Anda di halaman 1dari 18

ASKEP FARINGITIS

ASUHAN KEPERAWATAN FARINGITIS

A. DEFINISI

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring.(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT,


2000) Faringitis adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri,
yang ditandai oleh adanya nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam,
pembesaran limfonodi leher dan malaise. (Vincent, 2004)

Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang


tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga
disebut sebagai radang tenggorok.(Wikipedia.com).

B. ETIOLOGI
Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus,
termasuk virus penyebab:
Ø common cold/flu
Ø Adenovirus
Ø mononukleosis atau HIV.
Ø virus influenza (A dan B).
Ø parainfluenza (tipe 1-4).
Ø adenovirus.
Ø ECHO.
Ø juga disebabkan oleh berbagi jenis kuman
Bakteri yang menyebabkan faringitis antara lain:
Ø Streptokokus grup A
Ø Korinebakterium
Ø Arkanobakterium
Ø Streptococcus β hemolitikus.
Ø Streptococcus viridians.
Ø Streptococcus piyogenes
Ø Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

C. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian
epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat
hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa
tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau
jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding
faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak
sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

Pathway Faringitis

D. Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
• Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri
yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih
berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan
batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.

• Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu
yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang
mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa
yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan,
menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.

Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:


v Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membran
mukosa.
v Faringitis atrofi merupakan tahap lanjut dari faringitis hipertrofi (membran tipis,
keputihan,licin dan pada waktunya berkerut).
v Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.

E.MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis akut:
1.Membran faring tampak merah
2.Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
3.Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
4.Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
5.Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.

Manifestasi klinis kronis:


1.Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
2.Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
3.Kesulitan menelan.

Gejala Klinis
Penyakit faringitis cenderung akut dengan disertai demam yang tinggi, sakit kepala,
rasa nyeri di perut dan muntah-muntah. Tenggorokan terasa nyeri, amandel menjadi
berwarna merah dan membengkak. Pada anak yang sudah lebih besar akan terlihat
adanya lapisan seperti krim di atas amandel (eksudat) yang tidak mengeluarkan darah
bila disentuh. Kelenjar getah bening di leher sering membengkak dan terasa nyeri bila
ditekan. Berbeda dengan faringitis virus, penderita faringitis streptokokus tidak
mengalami rhinitis, suara serak atau batuk.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : kemerahan pada faring,adanya pembengkakan di daerah leher.
Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher ,adanya nyeritekan. TTV : suhu
tubuh mengalami kenaikan, nadi meningkat, dan napasnya cepat.

F. TES DIAGNOTIK
• Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam.
• Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru.
• Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam
di jaringan.

G. KOMPLIKASI
Penyakit ini jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan:
Ø Radang ginjal (glomerulonefritis akut)
Ø Demam rematik akut
Ø Otitis media (radang telinga bagian tengah)
Ø Sinusitis
Ø Abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian
belakang tenggorokan yang dapat menimbulkan nanah).

H. PENATALAKSANAAN
- Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari
- Antipiretik
- Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
- Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisi
-Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat
-pemberian kompres panas atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri.
Pengobatan secara medikamentosa umumnya menggunakan:
· Antimikroba.
· Antibiotik (dalam dosis terapeutik).
· Dapat pula dilakukan dengan cara irigasi hangat pada tenggorokan.
· Pemberian cairan yang adekuat.
· Menghindari makanan pedas, berminyak, mengandung vetsin, es juga disarankan.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Data Dasar
· Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis,
sumber biaya, dan sumber informasi).
· Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan pasien)

2. Riwayat Keperawatan, meliputi :


· Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
- Alasan masuk rumah sakit
- Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan.
Keluhan utama:
- Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher
- Pasien mengatakan mual dan muntah.
- Pasien mengatakan sakit saat menelan
Kronologis keluhan: Pasien mengeluh nyeri di leher.
· Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah
menjalani perawatan di RS.
· Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang
sama.
· Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut
usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.

· Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson, seperti :
- Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur
respirasi rate.
- Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah
pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
- Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan
(lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
- Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang apakah
pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan volume urine) atau
mempunyai keluhan saat BAK.
- Gerak aktivitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya
saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami
Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.
- Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya, misalnya
gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.
- Pengaturan suhu tubuh
Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, apakah pasien
mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien mulai dari ekspresi
wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau kemerahan, wajahnya pucat atau
tidak.
- Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga pasien dalam
melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan sebagainya.

- Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya
pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji dengan PQRST : faktor
penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).

- Rasa aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama
di RS.

- Sosial dan komunikasi


Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan
sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).

- Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita saat ini dan terapi
yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
- Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

- Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima
penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.

· Pengkajian Fisik, meliputi :


- Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran,
dan kesan umum pasien (saat pertama kali masuk RS).
- Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi).
- Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari
kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher.
- Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur
dan uji resistensi.

· Anamnesa
Adanya riwayat merokok,adanya riwayat streptokokus,dan yang penting ditanyakan
apakah klien pernah mengalami nyeri/lesi pada mulut (nyeri saat menelan).

B. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan
b. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, pakaian tidak
cocok, penyakit, penurunan / tidak mampu berkeringat, medikasi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
d. Resiko deficit volume cairan b.d output berlebihan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Lap NOC / Tujuan NIC / Intervensi
1. Nyeri acute b-d. Setelah dilakukan Manajemen nyeri
peradangan Batasan tindakan keperawatan1. Lakukan pengkajian
karakteristik selama 3 x 24 jam nyeri secara
- Laporan secara verbal nyeri berkurang komprehensif termasuk
atau non verbal dengan kriteria hasil lokasi, karakteristik,
- Fakta dari observasi 1. Pasien melaporkan durasi, frekuensi,
- Posisi antalgic untuk bahwa nyeri berkurang kualitas dan faktor
menghindari nyeri 2. Pasien melaporkan presipitasi.
- Gerakan melindungi kebutuhan tidur dan2. Observasi reaksi non
- Tingkah laku berhati-hati istirahat tercukupi verbal dari
- Muka topeng 3. Pasien mampu ketidaknyamanan
- Gangguan tidur (mata menggunakan metode 3. Gunakan teknik
sayu, tampak capak, sulit non farmakologi untuk komunikasi terapeutik
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri. untuk mengetahui
menyeringai) pengalaman nyeri
- Terfokus pada diri sendiri pasien.
- Fokus menyempit 4. Kaji kultur yang mem-
penurunan persepsi waktu pengaruhi respon nyeri.
kerusakan proses berpikir, 5. Evaluasi pengalaman
penurunan dengan orang nyeri masa lampau
lain dan lingkungan) 6. Evaluasi bersama
- Tingkah laku distraksi, pa-sien dan tim
contoh : jalan-jalan, kesehatan lain tentang
menemui orang lain ketidakefektifan kontrol
dan/atau aktivitas, nyeri masa lampau
aktivitas berulang-ulang) 7. Bantu pasien dan
- Respon autonom (seperti keluarga untuk mencari
diaphoresis, perubahan dan menemukan
tekanan darah, perubahan dukungan
nafas, nadi dilatasi pupil). 8. Kontrol lingkungan
- Perubahan autonomic yang dapat
dalam tonus (mungkin mempengaruhi nyeri
dalam rentang dari lemah seperti suhu ruangan,
ke kaku) pencahayaan dan kebi-
- Tingkah laku ekspresif singan.
contoh gelisah, merintih, 9. Kurangi faktor
menangis, waspada, presi-pitasi nyeri
iritabel, nafas panjang / 10. Pilih dan lakukan
berkeluh kesah. penanganan nyeri
- Perubahan dalam nafsu (farmakologi, non
makan dan minum. farmakologi
dinterpersonai).
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensio.
12. Ajarkan tentang
Teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Administrasi analgetik
1. Tentukan lokasi,
karak-teristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu.
5. Tentukan analgesik
pilihan tergantung tipe
dan beratnya nyeri.
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur.
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2. Resiko kekurangan Setelah dilakukan Monitor Cairan (4130)
volume cairan b.d tindak-an perawatan111 1. Tentukan riwayat jenis
kehilangan volume cair an selama 3 X 24 jam dan banyaknya intake
aktif, kegagalan dalam volume cairan dan cairan dan kebiasaan
mekanisme penga-turan elektrolit adequate / eleminasi
Batasan karakteristik : seimbang. 2.. Tentukan faktor resiko
- Kelemahan Hidrasi (0602) yang meyebabkan
- Haus Kriteria hasil : ketidak-seimbangan
- Penurunan turgor kulit - Hidrasi kulit cairan (hipertermi,
- Membran mucus/kulit adekuat diuretic,
kering - Tekanan darah kelainan ginjal,
- Nadi meningkat, dalam muntah, poliuri, diare,
tekanan darah batas normal diapore-
menurun,tekanan nadi - Nadi teraba sis, terpapar panas,
menurun - Membran mukosa infeksi)
- Penurunan pengisian lembab 3. Menimbang BB
kapiler - Turgor kulit normal 4. Monitor vital sign
- Perubahan status - Berat badan stabil dan 5. Monitor intake dan
mental dalam batas normal output
- penurunan urin output - Kelopak mata tidak 6. Periksa serum,
- Peningkatan cekung elektrolit dan
konsentrasi urun - Urin out put normal membatasi cairan
- Peningkatan suhu - Tidak demam bila di-
tubuh - Tidak asites, edema perlukan
- Hematokrit meningkat perifer 7. Jaga keakuratan
- Kehilangan berat - tidak ada rasa haus catatan in-
badan mendadak. yang sangat take dan output
- tidak ada napas pendek 8. Monitor membrane
/kusmaul mukosa,
Balance Cairan (0601) turgor kulit dan
Kriteria hasil rasa haus
- Tekanan darah normal 9. Monitor warna dan
- Nadi perifer teraba jumlah
- Tidak terjadi urin
ortostatik 11. Monitor distensi vena
hypotension leher,
- Intake-output seimbang crackles di paru,
dalam 24 jam odem peri-
- Serum, elektrolit dalam fer dan peningkatan
batas normal. berat
- Hmt dalam batas badan.
normal 10. Monitor akses
- Tidak ada suara napas intrvena
tambahan 11. Monitor tanda dan
- BB stabil gejala
- Tidak ada asites, edema overload cairan
perifer 12. Catat adanya
- Tidak ada distensi vena vertigo
leher 13. Berikan cairan
- Mata tidak cekung 14. Pertahankan aliran
- Tidak bingung infuse
- Rasa haus tidak sesua advis
berlebih Manajemen Cairan
an (4120)
- Membrane mukosa 1. Timbang beratat
lem- badan etiap hari dan
bab monitor
- Hidrasi kulit adekuat kecenderungannya.
2. Timbang popok
3. Pertahankan
keakuratan catatan
intake dan
output
4. Pasang kateter kalau
perlu
5. Monitor status hidrasi
(kelembaban membrane
mukosa, denyut nadi,
tekanan darah)
6. Monitor vital sign
7. Monitor tanda-tanda
overhidrasi / kelebihan
ca-iran (crackles, edema
perifer, distensi vena le-
her, asites, edema
pulmo)
8. Berikan cairan
intravena
9. Monitor status nutrisi
10. Berikan cairan
intravena
11. Berikan intake oral
selama 24 jam
12. Berikan cairan dengan
selang (NGT) kalau
perlu
13. Monitor respon pasien
terhadap terapi
elektrolit
14. Konsul dokter jika ada
tanda dan gejala
kelebihan cairan
Manajemen
Hipovolemia (4180)
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output
2. Pertahankan patensi
akses intravena
3. Monitor Hb dan Hct
4. Monitor kehilangan
cairan (perdarahan,
muntah, diare)
5. Monitor tanda vital
6. Monitor respon pasien
terhadap perubahan
cairan
7. Berikan cairan isotonic
/ kristaloid (NaCl, RL)
untuk rehidrasi
ekstraseluler
8. Monitor tempat
tusukan intravena dari
tanda infiltrasi atau
infeksi
9. Monitor IWL (missal
:diaporesis)
10. Anjurkan pasien untuk
menghindari mengubah
posisi dengan cepat,
dari tidur ke duduk atau
berdiri
11. Monitor berat badan
1 12. Monitor tanda
dehirasi ( turgor kulit
menurun,
pengisi-an kapiler
lambat, membrane
mukosa
kering, urin output
menurun, hipotensi,
rasa
haus meningkat, nadi
lemah
13. Dorong intake oral
(distribusikan cairan
selama
24 jam dan beri cairan
diantara waktu makan)
14. Pertahankan aliran
infuse
15. Posisi pasien
Trendelenburg ketika
hipotensi
jika perlu
Monitoring Elektrolit
(2020)
1. Monitor elektrolit
serum
2. Laporkan jika ada
ketidakse-
imbangan elektrolit
3. Monitor tanda dan
gejala ke-
tidakseimbanga
elektrolit
(kejang, kram perut,
tremor,
mual dan muntah,
letargi, ce-
mas, bingung,
disorientasi,
kram otot, nyeri
tulang, de-
presi pernapasan,
gangguan
irama jantung,
penuruna
kesadaran : apatis,
coma)
Manajemen Elektrolit
(2000)
1. Pertahankan cairan
infuse yang
mengandung elektrolit
2. Monitor kehilangan
elektrolit lewat suction
nasogastrik, diare,
diaporesis
3. Bilas NGT dengan
normal salin
4. Berikan diet makanan
yang kaya kalium
5. Berikan lingkungan
yang aman bagi pasien
yang mengalami
gangguan neurologist
atau neuromuskuler
6. Ajari pasien dan
keluarga tentang tipe,
penyebab, dan
pengobatan
ketidakseimbangan
elektrolit
7. Konsul dokter bila
tanda dan gejala
ketidakseimbang-an
elektrolit menetap.
8. Monitor respon pasien
terhadap terapi
elektrolit
9. Monitor efek samping
pemberian suplemen
elektrolit.
10.Konsul dokter
pemberian obat yang
mengandung elektrolit
(aldakton, kalsium
glukonas, Kcl).
11.Berikan suplemen
elektrolit baik lewat
oral,
NGT, atau infuse
sesuai resep
3. Hipertermi b.d. dehidrasi Setelah dilakukan Pangaturan panas
pening-katan metabolik tindakan perawatan 2 x (3900)
penyakit 24 jam suhu badan 1. Monitor suhu tiap 2
Batasan karakteristik : pasien normal jam.
- Suhu tubuh > normal Termoregulasi (0800)2. Monitor tekanan darah,
- Kejang Kriteria hasil : nadi dan respirasi.
- Takikardi - Suhu kulit normal 3. Monitor suhu dan
- Respirasi meningkat - Suhu badan 35,9°C- warna kulit.
- Diraba hangat 37,7°C 4. Monitor dan laporkan
- Kulit memerah - Tidak ada sakit tanda dan gejala
kepala hipertermi.
- Tidak ada nyeri otot 5. Anjurkan intake cairan
- Tidak ada perubahan dan nutrisi yang
warna kulit adequate.
- Nadi, respirasi dalam6. Ajarkan pasien
batas normal. bagaimana mencegah
- Hidrasi adequate panas yang tinggi.
- Pasien menyatakan7. Berikan obat antipiretik
nyaman 8. Berikan obat untuk
- Tidak menggigil mencegah atau
- Tidak iritabel / mengontrol menggigil.
gragapan / kejang Pengobatan Fungsi
(3740)
1. Monitor suhu
dengan sering
2. Monitor IWL
3. Monitor suhu dan
warna kulit
4. Monitor tekanan
darah, nadi dan
respirasi
5. Monitor derajat
penurunan kesadaran
6. Monitor kemampuan
aktivitas
7. Monitor leukosit,
hematokrit
8. Monitor intake dan
output
9. Monitor adanya
aritmia jantung
10. Dorong peningkatan
intake cairan
11. Berikan cairan
intravena
12. Tingkatkan sirkulasi
udara dengan kipas
angin
13. Dorong atau
lakukan oral
hygiene
14. Berikan obat antipiretik
untuk mencegah pasien
menggigil
15. Berikan obat antibiotic
untuk mengobati
penyebab demam.
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin
diselangkangan dan
aksila
18. Anjurkan pasien untuk
tidak memakai selimut
clan memakai selimut
dan memakai baju
berbahan dingin.
Manajemen lingkungan
(6480)
1. Berikan ruangan
sendiri sesuai indikasi
2. Berikan tempat
tidur clan kain/linen yang
bersih dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol infeksi
(6540)
1. Anjurkan pasien
Untuk mencuci tangan
2. Gunakan sabun
Untuk mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan
kegiatan perawatan
Pasien
4. Ganti tempat infuse
dan bersihkan sesuai
dengan protokol.
5. Berikan perawatan kulit
di area yang odem
6. Dorong pasien Untuk
cukup istirahat
7. Lakukan pemasangan
infuse dengan teknik
aseptik
8. Anjurkan pasien
minum antibiotik sesuai
resep.
4. Resiko ketidak Setelah dilakukan Monitor nutrisi
seimbangan nutrisi kurang tindakan ke- 1. BB pasien dalam batas
dari kebutuhan tubuh perawatan selama 2 normal
(1975) berhubungan dengan x 24 jam kebutuhan 2. Monitor adanya
ketidakmampuan nutrisi pasien penurunan berat
pemasukan atau mencerna terpenuhi dengan badan
makanan atau kriteria hasil : 3. Monitor tipe dan
mengabsorbsi zat-zat gizi- Adanya peningkatan jumlah aktivitas yang
berhubungan dengan berat badan sesuai biasa dilakukan
faktor bioiogis, psikologis dengan tujuan 4. Monitor interaksi anak
atau ekonomi. - Berat badan ideal atau orang tua selama
Batasan karakteristik : sesuai dengan tinggi makan
- Berat badan 20% atau badan 5. Monitor lingkungan
lebih dibawah ideal - Mampu selama makan
- Dilaporkan adanya intake mengidentifikasi 6. Jadwalkan pengobatan
makanan yang kurang dari kebutuhan nutrisi dan tindakan tidak
RPA (Recommended daily- Tidak ada tanda-tanda selama jam makan
allowance) mal nutrisi 7. Monitor kulit kering
dan perubahan
- Membrana mukosa dan- Menunjukkan
pigmentasi
konjungtiva pusat peningkatan fungsi
8. Monitor turgor kulit
- Kelemahan otot yang pengecapan dan
9. Monitor kekeringan,
digunakan untuk menelan
rambut kusam, dan
menelan/mengunyah. - Tidak terjadi mudah patah
- Luka, inflamasi pada penurunan berat badan 10. Monitor mual dan
rongga mulut yang berarti. muntah
- Mudah merasa kenyang, 11. Monitor kadar
sesaat setelah mengunyah albomin, total
makanan. Protein, Hb dan Ht.
- Dilaporkan atau fakta 12. Monitor makanan
adanya kekurangan kesukaan
makanan 13. Monitor pertumbuhan
- Dilaporkan adanya dan perkembangan
perubahan sensasi rasa 14. Monitor pucat,
kemerahan dan
- Perasaan ketidakmampuan
kekeringan jaringan
untuk mengunyah
konjungtiva
makanan
15. Monitor kalori dan
- Miskonsepsi intake nutrisi
- Kehilangan BB dengan 16. Catat adanya edema,
makanan cukup hiperemik, hipertonik
- Keengganan untuk makan papula Iidah dan cavitas
- Kram pada abdomen oval.
- Tonus otot jelek Manajemen nutrisi
1. Hindari makanan yang
- Nyeri abdomen dengan
membuat alergi
atau tanpa patologi. 2. Hindari makanan yang
- Kurang berminat terhadap tidak bisa ditoleransi
makanan oleh pasien
- Pembuluh darah kapiler 3. Kolaborasi dengan ahli
mulai rapuh gizi untuk menentukan
- Diare atau steatorhea kebutuhan kalori dan
- Kehilangan rambut yang jenis makanan yang
cukup banyak (rontok) dibutuhkan.
- Suara usus hiperaktif 4. Berikan makanan
- Kurangnya informasi, miss secara selektif
informasi 5. Berikan buah segar
(pisang) atau jus buah
6. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan
pasien dan bagaimana
cara makannya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan MedikalBedahJakarta:EGC

Carpenito, LyndaJual.2002.BukuSakuDiagnosisKeperawatan.Jakarta: EGC

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C.,dkk.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius
FKUI

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika

Brunner & suddarth.2000.Buku saku Keperawatan Medical Bedah.jakarta:EGC.

Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai