Anda di halaman 1dari 15

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG

RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TENTANG DEMAM TYPHOID
JANUARI TAHUN 2020

Jember, 15 JANUARI 2019


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Sub topik : Demam Typhoid


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Taget : 20 orang
Tempat : Ruang Poliklinik Spesialis Rumah Sakit Baladhika Husada
Hari/Tanggal : Selasa / 21 Selasa 2019
Waktu : 45 menit / 09.00 – 09.45 WIB
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Pemberi materi : Imaniar Rosyida / 172310101005

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan dapat memahami apa yang


dimaksud dengan demam typhoid, dan upaya yang dapat dilakukan untuk menangani
penyakit tersebut.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah diberikan penyuluhan audience dapat:

a. Memahami yang dimaksud dengan demam typhoid.

b. Memahami faktor yang menyebabkan demam typhoid.

c. Memahami tanda dan gejala dari demam typhoid.

d. Memahami penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk demam typhoid

3. Pokok Bahasan

Penanganan demam typhoid

4. Subpokok Bahasan

a. Penjelasan tentang demam typhoid.

b. Penjelasan tentang faktor yang menyebabkan demam typhoid.

c. Penjelasan tentang tanda dan gejala untuk demam typhoid.

d. Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk demam typhoid.

5. Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk penyuluhan adalah 45 menit.

6. Bahan/Alat yang digunakan

Leaflet dan Lembar balik

7. Model Pembelajaran

a. Jenis model penyuluhan: pertemuan (tatap muka)


b. Landasan Teori: ceramah, Tanya jawab dan diskusi serta demonstrasi
c. Praktikum: bersama-sama melakukan praktik kompres hangat untuk meringankan
penyakit demam typhoid
d. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana pendidikan kesehatan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut

8. Persiapan

Penyuluh mencari referensi (buku, jurnal dan lain-lain) tentang demam typhoid,
dan upaya yang dapat dilakukan untuk meringankan demam typhoid, serta membuat
media penyuluhan (leaflet).

9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

No Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1. Persiapan a. Menyiapkan tempat a. Peserta mulai datang 10 menit


penyuluhan penyuluhan dan menunggu
b. Menyiapkan sarana dan penyuluhan
prasarana (sound system,
media penyuluhan)
c. Mengkondisikan peserta
penyuluhan
2. Pendahuluan Pembukaan 5 menit

 Memberikan salam a. Memperhatikan dan


 Perkenalan menjawab salam
 Menjelaskan TIU dan TIK
Menyebutkan materi yang
akan diberikan b. Memperhatikan

c. Memperhatikan

d. Menyetujui
kesepakatan waktu
penyuluhan
e. Menjawab

3. Penyajian Pelaksanaan 20 menit

a. Menjelaskan pengertian a. Memperhatikan


demam typhoid
1) Menanyakan (stimulasi)
pengetahuan peserta 1) Memberikan
tentang demam typhoid. pertanyaan
2) Mendiskusikan bersama 2) Memperhatikan
jawaban yang diberikan dan memberi
tanggapan

b. Menjelaskan penyebab
demam typhoid.
1) Menanyakan kepada
peserta mengenai materi
yang baru disampaikan b. Memperhatikan
2) Mendiskusikan bersama 1) Memberikan
jawaban yang diberikan pertanyaan
2) Memperhatikan
dan memberi
c. Menjelaskan pencegahan tanggapan
demam typhoid.
1) Menanyakan kepada
peserta mengenai materi
yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama
jawaban yang diberikan
c. Memperhatikan
1) Memberikan
d. Menjelaskan pertanyaan
penatalaksanaan demam 2) Memperhatikan
typhoid dan memberi
1) Menanyakan kepada tanggapan
peserta mengenai materi
yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama
jawaban yang diberikan

d. Memperhatikan
1) Memberikan
pertanyaan

2) Memperhatikan
dan memberi
tanggapan

Penutup a. Menutup pertemuan dengan a. Memperhatikan 10 menit


memberi kesimpulan dari
materi yang disampaikan.

b. Mengajukan pertanyaan
kepada peserta b. Memberi jawaban
dan saran
c. Mendiskusikan bersama
jawaban dari pertanyaan c. Memberi komentar
yang telah diberikan dan menjawab
pertanyaan bersama
d. Menutup pertemuan dan
memberi salam. d. Memperhatikan dan
membalas salam

10. Evaluasi

a. Prosedur Evaluasi
Peserta penyuluhan menjawab pertanyaan

1) Apa pengertian penyakit demam typhoid?


2) Apa saja penyebab demam typhoid?
3) Apa saja penatalaksanaan dari demam typhoid ?
b. Kriteri Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a) Penyelenggaraan penatalaksanaan promosi kesehatan demam typhoid di
Ruang Poliklinik Spesialis Rumah Sakit Baladhika Husada
b) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan.
c) Tersedia lingkungan yang nyaman.
2) Evaluasi Proses
a) Penyuluh dapat menfasilitasi dan meningkatkan kemampuan
penatalaksanaan pencegahan demam typhoid
b) Peserta dapat mengikuti pendidikan kesehatan
c) Peserta antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
d) Peserta berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan dengan benar.
3) Proses pendidikan kesehatan pencegahan demam typhoid
4) Evaluasi Hasil
a) Peserta memahami materi yang telah disampaikan.
b) Peserta dapat merasakan manfaat pendidikan kesehatan pencegahan
penyakit demam typhoid
c) Kegiatan pendidikan kesehatan pencegahan penyakit demam typhoid. sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai
d) Kehadiran peserta dihitung dengan Adequancy of performance kegiatan
peserta yang hadir
adequancy of performance=
target peserta yang hadir
Kriteria:
i < 50% = peserta tidak mencukupi dan kegiatan dinyatakan tidak
sukses dari segi peserta
ii 50-75% = peserta kurang mencukupi dan kegiatan dinyatakan kurang
sukses dari segi peserta
iii >75% = peserta mencukupi dan kegiatan dinyatakan sukses dari segi
peserta
DEMAM TYPHOID
A. Definisi
Typhoid Fever (Demam Tifoid) merupakan penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang menyerang sistem
pencernaan terutama usus halus dan ditandai dengan adanya gejala demam
selama satu minggu bahkan lebih. Penyakit Typhoid Fever ini memiliki hubungan
yang sangat erat dengan lingkungan terutama pada lingkungan yang penyediaan
air minumnya tidak memenuhi sesuai dengan syarat kesehatan dan sanitasi yang
buruk pada lingkungan (Ulfa dkk., 2018).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi dan menyerang sistem pencernaan pada manusia dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan pada saluran
pencernaan (Saputra dkk., 2017).

B. Epidemiologi
WHO menyatakan penyakit demam tifoid di dunia mencapai 11-20 juta kasus
per tahun yang mengakibatkan sekitar 128.000 - 161.000 kematian setiap
tahunnya (WHO, 2018). Kasus demam tifoid di Indonesia dilaporkan dalam
surveilans tifoid dan paratifoid Nasional. Demam tifoid masih umum terjadi di
negara berkembang, hal ini mempengaruhi sekitar 21,5 juta orang setiap tahun.
Wabah demam tifoid dilaporkan di Jepang pertama kali selama 16 tahun, 3/7
pasien adalah pengunjung restoran sedangkan 4/7 pasien merupakan pekerja
restoran (Kobayashi, 2016).
Penyakit ini mencapai tingkat prevalensi 358 - 810/100.000 penduduk di
Indonesia. Kasus demam tifoid ditemukan di Jakarta sekitar 182,5 kasus setiap
hari. Diantaranya, sebanyak 64% infeksi demam tifoid terjadi pada penderita
berusia 3 - 19 tahun. Namun, rawat inap lebih sering terjadi pada orang dewasa
(32% dibanding anak 10%) dan lebih parah. Kematian akibat infeksi demam tifoid
di antara pasien rawat inap bervariasi antara 3,1 - 10,4% (sekitar 5 - 19 kematian
sehari) (Typhoid Fever: Indonesia’s Favorite Disease, 2016). Berdasarkan data
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, demam tifoid menduduki peringkat ke-3
dengan jumlah penderita sebanyak 41.081 orang yaitu 19.706 laki-laki dan 21.375
perempuan. Sebanyak 274 penderita meninggal dunia (Kemenkes RI, 2011)
C. Penyebab Demam Typhoid
1. Bakteri
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Sementara
demam paratifoid yang gejalanya mirip dengan demam tifoid namun lebih
ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. Bakteri ini hanya
menginfeksi manusia. Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan dan
air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam tifoid dan mereka
yang diketahui sebagai carrier (pembawa) demam tifoid (Wasito dkk., 2009).
Salmonella typhi disebarkan melalui rute fekal-oral yang memiliki potensi
epidemik. Port d’entre Salmonella typhi adalah usus, apabila seseorang
menelan organisme ini sebanyak 107 bakteri, dosis dibawah 105 tidak
menimbulkan penyakit. Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui berbagai
cara yang dikenal degan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan Faeces (tinja) (Prehamukti, 2018).
2. Jamban tidak memenuhi syarat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Penyebab yang dapat
mengakibatkan kasus demam tifoid terjadi di tempat tinggal penderita demam
tifoid sebelumnya yaitu letak jamban dan sumber persediaan air. Jarak minimal
yang direkomendasikan untuk jarak septic tank dengan sumber air bersih
adalah 10 m. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi bakteriologis dari
septic tank ke sumber air bersih responden. Kondisi rumah yang berhubungan
dengan kualitas air bersih perlu diperhatikan agar air bersih tidak mengalami
pencemaran (Yonathan, 2013).
3. Kontaminasi makanan
Terdapatnya kontaminan dalam makanan dapat berlangsung melalui dua
cara, yaitu kontaminasi langsung dan kontaminasi silang. Kontaminasi
langsung terjadi pada bahan makanan mentah, baik tanaman maupun hewan.
kontaminasi silang dapat terjadi selama makanan ada dalam tahap persiapan,
pengolahan, pemasakan, maupun penyajian (Alamsyah, 2013). Makanan yang
dicuci dengan air yang telah terkontaminasi, sayuran yang dipupuk dengan tinja
manusia, makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air
minum yang tidak dimasak menjadi peyebab terjadinya demam typhoid
4. Sanitasi lingkungan buruk dan penyediaan air bersih yang kurang memadai
Air yang tidak bersih banyak mengandung bakteri penyebab penyakit. Bila
digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat
masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
kuman masih tertinggal di tangan. Waktu yang tepat untuk cuci tangan adalah
setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi atau anak,
sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum memegang makanan, dan sebelum
menyusui bayi (Prehamukti, 2018).

D. Faktor yang mempengaruhi terjadinya demam typhoid


1. Kebersihan
Frekuensi sering jajan sembarangan yang tingkat kebersihannya masih
kurang, merupakan faktor penularan penyakit demam tifoid. Bakteri
Salmonella thypi banyak berkembang biak dalam makanan yang kurang
dijaga higienitasnya (Ramaningrum, 2017).

2. Usia
Prevalensi demam tifoid paling tinggi pada usia 3-19 tahun karena
pada usia tersebut orangorang cenderung memiliki aktivitas fisik yang
banyak, sehingga kurang memperhatikan pola makannya, akibatnya mereka
cenderung lebih memilih makan di luar rumah, yang sebagian besar kurang
memperhatikan higienitas. pada usia anak sekolah, mereka cenderung
kurang memperhatikan kebersihan atau hygiene perseorangannya yang
mungkin diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan
sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam tifoid
(Ramaningrum, 2017).
3. Status gizi dan sistem imun yang lemah
Selama ini status gizi menjadi masalah besar di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Status gizi anak dapat dinilai dari antropometri yaitu
BB/U, TB/U, dan BB/TB. Menurut Nurvina Wahyu A, status gizi yang kurang
dapat menurunkan daya tahan tubuh anak, sehingga anak mudah terserang
penyakit, bahkan status gizi buruk dapat menyebabkan angka mortilitas
demam tifoid semakin tinggi (Ramaningrum, 2017).
D. Tanda dan gejala demam typhoid
Demam typhoid ditandai dengan panas terutama malam hari yang
disebabkan oleh kuman Salmonella Typhy. Berikut tanda dan gejala yang harus
diperhatikan:
1. Demam
Demam pada demam typhoid didahului dengan demam yang tidak
terlalu tinggi yang dimulai pada sore hari kemudian meningkat pada malam
hari dimana suhu bisa mencapai 39-40 0 atau bahkan lebih. Pola demam pada
demam typhoid sangat spesifik dimana minggu pertama demam makin
meninggi, kemudian pada minggu kedua stabil tinggi. Sakit kepala dan pusing,
sakit perut yang disertai diare atau konstipasi, lemah, nafsu makan menurun
bahkan sampai tidak ada karena perasa menjadi pahit selalu ada pada pasien
demam typhoid. Muka pucat, pandangan kosong, bibir dan mukosa merah
serta lidah berwarna keputihan disertai tepi kemerahan khas pada demam ini.
kesadaran dari somnolent bisa sampai stupor, paling sedikit delirium (Juffrie
dkk., 2018).

2. Gangguan saluran pencernaan


Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama.
Bibir kering dan kadang – kadang pecah – pecah. Lidah kelihatan kotor dan
ditutupi selaput putih. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor (Coated
tongue atau selaput putih), dan pada penderita anak jarang ditemukan. Pada
umumnya penderita sering mengeluh nyeri perut, terutama regio epigastrik
(nyeri ulu hati), disertai nausea, mual dan muntah. Pada awal sakit sering
meteorismus dan konstipasi. Pada minggu selanjutnya kadang – kadang
timbul diare (Depkes, 2010).

3. Gangguan Kesadaran
Umunya terdapat gangguan kesadaran yang kebanyakan berupa
penurunan kesadaran ringan, sering didapatkan kesadaran apatis dengan
kesadaran seperti berkabut (tifoid) (Depkes, 2010).
E. Pencegahan demam typhoid
Pencegahan typhoid dapat dilakukan dengan cara (Nanda dkk, 2016) :
1. Menjalankan pola hidup bersih, seperti menggunakan air bersih untuk memasak,
minum dan membersihkan tempat makan. Serta cuci tangan sebelum makan.
2. Menjaga pola makan yang benar, sebagian orang dengan typhoid disebabkan
tidak teraturnya pola makan sehingga asupan nutrisi untuk tubuh kurang dan daya
tahan tubuh melemah sehingga bakteri mudah masuk ke dalam tubuh.
3. Jangan terlalu sering mengonsumsi makanan yang berminyak, pedas, dan asam.
4. Pemberian vaksin typhoid, dapat menjadi alternatif untuk mencegah terjadinya
demam typhoid.
F. Tata Laksana
A. Farmakologis (Rahmasari, 2018) :

Antibiotik Dosis Keterangan


Ciprofloxacin Pemantauan Obat 5 – 7 hari Tidak direkomendasikan
Dewasa: 1 gram/ hari dalam 2 pada anak – anak usia
dosis terbagi dibawah 15 tahun akan
Anak – anak: 30 mg/kg/hari dalam tetapi risiko yang dapat
2 dosis terbagi mengancam jiwa dan tifoid
melebihi risiko efek
samping (alternatif 2, fully
sensitive multidrug
resistant)
Cefixime Pemantauan Obat 7 hari Dapat menjadi alternatif
Anak – anak (lebih dari usia 3 dari Ciprofloxacin bagi
bulan) : 20 mg/kg/hari dalam 2 anak – anak dibawah 15
dosis terbagi tahun
Amoksisilin Pemberian Obat 14 hari Jika tidak adanya resisten
Dewasa: 3 gram/ hari dalam 3 (fully sensitive)
dosis terbagi
Anak – anak: 75 – 100 mg/kg/hari
dalam 3 dosis terbagi
Kloramfenikol Pemberian Obat 10 – 14 hari Jika tidak adanya resisten
(tergantung tingkat keparahan) (pilihan utama, fully
Anak – anak sensitive)
1-12 tahun: 100mg/kg/hati dalam
3 dosis terbagi
Kurang lebih 13 tahun: 3 gram/
hari dalam 3 dosis terbagi
Tiamfenikol Pemberian Obat 5 – 6 hari Efek samping hematologis
75 mg/kgBB/hari pada penggunaan
tiamfenikol lebih jarang
daripada kloramfenikol
(alternatif 1)
B. Non Farmakologis

Penatalaksanaan keterangan
Tirah baring Dilakukan sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih sampai 14 hari
Diet lunak rendah serat Asupan serat maksimal 8 gram/hari,
menghindari susu, daging berserat
kasar, lemak, terlalu manis, asam,
berbumbu tajam
Menjaga kebersihan Tangan harus dicuci sebelum menangani
makanan, selama persiapan makan dan
setelah menggunakan toilet

G. PEMERIKSAN PENUNJANG

Pemeriksaan typhoid dapat dilakukan dengan tes diagnostik berikut :


1. Kultur

Pemilihan spesimen untuk kultur sebagai penunjang diagnosis typhoid pada demam
minggu pertama dan awal minggu kedua adalah darah, karena masih terjadi
bakteremia. Sedangkan pada minggu kedua dan ketiga spesimen sebaiknya diambil
dari kultur tinja dan urin.

2. Pemeriksaan serologis

Pemeriksaaan serologis demam tifoid secara garis besar terbagi atas pemeriksaan
antibodi dan pemeriksaan antigen. Pemeriksaan antibodi yang dapat dilakukan
adalah test Widal, test Hemagglutinin (HA), Countercurrent immunoelectrophoresis
(CIE), dan test cepat/ rapid test (Typhidot, TUBEX). Dan untuk pemeriksaan antigen
bisa dilakukan dengan tes ELISA (UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, D. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Juffrie, M, dan I. Darmawan. 2018. Panduan Praktek Pediatrik. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Depkes, (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


364/MENKES/SK/V/2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
Jakarta: Departeman Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Health Statistic. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Pusat Data dan Informasi.

Kobayashi, T., Kutsuna, S., Hayakawa, K., Kato, Y., Ohmagari, N.,Uryu, H., Ohnishi,
M. 2016. Case report: An outbreak of food-borne typhoid fever due to
salmonella enterica serotype typhi in Japan reported for the first time in 16
years. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 94(2): 289–291.

Nuruzzaman, H., dan F. Syahrul. 2016. Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid
Berdasarkan Diri dan Kebiasaan Jajan di Rumah. Jurnal Berkala
Epidemiologi .Vol 4(1): 74-86.

Prehamukti, 2018. Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Kejadian Demam


Tifoid. Higeia. 2(4): 587 – 598.

Purba, I, E., dkk. 2016. Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia:


tantangan dan peluang. Sumatera Utara: unviersitas dari mutiara Indonesia

Ramaningrum, G., H. D. Anggraheny., dan T. P. Putri. 2017. Faktor - faktor yang


mempengaruhi kejadian demam tifoid pada anak di RSUD Tugurejo
Semarang. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Saputra, R, K.,R. Majid., dan H. Bahr. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
Kebiasaan Makan dengan Gejala Demam Tifoid pada Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarkat Universitas Halu Oleo Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Vol 2(6): 250-731.

UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI. 2016. Rekomendasi IDAI mengenai
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Demam Tifoid. Pengurus Pusat Ikatan
Dokter Anak Indonesia: Jakarta.
Ulfa, F., dan O.W.K. Handayani. 2018. Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pagiyanten. Semarang : HIGEIA.

Yonathan, D. Y. 2013. Hubungan antara Kualitas Sarana dan Prasarana Rumah dan
Perilaku Sehat dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngaliyan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1): 390-398.

Nanda, S.D., Maulina. 2016. Perilaku Pencegahan Penyakit Demam Tifoid Pada
Mahasiswa Prevention Behavior In Students Tyhpoid Fever. Jurnal
Universitas Syiah Kuala. Vol 1(1): 1-5

Syilvie De Nanda1 ; Maulina2PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM TIFOID PADA MAHASISWA


PREVENTION BEHAVIOR IN STUDENTS TYHPOID FEVER

Anda mungkin juga menyukai