Disusun Oleh
VIVI NUR AZIZAH
2023207209037
2. Penyebab/faktor predisposisi
Sumber perdarahannya adalah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uteus untuk berkontraksi menghentikan prdarahan itu tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan
plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta , makin dini
perdarahan terjadi, oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah
setelah persalinan dimulai. (Sarwono,2005).
Penyebab blastokista berimplementasi pada segmen bawah rahim
belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista
menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang
mungkin. Teori lain mengemukakakan sebagai salah satu penyebabnya adalah
vaskularisasi desidua yang tidak menandai, mungkin sebagai akibat dari proses
radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah
sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainnya berperen dalam proses peradangan
dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai
faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan
menaikan insiden dua sampai tiga kali. Hipoksemia akibat karbon mono – oksida
hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya
kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
( ilmu kebidanan hal ; 496 )
3. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ke – 3 dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tampak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua blasis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplementasi di situ sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar ( effacement ) dan membuka (
dilatation ) ada bagian tampak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi ini akan
terjadi perdarahan yang berasal darisirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus
dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu
perdarahn pada plasenta previa betapun pasti akan terjadi ( unavoidable bleeding ).
Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen
bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen
otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat
itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhentikarena terjadi
pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plaasenta pada
mana pendarahan akan berlangsung lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen
bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan
mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa
sesuatu sebab lain ( causeess ). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa
nyeri ( painless ). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
perdarahan terjadi pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum.
Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi
pada waktu mendekati atau pendarahan berikutnya. Untuk berjaga – jaga mencegah
syok hal tersebut perlu dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi
pada kehamilan di bawah 30 minggu tatapi lebih separuh kejadiannya pada umur
kehamilan 34 minggu ke atras. Berhubungan tempat pendarahan terletak dekat
dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke luar
rahim dan tidak membentuk hematoma retroplsenta yang mampu merusak jaringan
lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan
demikian, sangat jarang terjadi kogulopati pada plasenta previa.
Hal ini yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat
lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta lebih
sering terjadi pada uterus yang sebelumnya bedah sesar, segmen bawah rahim dan
serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat
disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan
pascapersalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta
sukar melepas dengan sempurna ( retentio placentae ), atau setelah uri lepas karena
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik ( ilmu kebidanan hal ;
496 – 497 )
Pathway
Placenta previa
Seksio Cesarea
Post Operasi sc
Nekrose
4. Klasifikasi
Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
1. Marginal placenta previa
Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan
tulang.
2. Incomplete / Parsial placenta previa
Menyiratkan penutupan tak sempurna
3. Total / Complete placenta previa
Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya
berdilatasi
4. Implantasi rendah / low-lying implantasi
Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang
lebih rendah tapi jauh dari tulang
5. Gejala Klinis
6. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
a. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
b. Pemeriksaan Dalam
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
c. Pemeriksaan Darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan
kimia darah untuk menunjang persiapan operasi
d. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh janin.
e. Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih
baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur
susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah
pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
7. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi ekspektatif
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil
yang menderita plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik,
maka pelepasan plasenta dari tempat meletaknya di uterus dapat
berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu
tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan
syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas
dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium
bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari terjadi
plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan
adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi
vilinya masih belum masuk ke dalam miomertium. Walaupun
biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami
akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio
plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini sering terjadi pada
uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta aktera
terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah seksio sesarea
satu kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila telah seksio sesarea
tiga kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang
banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati hati pada semua
tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan
anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun pada
waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio
plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak
yang tidak terkendali dengan cara cara yang lebih sederhana
seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina,
ligasi arteria ovarika, pemasanngan tampon, atau ligasi arteria
hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini
jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal
ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan
sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa
dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37
minggu dapat dilakukan amniosentesias untuk mengetahui
kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Komplokasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam
kepustakaan selain masa rawatan yang lebih lama, adalah
beresiko tinggi untuk solusio plasenta (Risiko Relatif 13,8),
seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan
pascapersalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan
(50%), dan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) 15,9%.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
intravaginal/rectal.
c) Inspeksi
d) Palpasi abdomen
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
penolong persalinan
dan perdarahan.
b) Riwayat mensturasi
c) Riwayat Kontrasepsi
ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
linea nigra.
paha.
(3) Hidung
(5) Leher
darah pulmonal.
- Diafragma meningga.
(8) Abdomen
(9) Vagina
tanda Chandwick)
- Hipertropi epithelium
b) Khusus
(penurunan personal)
3. Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan Immune Status Infection Control (K
resiko masuknya Knowledge : Infection infeksi)
organisme patogen control Bersihkan lingk
Risk control setelah dipakai
Faktor-faktor resiko : lain
Kriteria Hasil :
- Prosedur Infasif Pertahankan
Klien bebas dari tanda dan
- Ketidakcukupan isolasi
gejala infeksi
pengetahuan Batasi pengu
untuk Mendeskripsikan proses
bila perlu
menghindari penularan penyakit, factor
Instruksikan
paparan patogen yang mempengaruhi
pengunjung
- Trauma penularan serta
mencuci tangan
- Kerusakan penatalaksanaannya,
berkunjung
jaringan dan Menunjukkan kemampuan
setelah berku
peningkatan untuk mencegah timbulnya
meninggalkan p
paparan infeksi
Gunakan
lingkungan Jumlah leukosit dalam batas
antimikrobia
- Ruptur normal
cuci tangan
membran Menunjukkan perilaku
Cuci tangan
amnion hidup sehat
sebelum dan se
- Agen farmasi
(imunosupresan tindakan kperaw
) Gunakan baju,
- Malnutrisi tangan sebagai
- Peningkatan pelindung
paparan Pertahankan
lingkungan lingkungan a
patogen selama pemas
- Imonusupresi alat
- Ketidakadekuat Ganti letak IV
an imum buatan dan line centra
- Tidak adekuat dressing
pertahanan dengan pe
sekunder umum
(penurunan Hb, Gunakan k
Leukopenia, intermiten
penekanan menurunkan i
respon kandung kencing
inflamasi) Tingktkan
- Tidak adekuat nutrisi
pertahanan Berikan
tubuh primer antibiotik bila pe
(kulit tidak
Infection Prot
utuh, trauma
(proteksi ter
jaringan,
infeksi)
penurunan kerja
Monitor tanda
silia, cairan
gejala infeksi si
tubuh statis,
dan lokal
perubahan
Monitor
sekresi pH,
granulosit, WBC
perubahan
Monitor kere
peristaltik)
terhadap infeksi
- Penyakit kronik Batasi pengunju
Saring pengu
terhadap pe
menular
Partahankan
aspesis pada
yang beresiko
Pertahankan
isolasi k/p
Berikan pera
kuliat pada
epidema
Inspeksi kulit
membran m
terhadap keme
panas, drainase
Ispeksi kondisi
insisi bedah
Dorong mas
nutrisi yang cuk
Dorong ma
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan
untuk m
antibiotik sesuai
Ajarkan pasien
keluarga tanda
gejala infeksi
Ajarkan
menghindari inf
Laporkan kecu
infeksi
Laporkan
positif
4. Ansietas Anxiety control Anxiety Red
Definisi : Coping (penurunan kecemasan)
Perasaan gelisah yang tak Gunakan pend
Kriteria Hasil :
jelas dari yang menenangk
Klien mampu
ketidaknyamanan atau Nyatakan denga
mengidentifikasi dan
ketakutan yang disertai harapan ter
mengungkapkan gejala
respon autonom (sumner pelaku pasien
cemas
tidak spesifik atau tidak Jelaskan
Mengidentifikasi,
diketahui oleh individu); prosedur dan ap
mengungkapkan dan
perasaan keprihatinan dirasakan s
menunjukkan tehnik untuk
disebabkan dari antisipasi prosedur
mengontol cemas
terhadap bahaya. Sinyal Temani pasien
ini merupakan peringatan Vital sign dalam batas
memberikan
adanya ancaman yang normal
keamanan
akan datang dan Postur tubuh, ekspresi
mengurangi taku
memungkinkan individu wajah, bahasa tubuh dan
Berikan info
untuk mengambil langkah tingkat aktivitas
faktual me
untuk menyetujui terhadap menunjukkan berkurangnya
diagnosis, tin
tindakan kecemasan
prognosis
Ditandai dengan Dorong ke
Gelisah untuk meneman
Insomnia Lakukan back
Resah rub
Ketakutan Dengarkan d
Sedih penuh perhatian
Fokus pada diri Identifikasi t
Kekhawatiran kecemasan
Cemas Bantu
mengenal situas
menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
mengungkapkan
perasaan, keta
persepsi
Instruksikan
menggunakan
relaksasi
Berikan obat
mengurangi
kecemasan
DAFTAR PUSTAKA