Anda di halaman 1dari 32

NEMATODA USUS DAN NEMATODA JARINGAN

YANTI RAHAYU
NEMATODA JARINGAN

Nematoda jaringan dan darah termasuk


dalam famili Filaridae karena itu disebut juga
dengan cacing Filaria/filariasis.
Cacing Filariarsis
 Mempunyai 200 spesies
 hanya beberapa yg terdapat
pada manusia.
 Spesies yang paling sering
mensinfeksi :
1. Wucehereia bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
 Cacing dewasa hidup dalam sistem limfatik, kulit bagian
subkutan dan jaringan ikat.
 Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria (prelarva) yang
masih mempunyai selaput (sarung) atau selaputnya dapat
terlepas (tidak bersarung).
 Mikrofilaria ini sangat aktif, bentuknya seperti benang
dan dapat ditemukan dalam darah perifer atau jaringan
kulit.
 Cara filaria menginfeksi manusia adalah melalui gigitan
vektor Artropoda misalnya nyamuk. Vektor ini menjadi
infektif karena menelan mikrofilaria yang berada dalam
darah mamalia.
 Setiap filaria memiliki siklus hidup yang kompleks. Infeksi pada
manusia terjadi apabila terpapar larva infektif secara intensif dalam
jangka waktu yang lama. Setelah pemaparan diperlukan waktu
bertahun-tahun untuk terjadi perubahan patologis yang nyata pada
manusia.
 Berdasarkan keberadaan mikrofilaria dalam sistes sirkulasi
(peredaran darah), tiap spesies filaria memiliki periode munculnya
yaitu :
 Bila mikrofilaria berada dalam darah pada malam hari disebut
periode nokturna
 Bila mikrofilaria berada dalam darah pada siang hari disebut periode
diurna
 Bila muncul pada setiap saat disebut nonperiodik

 Kumpulan penyakit yang disebabkan oleh filaria disebut filariasis,


namun masing-masing memiliki karakteristik tersendiri.
Filariarsis
 penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang
ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.
 3 spesies cacing penyebab Filariasis yaitu:
 Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori
 Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia,
 > 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia
malayi.
 Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening
sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang
dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.
 Gejala akut:
 peradangan kelenjar dan
 saluran getah bening
(adenolimfangitis) terutama di
daerah pangkal paha dan ketiak,
pembesaran skrotum/vagina yang
pembengkakan(edema)nya
bersifat permanen,tapi dapat pula
di daerah lain
 Gejala kronis terjadi akibat
penyumbatan aliran limfe
terutama di daerah yang sama
dengan terjadinya peradangan dan
menimbulkan gejala seperti kaki
gajah (elephantiasis), dan
hidrokel(penumpukan cairan pada
alat vital.
1. Wucehereia bancrofti
 Hospes utama : manusia
 Hospes
intermediet/perantara :
nyamuk
 Penyakit : wukereriasis =
filariasis bankrofti
 Penyebaran Geografik:
 Daerah iklim tropis
seluruh dunia meliputi
Asia, Pasifik, Afrika,
Amerika Selatan, serta
Kepulauan Karibia.
Morfologi
 Hidup di saluran kelenjar limfe, bentuk halus mirip benang,
berwarna putih susu.
 Cacing betina panjangnya ( 65-100) x 0,25 mm, sedangkan
cacing jantan 40 x 0,1 mm.
 Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria, yang hidup di
darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu tertentu
(periodisitas).
 W. Bancrofti berperiodisitas nokturna, artinya mikrofilaria
hanya terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam.
 Pada siang hari mikrofilaria terdapat dikapiler alat-alat
dalam (paru, jantung, ginjal, dan sebagainya).
 Di dearah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk
Culek quinquefasciatus.
 Di pedesaan vaktornya adalah nyamuk Anopheles atau
Aedes.
Perbandingan Cacing Betina dan Jantan Wucehereia bancrofti
Siklus Hidup
Cacing dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria yg masih
bersarung mnju ke peredaran drh tepi. Pd saat nyamuk
menggigit, mikrofilaria ikut terhisap dan melepaskan
sarungnya di lambung nyamuk, menembus dinding lambung
dan bersarang di antara otot2 toraks. Mengalami
perkembangan (stadium I---stadium II----stadium---III).
Bergerak menuju rongga abdomen---alat tusuk nyamuk.
Ketika nyamuk yg mengandung mikrofilaria stadium III
(bentuk infektif) ini menggigit manusia, maka akan masuk ke
tubuh manusia dan bersarang pd kelenjar limfe setempat dan
tumbuh menjadi stadium IV dan V (dewasa).
 Cara infeksi : gigitan nyamuk vektor yang
mengandung larva filaria stadium III
 Di perkotaan :
Culex quinquefasciatus
 Di pedesaan :
Anopheles atau Aedes.
Patologi dan gejala klinis
 Cacing dewasa :
 Stadium akut : limfadenitis dan limfangitis retrograd,
funikulitis, epididimitis dan orkitis
 Stadium kronis : hidrokel, limfedema dan elefantiasis
seluruh tungkai, seluruh lengan, dan alat kelamin,
kadang-kadang kiluria.
 Mikrofilaria:
1). Stadium mikrofilaremia.
2). Stadium akut: limfadenitis dan limfangitis
3). Stadium menahun: hidrokel
Infeksi Wuchereria bancrofti Hidrokel dan lymph scorotum
Diagnosis
 Gejala klinis
 Laboratorium :
 Parasitologi :
 Menemukan mikrofilaria dalam darah tepi , cairan hidrokel aatau
cairan kiluria
 Diferensiasi spesies dan stadium filaria dgn pelacak DNA
 Radiodiagnosis:
 USG pada skrotum
 Limfosintigrafi
 Imunologi
 ELISA
 Immunochromatographic test (ICT)
Penyakit Yang Disebabkan
 Pada stadium akut :
limfadenitis, limfadenitis
retrograd, dan elefantiasis
 Dapat mengenai alat
genital
 Limfadenitis padaWuchereria
bancrofti sampai ke alat
genital
Pencegahan
 Satu-satunya cara pencegahan penyakit kaki gajah ini adalah
dengan berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
vektor, misalnya, menggunakan kelambu bula akan sewaktu
tidur. Menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk,
menggunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk baker,
mengoles kulit dengan obat antinyamuk.
 Atau, memberantas nyamuk dengan membersihkan tanaman air
pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk.
Menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air
sebagai tempat perindukan nyamuk. Serta membersihkan
semak-semak di sekitar rumah.
Pengobatan
 DEC (dietilkarbamasiin sitrat), 6 mg DEC/kg BB/hari,
selama 12 hari (dibagi dalam 3 pemberian). Umumnya
memerlukan cure 2-3 kali.
 Kemungkinan efek samping dari penggunaan obat ini
adalah demam, mual, dan muntah. Kadang-kadang
limfadenitis/limfangitis. Efek samping ini bersifat
sementara, hilang dengan sendirinya dalam waktu 2-5 hari.
 Untuk mengurangi efek samping obat, DEC diberikan
dosis yang lebih rendah, namun untuk waktu yang lebih
lama agar dosis totalnya sama.
 Atau obat diberikan seminggu sekali, sebulan sekali, atau
setahun sekali. Ini terutama untuk pengobatan masal.
Tahap yang diobati adalah stadium mikrofilaria, stadium
akut, limfedema, chyluria (kiluria) dan stadium dini
elefantasis.
 Hidrokel dan elefantasis lanjut biasanya harus
ditanggulangi dengan pembedahan.
 Catatan: Obat DEC tidak berkhasiat untuk pencegahan.
2. Loa-loa
 Hospes : Manusia
 Penyakit : loaiasis = Calabar
swelling (fugitive swelling)
 Penyebaran geografik :
daerah katulistiwa berhutan
(rain forest) Afrika tropis
bagian Barat.
Morfologi
 Cacing dewasa hidup dalam jaringan subkutan
 Mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah pada
siang hari
 Mikrofilaria bersarung, dapat ditemukan dalam urin,
sputum, kadang-kadang dalam cairan sumsum tulang
blakang
 Vektor : lalat Chrysops
 ukuran:
C.dewasa ♀50-70mmx0,5mm. Sdgkn ♂30-34mm x0,35-
0,43mm.
 Mikrofilaria bersarung:
250-300mikron x 6-8,5mikron.
 Vektor:
lalat Chrysops.

 Daur Hidup
mikrofilaria yg berada dlm darah dihisap o/lalat, dan tumbuh
mnjd bentuk infektif ±10hari. Siap ditularkan ke tubuh
MC(hospes), mnjd dewasa ± 1-4 thn, mengeluarkan
mikrofilaria, dst........
Siklus Hidup
Patologi dan gejala klinik
 Cacing dewasa dalam jaringan subkutan dan mikrofilaria
dalam darah tidak menimbul-kan gejala
 Cacing dewasa dapat ditemukan di seluruh tubuh 
gangguan di konjungtiva mata
 Kelainan khas  calabar swelling atau fugitive swelling
 Bila masuk ke otak ensefalitis
Diagnosis
 Menemukan mikrofilaria dalam darah yang diambil pada
siang hari
 Menemukan cacing dewasa dari conjunctiva mata atau dalam
jaringan subkutan.

Pengobatan
 DEC 2 mg/kg bb, 3 x sehari sesudah makan selama 14 hari
 Cacing dewasa pada mata dengan operasi.
Epidemiologi
 Daerah endemi adalah daerah lalat Chrysops silacea dan C.
dimidiata dgn tempat perindukan di hutan berhujan dng
kelembaban tinggi
Pencegahan
 Pengobatan secara teratur terhadap penderita
 Mengadakan pemberantasan vektor dan mencegah gigitan
vektor tersebut
 Jangan sering-sering masuk hutan
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai