PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
NIM. A 17 09 025
2021
PERBANDINGAN FUNGSI PARU PADA PASIEN PENYAKIT
RAJA BULUKUMBA
TAHUN 2021
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
NUR HIJRAH MUTMAINNAH
NIM.A.17.09.025
BULUKUMBA
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
NIM.A.17.09.025
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada saya selaku penulis. Tak lupa pula
salam dan shalawat dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga dalam
“perbandingan fungsi paru pada pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Bulukumba” dengan tepat waktu. Proposal ini merupakan sebuah langkah awal
dalam proses penyusunan skripsi yang juga sebagai salah satu syarat untuk
Bersama dengan ini, izinkan saya memberikan ucapan terima kasih yang
1. H. Muh. Idris Aman, S. Sos selaku Ketua Yayasan Stikes Panrita Husada
Bulukumba.
2. Dr. Muriyati, S.Kep, M. Kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba
proposal ini.
3. Dr. A. Suswani M, SKM. M. Kes selaku Wakil Ketua I yang telah membantu
5. Andi Baso Tombong, S.Kep., Ns, MANP., selaku pembimbing utama yang
proposal ini.
7. Nadia Alfira, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji II yang telah meluangkan
8. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staff Stikes Panrita Husada Bulukumba atas
9. Teruntuk orang tuaku, Ibunda tercinta Nur Aisya Jamil yang selalu
memberikan dukungan do’a dan spiritual serta materi, sehingga saya bisa
10. Teruntuk Keluarga Bapak kamil, Rahmatiah, S.Pd, terimakasih karena selalu
ada dan bertahan bersama hingga saat ini yang selalu memberikan support.
11. Sahabat-sahabat saya Kimochi Squad, Nurul Fatimah bakri yang selalu
menghibur, Nova Rita Anugrah dan Annisya Cahya Amsani yang selalu
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah
Saya selaku penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna,
dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kritikan dan saran sangat
saya perlukan demi kesempurnaan proposal ini. Saya juga berharap semoga
proposal ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, serta kepada semua pihak
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................6
BAB II..............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................8
D. Kerangka Teori.....................................................................................................30
BAB III...........................................................................................................................31
A. Kerangka Konsep.................................................................................................31
B. Variabel Penelitian...............................................................................................31
B. Defenisi Konseptual.............................................................................................32
C. Definisi Operasional.............................................................................................32
D. Hipotesis Penelitian..............................................................................................32
v
BAB IV...........................................................................................................................34
METODE PENELITIAN..............................................................................................34
A. Desain penelitian..................................................................................................34
D. Instrumen Penelitian.............................................................................................35
F. Alur penelitian......................................................................................................37
H. Etika penelitian.....................................................................................................40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menurut Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2014 adalah suatu keadaan
yang ditandai oleh terbatasnya aliran udara, biasanya progresif, disertai respon
inflamasi kronik pada saluran napas dan paru akibat partikel berbahaya seperti gas
(GOLD, 2017). Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang jarang terekspose karena keterbatasan informasi yang
diberikan.
penyebab kematian ketiga pada tahun 2020. PPOK merupakan penyebab utama
2017). The 2013 Global Burden Disease Study menunjukkan bahwa PPOK
Gas atau partikel berbahaya yang masuk ke dalam paru dapat meningkatkan
stress oksidatif pada pasien PPOK, sehingga menimbulkan derajat keparahan yang
berbeda-beda sesuai dengan banyaknya iritan yang masuk ke dalam paru (Safitri,
infeksi pernafasan dan eksaserbasi (Tsiligianni and van der molen, 2010)
2
Serikat menunjukkan bahwa prevalensi PPOK pada laki-laki sebesar 11,8% dan
per 100.000 penduduk pada tahun 1991 dan meningkat 32,9% dari tahun 1979
6,3% dengan prevalensi tertinggi terdapat di Vietnam (6,7%) dan China (6,5%)
Penyakit Menular (PPM) dan Penyehatan Lingkungan (PL) dilima rumah sakit
pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker
paru (30%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2019). Angka kejadian PPOK di
Sulawesi Selatan tahun 2018 adalah 0,20% dan tahun 2019 mengalami penurunan
menjadi 0,12% (Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, 2019). Menurut hasil studi
pada bulan maret 2018. Penelitian yang dilakukan oleh Denis menyatakan bahwa
kasus tertinggi adalah PPOK derajat 2 (Denis, 2017). Penurunan massa sel tubuh
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD H.A Sulthan
Daeng Raja Bulukumba, 2021 yang diambil dari 6 bulan terakhir dari bulan Juli
2019 - Desember 2020 prevalensi penyakit tidak menular di Ruang Korpri Paru
nafasbagian bawah, setelah asma bronkial juga merupakan kasus penyakit tidak
menular di RSUD H.A Sulthan Daeng Raja Bulukumba terbesar ke empat setelah
TB Paru, Pneumonia, dan Asma selama Juli 2019 - Desember 2020 dengan
jumlah pasien sebanyak 67 orang, dan hasil persentase dari 5 kasus terbesar yaitu
sebanyak 10,3%.
kematian pada pasien. PPOK akan berdampak negatif dengan kualitas hidup
penderita, termasuk pasien yang berumur >40 tahun akan menyebabkan disabilitas
penderitanya. Padahal mereka masih dalam kelompok usia produktif namun tidak
dapat bekerja maksimal karena sesak nafas yang kronik. Mordibitas PPOK akan
seperti Gagal nafas akut dan Acute Respiratory Faiture (ARF), Corpumonal/
progresif dan belum ada penyembuhan secara total. Maka dari itu, perawat
terfokus untuk melakukan perawatan yang meliputi terapi obat, perubahan gaya
hidup, terapi pernafasan dan juga dukungan emosional bagi penderita penyakit
paru obstruktif kronik (Reeves, 2011). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
adalah salah satu dari sepuluh besar penyebab utama kematian di Indonesia.
pentingnya deteksi dan tatalaksana dini PPOK. Gold standard diagnosis PPOK
Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) (Partners, 2011). Uji fungsi
paru yang paling sederhana adalah ekspirasi paksa.Volume ekspirasi paksa detik
pertama (VEP1 / KVP) / kapasitas vital paksa (KVP) adalah perbandingan antara
volume gas yang dikeluarkan dalam satu detik pertama melalui ekspirasi paksa
sesudah inspirasi penuh dan volume total gas yang dapat dikeluarkan setelah
inspirasi penuh. Uji tersebut merupakan uji yang informatif dan hanya
juga penting untuk menilai beratnya obstruksi, berat restriksi dan efek
menunjukkan obstruksi atau restriksi dan hal ini dapat dijadikan peringatan dini
terhadap gangguan fungsi paru yang kemungkinan dapat terjadi sehingga dapat
atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa (Alasagaff, 2015)
pola makan dan gaya hidup yang tidak teratur serta beberapa faktor lainnya
sehingga dalam penelitian ini ingin mengetahui “perbandingan fungsi paru pada
pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan perokok dan tidak perokok
B. Rumusan Masalah
Menurut data Riskesdas 2018 prevalensi kejadian penyakit paru tertinggi
yaitu sulawesi utara 24,07% dan sulawesi selatan dengan kejadian penyakit paru
13,56% dan meningkat pada tahun 2019 sedangkan kejadian penyakit paru
terjadinya penyakit paru yaitu pola asupan makan dan gaya hidup yang tidak
terarur. Angka kejadian penyakit paru di Bulukumba dari tahun ketahun terus
meningkat maka peneliti ingin mengetahui “apakah ada perbedaan fungsi paru
pada pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan perokok dan tidak
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan perokok dan tidak perokok di
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Bulukumba.
Bulukumba.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
aktual seputar kejadian tentang fungsi paru pada pasien penyakit paru
di Bulukumba
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Institusi
b. Bagi Instansi
c. Bagi Responden
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD,
2017).
yang menahun dan persisten dari jalan napas di dalam paru, yang termasuk
2. Etiologi
Obstruktif Kronik (PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada didalam rokok
Faktor resiko lain termasuk polusi udara, perokok pasif, riwayat infeksi
a. Merokok merupakan > 90% resiko untuk PPOK dan sekitar 15%
emfisema.
dengan rendahnya tingkat fungsi paru maksimal yang bisa dicapai dan
terjadinya PPOK.
3. Manifestasi Klinis
makin menjadi di saat pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang
menjadi nafas pendek akut. Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang
kehilangan berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien
Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak
berat badan yang cukup drastis, sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan
4. Patofisiologi
karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari
tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses
11
masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa
pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator
besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai
ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental
Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan
5. Penatalaksanaan
g/hari.
13
baik.
a) Fisioterapi.
14
Tujuan utama dari berbagai medikasi yang diberikan untuk klien asma
dalam ke dalam paru dan tidak menyebabkan efek samping yang berkaitan
pemeriksaan fisik, radiogram dada, uji fungsi pulmonari, dan analisis gas
perubahan patologis yang terjadi pada penyakit ini bersifat tidak dapat
2013).
kronis dapat menurun dan pada akhirnya mencapai tingkat seperti bukan
dan gejala meski telah mendapat terapi medis. Tujuan utama dari
berkesinambungan.
a. Asma
17
2017).
b. Bronkitis kronis
c. Emfisema
d. Bronkiektasis
et.al, 2007)
Volume1 derik (FEV1) dan penurunan Forced Vital Capcity (FVC). Nilai
FEV1 dan rasio FEV1 dan Forced Vital Capacity (FVC) merupakan
menilai obstruksi saluran napas. Nilai dasar dari diagnosis PPOK dengan
FVC<0,70) dan beratnya PPOK dari nilai FEV1 <80, 50, atau 30% dari
2011).
Tabel 2.1
Klasifikasi derajat hambatan aliran udara pada PPOK
(Berdasarkan FEV1 paksa bronkodilator)
pada pasien PPOK derajat 2, pada derajat 3 sebanyak 33%, dan pada
8. Pemeriksaan fisik
jelas terutama auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat
a. Inspeksi Bentuk dada : barre chest (dada seperti tong), terdapat cara
b. Perkusi
tangan kanan pada jari tengah tangan kiri yang ditempeklan erat pada
paru. Suara paru normal yang didapat dengan cara perkusi adalah
resonan atau sonor, seperti dug, dugm dug, redup atau kurang resonan
c. Auskultasi.
1) Suara napas
ekspirasi
2) Suara tambahan
tambahan adalah:
a) Rales/ Krakles
b) Ronchi
bronchitis.
c) Wheezing
e) Vocal resonansi
ulang.
konsolidasi.
tersumbat.
d. Palpasi
Palpasi dada bertujuan mengkaji kulit pada dinding dada, adanya nyeri
muncul karena pasien harus terpapar secara berulang dengan gejala yang
c. Gangguan kecemasan
d. Depresi
g. Gangguan panik
a. Derajat 0 (berisiko)
Gejala : memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum
b. Derajat I (Ringan)
25
Gejala : batuk kronis dan ada produksi sputum tapi tidak sering. Pada
c. Derajat II ( sedang)
terdapat gejala batuk dan produksi sputum. Biasanya pada derajat ini
<FEV1 < 80 %
Gejala : terdapat gejala pada derajat I, II, III serta adanya tanda-tanda
gagal napas atau gaggak jantung kanan. Pasien mulai bergantung pada
oksigen. Kualitas hidup mulai memburuk dan dapat terjadi gagal napas
pasien. Spirometri : FEV1/ FVC <70%; FEV1 < 30% atau <50%
sampai dengan pada gangguan kognitif. Gejala PPOK yang berkaitan erat
dengan respirasi yaitu batuk kronik. Batuk kronik merupakan batuk hilang
timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan. Sesak napas,
growth). Mulai dari fase anak sampai kira- kira umur 22-24 tahun terjadi
pertumbuhan paru sehingga pada waktu itu nilai fungsi paru semakin besar
(Sherwood, 2009).
bahan yang bersifat alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya,
fungsi paru.
b. Pasien :
panjang.
b) Jenis kelamin
c) Umur
d) Berat badan
28
e) Tinggi badan
f) Suhu ruangan
infeksi saluran napas dilakukan pada urutan terakhir dan setelah itu
2. Prosedur Tindakan
Indonesia
mouthpiece
(otomatis)
D. Kerangka Teori
Kerangka Teori
Fungsi Paru
PPOK Faktornya
1. Faktor Fsikis
1. Usia
Keadaan emosional (menangis,
2. Jenis Kelamin
tertawa, mengeluh, dan
3. Kebiasaan hidup tidak
merintih)
sehat
2. Faktor irama pernafasan
4. Lapang kerja berdebu
3. Otok pernafasan yang
5. Polusi Udara
obnorman
Sumber : Francis (2008), Hidayat (2008), Nanda (2012), Padila (2012), Tanto (2014),
Tierney et al.,(2008)
31
BAB III
A. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2010), kerangka konsep adalah suatu
hubungan atau kaitan antara konsep konsep atau variabel yang akan diamati
(diukur) melalui penelitian yang dimaksud dan sesuai dengan apa yang
diuraikan dalam tinjaun pustaka.
Keterangan
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
ini adalah fungsi paru pasien dengan PPOK dengan riwayat perokok.
2. Variabel dependen
ini adalah fungsi paru pasien dengan PPOK dengan riwayat bukan
perokok.
32
B. Defenisi Konseptual
Definisi konseptual adalah unsur penelitian yang menjelaskan tentang
spirometri untuk tes skrining. Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru
(PPOK)
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau
dari penelitian ini adalah fungsi paru pasien PPOK dengan riwayat
merokok dan bukan merokok adalah fungsi paru yang diukur dengan
merokok. Fungsi paru ini dinyatakan dalam skala numerik sesuai dengan
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai perbedaan antar
2014).
pada pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan perokok dan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan rencana peneliti yang disusun sedemikian rupa
Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk
mencapai tujuan penelitian, serta sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan
tersebut (setiadi, 2013). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
komparatif.
dalam penelitian ini adalah pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti oleh peneliti.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
sifat dan karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini, maka sampel
dalam penelitian ini adalah teknik sampling atau seluruh pasien penyakit
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah satu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh dari
suatu pengukuran kemudian dianilisis dan dijadikan sebagai bukti dari suatu
tes skrining. Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru yang dapat digunakan
Data primer adalah data yang didapat melalui usaha peneliti sendiri
yaitu jumlah pasien penyakit paru merokok dan bukan merokok di RUSD
penelitian.
2. Data sekunder
sekunder inicenderung sudah rapih atau telah siap untuk dipakai dalam
F. Alur penelitian
Proposal penelitian :
Instreumen penelitian :
Analisa data :
Univariat dan bivariat
38
a. Editing
data
2015).
b. Coding
c. Scoring
39
d. Tabulating
2. Analisa data
a. Analisa univariat
hasil pengukuran. Dalam analisis ini berupa tabel, dan grafik. Pada
b. Analisa bivariate
40
H. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi
2. Beneficiensi
3. Justice
:
DAFTAR PUSTAKA
Asih, 2013. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC
.
Alasagaff, 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
Black, 2014. Analisis Faktor Resiko Kadar Debu Organik di Udara terhadap
Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Industri Penggilingan Padi di
Kabupaten Demak. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Brashers, 2017. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan. Dalam: Price, S.A,
and Wilson, L.M. Editor. Patofisiologi Konsep klinis proses-proses
penyakit. Vol. 2. Edisi 6. Jakarta : EGC
Huang, 2012. Tuberkulosis Paru. Dalam: Price, S.A, Wilson, L.M. Editor.
Patofisiologi Konsep klinis proses-proses penyakit. Vol. 2. Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Jameset al, 2017. Summary and analysis based on paper. Safety and Health in the
Fising Indusrty, International Lobour Organization (ILO). (http//
www.ilo.org/public/english/sector/links=translate.googleusercon
tent.co.id. diakses pada tanggal 21 Februari 2021).
Kamangar, 2010. Patologi Paru dan Pleura. Bagian Patologi Anatomi Fakulta
Patricia, et.al, 2011. Hubungan Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit Paru
Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified Medical Research
Council Scale Dengan Derajat Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Jurnal Respir Indo Vol. 32, No. 4 Hlm 206
Safitri, 2016. oksidatif PPOK masuk ke dalam paru. Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu
Saputra, 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Edisi Ke-I. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Sherwood, 2009. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Edisi Ke-I. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. A. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Iv. Jakarta: Media Aesculapius.
Tsiligianni and van der molen, 2010. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.Brashers
West, 2013. Patologi Paru dan Pleura. Bagian Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Unsrat, Manado
LEMBAR OBSERVASI