Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN LIPOSARKOMA


KONSEP DASAR

1. Anatomi Fisiologi

Gambar anatomi fisiologi abdomen


Sumber: www.google.com

Gambar abdomen dengan liposarcoma


Sumber : www.google.com
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas
dari atas dari diafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan
menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang
lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas
rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk
panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-
tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan
otot psoas dan quadratus lumborum (Pearce, 1999).
Abdomen adalah suatu rongga yang dilapisi oleh lapisan peritoneum baik organ
maupun dindingnya. Lapisan peritoneum yang melapisi rongga abdomen disebut
peritoneum parietal dan yang melapisi semua organ dalam abdomen di sebut
peritoneum visceral. (Syaifuddin, 1997).

2. Definisi
Liposarkoma merupakan salah satu tumor ganas jaringan lunak dan terbanyak
ditemukan pada usia dewasa antara dekade 5 dan 7 serta jarang terjadi pada usia
anak. Liposarkoma sering terjadi pada ekstremitas bawah (fosa poplitea dan paha
bagian tengah), retroperitoneal, perirenal, mesenteric region, dan area bahu (Afiati &
Bethy, 2013).
Berdasarkan WHO, secara histopato-logik, liposarkoma dibagi menjadi empat
sub-tipe/varian histologik, yaitu well differentiated liposarcoma (WDLS),
dedifferentiated liposar-coma (DDLS), myxoid liposarcoma (MLS)/round cell
liposarcoma (RLS) dan pleiomorphic lipo-sarcoma (PLS).1-3 DDLS, RLS dan PLS
meru-pakan liposarkoma high grade malignancy, agresif dan cenderung metastasis.
Sedangkan WDLS dan MLS adalah tumor low grade yang sangat jarang terjadi
metastasis. Sistem grading French Federation Nationale des Centres de Lutte Contre
le Cancer (FNCLCC) berdasarkan skor diferensiasi, mitosis dan nekrosis. Pada
liposarkoma ada tiga skor differensiasi berdasar-kan tipe histologik yaitu skor 1
(WDLS), skor 2 (MLS) dan skor 3 (DDLS, RLS dan PLS). Semakin tinggi skor,
semakin buruk diferensiasi liposarkoma serta makin agresif (Ida & Sjahjenny, 2015).
Liposarkoma jarang terjadi dan cenderung lebih membentuk tonjolan. Terjadi
dari sel – sel mesenkim primitif, beberapa diantaranya membawa vakuola – vakuola
lipid yang harus ada paling sedikit beberapa sel. Sesungguhnya liposarkoma dapat
timbul dimana saja pada tubuh diluar jaringan adiposa. Sebagian besar terjadi di
jaringan – jaringan lunak dalam dan meneruskan perjalanan penyakit yang sangat
tergantung pada gambaran sistologiknya. Liposarkoma miksoid cenderung
merupakan tumor – tumor derajat rendah, yang sering kambuh, mempunyai
perjalanan penyakit yang sulit diobat dan metastasis lambat. Sebaliknya,
liposarkoma sel bulat dan liposarkoma pleomorfik adalah sarkoma – sarkoma derajat
tinggi dan agresif (85% sampai 90% bermetastase) (Robbins, 2013).
Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarkoma jaringan lunak.
Sarkoma jaringan lunak merupakan tumor yang jarang, yang tumbuh dan
berkembang dalam jaringan yang diturunkan dari embrionik mesoderm. Sarkoma ini
mungkin terjadi dimana – mana tetapi paling sering terjadi pada daerah paha (Gale,
2013).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa liposarcoma adalah
tumor ganas jaringan lunak yang sering terjadi pada ekstremitas bawah (fosa
poplitea dan paha bagian tengah), retroperitoneal, perirenal, mesenteric region, dan
area bahu.

3. Etiologi
Menurut Smeltzer, 2001. Penyebab secara umum dari kanker yaitu : virus, agens fisik,
agens kimia, faktor – faktor genetik, faktor makanan dan hormonal.
a. Virus
Virus sebagai penyebab kanker pada tubuh manusia sulit untuk dipastikan karena
virus sulit untuk diisolasi. Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur
genetik sel, sehingga mengganggu generasi mendatang dari populasi sel tersebut
dan ini barang kali mengarah pada kanker.
b. Agens Fisik
Faktor – faktor fisik yang mengarah pada karsinogenesis mencakup pemanjanan
terhadap sinar matahari atau pada radiasi. Pemajanan berlebih terhadap sinar
ultraviolet terutama pada orang yang berkulit putih atau terang, bermata hijau atau
biru dapat meningkatkan resiko terkena kanker. Pemajanan terhadap radiasi
pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi berulang atau ketika terapi
radiasi diberikan saat mengobati penyakit. Pemajanan terhadap medan
elektromagnetik dari kabel listrik, mikrowave, dan telepon seluler dapat
meningkatkan resiko kanker.
c. Agens Kimia
Sekitar 85 % dari semua kanker diperkirakan berhubungan dengan lingkungan.
Karsinogen kimia mencakup zat warna amino aromatik dan anilin, arsenik, jelaga
dan tar, asbeston, pinang dan kapus sirih, debu kayu, senyawaan berilium, dan
polivinil klorida.
d. Faktor Genetik dan Keturunan
Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel kanker. Jika
kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat
terbentuk sel - sel mutan. Pola kromosom yang abnormal dari kanker berhubungan
dengan kromosom ekstra, terlalu sedikit kromosom, atau translokasi kromosom.
Beberapa kanker pada masa dewasa dan anak – anak menunjukkan predisposisi
keturunan. Pada kanker dengan predisposisi herediter, umumnya saudara dekat
dan sedarah dan tipe kankernya sama.
e. Faktor – Faktor Makanan
Faktor – faktor makanan diduga berkaitan dengan 40% sampai 60% dari semua
kanker lingkungan. Substansi makanan dapat proakif, karsinogenik atau ko –
karsinogenik. Resiko kanker meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang
karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak adanya substansi proaktif dalam diet.
Substansi diet berkaitan dengan peningkatan resiko kanker mencakup lemak,
alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atau
nitrit, dan masukan diet dengan kalori tinggi.
f. Agens Hormonal
Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam
keseimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri atau
pemberian hormon eksogenus.

4. Patofisiologi
Pada sarkoma belum dikenal adanya kanker insitu, sehingga sukar sekali
untuk mengetahui kapan sarkoma itu muncul. Secara umum terjadinya kanker dimulai
dari tumbuhnya satu sel kanker yang besarnya 10 mU. Kanker itu tumbuh terus tanpa
batas, mengadakan invasi kejaringan sekitar dan menyebar sampai akhirnya penderita
meninggal. Perjalanan penyakit kanker sampai penderita meninggal dapat dibagi
menurut luas penyakit atau stadium penyakit. Stadium penyakit kanker dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
1) Stadium Pra Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker belum dapat diketahui
adanya dengan pemeriksaan klinik yang ada. Pada saat ini tumor yang lebih kecil
dari 0,5 cm hampir tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan klinik maupun
penunjang klinik. Diperkirakan lama stadium pra klinik itu 2/3 dari lama
perjalanan hidup kanker dan hanya 1/3 dari lama hidupnya berada dalam stadium
klinik.
2) Stadium Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker itu telah cukup besar atau telah
memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan klinik
dan / atau penunjang klinik. Selanjutnya stadium klinik dibagi menjadi beberapa
stadium berdasarkan :
a. Kemungkinan Sembuh
Stadium Dini ( Early Stage ) : Dimana kanker itu belum lama diketahui
adanya, masih kecil, letaknya masih lokal terbatas pada organ tempat
asalnya tumbuh, belum menimbulkan kerusakan yang berarti pada
organ yang ditumbuhinya dengan kemungkinan sembuh besar.
Stadium Lanjut ( Advance Stage ) : Stadium dimana kanker itu telah
lama ada, telah besar, telah menimbulkan kerusakan yang besar pada
daerah yang ditumbuhinya, telah mengadakan infiltrasi pada jaringan
atau organ disekitarnya dan umumnya juga telah mengadakan
metastase regional. Kemungkinan sembuh kecil.
Stadium Sangat Lanjut ( Far Advance Stage ) : Stadium dimana kanker
telah lama ada, telah besar dan keadaanya sama dengan stadium lanjut
dan disertai metastase luas diseluruh tubuh. Kemungkinan sembuh
sangat kecil atau tak dapat sembuh lagi (Sukardja, 2000).

b. Topografi Penyakit
Stadium penyakit berdasarkan letak topografi tumor beserta ekstensi dan
metastasenya dalam organ. Berdasarkan topografinya stadium kanker dibagi
menjadi :
 Stadium Lokal : Pertumbuhan kanker masih terbatas pada organ
tempatnya semula tumbuh.
 Stadium Metastase Regional : Kanker telah mengadakan metastase di
kelenjar lymfe yang berdekatan yaitu kelenjar lymfe regional. Pada
kasus liposarkoma dikaki pembesaran kelenjar limfe dapat dilihat pada
kelenjar limfe inguinalis.
 Stadium Metastase Jauh atau Diseminasi : Kanker telah mengadakan
metastase di organ yang letaknya jauh dari tumor primer.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinik
Tumor ganas ini umumnya memberikan gejala dan tanda benjolan tanpa nyeri
atau tanda radang dan biasanya mempunyai simpai atau batas yang cukup jelas
dengan jaringan sekitarnya, sehingga kebanyakan tidak dianggap sebagai tumor
ganas. Benjolan tanpa gejala dan keluhan apapun karena tumbuh dalam jaringan lunak
yang mudah didesak dan sering kali jauh dari organ vital. Keluhan baru timbul setelah
ukuran sudah besar atau terjadi tarikan atau tekanan pada otot atau saraf
(Sjamsuhidajat, 2012).
Gejala dan tanda kanker jaringan lemak tidak spesifik, tergantung pada lokasi
dimana tumor berada, umumnya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit
yang tidak terasa sakit, hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit. Rasa sakit
muncul akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor dan bisa juga karena penekanan
pada saraf – saraf tepi. Kanker yang sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok
dan perdarahan kulit (Sjamsuhidajat, 2013).

7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan ganas atau jinak dari semua benjolan pada jaringan lunak
yang menetap perlu dilakukan biopsi. Benjolan yang mudah digerakkan dari jaringan
sekitarnya dan disangka lipoma dapat memberi hasil patologi yang mengejutkan.
Secara klinis diagnosis ditentukan dengan palpasi untuk memperkirakan ukuran
kelainan dan perlekatan dengan struktur dangkal maupun dalam. Pemeriksaan
pencitraan seperti radiografi, ultrasonografi, limfangiografi, payaran CT, atau MRI
sebaiknya digunakan dengan selektif. Angiografi bermanfaat karena dapat menilai
hubungan anatomi tumor dengan jaringan sekitarnya. Dalam perencanaan
pembedahan, angiografi menentukan jarak tumor dengan pembuluh darah utama.
Pemeriksaan pencitraan paru dilakukan karena kebanyakan tumor ganas
jaringan lunak lebih dulu beranak sebar ke paru – paru. Foto Rontgen dilakukan
karena kanker ini bisa menginvasi tulang, setelah foto Rongten dapat direncanakan
untuk reseksi tulang (Sjamsuhidajat, 2015).
8. Komplikasi
Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada paru – paru,
liver, tulang. Komplikasi dari penatalaksanaan yaitu infeksi pada pembedahan, dan
jika dilakukan terapi radiasi mungkin akan terjadi perlambatan penyembuhan luka,
dan nekrosis dijaringan setelahnya. Jika dilakukan khemoterapi, akan didapat
komplikasi antara lain : mual, muntah, stomatitis, neuropati perifer, miopati jantung,
dan kerusakan hepar (Gale, 2008).

9. Penatalaksanaan Medis
Sebelum kita memberikan terapi pada penderita kanker, terlebih dahulu perlu
diketahui bagaimana prinsip – prinsip pengelolaan kanker. Pastikan dulu diagnosa
klinis dan patologi, stadium dan keadaan penderita, serta buat rencana terapi yang
akan diberikan. Apa tujuan terapi, bagaiman caranya, bagaimana urutannya, kapan
dimulai dan hasil apa yang diharapkan.
Tujuan terapi kanker ada 2 yaitu : kuratif atau penyembuhan dan paliatif atau
meringankan. Terapi kuratif ialah tindakan untuk menyembuhkan penderita yaitu
membebaskan penderita dari kanker yang dialami untuk selama – lamanya. Umumnya
untuk penyembuhan kanker ini hanya mungkin pada kanker dini yaitu kanker loko
regional, masih kecil. Kurang lebih 70 % kanker yang solid dapat disembuhkan
dengan pembedahan.
Terapi paliatif ialah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita
kanker terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi. Perawatan Paliatif
bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup agar dapat bekerja dan menikmati hidup.
Mengatasi komplikasi yang terjadi, dapat memperpanjang hidup dan tanpa
memperpanjang penderitaan. Mengurangi atau meringankan keluhan, keluhan yang
berat pada penderita kanker umumnya nyeri, ulkus berbau, perdarahan yang sukar
berhenti dan berulang – ulang, tidak ada nafsu makan, badan lemas dan mengurus,
dsb. Hilang atau berkurangnya keluhan maka penderita akan merasa lebih enak dan
sehat (Sukardja, 2008).
Ada bermacam – macam terapi kanker, yaitu : Terapi utama, ini merupakan
penatalaksanaan yang ditujukan kepada penyakit kanker itu sendiri, yang meliputi
pembedahan, radioterapi, khemoterapi, hormonterapi dan bioterapi. Pada umumnya
terapi yang diberikan kepada penderita kanker ialah cara sequential yaitu setelah
selesai dengan cara terapi yang satu, kalau perlu diikuti cara terapi yang lain. Pada
kasus kanker loko regional yang operabel, urutan terapi umumnya ialah dimulai
dengan operasi, kemudian radioterapi dan terakhir khemoterapi (Sukardja, 2009).
Pada sarkoma jaringan lunak seperti liposarkoma penatalaksanaan bukan
hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai
bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker
ini. Tindakannya berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan khemoterapi
hanyalah sebagai pelengkap. Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi
ditambah dengan radioterapi. Setelah penderita operasi harus sering kontrol untuk
memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan
ditempat jauh hasil metastase. (Sukardja, 2007).
BAB 2
KONSEF ASUHAN KEPERAWATAN LIPOSARCOMA

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupak dasar proses keperawatan
diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat
memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan keperawatan sanagat tergantung kepada kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat komponen
antara lain : pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri
pada defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar
pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan
pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya
massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang merokok.)
Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan
pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida,
pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.
k. Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat perkawinan
( berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan dengan stres, ancaman kematian
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit atau cedera
Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor biologis
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan metabolisme seluler
C. Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Ansietas  Anxiety self control Anxiety Reduction
berhubungan dengan  Anxiety Level
1) Memberikan HE tentang
stres, ancaman - Klien mampu
kondisi klien dan
kematian mengidentifikasi dan
penatalaksanaan
mengungkapkan
2) Berikan penguatan atas
gejala cemas
upaya keluarga untuk
- Klien mampu
3) merawat klien
mengidentifikasi,
4) Memberikan kesempata
mengungkapkan dan
kepada keluarga untuk
menunjukkan teknik
mendiskusikan perasaan
untuk mengontrol
mereka
cemas

2 Gangguan citra  Body image Body Image


tubuh berhubungan  Self estheem enhancement
dengan penyakit atau
cedera Setelah dilakukan - Kaji secara verbal dan
tindakan selama 1x24 nonverbal respon klien
jam diharapkan terhadap tubuhnya
kecemasan pasien - Jelaskan tentang
berkurang dengan pengobatan, perawatan,
kriteria hasil : kemajuan dan prognosis
- Body image positif penyakit
- Mampu - Dorong klien
mengidentifikasi mengungkapkan
kekuatan personal perasaannya
- Mempertahankan
interaksi sosial
3 Harga diri rendah  Body Image, Self Esteem Enhancement
berhubungan dengan disturbed - Tunjukkan rasa percaya
gangguan citra tubuh  Coping, Ineffective diri terhadap kemampuan
pasien untuk mengatasi
- Menunjukkan situasi
penilaian pribadi - Buat statement positif
tentang harga diri terhadap pasien
- Mengungkapkan - Monitor frekuensi
penerimaan diri komunikasi verbal pasien
- Komunikasi terbuka yang negative
- Mengatakan optimism
tentang masa depan
4 Gangguan rasa  Pain Level, Pain Management
nyaman : nyeri  Pain control, - Lakukan pengkajian
berhubungan dengan  Comfort level nyeri secara
agen cedera fisik komprehensif termasuk
- Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
nyeri, mampu kualitas dan faktor
menggunakan tehnik presipitasi
nonfarmakologi - Observasi reaksi
untuk mengurangi nonverbal dari
nyeri, mencari ketidaknyamanan
bantuan) - Gunakan teknik
- Melaporkan bahwa komunikasi terapeutik
nyeri berkurang untuk mengetahui
dengan menggunakan pengalaman nyeri pasien
manajemen nyeri - Evaluasi pengalaman
- Mampu mengenali nyeri masa lampau
nyeri (skala, - Bantu pasien dan
intensitas, frekuensi keluarga untuk mencari
dan tanda nyeri) dan menemukan
- Menyatakan rasa dukungan
nyaman setelah nyeri - Kontrol lingkungan
berkurang yang dapat
- Tanda vital dalam mempengaruhi nyeri
rentang normal seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
5 Ketidakseim  Nutritional Status : Nutrition Management
bangan food and Fluid Intake - Kaji adanya alergi
nutrisi Kriteria Hasil : makanan
kurang dari - Adanya - Kolaborasi dengan ahli
kebutuhan peningkatan berat gizi untuk menentukan
tubuh badan sesuai jumlah kalori dan nutrisi
berhubungan dengan tujuan yang dibutuhkan pasien.
dengan - Berat badan ideal - Anjurkan pasien untuk
factor sesuai dengan meningkatkan intake Fe
biologis tinggi badan - Anjurkan pasien untuk
- Mampu meningkatkan protein
mengidentifikasi dan vitamin C
kebutuhan nutrisi - Berikan substansi gula
- Tidak ada tanda - Yakinkan diet yang
tanda malnutrisi dimakan mengandung
- Tidak terjadi tinggi serat untuk
penurunan berat mencegah konstipasi
badan yang - Berikan informasi
berarti tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

6 Hambatan mobilitas  Joint Movement : Exercise therapy :


fisik berhubungan Active ambulation
dengan perubahan  Mobility Level - Monitoring vital sign
metabolisme seluler  Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan

 Transfer performance dan lihat respon pasien


saat latihan
Kriteria Hasil : - Konsultasikan dengan
- Klien meningkat terapi fisik tentang
dalam aktivitas rencana ambulasi sesuai
fisik dengan kebutuhan
- Mengerti tujuan - Bantu klien untuk
dari peningkatan menggunakan tongkat
mobilitas saat berjalan dan cegah
- Memverbalisasik terhadap cedera
an perasaan - Ajarkan pasien atau
dalam tenaga kesehatan lain
meningkatkan tentang teknik ambulasi
kekuatan dan - Kaji kemampuan pasien
kemampuan dalam mobilisasi
berpindah - Latih pasien dalam
- Memperagakan pemenuhan kebutuhan
penggunaan alat ADLs secara mandiri
bantu untuk sesuai kemampuan
mobilisasi - Dampingi dan Bantu
(walker) pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
- Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
- Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Daftar Pustaka

Afiatidan dan Bethy S. Hernowo. 2013. Hubungan Ekspresi Ki-67 dengan Grading
Histopatologi Liposarkoma. Bandung : Jurnal Departemen Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Volume 45 No. 3.
B.Ac, Drs. H. Syaifuddin, (1997), Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat (Cetakan 1),
Kedokteran EGC, Jakarta.
Gale, D., 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC, Jakarta
Ida Hartati dan Sjahjenny Mustokoweni. 2015. Hubungan Ekspresi CD8dengan Skor
Diferensiasi Liposarkoma. Surabaya : Jurnal Departemen Patologi Anatomik,
Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga. Vol. 24 No. 2.
Pearce, Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Terjemahan Sri Yuliani
Handoyo. Jakarta: Gramedia.
Robbins Stephen P, 1999. Manajemen Sixth Edition, PT Prenhallindo, Jakarta.
Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Sukardja, 2000. Onkologi Klinik. Cetakan pertama. Airlangga University Press,
Surabaya.
Sjamsuhidajat, R.,1997. Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai