Disusun Oleh:
Kelompok 4 :
2020
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai
diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang.
Sebenarnya penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan
mulai diselidiki lebih mendalam ditahun 1800 untuk mengetahui penyebaran, gejala
serta upaya mengatasinya. Baru ditahun 1970, obat yang lebih tepat untuk
mengobati filarial ditemukan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus
cukup banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria
bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa
cacing jenis Brugia dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di
Indonesia, sementara cacing jenis Brugia timori hanya didapatkan di Nusa Tenggara
Timur, khususnya di pulau Timor. Di dunia, penyakit ini diperkirakan mengenai
sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik, Afrika, Amerika Selatan dan
kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui nyamuk dengan
periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Indonesia
sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex,
nyamuk Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya
ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat
ditemukan di daerah-daerah rural. (Riyanto,harun.2010)
2. Definisi Kasus
Filariasis adalah suatu penyakit yang sering pada daerah subtropik dan
tropik, disebabkan oleh parasit nematoda pada pembuluh limfe.
(Witagama,dedi.2009) Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik
yang disebabkan sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening,
menimbulkan gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran
getah bening, edema dan gejala kronik berupa elefantiasis. Filariasis ialah penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)
3. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti,
Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh
manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini
menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili Filaroidea,
family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6
tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak
cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.
Penyebarannya diseluruh Indonesia baik di pedesaan maupun diperkotaan. Nyamuk
merupakan vektor filariasis Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk yang diketahui
bertindak sebagai vektor dari genus: mansonia, culex, anopheles, aedes dan
armigeres. Mikrofilaria mempunyai periodisitas tertentu tergantung dari spesies dan
tipenya.Di Indonesia semuanya nokturna kecuali type non periodic Secara umum
daur hidup ketiga spesies sama Tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan
keadaan lingkungan habitatnya. ( Got, sawah, rawa, hutan )
4. Klasifikasi
Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai.
Limfedema tungkai ini dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
a. Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal
(reversibel) bila tungkai diangkat.
b. Tingkat 2. Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat kembali normal
(irreversibel) bila tungkai diangkat.
c. Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal (irreversibel)
bila tungkai diangkat, kulit menjadi tebal.
d. Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada
kulit (elephantiasis). (T.Pohan,Herdiman,2009)
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada
sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh
reaksi hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis. Dalam
proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis akut
berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik.
Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya,
tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya
mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya
sebagian tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik,
dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian
menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk
kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala
klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai
panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita
dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama.
Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis
masih dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang
mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.
(Witagama,dedi.2009)
Filariasis bancrofti Pada filariasis yang disebabkan Wuchereria bancrofti
pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering terkena disusul funikulitis,
epididimitis dan orchitis. Limfadenitis inguinal atau aksila, sering bersama
dengan limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15
hari. Serangan biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun.
Filariasis brugia Pada filariasis yang disebabkan Brugia malayi dan Brugia
timori limfadenitis paling sering mengenai kelenjar inguinal, sering terjadi
setelah bekerja keras. Kadang-kadang disertai limfangitis retrograd.
Pembuluh limfe menjadi keras dan nyeri, dan sering terjadi limfedema
pada pergelangan kaki dan kaki. Penderita tidak mampu bekerja selama
beberapa hari. Serangan dapat terjadi 12 kali dalam satu tahun sampai
beberapa kali perbulan. Kelenjar limfe yang terkena dapat menjadi abses,
memecah, membentuk ulkus dan meninggalkan parut yang khas, setelah
3 minggu hingga 3 bulan
Filariasis bancrofti Keadaan yang sering dijumpai adalah hidrokel. Di
dalam cairan hidrokel dapat ditemukan mikrofilaria. Limfedema dan
elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai bawah, skrotum, vulva
atau buah dada, dengan ukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari
ukuran asalnya. Chyluria dapat terjadi tanpa keluhan, tetapi pada
beberapa penderita menyebabkan penurunan berat badan dan kelelahan.
Elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah.
Ukuran pembesaran ektremitas umumnya tidak melebihi 2 kali ukuran
asalnya. (Witagama,dedi.2009)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis
klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and
Chronic Disease Rate).
Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis
filariasis adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan
gejala menahun.
b. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan
siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara
morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
c. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe
inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak
(filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang
dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik,
sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
d. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi
dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang
diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremia, tidak
membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi
metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih mendekati
diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O. gibsoni
menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W. bancrofti di
Papua New Guinea. (Marty,Aileen,M.2009)
7. Penatalaksanaan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik
untuk filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal.
Obat ini ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan
reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan
atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh,
persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi, muntah dan
serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses,
ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping
sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari
dan lebih sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi
beberapa hari setelah pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah beberapa
hari sampai beberapa minggu dan sering ditemukan pada penderita dengan gejala
klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan obat simtomatik.
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan
rawa dan saluran air
3. Mencegah gigitan nyamuk
a. Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
b. Menggunakan repellent
Nyamuk
Menggigit manusia
Terjadi
pembengkakan
Kaki
membesar
MK:
Gangguan
mobilitas fisik
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaraan composmentis
TTV :
TD : 130/60 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Irama : Teratur
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,500 C daerah Axila
Kepala
a. Bentuk kepala : simetris asimetris
b. Cephalon hematome : tidak ada
c. Warna rambut : hitam
d. Keadaan rambut : baik
e. Kulit kepala : kotor dan bau
f. Lesi : bersih ketombe
g. Bengkak/benjolan : tidak ada
h. Nyeri/pusing : tidak ada
i. Keluhan lain : tidak ada
Mata/Penglihatan
a. Ketajaman penglihatan : baik
b. Alis : tebal dan lebat
c. Simetris : ya
d. Sclera : putih dan jernih kebiruan kuning/ikterik
e. Pupil : baik
f. Konjungtiva : an anemis
g. Bola mata : baik
h. Gerakan bola mata : baik
i. Lapang pandang : baik
j. Kornea dan iris : baik
k. Peradangan : tidak ada
l. Keluhan penglihatan : tidak ada
Hidung/penciuman
a. Ukuran : kecil
b. Bentuk : mancung
c. Kesimetrisan : simestris
d. Warna : kemerahan
e. Fungsi penciuman : baik
f. Perdarahan : tidak ada
Telinga pendengaran
a. Warna : merah muda
b. Lesi : tidak ada
c. Cerumen : dalam batas normal
d. Membran timpani : baik
e. Fungsi pendengaran : baik
f. Nyeri : tidak ada
Pengecapan
a. Warna lidah : merah muda
b. Kelembapan lidah : lembab
c. Keadaan lidah : normal
d. Caries : tidak ada
e. Keadaan gusi : normal
f. Fungsi pengunyah : belum sempurna
g. Fungsi mengecap : normal
h. Fungsi bicara : normal
i. Bau mulut : normal
j. Reflek menelan : baik
Dada/pernafasan
a. bentuk : simetris
b. suara nafas : tidak ada bunyi tambahan
c. perkusi dada : bronkovesikuler
d. ekspansi paru : baik
e. batuk : tidak ada
f. sputum : tidak ada
g. nyeri dada : tidak ada
h. pergerakan ronggga dada : retraksi
kardiovaskuler
a. Ukuran jantung : normal
b. Bunyi jantung I : normal (lup)
c. Bunyi jantung II : normal (dup)
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
e. Nyeri dada : tidak ada
f. Palpitasi : tidak ada
g. Edema : tidak ada
h. Jari-jari tabuh : tidak ada
Abdomen/pencernaan
a. bising usus : 10X/menit
b. keadaan hepar : normal
c. keadaan limfa : normal
d. nyeri tekan : tidak ada
e. benjolan-benjolan : tidak ada
f. ascietas : tidak ada
Muskuloskeletal
a. Kekuatan otot : 2
b. Tonus otot : buruk
c. Kaku sendi : ada
d. Atropi : tidak ada
e. Trauma/lesi : tidak ada
f. Nyeri : panas dan sakit pada bagian pangkal
sampai ujung kaki
g. Kecacatan/deformitas : tidak ada
h. Eksermitas atas : baik
i. Ekstermitas bawah : kaki klien tampak besar sebelah, nyeri
tekan (+), non piting edema (+), klien mengatakan panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal hingga ujung kaki. Klien tampak meringis ketika
berjalan, nyeri bertambah saat kaki klien bergerak.
Integumen kulit
a. Warna : normal
b. Tekstur : halus / licin, fleksibel, lunak
c. Kelembapan : baik
d. Suhu kulit : hangat normal
e. kelainan warna : tidak ada
f. Pucat : tidak
g. Bau kulit : khas
h. Pigmentasi : normal
I keadaan kuku : panjang
j. kebersihan kuku : baik
hasil laboratorium
a. pemeriksaan darah
Hb 10,8 gr/dl, leukosit 12.000/mm3, Ht 36,80%, trombosit 423.000/mm3,
eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit
15%, monosit 1%.
i. Interpretasi laboratorium
Nilai Normal Kasus Keterangan
Hb 12-16 g/dl 10,8 g/dl ↓
Ht 37-47 % 36,80 % ↓
Leukosit 5.000-10.000/mm³ 12.000/mm³ naik
Trombosit 150-450 x 103/mm³ 423.000/mm³ Normal
ii. Interpretasi hasil kajian leukosit
Diftel Nilai Normal Kasus Keterangan
Eosinofil 1-3 20 ↑↑
Basofil 0-1 4 ↑
Neutrofil batang 2-6 40 ↑↑
Neutrofil segmen 50-70 20 ↓
Limfosit 20-40 15 ↓
Monosit 2-8 1 ↓
Dari pemeriksaan darah jari ditemukan Parasit → Mikrofilaria : inti tubuh
teratur, ujung ekor runcinng, tidak berinti, dan seluruh tubuh (W. bancrofti)
transparan.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan :
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
Nyeri berhubunga dengan pembengkakan kelenjar limfe
Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
Mobilitas terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota
tubuh
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada
kulit
5. Intervensi Keperawatan
C. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya
yaitu:
1. Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di di wilayah
tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok
cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea.
2. Penyakit kaki gajah (filariasis) ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan
mikroskopisis darah.
3. Filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi
kontak dengan vektor)
4. Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis
dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat
membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang
5. DAFTAR PUSTAKA