Disusun oleh :
Kelompok 6
A. Latar Belakang
Teori structural fungsional adalah sebuah teori yang berisi sudut pandang yang
menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling
berkaitan. Cirinya adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat. Masyarakat sama
dengan organisme biologis, karena mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar
masyarakat dapat melangsungkan hidupnya dan berfungsi dengan baik.
ciri kehidupan struktural sosial muncul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
merespon permintaan masyarakat sebagai suatu sistem sosial.
Teori struktural fungsional juga mengutamakan pandangan harmonisasi dan regulasi yang
dapat dikembangkan lebih jauh sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Keluarga
2. Mengetahui Pengertian Struktural Fungsional
3. Mengetahui Pendekatan teori struktural fungsional
4. Mengetahui Tokoh Struktural Fungsional
5. Mengetahui Struktual Fungsional menurut Beberapa Tokoh
6. Mengetahui Asumsi Teori Struktural Fungsional
7. Mengetahui Aplikasi Teori Struktural Fungsional Dalam Keluarga
BAB II
\
1. Pengertian Keluarga
Tujuan hidup manusia dimuka bumi selain mengabdi kepada Tuhannya ia juga mempunyai
tujuan yang dinamakan institusi keluarga sebagai akhir dari masa hidupnya, karena dengan
berkeluarga ini manusia akan mampu melestarikan generasi hidupnya. Dalam struktur keluarga
mempunyai urutan ataupun struktur yang runtut seperti halnya dalam institusi Negara ada pemimin,
wakil dan ada juga yang dipimpin, begitupun dalam institusi keluarga adanya suami sebagai
pemimpin, istri sebagai wakil, dan anak sebagai yang dipimpin.
Adapun pengertian keluarga itu sendiri adalah sebuah rumah tangga yang didalamnya
memiliki hubungan darah atau perkawinan ataupun menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi
instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekpresi keluarga bagi para anggotanya yang berada pada
satu struktur, serta mempunyai visi misi yang sama. (Sri Lestar. 2012, hal 6). Keluarga merupakan
kelompok primer yang terpenting dalam sebuah masyarakat. Secara historis keluarga merupakan
organisasi terbatas, yang pada awalnya mengadakan ikatan. Dengan kata lain keluarga disini
merupakan bagian dari masyarakat yang didalamya terdapat berbagai budaya. (Khairuddin. 1985, hal
10).
Sebelum lebih jauh membahas tentang struktural fungsional akan lebih baiknya lagi jika
diawali dengan sebuah pengertian apa itu struktur dan apa itu fungsional, dengan diawali pengertian
ini diharapkan akan leih mudah dalam memahami struktural fungsional.
Struktural jika didefinisikan berdasarkan kehadiran atau ketidak hadiaran anggota keluarga,
seperti kedua orang tua, anak laki-laki maupun perempuan, dan sebagainya. Pada definisi ini
memfokuskan kepada siapa yang akan menjadi bagian dari keluarga, sehingga dapat muncul
keluarga sebagai asal usul (families of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan
keturunan (families of procreation), dan keluarga batih (extended family), sedangkan fungsional
didefinisikan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Seperti sosialisasi pada
anak, dukungan emosi dan materi dan pemenuhan peran-peran tertentu, dalam artian definisi ini
memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga (Sri Lestar. 2012, hal 5).
Keluarga mempunyai fungsi yang pokok yang diantaranya yaitu: fungsi biologik, fungsi
afeksi, dan fungsi sosialisasi.
a. Fungsi biologik
Dalam fungsi ini merupakan dasar kelangsugan hidup masyarakat atau keluarga, akan tetapi
fungsi ini mengalami perubahan seperti membatasi dalam memiliki keturunan. Hal seperti ini
dapat dipengaruhi diantaranya: berubahnya desa menjadi kota sehingga suasana dalam mencari
temapt tinggal, dan salahsatunya yang menjadikan hambatan adanya tuntutan dari Negara
maupun agama untuk membatasi keturunan.
b. Fungsi afeksi
Hubungan ini bermuara dari cinta dan kasih yang menjadi dasar perkawinan, yang nantinya akan
melahirkan hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan
mengenai nilai-nilai. Suasan afeksi seperti ini merupakan yang paling penting dalam sebuah
tatanan kelaurga yang bermasyarakat.
c. Fungsi sosialisasi
Fungsi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk keperibadain anak. Dari interaksi
sosial ini anak akan mempelajari tingakh laku, sikap, keyakinan, cinta-cita, dan nilai-nilai dalam
masyarakat dalam rangka perkembangan keperibadiannya. (Khairuddin. 1985, hal 59-60).
(Megawangi, 2001) Mendefinisikan bahwa struktural-fungsional adalah pendekatan teori sosiogi
yang diterapkan dalam institusi keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar. Keluarga
sebagai sebuah institusi dalam masyarakat yang mempunyai prinsip-prinsip kehidupan sosial
yang serupa. Masyarakat seperti ini biasanya mempunyai warna yang jelas, yaitu mengakui
adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial. Dan keragaman ini merupakan sumber utama
dari adanya struktur masyaraka... (Herien Puspitawati, 2009 hal 1).
Struktural Fungsional adalah sudut pandang dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya
menafsirkan sebuah masyarakat sebagai sebuah struktur yang saling berinteraksi, terutama
dalam norma, adat, tradisi dan institusi. Dalam arti paling mendasar, istilah ini menekankan
"upaya untuk menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, adat, atau praktik,
dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif". Bagi Talcott Parsons,
bahwa "Structural Fungsional" bukanlah sebuah mazhab pemikiran, akan tetapi struktural
fungsional ini adalah suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis dibidang ilmu
sosial. (http://id.wikipedia.orgwikiFungsionalisme_struktural).
Tentunya struktur keluarga dalam bermasyarakat tidak lepas dengan yang namanya akan
kebutuhan hidup yang bermacam-macam, sehingga dari kebutuhan ini yang nantinya akan
melahirkan saling tolong menolong serta hidup yang rukun dalam bermasyarakat. (J. Goode,
Wiliam. (1995), hal 3). Teori fungsional melihat manusia dalam masyarakat ditandai oleh dua
tipe kebutuhan dan dua jenis kecenderungan bertindak, diantaranya dalam menjaga kelanjutna
hidpunya manusia haru bertindak terhadap lingkungannya, baik dengan cara menyesuaikan pada
lingkungan sekitar atau menguasai serta mengendalikannya, dan kebudayaan sebagai sarana
survival manusia dan masyarakat… (Thomas F.O'dea. (1985), hal 6).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sturuktural fungsional adalah sebuah institusi keluarga
yang didalamnya terdiri seorang pemimpin yaitu ayah, ibu sebagai wakil ayah, anak sebagai
penerus dari ayah dan ibu, yang didalamnya mereka mengakui adanya sbuah keragaman dalam
hidup, sehingga mereka dalam menjalankan hidupnya tentram dan aman.
Herien Puspitawati (2009). Membagi para ahli dibidang structural fungsional yang
diantarany:
a. Aguste Comte (1798-1857)
1. Adaptasi : sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar, ia
harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan
kebutuhan-kebutuhannya.
2. Pencapaian tujuan : sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan- tujuan
utamanya.
3. Integrasi : sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Itu pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional
tersebut (A,G,L)
4. Latensi (pemeliharaan pola). Sistem harus melengkapi, memelihara, dan
memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan
mempertahankan motivasi tersebut.
Parsons mendesaian skema AGIL agar dapat di gunakan pada semua level sistem
teoritisnya (salah satu contoh dari hal ini dapat di baca dalam paulsen dan Feldman,1995).
Dalam pembahasan di bawah ini tentang ke empat sistem tindakan, kita akan menjabarkan
bagaimana parson menggunakan AGIL.
1. Fungsi adaptasi berguna untuk penyesuain anggota pencak silat terhadap masyarakat dari segi
seni budaya maupun social kengiatan yang lainnya
2. Fungsi goal dalam perwujudan seni budaya yang di lestarikan maupun di kembangkan
3. Fungsi integrasi saat terjadi interaksi antara pelatih, angggota, dan masyarakat menjadi
hubungan yang baik dan kompak, sehingga tercapailah tujuan yang hendak di capai
4. Fungsi latensi pada saat budaya itu di kembangkan dengan baik sehingga bersama – sama
melestarikan serta mempertahankan agar tetap terus berkembang.
A G
Parsons menemukan jawaban masalah tatanan ini dalam struktural fungsional, yang dalam
pandangannya berkisar dalam serangkaian asumsi berikut
1. Sistem memiliki tatanan dan bagian-bagian yang terngantung satu sama lain
3. Sistem bisa jadi statis atau mengalami proses perubahan secara tertata
4. Sifat baru bagian sistem berdampak pada kemungkinan bentuk bagian lain.
6. Alokasi dan integrasi adalah dua proses fundamental yang diperlukan bagi kondisi ekuilibiun
sistem.
7. Sistem cenderung memelihara dirinya yang meliputi pemeliharaan batas dan hubungan
bagian-bagian dengan keseluruhan, kontrol variasi lingkungan, dan konrol kecenderungan
untuk mengubah sistem dari dalam Keempat sistem tindakan merupakan alat analitis untuk
menganalisis dunia nyata.
Sistem Sosial. Konsepsi parsons tentang sistem sosial di mulai dari level mikro, yaitu
interaksi antara ego dengan alter ego, yang di definisikan sebagai bentuk paling dasar dalam sistem
sosial, ia tidak banyak menganalisis level ini, meski ia memang berpendapat bahwa ciri-ciri sistem
interaksi ini hadir dalam bentuk yang lebih kompleks yang di ciptakan oleh sistem sosial. Parsons
mendefinisikan sistem sosial sebagai berikut :
Sistem sosial terdiri dari beragam aktor individual yang berinteraksi satu sama lain dalam
situasi yang setidaknya memiliki aspek fisik atau lingkungan, aktor yang cenderung termotivasi ke
arah “ optimisasi “kepuasan“ dan yang hubungannya dengan situasi mereka, termasuk hubungsn satu
sama lain, didefinisikan dan diperantarai dalam bentuk sistem simbol yang terstruktur secara kultural
dan dimiliki bersama.
Sistem kultural. Parsons menyebut kebudayaan sebagai kekuatan utama yang mengikat
berbagai elemen dunia sosial, atau, dalam bahasanya, sistem tindakan. Kebudayaan memerantai
interaksi antara aktor dan mengintegrasikan kepribadian dengan sistem sosial, kebudayaan memiliki
kapasitas tertentu, paling tidak, untuk menjadi komponen sistem lain, jadi, dalam sistem sosial,
kebudayaan menumbuh dalam norma dan nilai, sedangkan dalam sistem kepribadian, kebudayaan
diinternalisasikan oleh aktor ke dalam dirinya, namun sistem kultural bukan sekedar bagian dari
sistem lain: ia juga memiliki eksitensi terpisah dalam bentuk stok pengetahuan sosial, simbol, dan
gagasan. Aspek-aspek sistem kultural ini memang terdapat dalam sistem sosial dan kepribadian,
namun tidak menjadi bagian darinya.
Sistem kepribadian. sistem kepribadian tidak hanya di kendalikan oleh sistem kultural,
namun juga oleh sistem sosial. Ini berarti Parsons tidak memberi sistem kepribadian tempat yang
independen :
Pandangan saya adalah bahwa, kendati konteks utama struktur kepribadian berasal dari sistem sosial
dan kebudayaan melalui sosialisasi, kepribadian menjadi sistem independen karena hubungannya
dengan organismenya sendiri dan melalui keunnikan pengalaman hidupnya sendiri : sistem
kepribadian bukanlah sekedar epifenomena.
Organisme Behavioral. Meski memasukkan organisme behavioral sebagai salah satu sistem
tindakan, namun Parsons tidak terlalu panjang lebar membahasnya. Organisme behavioral di
masukkan karena merupakan sumber energi bagi seluruh sistem. Meski di dasarkan pada bangunan
genetis, organisasinya di pengaruhi oleh proses pengondisian dan pembelajaran yang terjadi dalam
kehidupan individu. Organisme behavioral jelas merupakan sistem bekas dalam karya Parsons,
namun paling tidak ada alasan lain selain bahwa ia mengantisipasi adanya minat pada
sosiobiologinya dan sosiologi tubuh (B.Turner, 1985) di kalangan beberapa orang sosiolog.
Struktural Fungsional (Robert K. Merton)
Robert K.Merton seorang pentolan teori ini berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah
fakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola instutional, proses sosial, organisasi kelompok,
pengendalian sosial dan sebagainya. Hampir semua penganut ini perkecendrungan untuk memusatkan
perhatiannya kepada fungsi suatu fakta sosial terhadapa fakta sosial yang lain. Hanya saja menurut
Merton pula, sering terjadi pencampuradukan antara motif-motif subjektif dengan pengertian fungsi.
Padahal perhatian struktural fungsional harus lebih banyak di tujukan kepada fungsi-fungsi di
bandingkan motif-motif.
Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-
perubahan dalam masyarakat. Konsep – konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten,
fungsi manifest dan keseimbangan (eguilibrium).3
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian
atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi
dalam satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap perubahan yang lain. Asumsi dasarnya
adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional
terhadap yang lain. Sebaliknya kalau ada fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau
akan hilang dengan sendirinya.
Penganut teori ini cendrung untuk melihat hanya kepada sumbangan suatu sistem yang lain
dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau sistem dapat beroperasi
menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori ini
beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi seluruh masyarakat.
Kendati Merton dan Parsons di kelompokkan ke dalam struktural fungsional, ada sejumlah
perbedaan penting antara keduanya, untuk satu hal, kalau persons mendukung terciptanya teori besar
dan mencakup seluruhnya, Merton lebih memilih teori-teori yang terbatas, dan pada tingkat
menengah.
Model Struktural Fungsional, Merton mengkritik apa yang di lihatnya sebagai tiga postulat dasar
amalisis fungsional sebagaimana di kembangkan oleh antropologi seperti Malinowksi dan Radcliffe-
Brown.
Yang pertama adalah pustulat kesatuan fungsional masyarakat. Postulat ini menyatakan
bahwa seluruh kepercayaan dan praktek social budaya standart bersifat fungsional bagi masyarakat
secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat. Pandangan ini mengandung arti bahwa
berbagai bagian system social pasti menunjukkan tingginya level integrasi. Namun, Merton
berpandangan bahwa meskipun hal ini berlaku bagi masyarakat kecil dan primitif, generalisasi ini
dapat di perluas pada masyarakat yang lebih besar dan lebih kompleks.
Fungsionalisme universal adalah postulat kedua. Jadi, dinyatakan bahwa semua bentuk dan
struktur social cultural memiliki fungsi positif. Merton berpendapat bahwa ini bertentangan dengan
apa yang kita temukan di dunia nyata. Jelas bahwa tidak semua struktur, adat istiadat, gagasan,
keyakinan, dan lain sebagainya, memiliki fungsi positif. Sebagai contoh, nasionalisme buta bisa jadi
sangat disfungsional di dunia yang tengah mengembangkan persenjataan nuklir.
Yang ketiga adalah postulat indispensabilitas. Argumennya adalah bahwa seluruh aspek standar
masyarakat tidak hanya memiliki fungsi yang positif namun juga merepsentasikan bagian-bagian tak
terpisahkan dari keseluruhan. Postulat ini mengarah pada gagasan bahwa seluruh struktur dan fungsi
secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Tidak ada struktur dan fungsi yang dapat bekerja
sebaik yang sekarang ada di dalam masyarakat. Kritik Merton, mengikuti Parsons, adalah bahwa
paling tidak kita harus bersedia mengakui bahwa ada alternatif struktural dan fungsional di dalam
masyarakat.
Pandangan Merton adalah bahwa seluruh postulat fungsional tersebut bersandar pada
pernyatan nonempiris yang di dasarkan pada system teoritik abstrak. Minimal, menjadi tanggung
jawab sosiolog untuk menelaah setiap postulat tersebut secara impiris. Keyakinan Merton adalah
bahwa uji empiris, bukan pernyataan teoritis, adalah sesuatu yang krusial bagi analisis fungsional.
Inilah yang mendorongnya untuk mengembangkan “paradigma’ analisis fungsional sebagai panduan
ke arah pengintegrasian teori dengan riset.
Dari sudut pandang tersebut Merton menjelaskan bahwa analisis structural fungsional
memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kebudayaan. Ia mengatakan
bahwa objek apa pun yang dapat di analisis secara structural – fungsional harus “ merepresentasikan
unsure - unsur standar (yaitu, yang terpola dalam berulang)” . Ia menyebut hal tersebut sebagai “
peran social, pola – pola institusional, proses social, organisasi kelompok, struktur social, alay control
social, dan lain sebaginya.
Merton juga memperkenalkan konsep fungsi manifest dan fungsi laten. Kedua istilah tersebut
juga merupakan tambahan penting bagi analisis fungsional, secara sederhana fungsi manifest adalah
yang di kehendaki, sementara fungsi laten adalah yang tidak dikehendaki. Tindakan mengandung
konsekuensi yang di kehendaki atau maupuan yang tidak di kehendaki.
Konsekuensi yang tidak diantisipasi, dan fungsi-fungsi laten tidaklah sama. Fungsi laten
adalah suatu tipe konsekuensi yang tidak terantisipasi, sesuatu yang fungsional bagi system yang di
rancang. Namun ada dua jenis konsekueansi tak terantisipasi lain: “hal – hal disfungsional bagi
system yang telah ada, dan itu semua mencakup disfungsi laten,” dan “ hal- hal yang tidak relavan
dengan system yang mereka pengaruhi secara fungsional atau disfungsional konsekuensi –
konsekuensi non fungsional”.
Merton menjelaskan bahwa tidak semua struktur social tidak dapat di ubah oleh bekerjanya
system social, Beberapa bagian system social kita dapat dihapuskan. Ini membantu teori fungsional
mengatasi salah satu bisa konservatifnya. Dengan mengakui bahwa beberapa struktur dapat di ubah,
fungsionalisme membuka jalan bagi perubahan social penuh makna. Masyarakat kita, misalnya, dapat
saja terus ada (dan bahkan di perbaiki) ketika diskriminasi terhadap berbagai kelompok minoritas
dihapuskan.
Jika di kaitkan dengan penelitian saya yang mencangkup tentang pencak silat dan harga diri
orang Madura dalam konsep Merton yaitu :
1. Fungsi adalah akibat-akibat yang dapat di amati yang menuju adaptasi atau penyesuaian
dalam suatu sistem. Seperti pencak silat yang berfungsi untuk penjaga diri dari kewaspadaan
segala bahaya keras dunia.
2. Disfungsi terjadi ketika kesabaran itu muncul sehingga seseorang yang mempunyai ilmu bela
diri/pencak silat tidak mengapllikasikannya terhadap keadaan yang menyinggung maupun
pelecehan harga diri maupun semacamnya.
3. Fungsi manifest ketika sesuatu itu di kehendaki penuh dengan segala rancangan yang
memang sudah di rencanakan sehingga hasilnya pun sesuai dengan ke inginan, misalnya ada
pelecehan harga diri dengan menyelesaikan secara baik- baik, maupun secara kekeluargaan
apabila masih ada ikatan kekerabatan tentunya dengan fikiran yang jernih dan saling
menghargai satu sama lain pendapat maupun prilaku seseorang sehingga menghasilkan
keadaan yang damai karena saling mempunyai sifat mengerti dari watak seseorang masing-
masing.
4. Fungsi laten ini terjadi pada saat keadaan yang tidak di kehendaki secara tidak di sengaja hal
yang tak di inginkan itu terjadi menyinngung harga diri dengan cara “ngongein” yakni
mendatangi ke rumah maupun mencari seorang yang menjadi provokator timbulnya
permasalahn dengan adanya emosi yang besar padahal hanya ingin menyampaikan saja maka
terjadilah percekkokan.atau perkelahian.Keseimbangan (eguilibrium) dengan melihat keadaan
yang terjadi dapat menyeimbangkan bagaimana pola- pola ataupun tahapan- tahapan cara
menyelesain suatu permasalahan sehingga dapat menemukan jalan keluar (solusinya).
Teori ini sebagai pisau analisis berkaitan dengan judul pencak silat dan harga diri
orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan di
karenakan adanya fungsi tersendiri dari dalam anggota maupun luar anggota yakni individual.
1. Untuk melakukan fungsinya secara optimal, keluarga harus mempunyai struktur tertentu.
3. Keluarga inti adalah struktur yang paling mampu memberikan kepuasan fisik dan psikologi
anggotanya dan juga menjaga masyarakat yang lebih besar.
c. Asumsi berdasarkan karakteristik sistem sosial yang diterapkan pada keluarga adalah:
1. Sistem mempunyai batasan (boundaries). Keluarga mempunyai batasan yang lebih kaku
diantara anggota keluarga dibandingkan sistem lainnya.
2. Sistem mempunyai kecenderungan mengarah pada homeostasis atau keseimbangan dan
3. Sistem adalah organik. Sistem terintegrasi sebagai satu kesatuan, diikat secara bersama-
sama oleh struktur, dengan setiap bagian mempunyai fungsi (tubuh yang berfungsi dengan
baik adalah dalam kondisi seimbang).
Talcont Parsons
Robert K.merton
A=adapatasi
G=Pencapain tujuan Fungsi Disfungsi Fungsi
I=Integrasi L=Latensi laten
(tidak diharapkan)
Fungsi manifes
(yang diharapkan)
Organisme behavioral- fungsi adaptasi, sistem
kepribadian menjalankan pencapain tujuan, sistem
sosial menangani fungsi integrasi, dan fungsi sistem Model- model
kultural menjalankan fungsi latensi membekali Kesatuan fungsional
aktor dengan norma dan nilai- masyarakat bahwa,
seluruh kepercayan praktik
Sistem tindakan
SistemTindakan sosial budaya bersifat
fungsional bagi
1. Informasi Tertinggi (pengontrolan) masyarakat.
Fungsional universal,
semua bentuk struktur
Hirarki Faktor- 1.Realitas Sosial 2.Kultural sosial kultural memiliki
Faktor Penentu sistem Sosial fungsi positif.
Kepribadian indispensabilitas, yakni
Prilaku Organisme 6.lingkungan seluruh aspek standar
Fisik organik
masyarakat tidak hanya
memiliki fungsi positif
Hierarki Faktor-Fak namun juga
penentu
2. Energi Tertinggi (penentu) memprepresentasi bagian-
bagian tak terpisahkan
Dari keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa struktur fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang
diterapkan dalam institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat yang
mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat.
Pendekatan ini mempunyai warna yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keragaman
dalam kehidupan sosial. Dan keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur
dalam masyarakat.
Struktural fungsional dalam institusi keluarga antara suami dan istri mempunyia
peranan masing-masing, serta mengakui adanya keragaman dalam budaya.
Dalam makalah serta tulisan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya
harapkan bagi pembaca keritik atau sarannya yang membangun dalam penyusunan makalah
serta tulisan ini supaya kedepannya bisa menajadi lebih baik dan bisa dijadikan sebagai awal
dari pembelajaran kesuksesan dimasa yang akan mendatang nanti amin.
SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya. Namun sebagai
manusia penulisan selalu tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun kami sangat mengharapkan untuk menyempurnakan makalah ini agar
dapat memperbaiki pembuatan makalah kami diwaktu yang akan dating.
DAFTAR PUSTAKA