Disusun Oleh :
Johanes Paolus Paokuma
Nim : 102114069
2. Penyebab/faktor predisposisi
Sumber perdarahannya adalah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau robekan sinus marginalis
dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uteus untuk berkontraksi
menghentikan prdarahan itu tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal. Makin rendah letak plasenta , makin dini perdarahan terjadi, oleh
karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
dari pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan dimulai. (Sarwono,2005).
Penyebab blastokista berimplementasi pada segmen bawah rahim
belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja
blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar
belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakakan sebagai salah
satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak menandai,
mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia
lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan
sebagainnya berperen dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di
endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi
terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikan
insiden dua sampai tiga kali. Hipoksemia akibat karbon mono – oksida
hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai
upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan
ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta
melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum. ( ilmu kebidanan hal ; 496 )
3. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ke – 3 dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen
bawah rahim, tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana
diketahui tampak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian
desidua blasis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplementasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu
serviks mendatar ( effacement ) dan membuka ( dilatation ) ada bagian
tampak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi ini akan terjadi
perdarahan yang berasal darisirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus
dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu
perdarahn pada plasenta previa betapun pasti akan terjadi ( unavoidable
bleeding ). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak
oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi
dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan
akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan
sempurna. Perdarahan akan berhentikarena terjadi pembekuan kecuali jika
ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plaasenta pada mana
pendarahan akan berlangsung lebih lama. Oleh karena pembentukan
segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka
laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan
akan berulang tanpa sesuatu sebab lain ( causeess ). Darah yang keluar
berwarna merah segar tanpa rasa nyeri ( painless ). Pada plasenta yang
menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi pada bagian
terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati
atau pendarahan berikutnya. Untuk berjaga – jaga mencegah syok hal
tersebut perlu dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada
kehamilan di bawah 30 minggu tatapi lebih separuh kejadiannya pada umur
kehamilan 34 minggu ke atras. Berhubungan tempat pendarahan terletak
dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir
ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplsenta yang mampu
merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam
sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi kogulopati pada
plasenta previa.
Hal ini yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya
plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi
plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya
bedah sesar, segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh
sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini
berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta
previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan
sempurna ( retentio placentae ), atau setelah uri lepas karena segmen bawah
rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik ( ilmu kebidanan hal ; 496 –
497 )
Pathway
Placenta previa
Seksio Cesarea
Post Operasi sc
5. Gejala Klinis
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus
keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi
pada akhir trismester kedua keatas. Perdarahan pertama berlangsung tidak
banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu
sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada
tiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti
mengalir. Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu
mulai persalinan; perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada
solusio plasenta. Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian,
perdarahan bisa berlangsung sampai pascapersalinan. Perdarahan bisa juga
bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta
previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah
terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada
retensio plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta.
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis
dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak
membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.
6. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
a. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
b. Pemeriksaan Dalam
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
c. Pemeriksaan Darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap
dan kimia darah untuk menunjang persiapan operasi
d. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
e. Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih
baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur
susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah
pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
7. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi ekspektatif
8. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil
yang menderita plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik,
maka pelepasan plasenta dari tempat meletaknya di uterus dapat
berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu
tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan
syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas
dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium
bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari terjadi
plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan
adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi
vilinya masih belum masuk ke dalam miomertium. Walaupun
biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami
akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio
plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini sering terjadi pada
uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta aktera
terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah seksio sesarea
satu kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila telah seksio sesarea
tiga kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang
banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati hati pada semua
tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan
anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun pada
waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio
plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak
yang tidak terkendali dengan cara cara yang lebih sederhana
seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina,
ligasi arteria ovarika, pemasanngan tampon, atau ligasi arteria
hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini
jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal
ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan
sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa
dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37
minggu dapat dilakukan amniosentesias untuk mengetahui
kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Komplokasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam
kepustakaan selain masa rawatan yang lebih lama, adalah
beresiko tinggi untuk solusio plasenta (Risiko Relatif 13,8),
seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan
pascapersalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan
(50%), dan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) 15,9%
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur,
pekerjaan, pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu/trimester III.
- Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
- Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang
robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi
intravaginal/rectal.
- Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau
kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta.
c) Inspeksi
- Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
- Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d) Palpasi abdomen
- Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
- Sering dijumpai kesalahan letak
- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat
obstetri meliputi:
- Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
- Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
- Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan
- Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
- Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
- Komplikasi pada bayi
- Rencana menyusui bayi
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan
HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu
hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus
didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk
pada pembentukan organ seksual pada janin.
NO
DIANGOSA
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri NOC : NIC :
Pain Level,
Pain Management
Definisi :
Sensori yang tidak Pain control, Lakukan pengkajian
menyenangkan dan Comfort level nyeri secara
pengalaman emosional komprehensif termasuk
Kriteria Hasil :
yang muncul secara aktual lokasi, karakteristik,
Mampu mengontrol nyeri (tahu
atau potensial kerusakan durasi, frekuensi,
penyebab nyeri, mampu
jaringan atau kualitas dan faktor
menggunakan tehnik
menggambarkan adanya presipitasi
nonfarmakologi untuk
kerusakan (Asosiasi Studi Observasi reaksi
mengurangi nyeri, mencari
Nyeri Internasional): nonverbal dari
bantuan)
serangan mendadak atau ketidaknyamanan
Melaporkan bahwa nyeri
pelan intensitasnya dari Gunakan teknik
berkurang dengan
ringan sampai berat yang komunikasi terapeutik
menggunakan manajemen
dapat diantisipasi dengan untuk mengetahui
nyeri
akhir yang dapat pengalaman nyeri
diprediksi dan dengan Mampu mengenali nyeri (skala,
pasien
durasi kurang dari 6 intensitas, frekuensi dan tanda
Kaji kultur yang
bulan. nyeri)
mempengaruhi respon
Menyatakan rasa nyaman
nyeri
Batasan karakteristik : setelah nyeri berkurang
Evaluasi pengalaman
o Laporan secara verbal Tanda vital dalam rentang
nyeri masa lampau
atau non verbal normal
Evaluasi bersama pasien
o Fakta dari observasi dan tim kesehatan lain
o Posisi antalgic untuk tentang ketidakefektifan
menghindari nyeri kontrol nyeri masa
o Gerakan melindungi lampau
o Tingkah laku berhati- Bantu pasien dan
hati keluarga untuk mencari
o Muka topeng dan menemukan
o Gangguan tidur (mata dukungan
sayu, tampak capek, Kontrol lingkungan yang
sulit atau gerakan dapat mempengaruhi
kacau, menyeringai) nyeri seperti suhu
o Terfokus pada diri ruangan, pencahayaan
sendiri dan kebisingan
o Fokus menyempit Kurangi faktor presipitasi
(penurunan persepsi nyeri
waktu, kerusakan Pilih dan lakukan
proses berpikir, penanganan nyeri
penurunan interaksi (farmakologi, non
dengan orang dan farmakologi dan inter
lingkungan) personal)
o Tingkah laku distraksi, Kaji tipe dan sumber
contoh : jalan-jalan, nyeri untuk menentukan
menemui orang lain intervensi
dan/atau aktivitas, Ajarkan tentang teknik
aktivitas berulang- non farmakologi
ulang) Berikan analgetik untuk
o Respon autonom mengurangi nyeri
(seperti diaphoresis, Evaluasi keefektifan
perubahan tekanan kontrol nyeri
darah, perubahan Tingkatkan istirahat
nafas, nadi dan dilatasi Kolaborasikan dengan
pupil) dokter jika ada keluhan
o Perubahan autonomic dan tindakan nyeri tidak
dalam tonus otot berhasil
(mungkin dalam Monitor penerimaan
rentang dari lemah ke pasien tentang
kaku) manajemen nyeri
o Tingkah laku ekspresif Analgesic Administration
(contoh : gelisah, Tentukan lokasi,
merintih, menangis, karakteristik, kualitas,
waspada, iritabel, dan derajat nyeri
nafas sebelum pemberian obat
panjang/berkeluh Cek instruksi dokter
kesah) tentang jenis obat,
o Perubahan dalam dosis, dan frekuensi
nafsu makan dan Cek riwayat alergi
minum Pilih analgesik yang
o Faktor yang diperlukan atau
berhubungan : kombinasi dari
o Agen injuri (biologi, analgesik ketika
kimia, fisik, psikologis pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
DAFTAR PUSTAKA
2. Etiologi
Tindakan operasi SC dilakukan apabila tidak memungkinkan
dilakukan persalinan pervaginal disebabkan adanya resiko terhadap
ibu atau janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC
seperti proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan
normal (Dytasia).
3. Persiapan Operasi
a. Persiapan alat
a. Alat tidak steril terdiri dari :
1) Alas meja dan meja operasi
2) Mesin suction
3) Mesin diathermi
4) Lampu operasi
5) Standar infus
6) Tempat sampah
b. Set alat steril
DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri NOC : NIC :
Pain Level,
Pain Management
Definisi : Pain control,
Sensori yang tidak Comfort level Lakukan pengkajian
menyenangkan dan
Kriteria Hasil : nyeri secara
pengalaman emosional
komprehensif termasuk
yang muncul secara aktual Klien Mampu mengontrol nyeri
lokasi, karakteristik,
atau potensial kerusakan (tahu penyebab nyeri, mampu
durasi, frekuensi,
jaringan atau menggunakan tehnik
kualitas dan faktor
menggambarkan adanya nonfarmakologi untuk
presipitasi
kerusakan (Asosiasi Studi mengurangi nyeri, mencari
bantuan) Observasi reaksi
Nyeri Internasional): Melaporkan bahwa nyeri nonverbal dari
serangan mendadak atau berkurang dengan ketidaknyamanan
pelan intensitasnya dari menggunakan manajemen Gunakan teknik
ringan sampai berat yang nyeri komunikasi terapeutik
dapat diantisipasi dengan Mampu mengenali nyeri (skala, untuk mengetahui
akhir yang dapat intensitas, frekuensi dan tanda pengalaman nyeri
diprediksi dan dengan nyeri) pasien
durasi kurang dari 6 Menyatakan rasa nyaman Kaji kultur yang
bulan. setelah nyeri berkurang mempengaruhi respon
Tanda vital dalam rentang nyeri
Batasan karakteristik : normal Evaluasi pengalaman
o Laporan secara verbal nyeri masa lampau
atau non verbal Evaluasi bersama pasien
o Fakta dari observasi dan tim kesehatan lain
o Posisi antalgic untuk tentang ketidakefektifan
menghindari nyeri kontrol nyeri masa
o Gerakan melindungi lampau
o Tingkah laku berhati- Bantu pasien dan
hati keluarga untuk mencari
o Muka topeng dan menemukan
o Gangguan tidur (mata dukungan