Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CEREBRAL PALSY ( CP )

DISUSUN OLEH :

TITIK NURCAHYANI

048SYE21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.3
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

CEREBRAL PALSY

DISUSUN OLEH :

TITIK NURCAHYANI

048SYE21

Laporan Penadahuluan Telah dikonsultasikan dan di ACC

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

( Zurriyatunn Thoyibah, S.Kep., Ners., M.Kep ) ( Dwi Putri Tambora, S.Kep., Ns )


A. KONSEP MEDIS
1. Definisi

Cerebral palsy (CP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan otak
yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan kata
cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan, kelemahan,
atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan atau bahkan tidak
terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi system dan penyebab anak
mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola- pola gerakan
yang abnormal atau kombinasi dari karakter-karakter tersebut ( Hidayat, 2022 ).
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan sereblum dan kelainan mental
( Kowalak, 2021 ).

2. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda cerebral palsy pada umumnya cerebral palsy dapat terlihat pada
usia kurang dari 3 tahun,dan dapat dicurigai pada kemampuan perkembangan
motorik tidak normal. Bayi yang mengalami cerebral palsy akan terlihat
keterlambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk dan sebagainya
Ada sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus, bayi akan
terlihat lemas dan kaku. Ada juga bayi pada periode awal tampak hipotonia dan
selanutnya berkembang menjadi hipertonia setelah 2-3 bulan pertama. Sehingga
kemungkinan anak cerebral palsy menunjukkan postur abnormal pada satu sisi
tubuh. ( Sastra, 2021)

3. Etiologi
Menurut Wong (2021), penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga bagian,
yaitu prenatal, perinatal, dan pascanatal :
a. Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi sitomegalik.
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar- X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan “cerebral palsy”.
b. Perinatal
1) Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury.
Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan
persentase bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta
previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan
lahir dengan sectio caesar.
2) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan
CSS, sehingga mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat
menekan korteks serebri, sehingga timbul kelumpuhan spastis.
3) Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih
banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor
pembekuan darah dan lain- lain masih belum sempurna.
1. Ikterus

Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang
kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah.
2. Meningitis purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa“cerebral palsy”.

c. Pascanatal

Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat


menyebabkan „cerebral palsy‟. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis
ensefalitis dan luka parut.

4. Patofisiologi

Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya


neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan berat otak rendah, Anoxia
merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak. Type
athetoid/dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi
baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei
cranial. Secara umun cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya
kuadriparesis dengan retardasi mental ( Wong’s, 2020).
Pathway
5. Klasifikasi

Hingga saat ini cerebral palsy diklasifikasikan berdasarkan kerusakan


gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori. ( Suharso, 2020 ), yaitu :
a. CP Spastik

Merupakan bentuk CP terbanyak (70-80%). Kerusakan terjadi di traktus


kortikospinalis (darah dikorteks), anak mengalami kelumpuhan yang kaku,
refleksnya menggigil, misalnya refleks moro (salah satu refleks bayi) yang
sering terjadi, baik dirangsang maupun tidak dan ada refleks yang menetap
padahal seharusnya hilang diusia tertentu tapi masih ada, misalnya refleks
menggenggam pada bayi. Normalnya menghilang diusia 3-4 bulan, tapi pada
anak cerebral palsy ini muncul atau tetap ada.CP Spastik dibagi berdasarkan
jumlah ekstremitas yang terkena, yaitu:
1) Monoplegi, kelumpuhan empat anggota gerak tapi salah satu anggota
gerak lebih hebat dari sebelumnya.
2) Quadriplegia, kelumpuhan pada keempat gerakan anggota geraknya, dua
kaki dan dua tangan lumpuh.
3) Diplegia, kelumpuhan dua anggota gerak yang berhubungan, biasanya
kedua anggota gerak bawah. Misalnya, tungkai bawah tapi dapat pula
kedua anggota gerak atas.
4) Hemiplegi, kelumpuhan pada satu sisi tubuh dan anggota gerak yang
dibatasi oleh garis tengah yang didepan atau dibelakang, misalnya tangan
kiri, kaki kri. Pergerakan anggota gerak berkurang, fleksi (menekuk)
lengan pada siku, lengan tetap mengepal.\
b. Koreo-Attentoid

Dikenal juga dengan istilah cerebral palsy diskrinetik atau gerak, jadi
tangan anak atau kakinya bergerak melengkung- melengkung, sikapnya
abnormal dan geraknya infolumenter dengan sendirinya. Refleks neonatalnya
menetap. Kerusakan terjadi di ganglia basalis (darah yang mengatur
gerakan).

c. Aktaksik

Gangguan koordinasi, gerakannya melengkung juga, tapi biasanya


gangguan ditulang belakangnya, lehernya kaku dan tampak melengkung.
Gangguan ini biasanya menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat
sehingga kehilangan keseimbangan yang dapat terlihat saat anak belajar
duduk. Kerusakan otaknya disereberum (daerah otak kecil).
d. Distonia

Ada yang ototnya kaku dan ada juga yang lemas. Kerusakan otaknya
berada pada bagian korteks (bagian lapisan luar otak) dan di ganglia basalis.
e. Balismus

Ada gerakan yang tidak terkoordinasi atau involumenter, kadang juga


melengkung-lengkung. Kerusakan berada diganglia basalis.
f. Campuran

Merupakan jenis cerebral palsy dengan semua gabunganjenis diatas,


kerusakan ini bisa terjadi didaerah otak mana saja.

6. Pemeriksaan diagnostik

Cerebral palsy dapat didiagnosis menggunakan kriteria Levine


(POSTER). POSTER terdiri dari :
a. P : Posturing / Abnormal Movement (Gangguan Posisi Tubuh atau
Gangguan Bergerak).
b. O : Oropharyngeal Problems (Gangguan Menelan atau Fokus di
Lidah).
c. S : Strabismus (Kedudukan Bola Mata Tidak Sejajar)
d. T : Tone (Hipertonus atau Hipotonus).

e. E : Evolution Maldevelopment (Refleks Primitif Menetap atau


Refleks Protective Equilibrium Gagal Berkembang).
f. R : Reflexes (Peningkatan Refleks Tendon atau Refleks
Babinski menetep).
Abnormalitas empat dari enam kategori diatas dapat
menguatkan diagnosis CP. ( Sitorus dkk, 2020 ).

7. Penatalaksanaan

Tidak ada terapi standar untuk semua kasus, tergantung dari gejala,
jenis dan derajat beratnya cerebral palsy. Terapi mencakup :
a. Terapi Fisik

Tujuan utama untuk memperbaiki fungsi alat gerak, mengontrol


gerakan refleks patologis, merangsang gerakan yang normal. Metode
yang digunakan antara lain : Vojta, Bobaath, Peto, Doman-Delecato,
Phelps, Shang Dian, Brunnstrom.
b. Terapi Okupasi

Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri


sendiri, memperbaiki kemampuan motorik halus, penderita dilatih
supaya bisa mengena-kan pakaian, makan, minum dan keterampilan
lainnya.Terapi motorik disesuaikan dengan jenis hambatan dan
kelainan. Meningkatkan kemampuan gerak pada persendian,
meningkatkankelainan. Meningkatkan kemampuan gerak pada
persendian, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan pengontrolan
motorik tubuh.

c. Terapi Wicara

Latihan Vonsi : melatih gerakan bibir, lidah, otot-otot vokal. Llatihan


pemahaman Bahasa. Latihan mengungkapkan : termasuk
mengungkapkan dengan bahasa verbal dan nonverbal
d. Alat Bantu

Alat bantu untuk menopang tubuh,siku, kaki, lutut, agar fungsi


persendian tetap terjaga dan tidak terjadi perubahan bentuk.
e. Terapi Bedah

Bila terjadi kekakuan dan kelainan bentuk sendi pada pasien diatas
usia 5 tahun.
f. Terapi Obat-obatan

Untuk merangsang saraf otak dan roboransia yang sesuai, mencegah


kejang pada kasus kejang. ( Erico, 2020 )
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identifikasi anak yang mempunyai resiko

1) Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita

2) Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,


perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks
bayi persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
3) Monitor respon untuk bermain

4) Kap fungsi intelektual

b. Pemeriksaan Fisik

1) Muskuluskeletal : spastisitas, Ataksia

2) Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, Gangguan bicara,


Anak berliur, Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya,
Strabismus konvergen dan kelainan refraksi
3) Eliminasi : konstipasi

4) Nutrisi : intake yang kurang

c. Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang

1) Pemeriksaan pendengaran ( untuk menentukan status pendengaran )


2) Pemeriksaan penglihatan ( untuk menentukan status fungsi penglihatan )
3) Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan
herpes
4) MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun
kelainan bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran /
letak vertikal.
5) EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (
ensefalins ) / volsetasenya meningkat ( abses )
6) Analisa kromosom

7) Biopsi otot

8) Penilaian psikologik

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan proses menelan.
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskular pada sistem pendengaran.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.

d. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi motorik.

e. Resiko gangguan perkembangan berhubungan dengan kelumpuhan otak

3. Rencana Keperawatan

Tabel intervensi keperawatan

Diaagnosa Tujan/ kriteria Rencana Tindakan Rasional


keperawatan
Hasil
Gangguan nutrisi Setelah dilakukan intervensi Tindakan ( manajemen
kurang dari selama 3x24 jam diharapakan nutrisi )
kebutuhan tubuh nutrisi membaik
Observasi
1 . Gejala dan Tanda
Dgn kriteria hasil
a . Tanda Mayor 1 . identifikasi status nutrisi
Subjektif 1 . untuk mengetahui status
1 . porsi makanan yang
- nutrisi
dihabiskan meningkat
Objektif 2 . identifikasi alergi dan 2 . untuk mengetahui alergi
1 . Berat badan 2 . kekuatan otot pengunyah
intoleransi makakanan makanan
menurun minimal meningkat
10% di bawah 3 . identifikasi makanan 3 . untuk mengetahui
3 . Kekuatan otot menelan
yang disukai makanan kesukaan
rentang ideal meningkat 4 . identifikasi kebutuhan 4 . untuk mengetahui asupan
b . Tanda Minor kalori dan nutrien kalori dan nutrien
Subjektif
5 . monitor asupan makanan 5 . untuk mrngrtahui asupan
1 . Cepat kenyang
setelah makan 6 . monitor berat badan
2 . kram / nyeri
abdomen 6 . untuk mengetahui berat
3 . Nafsu makan badan
7 . monitor hasil
menurun pemeriksaan laboratorium 7 . untuk mengetahui hasil lab
Objektif
1 . bising usus Terapeutik
hiperaktif 1 . Lakukan oral hygen 1 . untuk membersihkan
2 . Otot pengunyah sebelum makan mulut
lemah
3 . Otot menelan 2 . Sajikan makanan secara Untuk menarik nafsu makan
lemah menarik dan suhu yang
4 . Membran mukosa sesuai
pucat 3 . untuk mencegah konstipasi
3 . Berikan makanan yang
5 . Sariawan tinggi serat untuk mencegah
6 . Serum albumin konstipasi
turun 4 . untuk menambah protein
7 . Rambut rontok 4 . Berikan tinggi protein dan kalori
berlebihan dan kalori
5 . untuk menambah nafsu
8 . Diare 5 . Berikan suplemen makan
makanan
Edukasi
1 . untuk melatih duduk
1 . Anjurkan posisi duduk
2 . untuk menambah gizi
2 . Ajarkan diit yang seimbang
diprogramkan
Kolaborasi
1 . agar gizi seibang dan gizi
1 . Kolaborasi pemberian terpenuhi
medikasi sebelum makan
2 . agar gizi seimbang
2 . Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

3 . gangguan Setelah dilakukan intervensi Tindakan


komunikasi verbal selama 3x24 jam diharapakan
Observasi
komunikasi meningkat
1 . Tanda dan Gejala 1 . Monitor kecepatan, 1 . untuk mengetahui
Dgn kriteria hasil
A . Tanda Mayor tekanan, kuantitas, volume, kecepatan, kuantitas volume
Subjektif
1 . Kemampuan berbicara dan diksi bicara bicara
-
meningkat
Objektif 2 . Monitor proses kognitif, 2 . untuk mengetahui depresi
1 . tidak mampu 2 . Kemampuan mendengar anatomis, dan fisiologis yang mrngganggu
berbicara atau meningkat yang berkaitan dengan
mendengar bicara ( mis. Memori,
2 . Menunjukkan 3 . Kontak mata meningkat
pendengaran dan bahasa )
respon tidak sesuai
B . Tanda Minor 3 . Monitor frustasi, marah, 3 . untuk mengetahui frustasi
Subjektif depresi, atau hal lain yang dan marah
- mengganggu bicara
Objektif 4 . Identifikasi prilaku
1 . Afasia emosional dan fisik sebagai 4 . untuk mengetahui prilaku
2 . Disfasia bentuk komunikasi emosional
3 . Apraksia
4 .Disleksia Terapeuik
5 .Disartria 1 . Gunakan metode 1 . agar menggunakan metode
6 .Afonia komunikasi alternatif ( mis. alternatif
7 .Dislalia Menulis, mata berkedip,
8 .Pelo papan komunikasi dgn
9 .Gagap gambar dan huruf, isyarat
10 .Tidak ada kontak tangan, dan komputer )
mata
11 .Sulit memahami 2 . sesuaikan gaya 2 . agar pasien lebih cepat
komunikasi komunikasi dengan mengerti dan menerima apa
12 .Sulit kebutuhan ( mis. Berdiri yg kita ajarkan
mempertahankan didepan pasien, dengarkan
komunikasi dengan seksama, gunakan
13 . Sulit komunikasi tertulis )
menggunakan 3 . Modifikasi lingkungan
ekspresi wajah atau 3 . agar pasien merasa lebih
untuk meminimalkan nyaman
tubuh bantuan
4 . Berikan dukungan
psikologis 4 . agar pasien tidak stress
5 . Gunakan juru bicara 5 . agar pasien lebih
maksimal
Edukasi
1 . Anjurkan berbicara
perlahan 1 . agar lebih terarah
2 . Ajarkan pasien dan 2 . agar pasien dan keluarga
keluarga proses kognitif, mengerti satu sama lain
anatomis, dan fisiologis
yang berhubungan dengan
kemampuan berbicara
Kolaborasi
1 . Rujuk ke ahli patologi 1 . agar pasien cepat di
bicara atau terapis tangani
3 . Gangguan Setelah dilakukan intervensi Tindakan
mobilitas fisik selama 3x24 jam di harapkan
Observasi
mobilitas fisik meningkat
dengan kriteria hasil 1 . identifikasi adanya 1 . untuk mengetahui adanya
keluhan fisik lainnya keluhan fisik
1 . pergerakan ekstremitas
meningkat 2 . identifikasi toleransi 2 . untuk mengetahui
fisik melakukan ambulansi melakukan ambulansi
2 . kekutana otot meningkat
3 . monitor kondisi umum 3 . untuk mengetahui kondisi
3 . rentang gerak (ROM)
selama melakukan ambulasi selama ambulansi
meningkat
Terapeutik
1 . fasilitasi aktivitas 1 . agar pasien lebih mudah
ambulasi dengan alat bantu melakukan ambulansi
2 . fasilitasi melakukan 2 . agar pasien lebih mudah
mobilitas fisik melakukan ambulansi
3 . libatkan keluarga pasien 3 . agar keluarga mengetahui
untuk membantu pasien perkembangan pasien selama
dalam meningkatkan ambulansi
ambulasi
Edukasi
1 . jelaskan prosedur dan
1 . agar keluarga mengetahui
tujuan ambulasi
tujuan ambulansi
2 . anjurkan melakukan
2 . untuk melatih gerak
ambulasi dini
3 . ajarkan ambulasi
sederhana yang harus 3 . agar pasien mampu
dilakukan ( mis. Berjalan melakukan ambulansi
dari tempat tidur )
4 . Risiko cedera Setelah dilakukan intervensi Tindakan
selama 3x24 jam diharapkan
Gejalan dan Tanda Observasi
tingkat cedera menurun
1 . Mayor 1 . identifikasi kebutuhan 1 . untuk mengetahui
Dgn kritria hasil
keselamatan ( mis. Kondisi keselamatan pasien
Subjektif
1 . toleransi aktivitas fisik )
- meningkat
2 . monitor perubahan status
Untuk mengetahui perubahan
Objektif 2 . nafsu makan meningkat keselamatan lingkungan
- 3 . gangguan mobilitas Terapeutik dan keselamatan lingkungan
menurun
2 . Minor 1 . hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan
Subjektif 3 . agar pasien terhindar dari
2 . modifikasi lingkungan bahaya
-
untuk meminimalkan
4 . agara pasien merasa lebih
Objektif bahaya dan risiko
aman dan nyaman
- 3 . sediakan alat bantu
kemanan lingkungan
i.
5 . agar pasien lebih mudah
4 . gunakan perangkat
melakukan ambulansi
pelindung ( mis.
Pengekangan fisik, rel 6 . untuk melindungi pasin
samping, pintu terkunci, dari bahaya
pagar )
5 . hubungi pikah
berwenang sesuai
komunitas ( mis. 6 . untuk melindungi pasien
Puskesmas, polisi, damkar )
6 . Fasilitasi relokasi ke
lingkungan yang aman
7 . lakukan program 7 . agar pasienmerasa nyaman
skrining bahaya lingkungan 8 . agar tidak terjadi bahaya
( mis. Timbal )
Edukasi
1 . Ajarkan keluarga risiko
tinggi bahaya lingkungan 9 . agar pasien mengetahui
tanda resiko bahaya
5 . Gangguan Setelah dilakukan intervensi Tindakan
perkembangan selama 3x24 jam di
Observasi
harapkan perkembangan
Gejala dan Tanda
1 . Identifikasi pencapaian 1 . untuk
meningkat
1 . Data Mayor tugas perkembangan anak mengetahui
Dengan kriteria hasil
perkembangan anak
Subjektif 2 . Identifikasi isyarat
1 . Keterampilan/ perilaku
perilaku dan fisiologis 2 . untuk
-
sesuai usia meningkat
yang ditunjukan anak mengetahui ketidak
Objektif
2 . Kemampuan melakukan ( mis. Lapar, tidak nyaman nyamanan anak
1 . Tidak mampu perawatan diri meningkat )
melakukan 3 . Respon sosial meningkat Terapeutik
keterampilan atau
4 . Kontak mata meningkat 1 . Pertahankan sentuhan
perilaku khas sesuai
seminimal mungkin pada
5 . Pola tidur membaik 3 . untuk mengenal
usia ( fisik, bahasa,
bayi prematur
ibu
mototrik, psikososial
2 . Berikan sentuhan yang
2 . Pertumbuhan fisik
bersifat gentel dan tidak
terganggu 4 . untuk mengenali
ragu-ragu
ibu
Subjektif
3 . Minimalkan nyeri
-
4 . Minimalkan kebisingan 5 . untuk mengurangi
Objektif ruangan nyeri

1 . Tidak mampu 5 . Pertahankan lingkungan 6 . untuk


melakukan yang mendukung kenyamanan anak
perawatan diri sesuai perkembangan optimal
7 Untuk kenyamanan
usia
6 . Motivasi anak anak
2 . Afek datar berinteraksi dengan orang
8 Agar anak merasa
lain
3 . Respon sosial didukung
lambat 7 . Sediakan aktivitas yang
memotivasi anak
4 . Kontak mata
9 . untuk melatih
berinteraksi dengan anak
terbatas
perkembangan anak
lainnya
5 . Nafsu makan
8 . Fasilitasi anak berbagai
menurun
dan bergantian/ bergilir
6 . Lesu 10 . agar anak tidak
9 . Dukung anak
merasa bosan
7 . Mudah marah
mengekspresikan diri
11 Agar anak merasa
8 . Regresi melalui penghargaan
di perhatikan
positif atau umpan balik
9 . Pola tidur
atas usahanya
terganggu ( pada
bayi ) 10 . Pertahankan
keyamanan anak

11 .Fasilitasi anak melatih


12 . agar anak selalu
keterampilan pemenuhan
merasa nyaman
kebutuhan secara mandiri (
13 Untuk melatih
mis. Makan, sikat gigi,
keterampilan anak
cuci tangan, memakai
baju)

12 . Bernyanyi bersama
anak lagu-lagu yang
disukai
14 . agar anak tidak
13 . Bacakan cerita atau
merasa takut salah
dongen
15 Untuk melatih daya
Edukasi
inget anak
1 .Jelaskan orang tua dan/
pengasuh tentang
16 .agar orang tua
milestone perkembangan
memahami kondisi
anak dan perilaku anak
anak
2 . Anjurkan orang tua
menyentuh dan
menggendong anaknya
17 . agar anak merasa
3 . Ajarkan anak
di sayang
keterampilan berinteraksi
18 Untuk melatih
4 . Ajarkan anak teknik
interaksi anak
asertif
19 Agar anak
Kolaborasi
mempunyai
1 . Rujuk untuk konseling keberanian
20 .untuk lebih melatih
perkembangan anak

4 . Pelaksanaan
Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari
proses keperawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali pasien, modifikasi
rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk
implementasi yang efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi,
proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga fase implementasi keperawatan
yaitu :
a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan
keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan pasien dan lingkungan.
b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi dengn tujuan.
Implementasi apat dilakukan dengan intervensi indeoenden, dependen atau interdependen
c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah implementasi
dilakukan (potter and pery, 2020)

5. Evaluasi Keperawatan
Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan kualitas data, teratasi atau
tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan ntervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa keperawatan, menilai dan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan
mutu pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah
ditentukan terebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Erico. 2020. PenatalaksanaanCerebral Palsy. Diakses pada tanggal 21 Januari


2020.
Hidayat A.A., 2022. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : salemba Medika

Hockenberrry, M. J. And Wilson, David. 2021. Wong’s 7Th edition, Clinical


Manual of Pediatric Nursing. Moissure: Mosby Elsevier.
Hockenberrry, M. J. And Wilson, David. 2020. Wong’s 9Th edition, Clinical Manual
of Pediatric Nursing. Moissure: Mosby Elsevier.
Kowalak. 2021.Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Sastra, Gusdi.2021. Neurolinguistik suatu pengantar. Bandung. CV
ALFABETA

Suharso, Darto (2022),”Cerebral Palsy Diagnosa dan Tatalaksana”. Surabaya :


Universitas Airlangga Surabaya Open Creative Multimedia and
Presentation Division.

Anda mungkin juga menyukai