Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (CYSTITIS)


DI RUANG DAHLIA
RS WIJAYA KUSUMA LUMAJANG

PERIODE TANGGAL 29 APRIL – 5 MEI 2019

Oleh:

NAMA : DEVI AULIA PUTRI


NIM : 172303101037

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA
TANGGAL ................................. 2019

MAHASISWA

..................................................
NIM. ......................................

MENGETAHUI,
PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMI

....................................................... .......................................................
NIP. .............................................. NIP. ..............................................

KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke dalam
kandung kemih. (Prabowo & Pranata, 2014)
Sistitits (Cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh
bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2009).

B. Etiologi
Penyebab dari sistitis antara lain (Lyndon Saputra, 2009) :
1. Pada wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih diakibatkan oleh infeksi ascenden
yang berasal dari uretra dan seringkali berkaitan dengan aktivitas seksual.
2. Pada pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari uretra atau prostat tetapi agaknya
lebih sering bersifat sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus urinarius.
3. Mungkin berkaitan dengan kelainan kongenital traktus genitourinarius, seperti “blader
neck obstruction:, stasis urine, refluks ureter dan “neurogenic bladder”.
4. Lebih sering terjadi pada penderita diabetes.
5. Dapat meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau diafragma yang
tidak terpasang dengan tepat.
6. Kateterisasi urine mungkin menyebabkan infeksi.
Etiologi dari cystitis berdasarkan jenisnya menurut Taber (1994), yaitu :
a. Infeksi :
 Bakteri
Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara normal terletak
pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal dari retra dapat
menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus.

 Jamur
Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.
 Virus dan parasit
Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi. Contohnya adalah
trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada dalam urin.

b. Non infeksi :

 Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya


cyclophosphamide/cytotaxan, Procycox).
 Radio terapi
 Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous)

c. Patofisiologi dan Pathway


1. Patofisiologi
Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan
oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara
hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik
dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat
misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan
berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih.
Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti E.
Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu sendiri
dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir
kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke atas ke
ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis seperti maka bakteri mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih alkalis
sehingga menyuburkan pertumbuhannya.Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih
dapat melalui :

1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang
terinfeksi.

2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah


yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari
suplai jantung ke ginjal.

3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui
helium ginjal.

4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal
ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran
hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang mempengaruhi terjadnya infeksi adalah
virulensi (kemampuan untuk menimbukan penyakit) dari organisme, ukuran dari jumlah
mikroorganisme yang masuk dalam tubuh, dan keadekuatan dari mekanisme pertahanan
tubuh. Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan
tubuh alami pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya infeksi,
normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus dinding mukosa bladder. Lapisan mukosa
bladder tersusun dari sel-sel urotenial yang memproduksi mucin yaitu unsur yang membantu
mempertahankan integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder.
Mucin juga mencegah bakteri melekat pada selurotelial. Selain itu pH urine yang asam dan
penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi urin dalam batas tetap, berfungsi untuk
mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan sistem urin akan
mengeluarkannya.
2. Pathway
sumber : taber 1994
d. Manifestasi Klinis
Pasien sistitis mengalami urgency, sering berkemih,rasa panas dan nyeri pada saat
berkemih, nokturia dan nyeri atau spasme pada area kandung kemih serta suprapubis. Piuria
(adanya sel darah putih dalam urine), bakteri dan sel darah merah (hematuria) ditemukan pada
pemeriksaan urine. Kit kultur memberikan informasi kualitatif yang umum mengenai jumlah
koloni bakteri dan mengidentifikasi apakah organisme gram negarif atau positif (Brunner &
Suddarth, 2002).
Tanda dan gejala (Lyndon Saputra, 2002) :
1. Disuria (nyeri saat berkemih), polakisuria (kencing sedikit-sedikit dan sering),
nokturia (kencing pada malam hari), rasa tidak enak di daerah suprapubis, nyeri tekan
pada palpasi di daerah suprapubis.
2. Gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang menggigil, sering lebih nyata pada
anak-anak, kadang-kadang tanpa gejala atau tanda-tanda infeksi lokal dari traktus
urinarius.
3. Urine keruh dan mungkin berbau tidak enak dengan leukosit, eritrosit dan organisme.
Menurut Taber (1994), secara umum tanda dan gejala cystitis adalah :
a. Disuria.
b. Rasa panas seperti terbakar saat kencing.
c. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah.
d. Urgensi (rasa terdesak saat kencing).
e. Nokturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan kapasitas
kandung kemih).
f. Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna.
g. Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan).
h. Retensi, yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya.
i. Nyeri suprapubik

e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan chystitis menurut Grace dan
Borley (2007) yaitu :

 Urinalisis dengan makroskopik yaitu urin berwarna keruh dan berbau, dan dengan
mikroskopik yaitu piuria, hematuria, dan bakteriuria. Leukosuria atau piuria terdapat
>5/lapang pandang besar sedimen air kemih dan hematuria 5-10 eritrosit/lpb sedimen
air kemih.

 Kultur Urin, dilakukan untuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.

 Sistograf, dilakukan bila pada anamnesa ditemukan hematuria atau peda pemeriksaan
urin ditemukan mikrohematuria, yaitu untuk mengetahui asal dari perdarahan yang
ada.
 Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL).

 Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria, keganasan batu yang menjadi penyebab
dasar.

 Jika terdapat obstruksi, scan ultrasonografi ginjal dan kandung kemih, IVU (kelainan
struktural), dan sistoskopi.

f. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Uncomplicated sistitis
Wanita diterapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari sesuai hasil
kultur). Obat pilihan yang sensitif terhadap E. Coli : nitrofurantoin, trimetropim-
sulfametoksaksol atau ampisilin.
Laki-laki diterapi selama 7-10 hari dengan antibiotik. Lakukan kultur untuk
menigkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping mual, diare, kemerahan dan
kandidiasis vagina.
b. Antikolinergik (propanthelin bromide)
Untuk mencegah hiperiritabilitas kandung kemih dan fenazopiridin hidroklorid
sebagai antisepik pada saluran kemih.

2. Non Farmakologi
a. Jus Ketimun
Jus mentimun merupakan salah satu pengobatan rumah paling berguna dalam
pengobatan sistitis. Ini adalah diuretik yang sangat efektif. Secangkir jus ini, dicampur
dengan satu sendok teh madu dan satu sendok makan air jeruk nipis segar, harus diberikan
tiga kali sehari.

b. Daun Lobak
Jus dari daun lobak berharga dalam sistitis. Secangkir jus ini harus diberikan
sekali dalam sehari, di pagi hari, selama dua minggu.

c. Bayam
Sejumlah 100 ml jus bayam segar, diambil dengan kuantitas yang sama tender air
kelapa dua kali sehari, dianggap bermanfaat dalam pengobatan sistitis. Bertindak sebagai
diuretik yang sangat efektif dan aman karena tindakan gabungan dari kedua nitrat dan
kalium.
d. Lemon
Lemon telah terbukti berharga dalam sistitis. Sebuah sendok teh jus lemon harus
diletakkan dalam 180 ml air mendidih. Kemudian harus dibiarkan dingin dan 60 ml air ini
harus dilakukan setiap dua jam dari 8 pagi sampai 12 siang untuk perawatan kondisi ini.
Hal ini memudahkan sensasi terbakar dan juga menghentikan pendarahan di Sistitis

e. Barley
Masing-masing setengah gelas bubur gandum, dicampur dengan mentega dan jus
jeruk nipis setengah, adalah diuretik yang sangat baik. Hal ini bermanfaat dalam
pengobatan sistitis, dan dapat diambil dua kali sehari.

f. Minyak Cendana
Minyak cendana juga dianggap berharga dalam penyakit ini. Minyak ini harus
diberikan dalam dosis lima tetes pada awal dan berangsur-angsur meningkat sampai
sepuluh untuk 30 tetes. Kemanjuran minyak ini dapat ditingkatkan dengan penambahan
satu sendok teh biji karambol dicampur dalam segelas air, atau sepuluh gram jahe
dicampur dalam secangkir air.

g. Komplikasi
1. Pyelonefritis
2. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis)

3. Pembentukan abses ginjal atau perirenal.


4. Gagal ginjal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Riwayat tanda dan gejala urinarius didapatkan dari pasien yang diduga mengalami infeksi
traktus urinarius. Adanya nyeri sering berkemih, urgensi, dan hesistancy serta perubahan
dalam urin dikaji didokumentasikan dan dilaporkan. pola berkemih pasien dikaji untuk
mendeteksi faktor predisposisi terjadinya infeksi traktus urinarius. Pengosongan kandung
kemih yang tidak teratur, hubungan antara gejala infeksi traktus urinarius dengan hubungan
seksual, prakrek kontraseptif, dan hygiene personal dikaji. Pengetahuan pasien tentang resep
medikasi antimicrobial dan tindakan pencegahan juga dikaji. Selain itu, urin pasien dikaji
dalam hal volume, warna, konsentrasi, keabu-abuan dan baau yang semuanya itu akan beubah
dengan adanya bakteri dalam traktus urinarius (Tucker dkk, 1999).

B. Prioritas Masalah Keperawatan


a. Nyeri akut.

b. Hambatan Eliminasi Urine.

c. Resiko Infeksi

C. Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan 1 (Nyeri akut)
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan (international
association for the study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas
ringan hingga berat dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau di prediksi dan dengan
durasi kurang dari 3bulan.
b. Batasan karakteristik
- Perubahan selera makan - Focus menyempit
- Perubahan pada parameter - Keluhan tentang intensitas
fisiologis diaphoresis menggunakan standard skala nyeri
- Diaphoresis - Dilatasi pupil
- Perilaku distraksi - Perilaku protektif
- Bukti nyeri dengan menggunakan - Keluhan tentang karakteristik
standard daftar periksa nyeri nyeri dengan menggunakan
standard instrument nyeri
- Perilaku ekspresif - Focus pada diri sendiri
- Ekspresi wajah nyeri - Sikap melindungi area nyeri
- Sikap tubuh melindungi
c. Faktor yang berhubungan
1. Agens cedera biologis
2. Agens cedera kimiawi
3. Agens cedera fisik
d. Rencana tindakan
NOC NIC
1) Tujuan Tuliskan tindakan keperawatan yang dapat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
digunakan untuk mengatasi masalah
selama ..x.. jam diharapkan nyeri
keperawatan yang meliputi:
hilang/berkurang.
1. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi
2) Kriteria hasil
lokasi, intensitas, kualitas, durasi, dan
Indikator Awal Target
skala dengan PQRST.
Pasien mengatakan 2. Kontrol faktor lingkungan yang
nyeri hilang/
berkurang. mempengaruhi nyeri, seperti suhu

Skala nyeri ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.


3. Gunakan komunikasi terapeutik untuk
berkurang/turun
mengetahui pengalaman dan
Ekspresi wajah
tampak rileks penerimaan respon pasien terhadap
nyeri.
Pasien mengerti
4. Jelaskan faktor penyebab nyeri.
penyebab nyeri dan 5. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
cara
mencegahnya untuk mengurangi nyeri.
6. Ukur Tanda-tanda Vital (TTV) pasien.
TTV dalam batas Kolaborasi medis untuk pemberian
normal
analgetik.
Pasien menunjukkan
teknis relaksasi yang
efektif untuk
mengurangi nyeri
Keterangan :
1 : keluhan ekstrim
2 : keluhan berat
3 : keluhan sedang
4 : keluhan ringan
5 : tidak ada keluhan

2. Masalah Keperawatan 2 (Hambatan Eliminasi Urine)


a. Definisi
Disfungsi eliminasi urine
b. Batasan karakteristik
- Disuria - Inkontinensia urine
- Sering berkemih - Retensi urine
- Anyang-anyangan - Dorongan berkemih
- Nokturia

c. Faktor yang berhubungan


Penyebab multiple
d. Rencana tindakan
NOC NIC
1. Tujuan Tuliskan tindakan keperawatan yang dapat
Setelah dilakukan tindakan
digunakan untuk mengatasi masalah
keperawatan selama …x… jam
keperawatan yang meliputi:
diharapkan pasien dapat
1. Ukur dan catat urin setiap kali berkemih.
mempertahankan eliminasi urin secara
2. Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam.
adekuat
2. Kriteria hasil 3. Palpasi kandung kemih setiap 4 jam
Indikator Awal Target 4. Bantu pasien ke kamar kecil, memakai
Pasien dapat pispot/urinal.
berkemih setiap 3 jam 5. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi
Pasien tidak kesulitan berkemih yang nyaman.
pada saat berkemih 6. Melanjutkan terapi sesuai program untuk
Pasien dapat BAK pemberian obat.
dengan berkemih
Keterangan :
1 : keluhan ekstrim
2 : keluhan berat
3 : keluhan sedang
4 : keluhan ringan
5 : tidak ada keluhan

3. Masalah Keperawatan 3 (Resiko Infeksi)


a. Definisi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan
b. Faktor Risiko
- Gangguan peristaltis - Obesitas
- Gangguan integritas kulit - Merokok
- Vaksinasi tidak adekuat - Stasis cairan tubuh
- Malnutrisi - Kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan pathogen.

c. Kondisi Terkait
- Perubahan pH sekresi - Prosedur invasive
- Penyakit Kronis - Leukopenia
- Penurunan kerja siliaris - Pecah ketuban dini
- Penurunan haemoglobin - Pecah ketuban lambat
- Imunosupresi - Supresi respon inflamasi

d. Rencana tindakan
NOC NIC
1. Tujuan Tuliskan tindakan keperawatan yang dapat
Setelah dilakukan tindakan
digunakan untuk mengatasi masalah
keperawatan selama …x… jam
keperawatan yang meliputi:
diharapkan risiko infeksi tidak terjadi
1. Ukur TTV dan kaji suhu tubuh pasien
2. Kriteria hasil
setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas
Indikator Awal Target
38,5oC.
TTV dalam batas 2. Catat karakteristik urin.
normal 3. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter
Jumlah leukosit jika tidak ada kontra indikasi.
dalam batas normal 4. Anjurkan pasien untuk mengosongkan
Urin berwarna kandung kemih secara komplit setiap
bening dan tidak bau kali kemih.
5. Berikan perawatan perineal, pertahankan
Keterangan :
agar tetap bersih dan kering.
1 : keluhan ekstrim .
2 : keluhan berat
3 : keluhan sedang
4 : keluhan ringan
5 : tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., & Hackley, J. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3.
Jakarta: EGC.
Benson, R. C., & Pernoll, M. L. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Ferdinand, F., & Ariebowo, M. 2007. Praktis Belajar Biologi: untuk Kelas XI Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Visindo.
Grace, P. A., & Borley, N. R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: EMS.
Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Nainggolan, R. A. 2006. Sehat Alami Terapi Jus & Diet: Cara Alami Menaklukkan 99 Jenis
Penyakit. Jakarta: Agro Media Pustaka.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Sabiston, 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta: EGC.
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Suharyanto, Toto, & Madjid. A. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.
Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedariratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tucker, S. M., Canobbio, M. M., Paquette, E. V., & Wells, M. F. 1999. Standar Perawatan
Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi Edisi V Volume 4. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai