1. Anatomi Fisiologi
Testis berjumlah 2 dengan bentuk ovoid, pipih dengan ketebalan ± 2,5 cm, berwarna putih,
terletak di dalam cavum skroti. Testis terletak di ekstra abdominal atau di luar perut, tepatnya
berada pada kantung scrotum kanan dan kiri
yang pada umumnya testis sebelah kiri letaknya
lebih rendah dibandingkan sebelah kanan.
Ukuran testis rata – rata 4 x 3 x 2,5 cm, dengan
berat ± 32gram. (Black & Hawk, 2014).
Morfologi testis terdapat 2 permukaan datar
disebut facies lateralis medialis dan 2 kutub
atau polus yaitu polus superior dan polus
inferior. Testis dibungkus oleh tunika vaginalis
pars parietalis, tunika vaginalis pars visceralis,
tunika albuginea dan tunika vaskulosa. Testis memiliki lobulus yang dipisahkan oleh septum
testis yang dibentuk dari penebalan tunika albuginea. Setiap lobus pada testis terdiri dari tubulus
seminiferus dan interstitial testis. (Brunner & Suddarth, 2010).
Testis memiliki fungsi ganda, yaitu untuk memproduksi hormon yaitu androgen, testosteron
dan dihidrotestosteron, dan untuk memproduksi spermatozoa. Sekitar 80% dari massa testis
terdiri dari tubulus seminiferus. Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Spermatozoa dibentuk dari sel germinal primitif di sepanjang dinding tubulus seminiferus. Di
dalam tubulus seminiferous juga terdapat sel Sertoli yang memiliki fungsi membantu sel
germinal dalam memelihara suasana agar sel tersebut dapat berkembang dan menjadi dewasa,
mengirimkan sinyal untuk memulai spermatogenesis dan mempertahankan perkembangan
spermatid, mengatur fungsi kelenjar pituitari sekaligus mengontrol spermatogenesis. (Brunner
& Suddarth, 2010). Di antara tubulus seminiferus terdapat sel Leydig yang memproduksi
testosteron dan dihidrotestosteron keduanya adalah suatu hormon steroid yang berasal dari
prekursor kolestrol. Hormon ini akan disekresikan ke dalam aliran darah terutama dalam bentuk
terikat ke protein plasma menuju ketempat kerjanya. Sebagian dari testosteron yang baru
dibentuk mengalir ke lumen tubulus seminiferus tempat hormon ini berperan penting dalam
produksi sperma (Brunner & Suddarth, 2010).
Pada testis tubulus-tubulus seminiferus akan bergabung membentuk duktus yang lebih besar
yang disebut tubulus rektus. Tubulus rektus akan membentuk rete testis yang akan berakhir
membentuk duktus efferen. Di dalam tubulus - tubulus tersebut mengalir cairan seminalis yang
mengandung sperma dari testis menuju ke epididimis. Dari epididimis spermatozoa memasuki
vas deferens lalu duktus ejakulatorius dan terakhir menuju ke urethra. Testis normal berada di
dalam kantung yang disebut skrotum, berfungsi untuk melindungi testis dan menjaga agar suhu
testis sekitar 1,5 – 2 ºC dibawah suhu tubuh. (Brunner & Suddarth, 2010).
Hormon
Keidakseimbangan
Kelainan Herediter FSH dan ICSH
Mediator Kimia
Sel tumor menyebar ke rete testis,
Tumor Testis (Prostaglanin, Bradikinin
epididimis, funikulus spermatikus,
atau bahkan ke kulit scrotum
Testis tidak dapat Implus Ke Saraf
berkembang Pusat
Rasa takut dan normal
ketidaktauan Respon Nyeri
Testis
Defisiensi Undesensus Nyeri
Pengetahuan
Penurunan
Fungsi Tubuh
Gangguan
Seksual
Disfungsi
Seksual
6. Pengkajian
a. Anamnesa
Pada riwayat perawat fokus akan tiga hal:
1) Faktor risiko
Dokumentasikan usia, status pernikahan, berat badan, dan tinggi badan. Tanyakan pada
klien orang yang mendukungnya, riwayat keluarga dengan tumor testis
2) Massa di testis
Tanyakan pada klien bagaimana, kapan, dan oleh siapa massa ditemukan, serta jarak
waktu antara ditemukan massa dengan perilaku mencari pertolongan. Jika klien
terlambat, tanyakan juga apa alasannya terlambat mencari pertolongan (untuk mengetahui
waktu adanya tumor). Selain itu tanyakan juga apakah ada perubahan kondisi tubuh dalam
setahun kebelakang
3) Perilaku mempertahankan kesehatan
Tanyakan pada klien pengetahuan dan perilaku mengenai pemeriksaan testis mandiri
atau PTM
Setelah itu tanyakan pada klien mengenai pola makan, menu harian, alkhohol, dan
makanan tinggi lemak.
Tanyakan juga pada klien mengenai obat-obatan yang digunakan, suplemen estrogen
baik secara oral, Dokumentasikan tipe dan bentuk hormon serta lamanya
4) Pengkajian Psikososial
- Ketakutan akan kanker
- Ancama terhadap gambaran citra tubuh, seksualitas, hubungan intim, dan pertahanan
- Konflik diri dalam mengambil keputusan terapi
b. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi adanya pembesaran testis pada skrotum
- Palpasi testis, rasakan adanya bentuk benjolan kecil atau abnormal, tanyakan jika ada nyeri
c. Pemeriksaan penunjang ( Smeltzer & Bare, 2002)
- Penanda tumor dalam darah : Alfa-fetoprotein (AFP), Beta Gonadotropin korion manusia
(beta-HCG), asam laktat dehydrogenase (LDH)
- USG Testis
- Ct Scan Thorak dan abdomen untuk mendeteksi metastase
- Urographi Intrvena / IVP untuk mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang
disebabkan masa tumor
8. Prioritas Diagnosis
a. Ansietas b.d ancaman kematian, ancaman konsep diri / perubahan gambaran diri / bagian
tubuh seksual tidak menarik
b. Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot
c. Kerusakan integritas kulit b.d peengangkatan/ bedah kulit/ jaringan
d. Gangguan harga diri b.d prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, masalah tentang
ketertarikan seksual
b. Pascaoperasi
Black, J. & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Edisi 8. Singapore: Elsevier Ltd.
Brunner, & Suddarth’s. (2010). Textbook of Medical Surgical Nursing, Tweltfh edition.
Philadelphia: Lippincott William Wilkins
Doenges, Moorhouse & Murr. (2012). Nursing Care Plans 9th ed.Philadelphia ; F.A Davis
Company.
Handayani, W. (2015). Lelaki 18 tahun dengan tumor testis. Jurnal Medula Unila Volume 4
No 3. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/805/pdf.
Rajpert-De Meyts E, Skakkebaek NE, Toppari J. (2018). Testicular Cancer Pathogenesis,
Diagnosis and Endocrine Aspects. In: Feingold KR, Anawalt B, Boyce A, et al.,
editors. Endotext [Internet]. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000-.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK278992/
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner &
suddarth. (Ed. 8). (Agung Waluyo, Penerjemah). Jakarta: EGC