LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE NON
HEMORAGIK
Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2006,
hlm. 1110)
Stroke non hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat
berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif
Mansjoer, 2000, hlm. 17)
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak
terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 130)
Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 128) penyebab Stroke non hemoragik diakibatkan oleh:
a. Trombosis yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkanoedema dan kongesti disekitarnya.Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak: Ateroskelosis, hiperkoagulasi pada
polisetimia, arthritis dan emboli.
b. Embolisme Serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak,
dan udara.Menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 129)
faktor – faktor resiko stroke non hemoragik adalah: Hipertensi, Diabetes Mellitus, merokok,
minum alkohol, strees dan gaya hidup yang salah, Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai
hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi), Kolesterol tinggi, Penyalahgunaan obat
(kokain), makanan lemak dan faktor usia.
Manifestasi Klinis
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2133-2134) menjelaskan ada enam tanda dan
gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana
yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral.
Adapun gejala Stroke non hemoragik adalah:
a. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan
pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi neuron paling umum adalah
hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan
hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh)
b. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
1) Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.
2) Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
3) Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.
c. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis yaitu
kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan
d. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan untuk
merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal, mempelajari
kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan
dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi.
f. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia urinarius
karena kerusakan kontrol motorik.
Klasifikasi stroke non hemoragik
Menurut Tarwoto, dkk (2007, hlm. 69) Stroke non hemoragik dapat diklasifikasikan berdasarkan
perjalanan penyakitnya, yaitu:
a. TIA (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan
maksimal 3 minggu.
c. Stroke in Volution (progresif)
Perkembangan stroke terjadi perlahan – lahan sampai akut, munculnya gejala makin memburuk,
proses progresif berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
d. Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent, dari sejak awal serangan
dan sedikit tidak ada perbaikan.
Patofisiologi
Stroke adalah penyakit gangguan peredaran darah ke otak, disebabkan oleh karena penyumbatan
yang dapat mengakibatkan terputusnya aliran darah ke otak sehingga menghentikan suplay
oksigen, glukosa dan nutrisi lainya kedalam sel otak yang mengalami serangan pada gejala –
gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran, jika kekurangan oksigen berlanjut lebih
dari beberapa menit dapat meyebabkan nekrosis mikroskopis neuron – neuron, area nekrotik
disebut infak.(Arif Muttaqin, 2008, hlm. 131)
Mekanisme iskemik (non-hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau sumbatan di Pembuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Keadaan
tersebut menyebabkan terjadinya stroke, yang disebut stroke iskemik.
Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke
otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Penyumbatan dapat
terjadi karena penumpukan timbunan lemak yang mengandung koleserol (plak) dalam pembuluh
darah besar (ateri karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil.
Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar sehingga aliran darah tidak lancar,
mirip aliran air yang terhalang oleh batu. Darah yang kental akan tertahan dan menggumpal
(trombosis), sehingga alirannya menjadi semakin lambat. Akibatnya otak akan mengalami
kekurangan pasokan oksigen. Jika kelambatan pasokan ini berlarut, sel-sel jaringan otak akan
mati. Tidak heran ketika bangun tidur, korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan.
Jika berlajut akan menyebabkan kelumpuhan.
Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam pembuluh darah yang
disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi, merokok atau arena konsumsi makanan tinggi
kolesterol dan lemak. Seringkali daerah yang terluka kemudian tertutup oleh endapan yang kaya
kolesterol (plak). Gumpalan plak inilah yang menyumbat dan mempersempit jalanya aliran darah
yang berfungsi mengantar pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak. Stroke iskemik ini
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Stroke Trombotik
Pada stroke trombotik didapati oklusi ditempat arteri serebral yang bertrombus. Trombosis
merupakan bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher dan penyebab stroke yang
paling sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan
yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan
beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tiba-tiba,
dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari. Proses aterosklerosis ditandai
oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberal
menjadi tipis dan
berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai,
sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung
terbentuk pada percabangan atau tempat-tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan
dengan tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko
dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis
bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh
darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali
mekanisme koagulasi. Sumbatan fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau
dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
2. Stroke Embolik
Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Penderita embolisme biasanya lebih muda
dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli serebral berasal dari suatu trombus
dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit
jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya akan
menyumbat bagian-bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberal
adalah arteria serebral media, terutama bagian atas.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 139) yaitu:
1) CT Scan (Computer Tomografi Scan)
Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan
otak.
2) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
adanya titik okulasi atau raftur.
3) Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan.
4) Magnatik Resonan Imaging (MRI):
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5) Ultrasonografi Dopler :
Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6) Sinar X Tengkorak:
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
7) Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah
lesi yang spesifik.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal sewaktu hari – hari
pertama.
2) Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat
mencapai 250 mg didalam serum.
Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan luasnya area
cidera (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001, hlm. 2137)
a. Hipoksia serebral
Otak bergantung pada ketersedian oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
b. Penurunan darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh
darah serebral.
3. Rencana Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan oklusif, edema serebral.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan motorik/sensori.
Mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil dan tidak adanya tanda-tanda peningkatan Tekana
Intra Kranial.
Menunjukan tidak ada kelanjutan deteriorasi/kekambuhan kembali.
Perencanaan tindakan :
1) Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya.
2) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/penyebab khusus selama
koma/penurunan perfusi jaringan serebral dan potensial terjadinya peningkatan Tekanan Intra
Kranial.
3) Pantau tanda-tanda vital seperti adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang
terbaca pada kedua lengan.
4) Catat frekuensi dan irama dari pernapasan, auskultasi adanya murmur.
5) Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutuhan, gangguan lapang pandang atau
kedalam persepsi.
6) Letakan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis.
7) Pertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung/aktivitas
pasien sesuai dengan indikasi. Berikan istirahat secara periodik antara aktivitas perawatan, batasi
lamanya setiap prosedur.
8) Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara.
9) Cegah terjadinya mengejan saat defikasi dan pernapasan yang memaksa (batuk terus-menerus).
10) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti masa protrombin, kadar dilatin.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan dan
ketahanan.
Tujuan :
Mendemonstrasikan tekhnik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
Perencanaan tindakan:
1) Kaji kemampun dari tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari – hari.
2) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan
sesuai dengan kebutuhan
3) Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk menghindari atau
kemampuan untuk menggunakan urinal, bedpen. Bawa pasien ke kamar mandi dengan teratur
interval waktu tertentu untuk berkemih jika memungkinkan.
4) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ahli terapi okupasi.
e. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
Tujuan : Pola nafas pasien efektif
Kriteria Hasil:
RR 18-20 x permenit
Ekspansi dada normal.
Intervensi :
Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
Auskultasi bunyi nafas.
Pantau penurunan bunyi nafas.
Pastikan kepatenan O2 binasal.
Berikan posisi yang nyaman : semi fowler.
Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam.
Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA
1) Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.
2) Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000. Edisi 3.Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta.EGC.
3) Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama.Jakarta. Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4) Price, Sylvia A. 1995.Edisi 4. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta. EGC
NON HEMORAGIK STROKE (HS)
KONSEP MEDIS
1. DEFENISI
Stroke adalah gangguan peredaran darah cerebral yang disebabkan oleh berbagai faktor dan berakibat adanya
gangguan neurologis.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan
otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya
aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh
penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
2. ETIOLOGI
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke hemorragik.
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti. 80% . Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
c. Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut
jantung
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke
hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Faktor Resiko Stroke :
a. Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol,Aterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain.
b. Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food,fast food), Alkohol,
Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas.
c. 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis
ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.
d. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu banyak minum
alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.
3. PATOFISIOLOGI
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh
darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol
dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arteriotalamus dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-
basilar mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama. Kenaikan darah dalam jumlah yang secara
mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika
volumenya besar merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merusak dan menyela di antara
selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi darah akan diikutioleh pulihnya fungsi-
fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder
atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan
peninggian tekanan intrakranial dan mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase
otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar
menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan
dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc
diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat
fatal
4. MANIFESTASI KLINIK
Stroke hemoragik (istonik), gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak/subakut,
didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun
kecuali bila embolus cukup besar. Biasanya terjadi pada usia > 50 tahun.
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification Of Diseases And Related Health Problem,
stroke terbagi atas :
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Sering
sekali siang hari saat aktivitas atau emosi/marah. Sikap nyeri kepalanya snagat hebat sekali. Mual dan muntah sering
terjadi pada permulaan serangan hemiparesis biasa terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasa menurun dan
cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½ sampai dengan 2 jam, dan 12% terjadi
setelah 2 jam, sampai 19 hari. Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan
akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala/tanda rangsangan meningkat. Edema popil dapat
terjadi bila ada perdarahan subhialoid atau karotis interna.
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat dan ringannya ganguan pembuluh darah dan lokasinya.
Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa :
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbulnya mendadak
2. Gangguan sensiblitas pada satu atau lebih anggota badan (ganguan hemisensorik)
3. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, latergi, stupor atau koma)
4. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Scan tomografi komputer bermanfaat untuk membandingkan lesi serebrovaskular, dan lesi non vaskuler, misalnya
hemoragi subdural, abses otak, tumor atau hemoragi intraserebral dapat dilihat pada CT scan.
b. Angiografi digunakan untuk membedakan lesi serebrovaskuler dengan lesi non vaskuler. Penting untuk diketahui
apakah terdapat hemoragi karena informasi ini dapat membantu dokter memutuskan dibutuhkan pemberian
antikoagulan atau tidak.
d. Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler yang merupakan prosedur non invasif, sangat membantu dalam
mendiagnosa sumbatan arteri karotis.
e. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) dapat membantu menentukan apakah terdapat disritmia, yang dapat
menyebabkan stroke.
g. CT Scan
h. Untuk mengetahui lokasi perdarahan, infark dan bekuan darah di daerah sub arachnoid
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan stroke yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir
pengobatan. Hal yang harus dilakukan adalah :
1. Pertimbangan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas’
a. Penggunaan vasodilator dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan aliran darah otak dengan menurunkan
tekanan darah sistemik dan menurunkan aliran darah anastomosis intra serebral.
b. Antikoagulasi dapat diberikan melalui intavena dan oral, namun pemberiannya harus dipantau secara terus menerus
untuk mencegah overdosis obat sehingga mengakibatkan meningkatnya resiko perdarahan intra serebral.
c. Jika klien mengalami sakit kepala dan nyeri pada leher biasanya diberikan obat analgesic ringan, sejenis codein
dan acetaminophen. Sering dihindari pemberian obat narkotik yang kuat, karena dapat menenangkan klien dan
menyebabkan pengkajian tidak akurat.
d. Jika klien mengalami kejang, berikan obat fenitoin (dilantin) atau phenobarbaital. Hindari pemberian obat jenis
barbiturate dan sedative lainnya. Jika klien demam berikan obat antipiretik.
7. KOMPLIKASI
a. Hipoksia serebral
Fungsi otak tergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirim ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan
mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan.
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan
intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral, hipertensi atau
hipotensi eksterm perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area
cedera
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis
Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan umum, gangguan
penglihatan dan tingkat kesadaran
2. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi arterial, disritmia pada EKG, desiran pada karotis, femoralis dan A. Iliaka
3. Eliminasi
4. Makanan/cairan
Gejala : Napsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan sensasi pada lidah, pipi, dispagia, adanya riwayat
DM, peningkatan lemak dalam darah
5. Neurosensori
Gejala : Sinkop/pusing, sakit kepala, kelemahan/kesemutan, penurunan fungsi penglihatan, kehilangan rangsang sensorik
kontralateral (pada sisi tubuh yang berlawanan pada ekstremitas dan kadang-kadang pada ipsilateral (yang satu sisi)
pada wajah
Tanda : Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragik, gangguan tingkah laku; lethargi,
kelemahan/paralysis, afasia
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena a. carotis yang terkena) Tanda :
7. Pernapasan
Tanda : Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas, suara napas terdengar/ronhki (aspirasi sekresi), napas tidak
teratur
8. Keamanan
Tanda : Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri, hilang kewaspadaan terhadap bagian
tubuh yang sakit
9. Interaksi Sosial
10. Penyuluhan
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor risiko), pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah; gangguan oklusif, hemoragik,;
vasospasme serebral, edema serebral
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paraestesia; flaksid/paralysis spastis, kerusakan
perceptual
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral; kerusakan neuromuscular,
kehilangan tonus/kontrol otot, kelelahan umum
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral; keruskan
neuromuscular, kehilangan tonus/kontrol otot, kelelahan umum, nyeri, depresi
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan,
keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber informasi
C. PERENCANAAN
1. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah; gangguan oklusive,
hemoragik,; vasospasme serebral, edema serebral
Tujuan : Klien mampu mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif, dan motorik/sensori
Intervensi :
a. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/penyebab penurunan perfusi jaringan serebral
Rasional: Mempengaruhi penetapan intervensi dan sebagai acuan kewaspadaan bila tiba-tiba terjadinya penurunan
kesadaran.
Rasional : Bradicardi dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak, ketidak teraturan pernapasan dapat
memberikan gambaran lokasi kerusakan serebral/peningkatan TIK
d. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis
Rasional: Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi serebral.
Rasional: Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan
meningkat/terbentuknya udema
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paraestesia; flaksid/paralysis spastis, kerusakan
perceptual
Tujuan :
a. Klien mampu mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.
Intervensi :
Rasional: Memberikan informasi mengenai derajat pemulihan yang klien lalu dan membantu dalam menentukan
intervensi selanjutnya
Rasional: Mempengaruhi penetapan intervensi dan sebagai acuan kewaspadaan bila tiba-tiba terjadinya penurunan
kesadaran.
e. Konsultasikan dengan ahli fisoterapi secara aktif, latihan dan ambulasi pasien
Rasional: Program khusus dapat dikembangkan dalam menjaga keseimbangan, koordinasi dan kekuatan
Tujuan :
Klien mampu mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi, mampu membuat metode
komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan.
Intervensi :
a. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau
membuat pengertian
Rasional : Membentu menemukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam
beberapa tahap proses komunikasi
b. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata” atau “tunjuk pintu”) ulangi dengan
kalimat/ kata yang sederhana
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral; keruskan neuromuscular, kehilangan
tonus/kontrol otot, kelelahan umum, nyeri, depresi
Tujuan : Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
Intervensi :
a. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 0-4) untuk melakukan kebutuhan sehari hari
b. Hindari melakukan sesuatu untuk klien, yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional: Pasien mungkin terjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan
bermanfaat dalam mencegah frustasi adalah penting bagi pasien untuk melakukan sebanyak mungkin
untuk diri sendiri untuk mempertahankan diri sendiri dan meningkatkan pemulihan
c. Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri klien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya
Rasional: Pasien memerlukan empati tapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien
secara konsisten
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, keterbatasan
kognitif, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber informasi
Intervensi :
b. Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat tentang : Faktor risiko, faktor pencetus, perawatan tindak lanjut
dirumah
Rasional: Perlu untuk pembuatan rencana instruksi individu, mengidentifikasi secara verbal kesalahpahaman dan
memberikan penjelasan
c. Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi misalnya leaflet tentang :
Faktor risiko
a. Faktor pencetus
d. Dorong penguatan faktor risiko, pembatasan diet, aktifitas seksual dan gejala yang memerlukan perhatian medis
Rasional: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mencakup informasi dan mengasumsi kontrol/partisipasi
dalam program rehabilitasi
e. Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat seperti klub jantung sehat atau program pendukung lainnya
Rasional: Meningkatkan kemampuan koping dan meningkatkan penanganan dirumah dan penyesuaian terhadap
kerusakan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, (2001): Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta.
Prince, S.A and Wilson, L.M, (2005): Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F. and Geissler, A.C, (2001): Rencana Asuhan
Keperawatan; pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, EGC, Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta.
Nama Mahasiswa :
Ruangan : ICU
Tanggal Masuk : 16 januari 2013
A. Pengkajian Keperawatan
III. TRIAGE
keluhan utama : Klien masuk rumah sakit dengan keluhan tidak bisa menggerakkan ekstremitas sebelah kiri sejak ± 1 jam sebelum
masuk rumah sakit, keluhan timbul saat klien tidur,klien pernah mengalami stroke sejak 1 tahun yang lalu,klien
terlihat sudah mulai sulit berbicara saat tiba di rumah sakit,aktivitas klien nampak dibantu oleh keluarga,klien
nampak berbaring di tempat tidur
T : 184/107 N : 87×/Menit
S : 36,5 P : 20
4. Berat badan : 70 kg
V. PENGKAJIAN SEKUNDER
LALU
nah dirawat : Ya, kurang lebih 1 tahun yang lalu dengan penyakit yang sama
Diagnosa : Stroke
d. Operasi : Tidak
2. Pola Nutrisi :
Sebelum Sakit :
Porsi makan : -
3. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :
Konsistensi : Normal
Keluhan Lain : -
A. Buang Air Besar : tidak pernah selama masuk RS sejak 1 jam yang lalu
Waktu :-
Keluhan Lain : -
Sebelum Sakit :
( - ) Menjelang tidur
Sebelum Sakit :
Olah raga :
Jenis :- Frekuensi : -
6. Pola Pekerjaan
Sebelum Sakit :
c. Jadwal kerja : -
Genogram :
G1
G2
G3
Keterangan :
Komentar :
Generasi II : Ayah klien sudah meninggal karena menderita penyakit yang sama yaitu stroke Generasi III :
2. Persepsi sendiri
ah sakit :-
3. Suasana hati :-
Rentang perhatian :-
4. Hubungan / komunikasi
a. Tempat Tinggal.
( ) Sendiri
b. Bicara
) Relevan
c. Kehidupan Keluarga.
Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan seksual
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan. (
) Sendiri
b. Yang disukai tentang diri sendiri : senang berkumpul dengan orang lain
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : bisa bertemu dengan sanak keluarga lainnya
( ) Pemecahan ( ) Makan
( ) Cari pertolongan
( ) Lain (diam/marah/dll) : -
e. Apa yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman : Membina hubungann saling percaya antara klien,
keluarga klien dan perawat.
8. Tingkat perkembangan.
Usia Karakteristik
P : 20 x/menit S :36,5 o
C
2. Kepala :
a. Inspeksi :
b. Palpasi :-
Mata
a. Inspeksi :
Reaksi terhadap cahaya : Tidak di kaji Gerakan bola mata :Tidak di kaji
b. Palpasi :
TIO :Tidak ada TIO Massa Tumor : Tidak ada massa Nyeri Tekan : Tidak ada
c. Lain – lain
Fungsi Penglihatan :
Baik
4. Hidung :
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Lain-lain :
5. Mulut dan Tenggorokan :Tidak dikaji Gigi geligi :Tidak di kaji Caries :Tidak dikaji
Kesulitan menelan : ya
6. Leher
a. Inspeksi :
- Bentuk/kesimetrisan : Simetris
b. Palpasi:
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe : Tidak ada nodus
Inspeksi :
Palpasi :
- Nyeri tekan : Tidak ada Massa tumor : Tidak ada
Auskultasi :
8. Abdomen :
Inspeksi :
Perkusi :
Kekuatan otot : 5 1
5 1
Cyanosis :- Akral :-
1. Laboratorium
Lab : Normal
2. Radiologi
Obat – obatan :
Obat injeksi
Inj. Piracetam
Obat Oral
Amiodipine
Diasepam
FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
INDONESIA
A. Pengertian 2008
Cerebrovaskular accident atau stroke merupakan gangguan neurology yang disebabkan oleh
adanya gangguan pada peredaran darah di otak (Black, 1997)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008)
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh
(global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan
maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular
Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi :
1. Stroke perdarahan atau strok hemoragik
2. Strok iskemik atau stroke non hemoragik
Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok iskemik didefinisikan, secara patologis,
sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat
B. Anatomi Peredaran Darah Otak
Vaskularisasi susunan saraf pusat sangat berkaitan dengan tingkat kegiatan metabolisme
pada bagian tertentu dan ini berkaitan dengan banyak sedikitnya dendrit dan sinaps di daerah
tersebut.
Pembuluh darah utama yang mendarahi otak ialah sepasang arteria karotis interna dan
sepasang arteria vertebralis. Dari kedua sumber pendarah itu akan berhubungan membentuk
kolateral yang disebut sirkulus Willisi. Sistem kolateral juga dijumpai pada pembuluh-pembuluh
yang berada di dalam jaringan otak. Penyaluran darah selanjutnya melalui sistem vena yang akan
bermuara ke dalam sinus duramatris.
Pada permukaan otak, arteri pendarah membentuk anastomosis yang cukup, sedangkan
anastomosis di dalam jaringan otak lebih sedikit. Pembuluh darah dari arteri permukaan yang
menembus/memasuki jarigan otak, secara fungsional dapat dianggap sebagai end artery.
Sistem Karotis
Pembuluh utama ialah arteri carotis kommunis yang mempercabangkan selain arteria
karotis eksterna juga arteri karotis interna yang akan banyak mendarahi bangunan intrakranial
terutama dalam hal ini ialah hemisferium serebri. Cabang-cabang besar arteria karotis interna
adalah: a. oftalmika, a. komunikans posterior, a. khoroidal anterior, a. serebri anterior, a.
komunikans anterior, a. serebri media.3
Sistem Vertebrobasiler
Dengan sepasang arteri vertebralis yang kemudian bersatu menjadi arteri basilaris, akan
mendarahi batang otak dan serebellum dengan tiga kelompok arteri yakni: median, paramedian,
dan arteri sirkumferensial. Arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang a. serebri
posterior.1,3
C. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak ).
Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih distal disebut
embolus.
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian epidemiologi didapatkan
bahwa sekitar 50 % dari semua serangan iskmik otak, apakah yang permanen atau yang
transien, diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 % disebabkan oleh penyakit
pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 % oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk
dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor, metastase, bakteri,
benda asing
3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
D. Factor resiko
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal
– menunjukan adanya tekanan normal
– tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal (DoengesE, Marilynn,2000)
F. Gejala Klinik
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat
ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.
Gejala utama gangguan peredaran darah otak iskemik akibat trombosis serebri ialah timbulnya
defisit neurologik secara mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu
istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih
dari 50 tahun. Pada pungsi lumbal, liquor serebrospinalis jernih, tekanan normal, dan eritrosit
kurang dari 500. Pemeriksaan CT Scan dapat dilihat adanya daerah hipodens yang menunjukkan
infark/iskmik dan edema.
Gangguan peredaran darah otak akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda,
mendadak dan pada waktu aktif. Sumber emboli berasal dari berbagai tempat yakni kelainan
jantung atau ateroma yang terlepas. Kesadaran dapat menurun bila embolus cukup besar. Likuor
serebrospinalis adalah normal.
Pendarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasilar.
Gangguan pada sistem karotis menyebabkan :
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan bicara, disfasia atau afasia
3. Gangguan motorik, hemiplegi/hemiparese kontralateral
4. Ganguan sensorik
Gangguan pada sistem vertebrobasilar menyebabkan :
1. Ganguan penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital
2. Gangguan nervi kranialais bila mengenai batang otak
3. Gangguan motorik
4. Gnggguan koordinasi
5. Drop attack
6. Gangguan sensorik
7. Gangguan kesadaran
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti; afasia, gangguan sensorik kortikal, muka
dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh., eye deviation, hemipareses yang disertai
kejang.
Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan tungkai sama berat
lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka lengan dan tungkai
(tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi, lesi pada kapsula interna. 3
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans, tanda-tanda serebelar,
nistagmus,gangguan pendengaran, gangguan sensoris, disartri, gangguan menelan, deviasi
lidah.
Bila topis di medulla spinalis, akan timbul gejala seperti; gangguan sensoris dan keringat sesuai
tinggi lesi, gangguan miksi dan defekasi.
H. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
– Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk
– Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau
tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
– Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut
b. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan
istirahat Data Subyektif:
– kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
– mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
– Perubahan tingkat kesadaran
– Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
– gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
– Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis
bacterial ),polisitemia.Data obyektif:
– Hipertensi arterial
– Disritmia, perubahan EKG
– Pulsasi : kemungkinan bervariasi
– Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
– Perasaan tidak berdaya, hilang harapanData obyektif:
– Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
– kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
– Inkontinensia, anuria
– distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minumData Subyektif:
– Nafsu makan hilang
– Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
– Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
– Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
– Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
– Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural Data Subyektif:
– Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
– nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
– Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
– Penglihatan berkurang
– Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral
( sisi yang sama )
– Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
– Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti:
letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
– Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan
tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
– Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
– Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan
berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari
keduanya.
– Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
– Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
– Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
– Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
– Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:
– Perokok ( factor resiko )
9.Keamanan
Data obyektif:
– Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
– Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap
bagian tubuh yang sakit
– Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
– Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
– Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif:
– Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
(Doenges E, Marilynn,2000)
Letakkan kepala
dengan posisi agak
ditinggikan dan dalam
posisi anatomis.
Ubah posisi
minimal setiap 2 jam
(telentang, miring) dan
sebagainya
Melakukan latihan
gerak aktif dan pasif pada
semua pada saat masuk.
Menganjurkan melakukan
latihan seperti latihan
quadrisep/gluteal,
meremas bola karet,
melebarkan jari-jari dan
telapak tangan
Gunakan
Kerusakan komunikasi verbal penyangga lengan ketika
b.d kerusakan sirkulasi pasien berada dalam posisi
serebral, kerusakan tegak
neuromuskular, kehilangan Setelah x 24 jam pemberian
tonus, kelemahan/kelelahan asuhan keperawatan, pasien akan : Tinggikan tangan
3. umum. Mengindikasikan dan kepala
pemahaman tentang masalah
komunikasi
Menerima pesan- Kolaborasi
pesan melalui metode- Memberikan
metode alternatif tempat tidur dengan
Memperlihatkan matras bulat sesuai
peningkatan kemampuan indikasi
untuk mengerti
Konsultasikan
dengan ahli fisioterapi
secara aktif, latihan resistif
dan ambulasi pasien.
Mandiri
Mengkaji tipe/
derajat disfungsi seperti
pasien tidak tampak
memahami kata atau
mengalami kesulitan
berbicara atau membuat
pengertian sendiri.
Memperhatikan
kesalahan dalam
komunikasi dan berikan
umpan balik
Kolaborasi
Konsultasikan kepada
ahli terapi wicara
REFERENSI
Black, Joyce M. 1997. Medical Surgical Nursing fifth edition : clinical managemen for
continuity of care. Philadelfia : WB. Saunders company
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E, Jacobs, Ester Matasarrin. Rencana asuhan keperawatan :
pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. 2000. Jakarta :
penerbit Buku Kedokteran EGC
AskepN
HS
BAB I
KONSEP MEDIS
1. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa
tahun. (Smeltzer, 2002)
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident)
adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat
timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam )
dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono, 1996).
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh
(global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut,
tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular.
1. Etiologi
1. Hipertensi
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
Gejala – gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya
aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang
terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain bersifat::
1. Sementara Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan
hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack
(TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2. Sementara,namun lebih dari 24 jam, Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini
dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND).
3. Gejala makin lama makin berat (progresif) Hal ini desebabkan gangguan aliran darah
makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.
5. Pemeriksaan Penunjang
3. Pungsi Lumbal
7. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
o Airway.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan
reflek batuk.
o Breathing.
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.
o Circulation.
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut.
2. Pengkajian Sekunder
Data Subyektif:
Data obyektif:
o Sirkulasi
Data Subyektif:
Data obyektif:
▪ Hipertensi arterial
o Integritas ego
Data Subyektif:
Data obyektif:
▪ Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan.
o Eliminasi
Data Subyektif:
▪ Inkontinensia, anuria
o Makan/ minum
Data Subyektif:
Data obyektif:
o Sensori Neural
Data Subyektif:
▪ Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
▪ Penglihatan berkurang.
Data obyektif:
▪ Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral.
o Nyeri /
Data obyektif:
o Respirasi
Data Subyektif:
o Keamanan
Data obyektif:
▪ Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali.
o Interaksi social
Data obyektif:
Penurunan perfusi serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh
darah serebral
C. Intervensi
Penurunan perfusi serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh
darah serebral
3. TIK normal
ü Intervensi :
1. Pantau adanya tanda-tanda penurunan perfusi serebral :GCS, memori, bahasa respon pupil dll
2. Observasi tanda-tanda vital (tiap jam sesuai kondisi pasien)
4. Pertahankan posisi tirah baring pada posisi anatomis atau posisi kepala tempat tidur 15-
30 derajat
ü Kriteria hasil :
3. mobilisasi bertahap
ü intervensi :
5. Lakukan ROM pasif atau aktif sesuai kemampuan dan jika TTV stabil
7. Kolaborasi: fisioterapi
ü Intervensi:
1. kaji sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat hindari memberi isyarat non verbal
2. Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang
ü Kriteria hasil :
bantua ü Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA
Barbara,C.L., (1996). Perawatan medikal bedah. Jilid 2. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran: Bandung
Smeltzer,C.S. and Bare,B.G.,(2002).Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol.3. EGC:Jakarta
Marilynn E, Doengoes,M.E.,(2000). Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3. EGC: Jakarta.
Harsono, (1996). Buku Ajar neurologi klinis. Gajah Mada university press: Yogyakarta