehatan Masyarakat terbesar pada penguatan sistem
kesehatan secara keseluruhan dan, oleh
Kesehatan masyarakat, sebuah ungkapan karena itu, memiliki dampak terbesar
yang tampak sederhana, meliputi semua pada kesehatan masyarakat. Fungsi-
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat fungsi ini membentuk bidang-bidang
untuk memastikan kondisi di mana orang investasi prioritas spesifik yang dapat
dapat menjadi sehat. Untuk mencapai hal dan harus ditangani oleh CDC dalam
ini, praktik kesehatan masyarakat pada mendukung upaya HSS global
intinya adalah interdisipliner, menjalin (penguatan sistem Kesehatan). Enam
bersama berbagai keterampilan, fungsi kesehatan masyarakat yang
pengetahuan, sikap, dan pandangan dimaksud yaitu: (1) memastikan
dunia dari berbagai profesi yang terlibat. ketersediaan informasi strategis kritis
Banyak pihak berkontribusi pada upaya epidemiologis, (2) memperkuat institusi
kesehatan, yang membedakan dengan kesehatan publik dan infrastruktur
perawatan medis yaitu kesehatan utama, (3) membangun jaringan
masyarakat berfokus pada populasi dan laboratorium kesehatan masyarakat yang
komunitas daripada individu. Namun, kuat, (4) membangun tenaga kerja yang
komunitas terdiri dari individu, dan terampil, (5) menerapkan program
kurangnya perawatan memang kesehatan masyarakat, dan (6)
mengurangi kesehatan komunitas. mendukung riset operasional / terapan
Dengan demikian layanan kesehatan kritis. Berdasarkan hal tersebut,
masyarakat mencakup beberapa kesehatan masyarakat memegang
penyediaan perawatan, terutama untuk peranan yang sangat penting dalam
kelompok rentan (Gebbie et al., 2002). upaya menurunkan prevalensi stunting di
Kesehatan masyarakat dapat menjadi Indonesia bahkan di dunia (Bloland et
komponen yang relatif kecil dalam al., 2012).
sistem kesehatan apa pun dibandingkan
Pendidikan
dengan penyediaan layanan kesehatan
kuratif tingkat individu. Namun, fungsi Pola asuh ibu merupakan perilaku ibu
inti kesehatan masyarakat dan kontribusi dalam mengasuh balita
praktik kesehatan masyarakat terhadap mereka.Pengetahuan yang baik akan
sistem kesehatan apa pun merupakan menciptakan sikap yang baik, yang
pusat sistem yang berfungsi secara selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai
efektif (Frieden & Henning, 2009). sesuai, maka akan muncul perilaku yang
Penelitian yang dilakukan oleh Bloland, baik pula. Pengetahuan sendiri
dkk (2012) menyoroti enam fungsi inti didapatkan dari informasi baik yang
20 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

didapatkan dari pendidikan formal serta hubungan emosional anggota


maupun dari media (non-formal), seperti keluarga yang lain yang tercermin dalam
radio, TV, internet, koran, majalah, dan suatu kebiasaan (Numaliza & Herlina,
lain-lain. Tingkat pendidikan 2018). Adanya faktor-faktor tersebut
memengaruhi seseorang dalam menjadikan perlu adanya suatu perhatian
menerima informasi. Orang dengan dalam memberikan makanan kepada
tingkat pendidikan yang lebih baik akan anak karena perilaku dan sikap yang
lebih mudah dalam menerima informasi terpola 3 dalam suatu kebiasaan memberi
daripada orang dengan tingkat makan kepada anak dapat mempengaruhi
pendidikan yang kurang. Informasi asupan zat-zat gizi untuk anak (Supriasa
tersebut dijadikan sebagai bekal ibu et al., 2012).
untuk mengasuh balitanya dalam
kehidupan sehari- hari (Lailatul & Pemberdayaan Wanita
Ni’mah., 2015). Pemberdayaan perempuan tidak hanya
merupakan proses eksternal tetapi juga
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh melibatkan perubahan intrinsik dalam
terhadap kesehatan, salah satunya adalah diri mereka. Dalam lima dekade terakhir,
status gizi. Individu yang memiliki konsep pemberdayaan perempuan telah
tingkat pendidikan tinggi kemungkinan mengalami perubahan besar dari
lebih besar mengetahui pola hidup sehat pendekatan kesejahteraan menjadi
dan cara menjaga tubuh tetap bugar yang keadilan. Pemberdayaan perempuan
tercermin dari penerapan pola hidup adalah konsep multi-dimensi dengan
sehat seperti konsumsi diet bergizi. perbedaan pendapat dalam definisi dan
Individu dengan tingkat pendidikan pengukurannya (Duflo, 2012). Ini dapat
tinggi cenderung menghindari dikonseptualisasikan sebagai kekuatan
kebiasaan buruk seperti rokok dan untuk membuat pilihan. Ini dicirikan
alkohol, sehingga memiliki status sebagai proses yang berkembang di
kesehatan yang lebih baik. Tingkat mana perempuan mengembangkan
pendidikan juga berhubungan dengan kemampuan untuk menjalankan agensi
pendapatan, dimana tingkat pendapatan dan membuat pilihan hidup yang
cenderung meningkat seiring strategis secara domain di mana mereka
peningkatan tingkat pendidikan. sebelumnya tidak mampu melakukannya.
Pendapatan yang cukup memungkinkan Meskipun pemberdayaan perempuan
untuk hidup dengan kualitas yang lebih bukanlah kondisi yang memadai, tetapi
baik. Tingkat pendidikan juga masih diperlukan untuk mencapai
mempengaruhi tingkat pengetahuan. pembangunan yang adil dan
Tingkat pengetahuan yang baik berkelanjutan (Siddhanta &
membantu pemilihan makanan dengan Chattopadhyay, 2017).
bijak dan tepat, serta penanganan
gangguan kesehatan dengan baik Konferensi Internasional PBB
(Huang,W., 2015) International Conference on Population
and Development (ICPD) di Kairo
Asupan gizi yang baik pada anak sering (1994) dan Konferensi Dunia Keempat
tidak bisa dipenuhi seorang anak karena tentang Perempuan di Beijing (1995)
disebabkan beberapa faktor. Termasuk menguraikan faktor-faktor yang
diantaranya adalah tingkat pendidikan dianggap penting untuk pemberdayaan
ibu, pengetahuan ibu tentang gizi dan perempuan (UNFPA, 2014). Dos, dkk
kesehatan, kondisi social ekonomi (2013) menyusun indeks pemberdayaan
keluarga, ketersediaan bahan pangan, perempuan berdasarkan tiga dimensi,
21 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

yaitu, pengambilan keputusan ekonomi, pola asuh ibu, Pola asuh ibu memiliki
pengambilan keputusan rumah tangga, peran dalam kejadian wasting dan
dan kebebasan bergerak. Namun, dalam stunting pada balita karena asupan
banyak keadaan, pemberdayaan makanan pada balita sepenuhnya diatur
perempuan tercermin dalam kondisi oleh ibunya. Ibu dengan pola asuh baik
rumah tangga seperti status gizi anak- akan cenderung memiliki balita dengan
anak, kekuatan pengambilan keputusan status gizi yang lebih baik daripada ibu
yang lebih besar, tidak adanya kekerasan dengan pola asuh yang kurang. Namun
dalam rumah tangga, atau kombinasi dari dalam penelitian ini ibu dengan pola
faktor-faktor ini (Doss, 2013). asuh yang baik belum tentu memiliki
balita dengan masalah wasting dan
Kemampuan perempuan untuk stunting yang lebih kecil daripada ibu
berpartisipasi dalam pengambilan dengan pola asuh yang kurang. Hal ini
keputusan sejalan dengan kontrol sumber bisa jadi dikarenakan meskipun pola
daya dan sikap serta pengalaman asuh ibu baik, pada keluarga miskin
kekerasan mereka dapat memengaruhi terdapat keterbatasan dalam memenuhi
kehidupan mereka dan juga kebutuhan sehari-hari sehingga pola asuh
mencerminkan status gizi anak-anak. ibu tidak memengaruhi terjadinya
Pemberdayaan perempuan telah diukur masalah wasting dan stunting. Dengan
dengan pendidikan wanita dan tingkat adanya peran pemberdayaan perempuan
partisipasi angkatan kerja yang hanya terkait rumah tangga maka harapannya
mencerminkan akses ke sumber daya dapat meningkatkan status gizi anak. Ibu
tetapi tidak kemampuan untuk aktif dalam upaya kesehatan khususnya
mengendalikan atau mengambil terkait gizi sehingga dapat menurunkan
keputusan terkait sumber daya (Samman
angka kejadian stunting.
& Santos, 2009). Pemberdayaan
perempuan juga erat kaitannya dengan
KESIMPULAN secara populasi dibandingkan individu.
Kesehatan masyarakat juga berperan
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam upaya promosi kesehatan yang
terjadinya stunting. Stunting disebabkan bertujuan untuk meningkatkan
oleh faktor multidimensi dan tidak hanya pengetahuan masyarakat, khususnya ibu
disebabkan oleh faktor malnutrisi yang terkait gizi anak. Tingkat pendidikan
dialami ibu hamil dan anak balita, akan juga mempengaruhi pengetahuan dan
tetapi tenaga kesehatan masyarakat pemahaman ibu dalam upaya
dalam memberikan informasi dan menurunkan stunting. Pemberdayaan
edukasi serta upaya pemberdayaan wanita pun sangat erat kaitannya dalam
wanita, khususnya ibu sangat penting proses pengambilan keputusan dalam
dalam menurunkan stunting. Peran rumah tangga yang berdampak bagi
kesehatan masyarakat berkaitan dengan
status gizi anak.
upaya meningkatkan derajat kesehatan

DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.1016/S0140-


6736(07)61690-0
Black, R. E., Allen, L. H., Bhutta, Z. A.,
et al. (2008). Maternal and child
undernutrition: global and regional Black, R. E., Victora, C. G., Walker, S.
exposures and health consequences. The P., et al. (2013). Maternal and child
Lancet, 371(9608), 243–260.
22 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

undernutrition and overweight in low- Gebbie, K., Merrill, J., & Tilson, H. H.
income and middle-income countries. (2002). The public health workforce.
The Lancet, 382(9890), 427–451. Health Affairs, 21(6), 57–67.
https://doi.org/10.1016/S0140- https://doi.org/10.1377/hlthaff.21.6.57
6736(13)60937-X
Hossain, M., Choudhury, N., Abdullah,
Bloland, P., Simone, P., Burkholder, et K. A. B., et al. (2017). Evidence-based
al. (2012). The role of public health approaches to childhood stunting in low
institutions in global health system and middle income countries: A
strengthening efforts: The US CDC’s systematic review. Archives of Disease
perspective. PLoS Medicine, 9(4). in Childhood, 102(10), 903–909.
https://doi.org/10.1371/journal.pmed.100 https://doi.org/10.1136/archdischild-
1199 2016-311050

Danaei, G., Andrews, K. G., Sudfeld, et Huang W. Understanding the effects of


al. (2016). Risk Factors for Childhood education on health: evidence from
Stunting in 137 Developing Countries: A China. 2015 (diunduh Mei 2018).
Comparative Risk Assessment Analysis Tersedia dari:
at Global, Regional, and Country Levels. https://scholar.harvard.edu/
PLoS Medicine, 13(11), 1–18. weihuang/publications/understanding-
https://doi.org/10.1371/journal.pmed.100 effectseducation-health-evidence-china
2164
keda, N., Irie, Y., & Shibuya, K. (2013).
Das, S., & Gulshan, J. (2017). Different Determinants of reduced child stunting
forms of malnutrition among under five in Cambodia: analysis of pooled data
children in Bangladesh: a cross sectional from three Demographic and Health
study on prevalence and determinants. Surveys. Bulletin of the World Health
BMC Nutrition, 3(1), 1–12. Organization, 91(5), 341–349.
https://doi.org/10.1186/s40795-016- https://doi.org/10.2471/blt.12.113381
0122-2
Lailatul, M., & Ni’mah., C. (2015).
Doss, C. (2013). Intrahousehold Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
bargaining and resource allocation in Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan
developing countries. In Policy Research Wasting dan Stunting pada Balita
Working Paper 6337. World Bank. Keluarga Miskin. Media Gizi Indonesia,
10(2015), 84–90. https://doi.org/Vol. 10,
Duflo, E. (2012). Women empowerment No. 1 Januari–Juni 2015: hlm. 84–90
and economic development. Journal of
Economic Literature, 50(4), 1051–1079. Manggala, A. K., Kenwa, K. W. M.,
https://doi.org/10.1257/jel.50.4.1051 Kenwa, M. M. L., et al. (2018). Risk
factors of stunting in children aged 24-59
Frieden, T. R., & Henning, K. J. (2009). months. Paediatrica Indonesiana, 58(5),
Public health requirements for rapid 205–212.
progress in global health. Global Public https://doi.org/10.14238/pi58.5.2018.205
Health, 4(4), 323–337. -12
https://doi.org/10.1080/17441690903089
430 McGuire, S. (2015). International Food
Policy Research Institute. 2014.

23 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

Washington, DC: Global Nutrition https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i2.2017


Report 2014: Actions and Accountability .52-61
to Accelerate the World’s Progress on
Nutrition. Advances in Nutrition, 6(3), Samman, E., & Santos, M. E. (2009).
278–279. Agency and Empowerment : A review of
https://doi.org/10.3945/an.115.008599 concepts , indicators and empirical
evidence. 1–48.
National Institute of Research and
Development, & Health, M. of. (2013). Siddhanta, A., & Chattopadhyay, A.
Basic health research survey (Riset (2017). Role of Women’s Empowerment
kesehatan dasar). National Institute of in Determining Child Stunting in Eastern
Research and Development, Ministry of India and Bangladesh. Social Science
Health. Spectrum, 3(1), 38–51.

Ntenda, P. A. M., & Chuang, Y. C. Smith Fawzi, M. C., Andrews, K. G.,


(2018). Analysis of individual-level and Fink, G., et al. (2019). Lifetime
community-level effects on childhood economic impact of the burden of
undernutrition in Malawi. Pediatrics and childhood stunting attributable to
Neonatology, 59(4), 380–389. maternal psychosocial risk factors in 137
https://doi.org/10.1016/j.pedneo.2017.11 low/middle-income countries. BMJ
.019 Global Health, 4(1), 1–11.
https://doi.org/10.1136/bmjgh-2018-
Numaliza, N., & Herlina, S. (2018). 001144
Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan
Ibu terhadap Status Gizi Balita. Supriasa, Bakrie, B., & Fajar, I. (2012).
KESMARS: Jurnal Kesehatan Penilaian Status Gizi. EGC.
Masyarakat, Manajemen Dan Sutarto, Mayasari, D., & Indriyani, R.
Administrasi Rumah Sakit, 1(1), 44–48. (2018). Stunting, Faktor Resiko dan
https://doi.org/10.31539/kesmars.v1i1.17 Pencegahannya. Agrimedicine Journal,
1 5(1), 540–545.
https://doi.org/10.1201/9781439810590-
Paina, L., & Peters, D. H. (2012). c34
Understanding pathways for scaling up
health services through the lens of Torlesse, H., Cronin, A. A., Sebayang, S.
complex adaptive systems. Health Policy K., & Nandy, R. (2016). Determinants of
and Planning, 27(5), 365–373. stunting in Indonesian children:
https://doi.org/10.1093/heapol/czr054 Evidence from a cross-sectional survey
indicate a prominent role for the water,
Safitri, C. A., & Nindya, T. S. (2017). sanitation and hygiene sector in stunting
Hubungan Ketahanan Pangan dan reduction. BMC Public Health, 16(1), 1–
Penyakit Diare dengan Stunting pada 11. https://doi.org/10.1186/s12889-016-
Balita 13-48 Bulan di Kelurahan Manyar 3339-8
Sabrangan , Surabaya Relations Food
Security and Diarrheal Disease to UNFPA. (2014). Program of Action of
Stunting in Under-Five Children Age 13- the International Conference on
48 Months at Manyar Sabrangan , Population Development (20th Anniv).
Mulyorejo. Amerta Nutrition, 1(2), 52– UNFPA.
61.

24 | P a g e
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

UNICEF. (2013). Improving child


nutrition: the achievable imperative for
global progress. UNICEF.

UNICEF, WHO, & World Bank Group.


(2017). Levels and trends in child
malnutrition. In UNICEF/WHO/World
Bank Group joint child malnutrition
estimates (Key findin). United Nations
Children’s Fund, World Health
Organization, World Bank Group.

Wang, H., Liddell, C. A., Coates, et al.


(2014). Global, regional, and national
levels of neonatal, infant, and under-5
mortality during 1990-2013: A
systematic analysis for the Global
Burden of Disease Study 2013. The
Lancet, 384(9947), 957–979.
https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(14)60497-9

WHO. (2016). The double burden of


malnutrition in low- and middleincome
countries. Policy Brief, Department of
Nutrition for Health and Development
World Health Organization.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle
/10665/255413/WHONMH-NHD-17.3-
eng.pdf?ua¼1

WHO. (2018). Reducing stunting in


children. In Equity considerations for
achieving the Global Nutrition Targets
2025.

World Health Organization UN Habitat


for a better urban future. (2016). Global
report on urban health: equitable,
healthier cities for sustainable
development.

25 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai