Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

SOFT TISSUE TUMOR AXILA

DISUSUN OLEH :

Nama : Putri Ayu Anshari


NIM : S20203
Kelas : S20D

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN DYSPEPSIA

A. DEFINISI
Neoplasma merupakan massa jaringan baru (kumpulan sel) yang
tumbuh secara mandiri di struktur sekitarnya dan tidak memiliki tujuan
fisiologis. Istilah neoplasma sering kali digunakan secara bergantian dengan
tumor, berasal dari bahasa latin yang berarti “pembengkakan” (Diyono,
2019).
Tumor adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga
terbentuk jaringan baru atau sering kali oleh masyarakat awam disebut
daging baru. Tumor terbagi menajdi dua macam, yaitu tumor jinak dan
ganas (Riksani, 2018).
Soft Tissue Tumor Axila merupakan massa yang padat dengan
ketebalan yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang
mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali
pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal
dalam bentuk dan strukturnya
B. ETIOLOGI
Menurut (Sjamsuhidajat, R. dkk, 2020) Etiologi STT Axila adalah :
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi
induksi yang mendorong tranformasi neoplastic
3. Infeksi
Infeksi virus Epstein-bar dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkat kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
4. Trauma
Hubungan trauma dan soft tissue tumor nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada
C. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di
ubah oleh mutasi ganetik dari DNA seluler. Kerusakan DNA yang
menimbulkan peningkatan aktivitas, onkogen, perubahan gen yang
mengatur apoptosis, dan inaktivasi gen supresor tumor sehingga sel terpacu
untuk terus berpoliferasi, kehilangan kendali terhadap poliferasi sel,
kehilangan kemampuan menghentikan siklus sel, dan kemampuan apoptosi
(Sjamsuhidajat, R dkk, 2020).
Sel-sel yang tadinya normal kemudian tidak berfungsi dan terus
berkembang atau membelah diri (bereplikasi) membentuk jutaan sel baru,
sehingga menimbulkan benjolan yang membentuk jaringan baru
(tumor/neoplasma). Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari
anaerobkarena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun
mempunyai enzim yang lengkap untuk oksidasi. Sel-sel yang abnormal
kemudian menjadi parasite dalam tubuh, yang terjadi adalah fagosit nutrisi
oleh sel abnormal tersebut. Hal ini menyebabkan sel normal mengalami
kekurangan nutrisi.
Asupan nutrisi ke organ berkurang dan menyebabkan proses
metabolisme dalam tubuh meningkat dan asupan nutrisi menurun. Yang
terjadi adalah lemah, lesu dan kelelahan. Massa jaringan fibrosis
mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya tetapi tidak
menginvasinya dan menyebabkan pembengkakan yang menekan saraf nyeri
pada jaringan dan menyebabkan nyeri. Tumor yang semakin membesar
menyebabkan penekanan pada organ sekitar abdomen. (Sjamsuhidajat, R
dkk. 2020)
Fungsi fisiologis dapat mengalami gangguan akibat obstruksi atau
penekanan. Tumor yang semakin membesar dapat menghentikan motilitas
usus sehingga mengakibatkan obstruksi usus. Tumor ini kemudian dapat
menekan uretra dan menyebabkan obstruksi uretra yang menyebabkan
retensi urin. Gejala lain yang dapat ditemukan antara lain: hematuria,
dysuria, polakisuria, oliguria, dan anuria. Ketika tumor tumbuh di
permukaan tubuh, tumor dapat mengikis melalui permukaan, memecah
pertahanan alami kulit yang utuh dan membrane mukosa serta memberikan
bagian untuk pintu masuk mikroorganisme.
Sel neoplastik mengalihkan nutrisi untuk digunakan sendiri sehingga
menyebabkan perubahan yang mengurangi napsu makan pasien. Pada tahap
awal penyakit ini, perubahan metabolisme glukosa menyebabkan
peningkatan kadar glukosa serum, yang menghasilkan umpan balik negative
dan mengakibatkan anoreksia (kehilangan nafsu makan). Selain itu, tumor
menyekresikan zat yang menurunkan nafsu makan dengan mengubah rasa
dan bau sehingga menimbulkan rasa penuh lebih dini. Pada banyak kasus,
penurunan berat badan yang cepat dan tidak dijelaskan merupakan
menifestasi pertama (LeMone, P dkk. 2021)
Ketika masa jaringan fibrosis menginvasi jaringan lain, sel yang
abnormal juga menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke
limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-
sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain. Metastasis yang ditularkan
melalui darah atau limfe memungkinkan tumor baru untuk terbentuk dalam
organ yang jauh. Kemampuan tumor untuk bermetastasis dengan cara
intravasasi sel maligna melalui dinding di dalam darah atau limfe dan masuk
kedalam sirkulasi darah. Salah satunya adalah bermetastase ke sumsum
tulang belakang yang menyebabkan gangguan hematopoiesis.
Pathway Dyspepsia

Sumber : (LeMone, P dkk. 2021)

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung di mana letak
tumor atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit hanya sedikit penderita yang
merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis
dalam tumor dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,
bila di raba terasa lunak dan bila di gerakan relatif masih mudah digerakan
dari jaringan sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat yang jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan
lunak relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringan normal kadang gejala pertama penderita merasa nyeri
atau bengkak (Putri et al, 2019).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut (LeMone, P dkk. 2021) dilakukan
untuk menyingkirkan adanya kelainan organik, pemeriksaan untuk dispepsia
terbagi pada beberapa bagian yaitu:
1. Pemeriksaan X-ay
X-ray untuk membantu pemhaman lebih lanjut tentang tumor jaringan
lunak, transparasi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan.
Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop
dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan
antara jinak atau ganas. Tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak
tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma
sinovial, sel tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT scan memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spesial karakter tumor
jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor
jaringan lunak dalam berapa tahun terakhir
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari x-ray dan
CT scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor
dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul,
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
F. KOMPLIKASI
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Menurut (Purnamasari, 2017)
komplikasi yang dapat terjadi antara lain yaitu :
1. Pendarahan
2. Kanker lambung
3. Muntah darah
4. Ulkus peptikus
G. PENATALAKSANAAN
Menurut (Moore et al, 2022) penalatalaksanaa STT Axila adalah :
1. Medis
a) Bedah
Mungkin cara ini sangat berisiko. Akan tetpi, para ahli bedah mencapai
angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini
bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b)Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat
sekaranga, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor
dan kanker dirawat dengan cara kemoterapi ini.
c) Terapi radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber
dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi tunggal.
Tetapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi
bedah
2. Keperawatan
 Perhatikan kebersihan luka pada pasien
 Perawatn luka pada pasien
 Pemberian obat
 Amati ada atau tidak komplikasi atau potensial yang terjadi
setelah dilakukan operasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data
yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan
yang ada (Hidayat, 2021).
a. Identitas
Mengkaji biodata pasien yang berisi kan nama klien dan nama
penanggung jawab, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
alamat, golongan darah, pendidikan terakhir, tanggal masuk RS,
agama, status perkawinan, pekerjaan, nomor register,dan diagnosa
medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala saat awal dilakukan
pengkajian yang menyebabkan pasien berobat (Hidayat, 2021).

b. Riwayat penyakit Menurut Hidayat (2021) yang perlu dikaji pada


riwayat penyakit diantaranya:
1) Riwayat penyakit terdahulu : catatan tentang penyakit yang
pernah dialami pasien sebelum masuk rumah sakit.
2) Riwayat penyakit sekarang : catatan tentang riwayat penyakit
pasien saat dilakukan pengkajian.
3) Riwayat penyakit keluarga : catatan tentang penyakit keluarga
yang berhubungan dengan penyakit pasien saat ini.
c. Pemeriksaan fisik
Pada pengkajian fisik menurut Hidayat (2021) meliputi pemeriksaan
pada :
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka akibat bed rest yang lama ,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5) Sistem gastrointestinal
Terdapat adanya kesulitan menelan , nafsu makan menurun ,
mual muntah pada fase akut . Mual sampai muntah disebabkan
oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan
masalah pemenuhan nutrisi . Pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltic usus .
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine.
7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri.
8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial (PPNI, 2018).
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera Fisik (D.0077)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (D.0055)
c. Nausea berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial (D.0076)
d. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)
e. Risiko jatuh dibuktikan dengan gangguan keseimbangan (D.0143)
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai tujuan (outcome), (PPNI, 2018).

NO. TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


DX HASIL (SIKI)
(SLKI)
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
masalah Tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil sebagai durasi, frekuensi, kualitas,
berikut: intensitas nyeri.
Tingkat Nyeri ( L.08066)  Identifikasi skala nyeri
a) Keluhan nyeri menurun Terapeutik
b) Meringis menurun  Berikan teknik nonfarmakologis,
c) Kemampuan menuntaskan seperti relaksasi nafas dalam.
aktivitas meningkat  Fasilitasi istirhat tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik.
2. Setelah dilakukan tindakan Pola Tidur (I.05045)
keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
masalah Pola tidur membaik  Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan kriteria hasil sebagai  Identifikasi faktor pengganggu tidur
berikut:  Identifikasi makanan dan minuman
Pola Tidur (L.05045) yang mengganggu tidur
a) Keluhan sulit tidur Terapeutik
menurun  Modifikasi lingkungan
b) Keluhan sering terjaga  Fasilitasi menghilangkan stess
menurun sebelum tidur
c) Keluhan istirahat tidak  Lakukan prosedur untuk
cukup menurun meingkatkan kenyamanan
Edukasi
 Ajarkan relaksasi otot non autogenic
 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Jelaskan pentingnya tidur selama
sakit
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual (I.03117)
keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
masalah Tingkat Nausea  Identifikasi pengalaman mual
menurun dengan kriteria hasil  Identifikasi isyarat nonverbal
sebagai berikut: ketidaknyamanan
Tingkat Nausea (L.08065)  Identifikasi faktor penyebab mual
a) Nafsu makan meningkat  Identifikasi antimietik untuk
b) Keluhan mual menurun mencegah mual
c) Perasaan ingin muntah  Monitor mual
menurun Terapeutik
d) Sensasi panas menurun
 Kendalikan faktor lingkungan
e) Sensasi dingin menurun
penyebab mual
f) Pucat membaik
 Kurangi aau hilangkan keadaan
penyebab mual
 Berikan makan dingin, cairan
bening, tidak berbau, dan tidak
berwarna
Edukasi
 Anjurkan istirahat tidur yang cukup
 Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan lemak
 Anjurkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi
mual
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antimietik.
Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (I.12383)
keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
masalah Tingkat Pengetahuan  Identifikasi kesiapan dan
menurun dengan kriteria hasil kemampuan menerima informasi
sebagai berikut:  Identifikasi faktr yang dapat
Tingkat Pengetahuan meningkatkan dan menurunkan
(L.12111) : motivasi perilaku hidup sehat
a) Kemampuan menjelaskan Terapeutik
pengetahuan tentang  Sediakan materi dan media
suatu topik meningkat Pendidikan Kesehatan
b) Pertanyaan tentang  Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
masalah yang dihadapi sesuai kesepakatan
c) Persepsi yang keliru  Berikan kesempatan untuk
terhadap masalah bertanya
Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengarauhi Kesehatan
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan
 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
phbs
Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh (I.14540)
keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
masalah Tingkat Jatuh menurun  Identifikasi faktor risiko jatuh
dengan kriteria hasil sebagai  Identifikasi risiko jatuh minimal
berikut: setiap shift
Tingkat Jatuh (L.14138)  Identifikasi faktor lingkungan yang
a) Jatuh saat berdiri menyebabkan jatuh
menurun Terapeutik
b) Jatuh saat berjalan  Pasang handrall tempat tidur
menurun  Tempatkan pasien risiko jatuh
c) Jatuh saat berjalan dekat dengan nurse station
menurun
 Dekatkan bel panggil ke pasien
Edukasi
 Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan unuk
berpindah
 Anjurkan memakai alas kaki yang
tidak licin

4. Implementasi
Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan.Impementasi merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Menurut Moorhead Sue
(2013), berikut ini adalah kategori implementasi yang dapat diberikan:
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.
5. Evaluasi
Menurut Moorhead Sue (2013), evaluasi keperawatan adalah mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Ada tiga kriteria hasil evaluasi, yaitu:
a. Tujuan tercapai : Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai : Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2019). Cancer facts and figures. Atlanta.


Brunner and Suddarth. (2020). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8 volume 2. Jakarta : EGC.
Depkes R.I., 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Diyono, Sri Mulyanti. (2019). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem
Pencernaan. Jakarta : KENCANA
Lemone, P., & Burke, K. (2021). Medical-surgical nursing : critical thinking
in client care. (3rd ed). Upper Saddle River, NJ : Prentice Hall.
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2022. Anatomi berorientasi
klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga
Moorhead Sue. (2013). Nursing Outcome Clasifikation (NOC) fifth
edition.Missouri : Elsevior Mosby.
PPNI, 2016. Standar Diagnosis keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
KriterianHasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Risksani, natasha. 2019. Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC.
Putri Anisya, Elma Rahayu, Nugroho Taufan. 2019. Asuhan Keperawatan.
Edisi 1. Yogyakarta: Nuha Medika
Sjamsuhidajat, R. dkk. (2020), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai