Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN CEREBRAL PALSY

Disusun oleh :

SERLI DIANI

1914301059

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TINGKAT III REGULER II

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

T.A 2020/2021
CEREBRAL PALSY

A. DEFINISI
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin didefinisikan sebagai kelainan
postur dan gerakan non-progresif, sering disertai dengan epilepsy dan ketidaknormalan
bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang.
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas
sistem motor piramida (motor kortek, basal ganglia dan otak kecil) yang ditandai dengan
kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal.
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi
pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal
dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap
dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia
basal dan sebelum juga kelainan mental.
Cerebral palsy ialah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat,
bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum
selesai pertumbuhannya.
Cerebral palsy adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian
otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya.

B. ETIOLOGI

Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu :


1. Pranatal :
a. Malformasi kongenital.
Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya;
rubela,toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).
b. Radiasi sinar X.
c. Toksemia gravidarum.
d. Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi
maternal, atau tali pusat yang abnormal).
e. Keracunan kehamilan dapat menimbulkan serebral palsy.
f. Gangguan pertumbuhan otak.
2. Natal :
a. Anoksia/hipoksia.
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cidera otak. Keadaan inilah yang
menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi
abnormal, disproporsi sefalopelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus
menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan seksio sesar.
b. Perdarahan otak.
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya,
misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan
dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang
subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mangakibatkan
hidrosefalus. Perdarahan di ruang
subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.
c. Trauma lahir, misalnya perdarahan subdural
d. Prematuritas.
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita pendarahan otak lebih banyak
dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, factor
pembekuan
darah dan lain-lain masih belum sempurna.
e. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang
kekal
akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal.
f. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya
akan mengakibatkan gejala sisa berupa palsi serebral.

3. Postnatal :
a. Trauma kapitis.
b. Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis, ensefalomielitis.
c. Kern icterus.

Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan dari
pada faktor pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) (dikutip dari 13) menyebutkan bayi
dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik, malformasi
kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral palsy.
Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal
yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan
kehidupan.
Sedang faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun
(Hagberg dkk 1975), atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley, 1982), atau sampai
16 tahun (Perlstein, Hod, 1964).

C. TANDA DAN GEJALA,


1. TANDA DAN GEJALA
Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda-
tanda sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :
a. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada keadaan umum
normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit dan selama his frekuensi ini
bisa turun namun akan kembali normal setelah tidak ada his.
b. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan O 2
merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin asfiksia.
c. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun sampai <7,2
karena asidosis menyebabkan turunnya pH.

D. PATOFISIOLOGI
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan akan terjadi
adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses adaptasi terganggu, maka bayi
bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada gangguan sistem organ vital seperti
jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Maka timbul
rangsangan dari nervus sispatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauteri dan bila kita periksa kemudian
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan dapat terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang (Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang dalam,
denyut jantung menurun terus menerus, tekanan darah bayi juga mulai menurun, dan bayi akan
terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekuner. Selama apneu sekunder denyut jantung, tekanan darang dan kadar O2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan
pernafasan buatan tidak di mulai segera (Manuaba, 2008).
Pathway
Menurut Manuaba (2008) :

Tali pusat
Plasenta (degenerasi (kompresi, lilitan
Maternal (hipotensi syok, anemia vaskuler, solusio tali pusat, Janin
Uterus (aktivitas plasenta, pertumbuhan
maternal, penekanan hilangnya jelly (infeksi,anemia
kontraksi, gangguan hypoplasia primer) janin,
respirasi,malnutrisi, asidosis, wharton)
vaskuler) sungsang)
supine hipotensi)

ASFIKSIA (sedang, berat)

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan ( misal : aspirasi


mekonium, air ketuban)
& kadar CO2 meningkat

Gangguan metabolism &


perubahan asam basa

Napas cepat Suplai O2 dalam darah ↓ Suplai O2 ke paru ↓ Asidosis respiratorik

Apneu Hipoksia organ (jantung, Gangguan perfusi-ventilasi


otak paru)
Kerusakan otak
DJJ & TD ↓
sianosis
Napas cuping hidung,
sianosis, hipoksia
Ketidakefektifan Kematian bayi
Ketidakefektifan perfusi jaringan
pola napas perifer
Gangguan
(00032) (00204) Proses keluarga terhenti pertukaran gas
(00030)

Akral dingin

Resiko Cidera
(00035)
Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh (00005)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
 Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena
O2 dalam darah sedikit.
 Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm
imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
 Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
 Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena sering terjadi
hipoglikemi.

b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
 pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
 pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO 2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering
terjadi hiperapnea.
 pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi
hipoksia progresif.
 HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

c. Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
 Natrium (normal 134-150 mEq/L)
 Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
 Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

d. Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

F. PETALAKSANAAN
a. Tindakan Keperawatan:
1) Bersihkan jalan nafas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir mudah
mengalir, bila perlu digunakan laringioskop untuk membantu penghisapan lendir
dari saluran nafas yang lebih dalam.
2) Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan
bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.
3) Mempertahankan suhu tubuh.

b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat: Berikan oksigen dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa
endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan
oksigen. Tekanan O2 yang diberikan tidak lebih dari 30 cmH2O. Bila pernafasan
spontan tidak timbul lakukan massage jantung dengan ibu jari yang menekan
pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
2) Asfiksia sedang/ringan: Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri)
selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit
yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri oksigen 1-2 l/mnt melalui kateter dalam
hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara
teratur 20x/menit. Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi.

G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG

1. DS :
- Sulit dalam mengeluarkan suara

DO :

- Batuk tidak efektif


- Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
- Bunyi nafas menurun
- Pola nafas berubah
Masalah keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Etiologi : Spasme jalan napas
Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas

2. DS :
- dispnea

DO :

- diaforesis
- nafas cuping hidung

Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif

Etiologi : hambatan upaya nafas

Dx : Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas

3. DS : -

- nafsu makan menurun

DO :

- Bising usus hiperaktif

- Otot pengunyah lemah

- Otot menelan lemah

- Membrane ukosa pucat

Masalah keperawatan : Defisit nutrisi

Etiologi : Ketidak mampuan menelan makanan

Dx : Defisit nutrisi b.d Ketidak mampuan menelan makanan

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN (MINIMAL 3 DIAGNOSA)


Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan asfiksia neonartum yaitu:

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas

2.      Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas

3. Defisit nutrisi b.d Ketidak mampuan menelan makanan

I. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL

1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas

Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam maka didapatkan riteria
hasil.

Kriteria hasil:

1. batuk efektif meningkat

2. Mekonium (pada neonatus) menurun

3. Bunyi nafas membaik

4. Pola nafas membaik

2.    Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas

Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam maka didapatkan riteria
hasil.

Kriteria hasil:

1. dispnea menurun

2. diaforesis menurun

3. nafas cuping hidung menurun

3. Defisit nutrisi b.d Ketidak mampuan menelan makanan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam maka didapatkan riteria
hasil.

Kriteria hasil :
1. nafsu makan meningkat

2. Bising usus membaik

3. Kekuatan otot pengunyah meningkat

4. Kekuatan otot menelan meningkat

5. Membrane ukosa membaik

J. INTERVENSI DAN RASIONAL


K.
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas

Intervensi Rasional

Manajemen jalan napas

- Latihan batuk efektif - Melatih batuk efektif

- Edukasi fisiioterapi dada - Mengedukasi fisioterapi dada

- Fisioterapi dada - Memfisioterapi dada

- Menejemen jalan nafas buatan - Memenejemen jalan nafas buatan

- Pemberian obat nasal - Memberi obat nasal

- Terapi oksigen - Menterapi oksigen

2.      Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas


Intervensi Rasional

Manajemen jalan nafas

- Monitor pola nafas - Memonitor pola nafas

- Monitor bunyi nafas tambahan - Menonitor bunyi nafas tambahan

- Monitor sputum - Memonitor sputum

- Lakukan penghisapan lendir kurang - Melakukan penghisapan lendir


dari 15 detik kurang dari 15 detik

- Kolaborasi pemberian bronkodilator, - Berkolaborasi dalam pemberian


ekspektoran,mukolitik bronkodilator, ekspektoran,mukolitik

3.Defisit nutrisi b.d Ketidak mampuan menelan makanan

Intervensi Rasional

Manajemen nutrisi

- Identifikasi status nutrisi - mengidentifikasi status nutrisi

- Identifikasi kebutuhan kalori dan - mengidentifikasi kebutuhan kalori dan


jenis nutrien jenis nutrien

- Identifikasi perlunya penggunaan - mengidentifikasi perlunya penggunaan


selang NGT selang NGT

- Monitor asupan makanan - memonitor asupan makanan

- Monitor berat badan - memonitor berat badan

- Monitor pemeriksaan hasil - Monitor pemeriksaan hasil laboratorium


laboratorium
- memberikan suplemen makanan jika
- Berikan suplemen makanan jika perlu
perlu
- berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan.
nutrien yang di butuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/User/Downloads/Dilla%20Riksa%20%20Choirunnisak%20%20-
%201623303101030%20Sdh.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/Bab_2_3.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/f40rnf1593497130.pdf

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis keperawatan Indonesia.


Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2017. Standar Luaran keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi keperawatan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai