Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

OLEH :

Petri Enti. Kyt

113063J119035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2019
I. KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi

B. Pengertian Plasenta Previa


Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim yaitu di atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta
previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada
didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud
plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah
sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi
plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta
menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
Plasenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
1. Marginal placenta previa yaitu Plasenta tertanam pada satu tepi
segmen rahim bawah dekat dengan tulang.
2. Incomplete / Parsial placenta previa yaitu Menyiratkan penutupan tak
sempurna
3. Total / Complete placenta previa yaitu Seluruhnya tulang dalam
tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya berdilatasi
4. Implantasi rendah / low-lying implantasi yaitu Digunakan saat
placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih rendah tapi
jauh dari tulang

C. Etiologi
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat
ini. Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena
bekas luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang
menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah
teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.
Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan
permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga
menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga
pembuluh darah yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin
mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk
implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.

D. Tanda dan Gejala


1. Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
2. Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam
kehidupan atau menyebabkan syok hipovolemik.
3. Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu
temuan yang kebetulan pada scan ultrasonik.
4. Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah
merentang dan tipis, saat sobek dan perdarahan terjadi di lokasi
implantasi bawah.
5. Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga
kelahiran mulai atau hinga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal
terjadi dan berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan yang merah
terang mungkin terjadi secara intermitten, saat pancaran, atau lebih
jarang, mungkin jugaberlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita
sedang istirahat atau di tengah-tengah aktifitas. Kebetulan kejadian
ini tidak pernah terjadi kecuali jika dilakukan pengkajian vaginal
atau rektal memulai perdarahan dengan kasar sebelum atau selama
awal kehamilan.
6. Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit.
Bagaimanapun jika perdarahan yang pertama bersamaan dengan
serangan kelahiran, wanita mungkin mengalami rasa tak nyaman
karena kontraksi uterus.
7. Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian
fundus biasanya lebih besar dari yang diharapkan untuk umur
kehamilannya karena placenta previa menghalangi turunnya bagian-
bagian janin.
8. Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring
atau melintang karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.

9. Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya jika
bagian penting placenta previa terlepas dari desidua basilis atau jika
ibu menderita syok hipovolemik.

E. Patologi
Lokasi implantasi dan ukuran placenta saling terkait. Secara rinci,
karena sirkulasi pada segmen bawah sdikit lebih baik daripada fundus,
placenta previa mungkin butuh untuk menutupi area yang lebih besar
untuk efisiensi yang adekuat. Permukaan placenta previa mungkin lebih
besar setidak-tidaknya 30% lebih besar daripada placenta yang
terimplantasi di fundus.

Segmen bagian bawah relatif tanpa kontraksi dan perdarahan


pantas dipertimbangkan pada pembukaan sinus.
Infeksi ascending dari vagina dapat menyebabkan placentitis,
terutama di daerah pajana atau di atas tulang.
Placenta previa dapat terdorong miring, melintang, presentasi dan
mencegah perikatan pada keadaan fetal.

F. Patofisiologi
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya
pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah
mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami
pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya dari
jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi
bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada
waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang
lepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu,
perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena
segmen bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat
plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada
plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).
Pathway Plasenta Previa
Placenta previa

Seksio Cesarea

Post Operasi sc

Post Ansestasi Spinal Luka Post Operasi Nifas

Penurunan saraf Penurunan saraf Jaringan Jaringan Uterus Laktasi Psikologis


ekstermitas otonom terputus terbuka (Taking in, taking
Bawah hold, taking go)
Kontraksi Progesteron dan
Kelumpuhan Penurunan Merangsang Proteksi uterus esterogen menurun
saraf area sensorik kurang Perubahan
Cemas vegetatif motorik psikologis
Mobilitas Prolaktin meningkat
Invasi Adekuat Tidak Adekuat
Penurunan Nyeri bakteri Penambahan
peristaltik Pertumbuhan kelenjar anggota baru
usus Pengelupasan Atonia uretri susu terangsang
Resti desidua
infeksi Kebutuhan
Resiko meningkat
Konstipasi Perdarahan Isapan bayi
Lochea
Perubahan
Hipovolemik Anemi Oksitosin meningkat pola peran

Kekurangan HbO2 Ejeksi ASI


volume cairan menurun

Adekuat Tidak adekuat


Metabolisme anaerob
ASI keluar ASI tidak keluar
Asam laktat meningkat
Efektif Inefektif laktasi
laktasi
Suplai O2 ke jaringan menurun Kelelahan Kurang pengetahuan
perawatan payudara
Nekrose Intoleransi aktivitas
G. Komplikasi
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin.
Menurut Manuaba (2001), adapun komplikasi – komplikasi yang terjadi
yaitu:
1. Komplikasi pada ibu, antara lain: perdarahan tambahan saat operasi
menembus plasenta dengan inersio di depan, infeksi karena anemia,
robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah
rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan
sulit diketahui.

2. Komplikasi pada janin, antara lain: prematuritas dengan morbiditas


dan mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya
tahan rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan kematian.

Menurut Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada
ibu dan janin antara lain:
1. Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah
pelepasan tapak plasenta dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan
yang tidak dapat dicegah berulang kali, penderita anemia dan syok.
2. Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga
dengan mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam
miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi sebab dari
kejadian placenta akreta dan mungkin inkerta.
3. Servik dan segmen bawah raim yang rapuh dan kaya akan pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang
banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah
placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada
umumnya di dalam batas normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai
(lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula
prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup
adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang
operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara
cesar.
5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin /
spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang
dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika
paru-paru fetal sudah mature.

I. Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur,
pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan
klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.

Syarat pemberian terapi ekspektatif :


a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal)
d. Janin masih hidup.
1) Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
2) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi
placenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan
presentasi janin.
3) Berikan tokolitik bila ada kontriksi : MgSO4 4 gr IV dosis
awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam, Nifedipin 3 x 20 mg/hari,
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan
paru janin
4) Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test)
dari test amniosentesis.
5) Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta
masih berada di sekitar ostinum uteri internum, maka
dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat.
6) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37
mingu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat
jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak
untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera
kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.

2. Terapi aktif (tindakan segera)


a. Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif
tanpa memandang maturitas janin.
b. Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi,
lakukan PDOM jika : Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan
tim operasi telah siap, Kehamilan ? 37 minggu (BB ? 2500
gram) dan in partu, Janin telah meninggal atau terdapat anomali
kongenital mayor (misal : anensefali), Perdarahan dengan
bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5
pada palpasi luar)

Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :


a. Seksio Cesaria (SC)
1) Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal
atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.
2) Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga cervik uteri dan segmen bawah
rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas
tempat implantasi placenta sering menjadi sumber
perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus uteri.
3) Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan
kondisi ibu
4) Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk
pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada
placenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
1) Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis /
marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi
kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti
segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika
kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi
dengan infus oksitosin.
2) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan
tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi
Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih
hidup.
3) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian
diberi beban secukupnya sampai perdarahan berhenti.
Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placentadan
seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.
Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Anamnesa
a. Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
b. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu/trimester III.
1) Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
2) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi
intravaginal/rectal.
3) Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau
kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta.
c. Inspeksi
1) Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
2) Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d. Palpasi abdomen
1) Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
2) Sering dijumpai kesalahan letak
3) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan
masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
• Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
• Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
• Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan,
dan penolong persalinan
• Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
• Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan
perdarahan.
• Komplikasi pada bayi
• Rencana menyusui bayi

b. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat
digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus
didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak
diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual
pada janin.
d. Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit
ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya
riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus di dokumentasikan

3. Pemeriksaan fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1) Rambut dan kulit
2) Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan
linea nigra.
3) Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha.
4) Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
5) Mata : pucat, anemis
6) Hidung
7) Gigi dan mulut
8) Leher
9) Buah dada / payudara
• Peningkatan pigmentasi areola putting susu
• Bertambahnya ukuran dan noduler
10) Jantung dan paru
• Volume darah meningkat
• Peningkatan frekuensi nadi
• Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
• Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
• Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
nafas.
• Diafragma meninggi
• Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
11) Abdomen
• Menentukan letak janin
• Menentukan tinggi fundus uteri
12) Vagina
• Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick)
• Hipertropi epithelium
13) System musculoskeletal
• Persendian tulang pinggul yang mengendur
• Gaya berjalan yang canggung
• Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rectal
b. Khusus
1. Tinggi fundus uteri
2. Posisi dan persentasi janin
3. Panggul dan janin lahir
4. Denyut jantung janin

4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
b. Resti infeksi b.d insisi luka operasi
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok
hipovolemik
d. Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta
e. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan
dilakukan
f. Resti konstipasi b.d penurunan peristaltik usus
g. Perubahan pola peran b.d adanya anggota keluarga baru

5. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan. 1
Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan Tujuan : Rasa nyeri
pasien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, skala nyeri 1 – 2, tanda vital
normal.

Intervensi :
• Kaji karakristik, skala, lokasi, intensitas, dan frekuensi nyeri.
• Monitor tanda vital pasien.
• Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
• Anjurkan tirah baring dengan posisi datar berbaring.
• Lakukan latihan nafas dalam
• Ciptakan lingkungan yang nyaman.
• Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik
Diagnosa Keperawatan. 2
Resti infeksi b.d insisi luka operasi
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil: Limfosit dalam batas normal, tanda vital normal dan
tidak ditemukan tanda infeksi.

Intervensi :
• Kaji lokasi dan luas luka.
• Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, dan
perubahan fungsi).
• Pantau tanda vital klien.
• Kolaborasi pemberian antibiotik.
• Ganti balut dengan prinsip steril.
• Awasi pemeriksaan laboratorium (lekosit)

Diagnosa Keperawatan. 3
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria Hasil : Cairan dan elektrolit seimbang

Intervensi :
• Monitor tanda vital.
• Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi.
• Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan
cairan.
• Monitor berat badan tiap hari.
• Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin).
• Kolaborasi pemberian diuretik.
Diagnosa Keperawatan. 4
Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta
Tujuan : Tidak terjadi distress janin

Intervensi :
• Kaji DJJ, perhatikan frekuensi dan regularitas. Biarkan pasien
memantau gerakan janin.
• Kaji adanya kontraksi uterus preterm, yang mungkin ataupun
tidak disertai dengan dilatasi cervik
• Pantau kemajuan persalinan dan kecepatan turunnya janin
• Siapkan klien atau tinjau ulang seri tes USG
• Siapkan dan bantu dengan terminasi kehamilan dengan
pervaginam atau SC sesuai dengan indikasi

Diagnosa keperawatan. 5
Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan
dilakukan
Tujuan : Ansietas berkurang dan dapat diatasi

Intervensi :
• Jelaskan prosedur, intervensi dan tindakan yang dilakukan pada
pasien.
• Pertahankan komunikasi terbuka, diskusikan kemungkinan efek
samping dan hasil, pertahankan sikap optimis.
• Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
• Libatkan pasangan / keluarga untuk mendampingi pasien.
• Kolaborasi dengan dokter pemberian sedatif bila tindakan lain
tidak berhasil.
III. DAFTAR PUSTAKA

• Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.

• Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Editor : Abdul Bari Saifudin, George Adriaansz, Gulardi Hanifa
Wiknjosastro, Djoko Waspodo. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. 2000.

• Doenges. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai