Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR TESTIS

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO 2019
OLEH: FANNY ANWAR FAUZIANI (1506689963)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

1. Anatomi Fisiologi

Testis berjumlah 2 dengan bentuk ovoid, pipih dengan ketebalan ± 2,5 cm, berwarna putih,
terletak di dalam cavum skroti. Testis terletak di ekstra abdominal atau di luar perut, tepatnya
berada pada kantung scrotum kanan dan kiri
yang pada umumnya testis sebelah kiri letaknya
lebih rendah dibandingkan sebelah kanan.
Ukuran testis rata – rata 4 x 3 x 2,5 cm, dengan
berat ± 32gram. (Black & Hawk, 2014).
Morfologi testis terdapat 2 permukaan datar
disebut facies lateralis medialis dan 2 kutub
atau polus yaitu polus superior dan polus
inferior. Testis dibungkus oleh tunika vaginalis
pars parietalis, tunika vaginalis pars visceralis,
tunika albuginea dan tunika vaskulosa. Testis memiliki lobulus yang dipisahkan oleh septum
testis yang dibentuk dari penebalan tunika albuginea. Setiap lobus pada testis terdiri dari tubulus
seminiferus dan interstitial testis. (Brunner & Suddarth, 2010).

Testis memiliki fungsi ganda, yaitu untuk memproduksi hormon yaitu androgen, testosteron
dan dihidrotestosteron, dan untuk memproduksi spermatozoa. Sekitar 80% dari massa testis
terdiri dari tubulus seminiferus. Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Spermatozoa dibentuk dari sel germinal primitif di sepanjang dinding tubulus seminiferus. Di
dalam tubulus seminiferous juga terdapat sel Sertoli yang memiliki fungsi membantu sel
germinal dalam memelihara suasana agar sel tersebut dapat berkembang dan menjadi dewasa,
mengirimkan sinyal untuk memulai spermatogenesis dan mempertahankan perkembangan
spermatid, mengatur fungsi kelenjar pituitari sekaligus mengontrol spermatogenesis. (Brunner
& Suddarth, 2010). Di antara tubulus seminiferus terdapat sel Leydig yang memproduksi
testosteron dan dihidrotestosteron keduanya adalah suatu hormon steroid yang berasal dari
prekursor kolestrol. Hormon ini akan disekresikan ke dalam aliran darah terutama dalam bentuk
terikat ke protein plasma menuju ketempat kerjanya. Sebagian dari testosteron yang baru
dibentuk mengalir ke lumen tubulus seminiferus tempat hormon ini berperan penting dalam
produksi sperma (Brunner & Suddarth, 2010).

Pada testis tubulus-tubulus seminiferus akan bergabung membentuk duktus yang lebih besar
yang disebut tubulus rektus. Tubulus rektus akan membentuk rete testis yang akan berakhir
membentuk duktus efferen. Di dalam tubulus - tubulus tersebut mengalir cairan seminalis yang
mengandung sperma dari testis menuju ke epididimis. Dari epididimis spermatozoa memasuki
vas deferens lalu duktus ejakulatorius dan terakhir menuju ke urethra. Testis normal berada di
dalam kantung yang disebut skrotum, berfungsi untuk melindungi testis dan menjaga agar suhu
testis sekitar 1,5 – 2 ºC dibawah suhu tubuh. (Brunner & Suddarth, 2010).

2. Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko


Tumor testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung
zakar). Mayoritas penderita tumor testis berada pada rentang usia 25-40 tahun (Meyts,
Skakkebaek, & Toppari, 2018). Tumor testis bisa berasal dari neoplasia sel germinal (GCNIS)
yang menjadi mayoritas = 95% atau pun non germinal. Tumor germinal testis terdiri atas
seminoma dan non seminoma. Seminoma berbeda sifatnya dengan non-seminoma, antara lain
sifat keganasannya, respon terhadap radioterapi dan prognosis tumor. Seminoma meliputi
sekitar 40% dari tumor ganas testis. Penyebab dari tumor testis belum diketahui pasti. Faktor
risiko yang bisa menyebabkan tumor testis diantaranya kriptorkidisme atau testis tidak turun,
riwayat keluarga, terpapar dengan bahan kimia dan polutan, pemaparan Dietilstilbesterol
(DES), perkembangan testis yang abnormal (Black & Hawk, 2014). Sedangkan, menurut
Handayani (2018) bahwa beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian
tumor testis, antara lain maldesensus testis, trauma testis, atrofi atau infeksi testis, riwayat tumor
testis, riwayat keluarga, sindrom Klinefelter dan pengaruh hormon.
3. Manisfestasi Klinis
- Benjolan pada testis
- Pembesasaran testis tanpa nyeri
- Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah
- Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat
( Smeltzer & Bare, 2002)
4. Patofisiologi

Hormon

Keidakseimbangan
Kelainan Herediter FSH dan ICSH

Paparan Bahan Kompensasi


Kimia Kelainan Kromoson Hipofisis
/Mutasi Gen
Peningkatan
Kelainan ICSH
Pertumbuhan Sel
Merangsang Sel Leydig
Trauma
Infeksi
Testis Sel Leydig Bertambah
banyak/Tidak
Lesi Intraseluler Terkontrol

Mengenai Parenkin Testis Terjadi Penekanan


Testis Membesar Pada Saraf

Mediator Kimia
Sel tumor menyebar ke rete testis,
Tumor Testis (Prostaglanin, Bradikinin
epididimis, funikulus spermatikus,
atau bahkan ke kulit scrotum
Testis tidak dapat Implus Ke Saraf
berkembang Pusat
Rasa takut dan normal
ketidaktauan Respon Nyeri
Testis
Defisiensi Undesensus Nyeri
Pengetahuan
Penurunan
Fungsi Tubuh

Gangguan
Seksual

Disfungsi
Seksual

(Black & Hawk, 2014) ( Smeltzer & Bare, 2002).


5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan ialah tumor berkembang menjadi kanker dan dapat
bermetastase. Metastasis terjadi utamanya melalui penyebaran limfatik. Drainase dari testis
kanan adalah ke nodus inter-aortokava, semntara testis kiri ke nodus preaortik. Metastase paling
jauh terjadi umumnya ke paru-paru. (Black & Hawks, 2014).

6. Pengkajian
a. Anamnesa
Pada riwayat perawat fokus akan tiga hal:
1) Faktor risiko
Dokumentasikan usia, status pernikahan, berat badan, dan tinggi badan. Tanyakan pada
klien orang yang mendukungnya, riwayat keluarga dengan tumor testis
2) Massa di testis
Tanyakan pada klien bagaimana, kapan, dan oleh siapa massa ditemukan, serta jarak
waktu antara ditemukan massa dengan perilaku mencari pertolongan. Jika klien
terlambat, tanyakan juga apa alasannya terlambat mencari pertolongan (untuk mengetahui
waktu adanya tumor). Selain itu tanyakan juga apakah ada perubahan kondisi tubuh dalam
setahun kebelakang
3) Perilaku mempertahankan kesehatan
 Tanyakan pada klien pengetahuan dan perilaku mengenai pemeriksaan testis mandiri
atau PTM
 Setelah itu tanyakan pada klien mengenai pola makan, menu harian, alkhohol, dan
makanan tinggi lemak.
 Tanyakan juga pada klien mengenai obat-obatan yang digunakan, suplemen estrogen
baik secara oral, Dokumentasikan tipe dan bentuk hormon serta lamanya
4) Pengkajian Psikososial
- Ketakutan akan kanker
- Ancama terhadap gambaran citra tubuh, seksualitas, hubungan intim, dan pertahanan
- Konflik diri dalam mengambil keputusan terapi

b. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi adanya pembesaran testis pada skrotum
- Palpasi testis, rasakan adanya bentuk benjolan kecil atau abnormal, tanyakan jika ada nyeri
c. Pemeriksaan penunjang ( Smeltzer & Bare, 2002)
- Penanda tumor dalam darah : Alfa-fetoprotein (AFP), Beta Gonadotropin korion manusia
(beta-HCG), asam laktat dehydrogenase (LDH)

- USG Testis
- Ct Scan Thorak dan abdomen untuk mendeteksi metastase
- Urographi Intrvena / IVP untuk mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang
disebabkan masa tumor

7. Masalah Keperawatan dan Diagnosis yang Mungkin Muncul


a. Ansietas b.d ancaman kematian, ancaman konsep diri / perubahan gambaran diri / bagian
tubuh seksual tidak menarik
b. Kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan/ bedah kulit/ jaringan
c. Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot
d. Gangguan harga diri b.d prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, masalah tentang
ketertarikan seksual
e. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler, nyeri/ketidaknyamanan,
pembentukan edema
f. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

8. Prioritas Diagnosis
a. Ansietas b.d ancaman kematian, ancaman konsep diri / perubahan gambaran diri / bagian
tubuh seksual tidak menarik
b. Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot
c. Kerusakan integritas kulit b.d peengangkatan/ bedah kulit/ jaringan
d. Gangguan harga diri b.d prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, masalah tentang
ketertarikan seksual

9. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Praoperasi

Diagnosa Tujuan Tindakan Keperawatan Rasional


Keperawatan
Ansietas b.d Pasien akan Mandiri:
ancaman mendiskusikan Yakinkan informasi pasien tentang Memberikan dasar pengetahuan
kematian, masalah, diagnosis, harapan intervensi untuk menguatkan kebutuhan
ancaman konsep menunjukkan pembedahan, dan terapi yang akan informasi dan membantu untuk
diri / perubahan tentang datang mengidentifikasi pasien dengan
gambaran diri / perasaannya, ansietas tinggi, dan kebutuhan akan
bagian tubuh melaporkan perhatian khusus
seksual tidak perasaan takut
menarik dan ansietas, Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes Pemahaman jelas akan prosedur dan
serta menangani diagnostik apa yang terjadi meningkatkan
ansietasnya perasaan control dan mengurangi
ansietas

Berikan lingkungan perhatian, Waktu dan privasi diperlukan untuk


keterbukaan dan peneriman juga privasi memberikan dukungan, diskusi
untuk pasien/orang terdekat perasaan tentang antisipasi
kehilangan dan masalah lain.
komunikasi terapeutik, pertanyaan
terbuka, mendengarkan,
memudahkan proses ini

Dorong pertanyaan dan berikan waktu Memberi kesempatan untuk


untuk mengekspresikan takut. Beritahu mengidentifikasi dan memperjelas
pasien bahwa stress berhubungan kesalahan konsep dan menawarkan
dengan kanker dapat menerap selama dukungan emosi
beberapa bulan dan perlu mencari
bantuan/dukungan

Diskusikan/jelaskan peran rehabilitas Rehabilitasi adalah komponen untuk


setelah pembedahan memenuhi kebutuhan fisik, sosial,
dan emosional

b. Pascaoperasi

Diagnosa Tujuan Tindakan Keperawatan Rasional


Keperawatan
Kerusakan Meningkatkan Mandiri:
integritas kulit waktu Kaji balutan/luka untuk karajteristik Penggunaan balutan tergantung luas
b.d penyembuhan drainase. Perhatikan jumlah edema, pembedahan dan tipe penutupan
peengangkatan/ luka bebas kemerahan, dan nyeri pada insisi. Kaji luka. Drainase terjadi karena trauma
bedah kulit/ drainase purulent suhu klien prosedur dan manipulasi banyak
jaringan Klien pembuluh darah dan limfatik pada
menunjukkan area tersebut
perilaku/ teknik Dorong klien untuk menggunakan Menurunkan tekanan pada jaringan
untuk pakaian yang tidak sempit/ketat yang terkena
meningkatkan
penyembuhan Kolaborasi
untuk mencegah Berikan antibiotic sesuai indikasi Diberikan secara profilaksis untuk
komplikasi mengobati infeksi khusus dan
meningkatkan penyembuhan
Nyeri akut b.d Klien Mandiri:
prosedur mengekspresikan Kaji keluhan nyeri dengan skala 0-10. Membantu mengidentifikasi derajad
pembedahan, penurunan Perhatikan petunjuk verbal dan ketidaknyamanan dan kebutuhan
trauma jaringan, nyeri/ketidaknya nonverbal analgesik. Jumlah jaringan, otot,
interupsi saraf, manan dan sistem limfatik yang diangkat
diseksi otot Klien tampak mempengaruhi jumlah nyeri yang
rileks, mampu dialami. Kerusakan saraf pada
tidur dan istirahat region aksilaris menyebabkan kebas
dengan baik pada lengan atas

Diskusikan sensasi masih adanya testis Memberikan keyakinan bahwa


sensasi bukan imajinasi
Bantu pasien menemukan posisi yang
nyaman
Peninggian lenga, ukuran baju, dan
adanya drain mempengaruhi
kemampuan pasien untuk rileks dan
Berikan obat nyeri secara tepat dan tidur/istirahat secara efektif
dengan jadwal teratur
Mempertahankan tingkat
kenyamanan dan menmungkinkan
pasien utnuk latihan lengan dan
untuk ambulasi tanpa nyeri yang
menyertai upaya tersebut
Gangguan Klien Mandiri
harga diri b.d menunjukkan Mendorong pertanyaan tentang situasi Pasca operasi menyebabkan reaksi,
prosedur bedah gerakan kearah saat ini dan harapan yang akan dating. termasuk perasaan perubahan
yang mengubah penerimaan diri Berikan dukungan emosional bila gambaran diri, takut jaringan parut
gambaran tubuh, dalam situasi balutan bedah diangkat dan takut terhadap reaksi pasangan
masalah tentang Klien atas perubahan tubuh
ketertarikan menunjukkan
seksual penerimaan Dapat menyatakan bagaimana
konsep diri tanpa Identifikasi masalah peran sebagai laki- pandangan diri pasien telah berubah
menegatifkan laki, suami, ayah, dan sebagainya
harga diri Mendorong kelanjutan perilaku
Berikan penguatan positif untuk sehat
peningkatan/perbaikan dan partisipasi
perawatan diri/program pengobatan
Respon negative yang diarahkan
Yakinkan perasaan/masalah pasangan pada pasien secara actual
sehubungan dengan aspek seksual, dan menyatakan masalah pasangan
memberikan informasi dan dukungan tentang rasa sedih pasien, takut
kanker/kematian, keuslitan dalam
menghadapi perubahan
kepribadian/perilaku pasien, atau
ketidakmampuan untuk melihat area
operasi

10. Pengobatan/Treatment dan Terapi/Medikasi


a. Orkieoktomi operasi pengangkatan testis
b. Diseksi kelenjar getah bening retroperitoneal (RPLND) dilakukan setelah orkieoktomi
untuk mencegah penyebaran tumor melalui jalur limfatik
c. Radiasi
d. Kemoterapi

( Smeltzer & Bare, 2002)


Daftar Referensi

Black, J. & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Edisi 8. Singapore: Elsevier Ltd.
Brunner, & Suddarth’s. (2010). Textbook of Medical Surgical Nursing, Tweltfh edition.
Philadelphia: Lippincott William Wilkins
Doenges, Moorhouse & Murr. (2012). Nursing Care Plans 9th ed.Philadelphia ; F.A Davis
Company.
Handayani, W. (2015). Lelaki 18 tahun dengan tumor testis. Jurnal Medula Unila Volume 4
No 3. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/805/pdf.
Rajpert-De Meyts E, Skakkebaek NE, Toppari J. (2018). Testicular Cancer Pathogenesis,
Diagnosis and Endocrine Aspects. In: Feingold KR, Anawalt B, Boyce A, et al.,
editors. Endotext [Internet]. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000-.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK278992/
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner &
suddarth. (Ed. 8). (Agung Waluyo, Penerjemah). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai