Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus (Case Report) Penyakit Filariasis

Disusun Oleh:

Kelompok 4 :

1. Okta Vianti Sekarwati (19613286)


2. Sherlla Nindy Oktaviana (19613323)
3. Mely Ayu Lestari (19613329)
4. Mey Nikita Rosa (19613320)
5. Eplin Febriana Putri (19613286)
6. Malik Akbar Ihsan (19613338)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai
diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang.
Sebenarnya penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan
mulai diselidiki lebih mendalam ditahun 1800 untuk mengetahui penyebaran, gejala
serta upaya mengatasinya. Baru ditahun 1970, obat yang lebih tepat untuk
mengobati filarial ditemukan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus
cukup banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria
bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa
cacing jenis Brugia dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di
Indonesia, sementara cacing jenis Brugia timori hanya didapatkan di Nusa Tenggara
Timur, khususnya di pulau Timor. Di dunia, penyakit ini diperkirakan mengenai
sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik, Afrika, Amerika Selatan dan
kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui nyamuk dengan
periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Indonesia
sebagian  besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex,
nyamuk Aedes dan pada  jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya
ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat
ditemukan di daerah-daerah rural. (Riyanto,harun.2010)

2. Definisi Kasus
Filariasis adalah suatu penyakit yang sering pada daerah subtropik dan
tropik, disebabkan oleh parasit nematoda pada pembuluh limfe.
(Witagama,dedi.2009) Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik
yang disebabkan sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening,
menimbulkan gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran
getah bening, edema dan gejala kronik berupa elefantiasis. Filariasis ialah penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)

3. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti,
Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh
manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini
menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili Filaroidea,
family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6
tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak
cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.
Penyebarannya diseluruh Indonesia baik di pedesaan maupun diperkotaan. Nyamuk
merupakan vektor filariasis Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk yang diketahui
bertindak sebagai vektor dari genus: mansonia, culex, anopheles, aedes dan
armigeres. Mikrofilaria mempunyai periodisitas tertentu tergantung dari spesies dan
tipenya.Di Indonesia semuanya nokturna kecuali type non periodic Secara umum
daur hidup ketiga spesies sama Tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan
keadaan lingkungan habitatnya. ( Got, sawah, rawa, hutan )

4. Klasifikasi
Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai.
Limfedema tungkai ini dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
a. Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal
(reversibel) bila tungkai diangkat.
b. Tingkat 2. Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat kembali normal
(irreversibel) bila tungkai diangkat.
c. Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal (irreversibel)
bila tungkai diangkat, kulit menjadi tebal.
d. Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada
kulit (elephantiasis). (T.Pohan,Herdiman,2009)

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada
sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh
reaksi hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis. Dalam
proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis akut
berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik.
Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya,
tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya
mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya
sebagian tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik,
dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian
menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk
kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala
klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai
panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita
dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama.
Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis
masih dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang
mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.
(Witagama,dedi.2009)
Filariasis bancrofti Pada filariasis yang disebabkan Wuchereria bancrofti
pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering terkena disusul funikulitis,
epididimitis dan orchitis. Limfadenitis inguinal atau aksila, sering bersama
dengan limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15
hari. Serangan biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun.
Filariasis brugia Pada filariasis yang disebabkan Brugia malayi dan Brugia
timori limfadenitis paling sering mengenai kelenjar inguinal, sering terjadi
setelah bekerja keras. Kadang-kadang disertai limfangitis retrograd.
Pembuluh limfe menjadi keras dan nyeri, dan sering terjadi limfedema
pada pergelangan kaki dan kaki. Penderita tidak mampu bekerja selama
beberapa hari. Serangan dapat terjadi 12 kali dalam satu tahun sampai
beberapa kali perbulan. Kelenjar limfe yang terkena dapat menjadi abses,
memecah, membentuk ulkus dan meninggalkan parut yang khas, setelah
3 minggu hingga 3 bulan
Filariasis bancrofti Keadaan yang sering dijumpai adalah hidrokel. Di
dalam cairan hidrokel dapat ditemukan mikrofilaria. Limfedema dan
elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai bawah, skrotum, vulva
atau buah dada, dengan ukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari
ukuran asalnya. Chyluria dapat terjadi tanpa keluhan, tetapi pada
beberapa penderita menyebabkan penurunan berat badan dan kelelahan.
Elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah.
Ukuran pembesaran ektremitas umumnya tidak melebihi 2 kali ukuran
asalnya. (Witagama,dedi.2009)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis
klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and
Chronic Disease Rate).
Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis
filariasis adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan
gejala menahun.
b. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan
siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara
morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
c. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe
inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak
(filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang
dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik,
sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
d. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi
dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang
diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremia, tidak
membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi
metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih mendekati
diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O. gibsoni
menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W. bancrofti di
Papua New Guinea. (Marty,Aileen,M.2009)
7. Penatalaksanaan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik
untuk filariasis  bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal.
Obat ini ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan
reaksi samping sistemik dan lokal yang  bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan
atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada  berbagai bagian tubuh,
persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi, muntah dan
serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses,
ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping
sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari
dan lebih sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi
beberapa hari setelah  pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah beberapa
hari sampai beberapa minggu dan sering ditemukan pada penderita dengan gejala
klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan obat simtomatik.
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%  
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan
rawa dan saluran air
3. Mencegah gigitan nyamuk
a. Menggunakan kawat nyamuk/kelambu  
b. Menggunakan repellent

Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu


dilaksanakan sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang
penanggulangan filariasis. Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis
beserta keluarga dan seluruh penduduk daerah endemis, dengan harapan
bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis segera memeriksakan diri ke
Puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler jari dan minum obat DEC secara
lengkap dan teratur serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.. Evaluasi hasil
pemberantasan dilakukan setelah 5 tahun, dengan melakukan pemeriksaan
vektor dan pemeriksaan darah tepi untuk deteksi mikrofilaria.
c. WOC

Nyamuk

Menggigit manusia

Parasit masuk merusak


jaringan

Masuk saluran getah


bening

MK: Peradangan Disfungsi Sirkulasi


Gangguan saluran dan sistem limfatik tersumbat
rasa nyaman kelenjar limfe
(nyeri)

Terjadi
pembengkakan

Kaki
membesar

MK:
Gangguan
mobilitas fisik

B. Laporan kasus secara teoritis (sesuai teori) mencakup :


1. Data Umum Pasien
a. Identitas Klien
Nama/inisial : Ny. S
Umur : 39 tahun
No. register : 785379
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pahlawan, Bangunsari, Ponorogo
Pendidikan terakhir : SLTA sederajat
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 27 Juli 2020
Tanggal pengkajian : 28 Juli 2020
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama/inisial : Tn. A
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pahlawan, Bangunsari, Ponorogo
Pendidikan terakhir : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Hub. Dengan klien : Suami
2. Pengkajian
a. Keluhan Utama
 Saat MRS
Klien mengeluh demam berulang-ulang selama 4 hari, demam hilang
bila istirahat dan demam akan muncul lagi ketika bekerja berat.
 Saat Pengkajian
Klien mengeluh masih demam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan merasakan nyeri, panas, dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki kearah ujung kaki dengan skala nyeri, nyeri terasa berulang-
ulang.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, tidak
pernah dioperasi atau tidak pernah menderita penyakit apapun. Klien tidak
alergi terhadap obat-obatan.
d. Pola Sehari-hari
1) Nutrisi-Cairan
Keadaan sejak sakit
 Nafsu makan : baik  
 Frekuensi makan : 3x/sehari
 Jumlah makan yang masuk : satu piring
 Diet : tidak ada
 Ketaatan terhadap diet tertentu : tidak ada
 Mual/enek : tidak ada
 Muntah : tidak ada
 Nyeri ulu hati : tidak ada
 Jumlah minum/24 jam : 600 ml/24 jam  
 Jenis minum : susu formula, air putih
 Keluhan makan dan minum : tidak ada
2) Eliminasi
Keadaan sejak sakit
 Frekuensi BAB/24 jak : 1x/24 jam  
 Waktu BAB : pagi
 Warna feses : kuning
 Konsistensi : semi solid
 Bentuk feses : lunak
 Penggunaaan pencahar : tidak ada
 Keluhan BAB : tidak ada
 Frekuensi BAK/24 jam : 4-6x/24 jam
 Warna urine : kuning  
 Volume urine : 200-300 ml
 Bau urine : khas
 Melena : tidak ada
 Konstipasi : tidak ada
 Kolostomi : tidak ada
 Sering menahan BAK : tidak  
 Keluhan BAK : tidak ada
3) Tidur istirahat
keadaan sejak sakit
 Tidur siang : tidak
 Bila ya berapa jam : -
 Tidur malam : 4 jam
 Kebisaan sebelum tidur : minum susu
 Keluhan tidur : sering terbangun (nyeri)
 Ekspresi wajah mengantuk : ada
 Banyak menguap : ada
4) Data Psikologis
 Persepsi tentang penyakit : tidak mengetahui penyakit
 Suasana hati : sedih
 Daya konsentrasi : kurang
 Koping : baik
 Konsep diri : baik

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaraan composmentis
TTV :
TD : 130/60 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Irama : Teratur
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,500 C daerah Axila
Kepala
a.       Bentuk kepala                   : simetris asimetris
b.      Cephalon hematome         : tidak ada
c.       Warna rambut                   : hitam
d.      Keadaan rambut               : baik
e.       Kulit kepala                      : kotor dan bau
f.       Lesi                                   : bersih ketombe
g.      Bengkak/benjolan             : tidak ada
h.      Nyeri/pusing                      : tidak ada
i.        Keluhan lain                      : tidak ada
 
Mata/Penglihatan
a.       Ketajaman penglihatan     : baik
b.      Alis                                    : tebal dan lebat
c.       Simetris                             : ya
d.      Sclera                                : putih dan jernih kebiruan kuning/ikterik
e.       Pupil                                  : baik
f.       Konjungtiva                      : an anemis
g.      Bola mata                          : baik
h.      Gerakan bola mata            : baik
i.        Lapang pandang               : baik
j.        Kornea dan iris                  : baik
k.      Peradangan                       : tidak ada
l.        Keluhan penglihatan         : tidak ada
 
Hidung/penciuman
a.       Ukuran                              : kecil
b.      Bentuk                              : mancung
c.       Kesimetrisan                     : simestris
d.      Warna                               : kemerahan
e.       Fungsi penciuman             : baik
f.       Perdarahan                        : tidak ada
 
Telinga pendengaran
a.       Warna                               : merah muda
b.      Lesi                                   : tidak ada
c.       Cerumen                           : dalam batas normal
d.      Membran timpani : baik
e.       Fungsi pendengaran          : baik
f.       Nyeri                                 : tidak ada
 
Pengecapan
a.       Warna lidah                      : merah muda
b.      Kelembapan lidah             : lembab
c.       Keadaan lidah                   : normal
d.      Caries                                : tidak ada
e.       Keadaan gusi                    : normal
f.       Fungsi pengunyah             : belum sempurna
g.      Fungsi mengecap              : normal
h.      Fungsi bicara                     : normal
i.        Bau mulut                         : normal
j.        Reflek menelan                 : baik
 
Dada/pernafasan
a.       bentuk                               : simetris
b.      suara nafas                        : tidak ada bunyi tambahan
c.       perkusi dada                     : bronkovesikuler
d.      ekspansi paru                    : baik
e.       batuk                                 : tidak ada
f.       sputum                              : tidak ada
g.      nyeri dada                         : tidak ada
h.      pergerakan ronggga dada : retraksi
 
kardiovaskuler
a.       Ukuran jantung                 : normal
b.      Bunyi jantung I                 : normal (lup)
c.       Bunyi jantung II               : normal (dup)
d.      Bunyi jantung tambahan  : tidak ada
e.       Nyeri dada                        : tidak ada
f.       Palpitasi                             : tidak ada
g.      Edema                               : tidak ada
h.      Jari-jari tabuh                    : tidak ada
 
Abdomen/pencernaan
a.       bising usus                        : 10X/menit
b.      keadaan hepar                   : normal
c.       keadaan limfa                   : normal
d.      nyeri tekan                        : tidak ada
e.       benjolan-benjolan : tidak ada
f.       ascietas                              : tidak ada
 
Muskuloskeletal
a.       Kekuatan otot                   : 2
b.      Tonus otot                         : buruk
c.       Kaku sendi                        : ada
d.      Atropi                               : tidak ada
e.       Trauma/lesi                        : tidak ada
f.       Nyeri                                 : panas dan sakit pada bagian pangkal
sampai ujung kaki
g.      Kecacatan/deformitas       : tidak ada
h.      Eksermitas atas                 : baik
i.        Ekstermitas bawah            : kaki klien tampak besar sebelah, nyeri
tekan (+), non piting edema (+), klien mengatakan panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal hingga ujung kaki. Klien tampak meringis ketika
berjalan, nyeri bertambah saat kaki klien bergerak.
 
Integumen kulit
a.   Warna                    : normal
b.   Tekstur                   : halus / licin, fleksibel, lunak
c.   Kelembapan          : baik
d.   Suhu kulit             : hangat normal
e.   kelainan warna      : tidak ada
f.   Pucat                     : tidak
g.  Bau kulit               : khas
h.  Pigmentasi             : normal
I keadaan kuku        : panjang
j.   kebersihan kuku    : baik
 
hasil laboratorium
a.       pemeriksaan darah
Hb 10,8 gr/dl, leukosit 12.000/mm3, Ht 36,80%, trombosit 423.000/mm3,
eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit
15%, monosit 1%.
 
 i.  Interpretasi laboratorium
Nilai                            Normal                 Kasus              Keterangan
Hb                           12-16 g/dl             10,8 g/dl                    ↓
Ht                             37-47 %                36,80 %                   ↓
Leukosit           5.000-10.000/mm³           12.000/mm³             naik
Trombosit         150-450 x 103/mm³        423.000/mm³           Normal
                                                                                
   ii.   Interpretasi hasil kajian leukosit
Diftel                     Nilai Normal                Kasus             Keterangan
Eosinofil                     1-3                         20                       ↑↑
Basofil                        0-1                          4                        ↑
Neutrofil batang            2-6                        40                       ↑↑
Neutrofil segmen        50-70                      20                         ↓
Limfosit                    20-40                       15                         ↓
Monosit                      2-8                          1                         ↓
Dari pemeriksaan darah jari ditemukan Parasit → Mikrofilaria : inti tubuh
teratur, ujung ekor runcinng, tidak berinti, dan seluruh tubuh (W. bancrofti)
transparan.

4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan :
 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
 Nyeri berhubunga dengan pembengkakan kelenjar limfe
 Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
 Mobilitas terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota
tubuh
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada
kulit

5. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Peningkatan suhu NOC : NIC : 1. Mempengaruhi pusat
tubuh Setelah dilakukan 1. Berikan kompres pada pengaturan suhu di
tindakan daerah frontalis dan axial hipotalamus, mengurangi
berhubungan
keperawatan 2. Monitor vital sign, panas tubuh yang
dengan selama 3x24 jam terutama suhu tubuh mengakibatkan darah
peradangan pada suhu tubuh klien 3. Pantau suhu lingkungan vasokonstrksi sehingga
dalam batas normal. dan modifikasi lingkungan pengeluaran panas secara
kelenjar getah
sesuai kebutuhan, konduksi
bening. misalnya sediakan selimut 2. Untuk mengetahui
yang tipis kemungkinan perubahan
4. Anjurkan klien untuk tanda-tanda vital
banyak minum air putih 3. Dapat membantu dalam
5. Anjurkan klien memakai mempertahankan /
pakaian tipis dan menstabilkan suhu tubuh
menyerap keringat jika klien
panas tinggi 4. Diharapkan keseimbangan
6. Kolaborasi dengan tim cairan tubuh dapat
medis dalam pemberian terpenuhi
terapi pengobatan (anti 5. Dengan pakaian tipis dan
piretik) menyerap keringat maka
akan mengurangi
penguapan
6. Diharapkan dapat
menurunkan panas dan
mengurangi infeksi
2. Nyeri berhubunga NOC : NIC : 1. Meningkatkan relaksasi,
dengan Setelah dilakukan 1. Berikan tindakan memfokuskan kembali
tindakan kenyamanan (pijatan / perhatian dapat
pembengkakan
keperawatan selama atur posisi), ajarkan teknik meningkatkan koping
kelenjar limfe 3x24 jam nyeri yang relaksasi 2. Menentukan intervensi
dirasakan pada klien 2. Observasi nyeri (kualitas, selanjutnya dalam
berkurang atau intensitas, durasi dan mengatasi nyeri
hilang frekuensi nyeri) 3. Nyeri berat dapat
3. Anjurkan klien untuk menyebabkan syok dengan
melaporkan dengan merangsang sistem syaraf
segera apabila ada nyeri simpatis, mengakibatkan
4. Kolaborasi dengan tim kerusakan lanjutan
medis dalam pemberian 4. Diberikan untuk
terapi pengobatan (obat menghilangkan nyeri
analgetik)
3. Harga diri rendah NOC : NIC : 1. Memberi petunjuk bagi
berhubungan Setelah dilakukan 1. Dengarkan keluhan klien klien dalam memandang
tindakan dan tanggapan- dirinya, adanya perubahan
dengan
keperawatan selama tanggapannya mengenai peran dan kebutuhan, dan
perubahan fisik 3x24 jam masalah keadaan yang dialami berguna untuk memberikan
harga diri teratasi 2. Perhatikan perilaku informasi pada saat
dengan kriteria hasil: menarik diri, menganggap penerimaan
Klien akan: diri negatif, penggunaan 2. Mengidentifikasi tahap
 Menyatakan penolakan atau tidak kehilangan / kebutuhan
gambaran diri terlalu intervensi
lebih nyata mempermasalahkan 3. Melihat klien dalam
 Menunjukkan perubahan actual keluarga, mengurangi
beberapa 3. Anjurkan kepada orang perasaan tidak berguna,
penerimaan diri terdekat untuk tidak berdaya, dan
daripada memperlakukan klien perasaan terisolasi dari
pandangan secara normal (bercerita lingkungan dan dapat pula
idealisme tentang keluarga) memberikan kesempatan
 Mengakui diri 4. Terima keadaan klien, pada orang terdekat untuk
sebagai individu perlihatkan perhatian meningkatkan
yang mempunyai kepada klien sebagai kesejahteraan
tanggung jawab individu 4. Membina suasana
sendiri 5. Berikan informasi yang terapeutik pada klien untuk
akurat. Diskusikan memulai penerimaan diri
pengobatan dan prognosa 5. Fokus informasi harus
dengan jujur jika klien diberikan pada kebutuhan-
sudah berada pada fase kebutuhan sekarang dan
menerima segera lebih dulu, dan
6. Kolaborasi: rujuk untuk dimasukkan dalam tujuan
berkonsultasi atau rehabilitasi jangka panjang
psikoterapi sesuai dengan 6. Mungkin diperlukan
indikasi. Pengenalan sebagai tambahan untuk
perasaan tersebut menyesuaikan pada
diharapkan membantu
klien untuk menerima dan perubahan gambaran diri
mengatasinya secara
efektif
4. Mobilitas NOC : NIC : 1. Meningkatkan kekuatan
terganggu Setelah dilakukan 1. Lakukan Retang otot dan mencegah
tindakan Pergerakan Sendi (RPS) kekakuan sendi
berhubungan
keperawatan selama 2. Tingkatkan tirah baring / 2. Meningkatkan istirahat dan
dengan 3x24 jam klien akan duduk ketenangan, menyediakan
pembengkakan menunjukkan 3. Berikan lingkungan yang energi untuk penyembuhan
perilaku yang mampu tenang 3. Tirah baring lama dapat
pada anggota
kembali melakukan 4. Tingkatkan aktivitas meningkatkan kemapuan
tubuh aktivitas sesuai toleransi 4. Menetapkan kemampuan /
5. Evaluasi respon klien kebutuhan klien dan
terhadap aktivitas memudahkan pilihan
intervensi
5. Kelelahan dan membantu
keseimbangan

5. Kerusakan NOC : NIC : 1. Mengurangi resiko abrasi


integritas kulit Setelah dilakukan 1. Ubah posisi di tempat kulit dan penurunan
tindakan tidur dan kursi sesering
berhubungan tekanan yang dapat
keperawatan selama mungkin (tiap 2 jam
dengan bakteri, 3x24 jam klien akan sekali) menyebabkan kerusakan
defisit imun, lesi mempertahankan 2. Gunakan pelindung kaki, aliran darah seluler
keutuhan kulit, lesi bantalan busa / air pada
pada kulit 2. Tingkatkan sirkulasi udara
pada kulit dapat waktu duduk di kursi
hilang 3. Periksa permukaan kulit pada permukaan kulit untuk
kaki yang bengkak secara mengurangi panas /
rutin
kelembaban
4. Anjurkan klien untuk
melakukan rentang gerak 3. Kerusakan kulit dapat
5. Kolaborasi: rujuk pada terjadi dengan cepat pada
ahli kulit. Meningkatkan daerah-daerah yang
sirkulasi, dan mencegah
terjadinya dekubitus beresiko terinfeksi dan
nekrotik
4. Meningkatkan sirkulasi, dan
meningkatkan partisipasi
klien
5. Mungkin membutuhkan
perawatan professional
untuk masalah kulit yang
dialami

C. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya
yaitu:
1. Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di di wilayah
tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok
cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea.
2. Penyakit kaki gajah (filariasis) ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan
mikroskopisis darah.
3. Filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi
kontak dengan vektor)
4. Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis
dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat
membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang
5. DAFTAR PUSTAKA

Aza, V3. 2011. Askep Filariasis. URL:


http://v3aza.blogspot.com/2011/05/askep-filariasis.html. Diakses pada tanggal 24 Juli
2020.
Echasite. 2010. Filariasis. URL:
https://www.scribd.com/doc/216963890/ASkep-Filariasis. Diakses pada tanggal 31
Juli 2020
Kurniawan, Dede. 2011. ASKEP FILARIASIS. URL:
https://www.academia.edu/34179859/ASKEP_FILARIASIS. Diakses pada tanggal 24
Juli 2020.
Rokhmah, Lailatur. 2016. filariasis dan ascariasis.docx. URL:
https://www.academia.edu/32388109/filariasis_dan_ascariasis.docx. Diakses pada
tanggal 27 Juli 2020.

Anda mungkin juga menyukai