oleh :
NIM 172310101067
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Hari/Tanggal :
Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil
jiplakan atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.
Penulis
NIM 172310101067
Mengetahui
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Pansitopenia”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah mendapat banyak bantuan dari
banyak pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
meningkatkan kualitas dan sistematika dari penulisan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Definisi........................................................................................ 1
B. Epidemiologi .............................................................................. 1
C. Etiologi ....................................................................................... 2
D. Patofisiologi ............................................................................... 4
E. Manifestasi Klinik ...................................................................... 4
F. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 5
G. Penatalaksanaan Medis ............................................................... 7
H. Pathway ....................................................................................... 10
A. Definisi Pansitopenia
Pansitopenia adalah keadaan diamana jumlah eritrosit, leukosit, dan
trombosit dalam tubuh mengalami perununan. Pansitopenia ini meruakan suatu
kelainan di dalam darah tepi, biasanya didikuti dengan penurunan kadar hemoglobin
akibat eritrosit menurun. Pansitopenia buaknlah suatu penyakit melainkan gejala.
Ada dua keompok yang menyebabkan kondisi ini yaitu produksi sel darah di sumsum
tulang yang menurun , atau akibat penghacuran sel di darah tepi meningkat walaupun
produksi sel di sumsum tulang baik. Terdapat dua contoh penyakit yang
menggambarkan pansitopenia ialah anemia aplastic dan leukemia (American Cancer
Society, 2005)
B. Epidemiologi Pansitopenia
3
Radiasi
Penyinaran yang bersifat kronis untuk radiasi dosis rendah dan local dikaitkan
dengan meningkatkan kejadian anemia apalstik dan leukemia. Pasien yang diberi
horium dioxide melalui kontras intavena akan menderita sejumlah komplikasi
seperti tumor hati, leukemia, dan anemia aplastic. Penyinaran dengan radiasi
dosis besar berasosiasi dengan perkembangan aplasia sumsum tulang dan
sindrom pencernaan. Makromolekul besar, khusunya DNA dapat rusak oleh
energy sinar dengan jumlah besar secara langsung yang dapat memutuskan
ikatan kovalen atau secara tidak langsung melalui interaksi dengan serangan
tingkat tinggi dan molekul kecil reaktif yang dihasilkan dari ionisasi atau radikal
bebas yang terjadi pada larutan. Sel pada susmsum tulang kemungkinan sangat
dipengaruhi oleh banyak energy tingkat tinggi sinar dapat menembus rongga
perut yang kemudian dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang.
Virus
Beberapa virus juga dapat menginfeksi sumsum tulang manusia dan
menyebabkan kerusakan seperti virus parvovirus, herpesvirus, flavirus,
retrovirus dikaitkan dengan potensi sebagai menyebab anemia aplastic yang
menimbulkan gejala pansitopenia.
Genetik (Inheited)
Beberapa factor keturunan dapat menyebabkan gejala pansitopenia
konstitusional fanconi, defisiensi pancreas pada anak, dan gangguan herediter
pemasukan asam folat dalam sel.
D. Klasifikasi Pansitopenia
E. Patofisiologi Pansitopenia
Penyakit Pansitopenia sebagian besar tidak diketahui penyebabnya atau
bersifat idiopatik. Hal ini dikarenakan adanya proses penyakit yang berlangsung
secara perlahan-lahan. Setelah dilakukan penelitiaan penyebab Pansitopenia
antara lain kelainan sel induk (stem cell), kelainan immunologi (humoral
maupun cell mediated), dan kelainan faktor lingkungan (Airlangga University
Press, 2015).
4
Kegagalan sumsum tulang termasuk defek primer ataupun kerusakan
pada stem cell atau pada microenvironment dari sumsum tulang. Pada evaluasi
morfologis sumsung tulang menunjukkan kekosongan elemen hematopoietic
dan dipenuhi oleh sel-sel lemak besar. Pada flow sitometri menunjukkan adanya
penurunan populasi sel CD34 yang mengandung stem cell dan bakal sel
progenitor hematopoietik. Pansitopenia terjadi karena adanya defek pada
berbagai macam tingkat seperti defek intrinsik dari sel hematopoietic, external
injury pada sel hematopoietic dan defek pada stroma yang berperan pada
poliferasi dan fungsi dari sel hematopoietic. Pada kultur koloni in vitro
menunjukkan hilangnya fungsi dari progenitor hematopoietic yang besar
sehingga tidak merespon bahkan dengan jumlah hematopoietic growth factor
yang tinggi (Airlangga University Press, 2015).
Imunitas diatur secara genetik dan dipengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan (nutrisi, penuaan, dan paparan). Penekanan dari hematopoiesis dapat
diperantarai oleh sel limfosit T sitotoksik (CD8) dan HLA-DR+ yang dapat
terdeteksi pada darah dan sumsum tulang penderita Pansitopenia. Sel-sel ini
memproduksi sitokin inhibitorik seperti IFN-gamma, tumor necrosis factor
(TNF), dan interleukin-2 yang dapat menenkan pertumbuhan sel progenitor.
Sitokin-sitokin ini menekan hematopoiesis dengan mempengaruhi siklus mitotic
dan pemusnahan sel melalui induksi Fas-mediated apoptosis (Airlangga
University Press, 2015).
5
3) Sedangkan nilai trombosit yang rendah perdarahan mudah atau memar,
petekie (pinpoint bintik-bintik merah pada kulit), mimisan, gusi berdarah,
darah dalam tinja, dan periode menstruasi yang berat.
Tanda gejala yang lain dapat berupa mual dan ruam pada kulit, jika
tanda dan gejala tersebut tidak ditangani akan muncul gejala lain seperti
termasuk dalam urin, pembengkakan atau rasa sakit di perut, bengkak di kaki,
dan penyakit kuning (kekuningan warna kulit atau putih mata). (National
Institute Of Health, 2011)
6
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah lengkap kita dapat mengetahui jumlah
masing- masing sel darah baik eritrosit, leukosit maupun trombosit.
Apakah mengalami penurunan atau pansitopenia. Pasien dengan anemia
aplastik mempunyai bermacam-macam derajat pansitopenia. Tetapi
biasanya pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu
ditemukan. Anemia dihubungkan dengan indeks retikulosit yang rendah,
biasanya kurang dari 1% dan kemungkinan nol walaupun eritropoetinnya
tinggi. Jumlah retikulosit absolut kurang dari 40.000/ µL (40 x 109/L)
jumlah monosit dan netrofil rendah. Jumlah netrofil absolut kurang dari
(0,5 x 109/L) serta jumlah trombosit yang kurang dari 30.000/ µL (30 x
109/L) mengindikasikan derajat anemia yang berat dan jumlah netrofil
dibawah 200/ µL (0,2 x 109/L) menunjukkan derajat penyakit yang sangat
berat.
2. Pemeriksan sumsum tulang
Pada pemeriksaan sumsum tulang dilakukan pemeriksaan biopsi dan
aspirasi. bagian yang akan dilakukan biopsi dan aspirasi dari sumsum
tulang adalah tulang pelvis, sekitar 2 inchi disebelah tulang belakang.
pasien akan diberikan lokal anastesi untuk menghilangkan nyerinya.
Kemudian akan dilakukan sayatan kecil pada kulit, sekitar 1/8 inchi untuk
memudahkan masuknya jarum. Untuk aspirasi digunakan jarung yang
ukuran besar untuk mengambil sedikit cairan sumsum tulang (sekitar 1
teaspoon). Untuk biopsi, akan diambil potongan kecil berbentuk bulat
dengan diameter kurang lebih 1/16 inchi dan panjangnya 1/3 inchi dengan
menggunakan jarum. Kedua sampel ini diambil di tempat yang sama, di
belakang dari tulang pelvis dan pada prosedur yang sama. Tujuan dari
pemeriksaan ini untuk menyingkirkan factor lain yang menyebabkan
pansitopenia seperti leukemia atau myelodisplastic syndrome (MDS).
pemeriksaan sumsum tulang akan menunjukkan secara tepat jenis dan
jumlah sel dari sumsum tulang yang sudah ditandai, level dari sel-sel
7
muda pada sumsum tulang (sel darah putih yang imatur dan kerusakan
kromosom (DNA pada sel-sel dari sumsum tulang yang biasa disebut
kelainan sitogenik. pada anaplastik didapat, tidak ditemukan adanya
kelainan kromosom. pada sumsum tulang yang normal, 40-60% dari
ruang sumsum secara khas diisi dengan sel-sel hematopoetik (tergantung
umur dari pasien). pada pasien anemia aplastik secara khas akan terlihat
hanya ada beberapa sel hematopoetik dan lebih banyak diisi oleh sel-sel
stroma dan lemak. pada leukemia atau keganasan lainnya juga
menyebabkan penurunan jumlah sel-sel hematopoetik namun dapat
dibedakan dengan anemia aplastik. pada leukemia atau keganasan lainnya
terdapat sel-sel leukemia atau sel-sel kanker. Suatu spesimen biopsi
dianggap hiposeluler jika ditemukan kurang dari 30% sel pada individu
berumur kurang dari 60 tahun atau jika kurang dari 23 pada indi"idu
yang berumur lebih dari 60 tahun. International Aplastic Study Group
mendefinisikan anemia aplastik berat bila selularitas sumsum tulang
kurang dari 25% atau kurang dari 50% dengan kurang dari 30% sel
hematopoiesis terlihat pada sumsum tulang.
8
kebanyakan sering pada anak laki- laki. Darah harus di tes antibodi
hepatitis A, antibodi hepatitis C, antigen permukaan hepatitis B, dan virus
Epstein-Barr (EBV) dan tes serologi virus lainnya harus dinilai jika
mempertimbangkan dilakukannya BMT (Bone Marrow Transplantasi).
9
H. Penatalaksanaan Pansitopenia
1. Terapi Farmakologi
a. Androgen
Pemberian hormon androgen ini dapat meningkatkan produksi
erythropoetin dan merangsang proliferasi eritroid dan granulosit.
Androgen bermanfaat pada pasien dengan penyakit Pansitopenia
ringan, tidak pada anemia dengan tingkat berat. Androgen dapat
menjadi pilihan jika tidak ada respon dari terapi imunosupresan
(Airlangga University Press, 2015).
b. Imunosupresan
Terapi ini adalah terapi yang dapat memberikan kesembuhan
jangka panjang yaitu memberikan kekebalan imun untuk penderita
(Abdulsalam,2005) :
1) Metilprednisolon
Dosis metilprednisolon adalah 5mg/kg/ berat badan secara
intravena selama 8 hari kemudian dilakukan tappering dengan
dosis 1mg/kg berat badan /hari selama 9-1 p hari.
2) Antilimfosit globulin (ALG)
Pemberian ALG secara cepat akan mengurangi limfosit
dalam sirkulasi sehingga berkurang 10%, dan ketika limfosit
total kembali normal berarti limfosit T aktif jumlahnya
berkurang. Antilimfosit globulin dapat diberikan dengan dosis
p0 mg/kg berat badan /hari selama 12 jam dilanjutkan dengan
infus yang dikombinasikan dengan metilprednisolon 1mg/kg
berat badan /hari intravena selama p hari.
3) Antitymocyt Globulin (ATG)
Antitymocyt Globulin menghambat mediasi respons imun
dengan mengubah fungsi sel T atau menghilangkan sel reaktif
antigen. Dosis yang diberikan 100- 200mg/kg berat badan
intravena.
10
4) Siklosporin A (Cs A)
Merupakan cyclic polypeptide yang menghambat imunitas
humoral, sebagai inhibitor spesifik terhadap sel limfosit T,
mencegah pembentukan interleukin-2 dan interferon-y.Dosis
awal dapat diberikan 8 mg/kg berat badan /hari peroral selama 1
p hari dilanjutkan dengan dosis 15 mg/kg berat badan /hari.
5) Siklofosfamid (CPA)
Dari penelitian, penggunaan recombinant human
granulocyte-macrophage stimulating factor (GM-CSF) dengan
dosis 8-32 ug/kg/hari intravena yang dikombinasikan dengan
siklosponin A dan ALG dapat meningkatkan jumlah sel-sel
darah di perifer maupun di sumsum tulang. Keadaan ini bersifat
sementara atau menetap yang ditandai dengan respon klinis
terhadap infeksi.
11
b. Terapi Suportif
Terapi ini adalah untuk mengatasi akibat pansitopenia
((Bakta,2006)).
1) Untuk mengatasi infeksi antara lain :
a. Higiene mulut
b. Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik
yang tepat dan adekuat. Sebelum ada hasil tes
sensitivitas, antibiotik yang biasa diberikan adalah
ampisilin, gentamisin, atau sefalosporin generasi ketiga.
c. Tranfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis
berat kuman gram negatif, dengan neutropenia berat
yang tidak memberikan respon pada antibiotika adekuat.
2) Untuk mengatasi anemia
Tranfusi PRC (packet red cell) jika Hb < 7 g/dl atau
ada tanda payah jantung atau anemia yang sangat
simtomatik. Koreksi sampai Hb 9-10 g/dl, tidak perlu sampai
Hb normal, karena akan menekan eritropoiesis internal.
3) Untuk mengatasi perdarahan
Tranfusi konsentrat trombosit jika terdapat
perdarahan mayor atau trombosit < 20.000/mm3 . Pemberian
trombosit berulang dapat menurunkan efektivitas trombosit
karena timbulnya antibodi antitrombosit. Kortikosteroid
dapat mengurangi perdarahan kulit.
12
I. Pathway
Infeksi Kelainan
FaktorGenetik Obat/ bahankimia Radiasi
immunologi
Masuk Sitomegalovirus
Hypoplasia
sumsum tulang melebihi dosis
Menekan produksi sel-
Apalsia sel sumsum tulang
Zat anti terhadap
sumsum tulang
Gangguansel-sel sel hemopeotik
stoma sumsum tulang
Pansitopenia
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari keb. Tubuh
13
BAB 2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian (Asessment)
1. Pengkajian
Merupakan tahap paling awal yang dilakukan dalam tindakan proses asuhan
keperawatan. Pengkajian meliputi proses yang sistematis yaitu meliputi
pengumpulan, verifikasi serta komunikasi data dari sumber primer yaitu klien, dan
data sekunder yaitu keluarga dari pasien. Perolehan data dari sumber klien dan
keluarga sendiri bersifat data subyektif adapun proses pengkajian meliputi:
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal
datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian. Pada klien dengan pansitopenia
ditemukan sekitar 0,23 dari 100.000 penduduk.
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medic
Pola persepsi sehat berarti pemahaman orang tua/pasien terkait kesehatan dan
masalah kesehatan yang meliput pengalaman, fungsi kognitif dan nilai-nilai yang
dianut. Diharapkan setelah sembuh klien/ keluarga dapat mengubah presepsi
kesehatan yang mungkin saja masih kurang tepat sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidupnya.
b. Manajemen Kesehatan
15
c. Pola Nutrisi Metabolik
Lakukan pengukuran status nutrisi pada klien. Tujuan dari pengkajian ini adalah
untuk mengukur tingkat keberhasilan prosedur. Pola nutrisi pada anak dengan
pansitopenia ditandai dengan mual, muntah, dan mengalami perubahan selera,
gangguan menelan, penurunan BB, membrane mukosa kering,turgor kulit buruk,
dan inflamasi bibir..
d. Pola Eliminasi
Pola eliminasi pada klien pansitopenia pada umumnya terdapat distensi abdomen
yang ditandai dengan penurunan haluaran urin, diare dan kontipasi.
e. Pola AktivitasFisik
Fokus pengkajian aspek ini adalah mengenai pengetahuan orang tua terhadap
penyakit yang diderita klien.
h. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Masalah yang sering muncul pada pasien adalah bagaimana persepsi orang tua
dan/atau anak terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.
i. Pola Hubungan
16
j. Pola AktivitasSeksual
Perlu dikaji adanya nilai-nilai keyakinan yang bertentangan dengan nilai- nilai
keperawatan modern dalam pemberian intervensi keperawatan. Jika ditentukan
keyakinan yang dapat memperburuk klien, perawat harus memberikan
penjelasan dengan konflik minimal dan menanamkan bina hubungan saling
percaya sehingga pasien dan keluarga mampu mencapai tujuan yang sama.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan Umum klien dengan pansitopenia biasanya terlihat lemas dan kelelahan
b. TTV
a. Suhu :>37,5 °C
b. RR : >24 x/mnt
d. TD : >120/100 mHg
c. Kepala
Pada klien dengan pansitopenia biasaya tidak mengalami masalah, pada kulit
kepala nampak tidak kotor dan tidak berbau, rambut nampak hitam, penyebaran
rambut merata dan bersih.
d. Mata
Pada klien dengan pansitopenia yang sudah berat pada pengkajian konjungtiva
anemis, mukosa pucat.
17
e. Telinga
Pada klien dengan pansitopenia tidak ada masalah dengan telinga sehingga
keadaan telinga simetris, pendengaran baik, bentuk dan ukuran telinga normal,
telinga dalam keadaan bersih, tidak ditemukan pembengkakan. Ketika di palpasi
tidak ada nyeri tekan.
f. Hidung
Pada klien dengan pansitopenia terdapat membrane mukosa kering, turgor kulit
buruk, inflamasi bibir.
h. Leher
i. Thorax
Pada klien dengan pansitopenia umumnya pada auskultasi bunyi nafas dipsnea,
bunyi jantung takikardia kompensasi
j. Abdomen
Pada klien dengan pansitopenia umumnya terdapat hepatomegali, ada nyeri tekan,
perkusi bunyi redup, distensi abdomen.
k. Ekstremitas
l. Kulit
kulit pucat, serta petekie
m. Genitalia
Pada klien dengan pansitopenia umumnya tidak ada lesi
18
B. Diagnosa Keperawatan
19
C. Intervensi Keperawatan
NO
DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Keletihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menajemen energi 1. Untuk mngetahui status
b.d.anemia d.d. (0180) fisiologis pasien apakah pada
.... jam keletihan berkurang dengan
tidak amapu rentang berat,sedang, atau
kriteria hasil : 1. Kaji staus fisiologis
mempertahanka ringan.
pasien yang
n aktivitas Kelelahan : Efek yang 2. Mengtahui pola makan pasien
menyebabkan
Menggangu (0008) saat mnjalani perawatan.
kelelahan sesuai
3. Untuk menetapkan pola
1. Malaise dipertahankan pada skala dengan konteks usia
makan dan nutrisi yang tepat
1 (berat) dirtingkatkan pada skala dan perkembangan.
untuk pasien agar
3(sedang) 2. Monitor intake/
mempercepat proses
2. Nafsu makan menurun asupan nutrisi untuk
penyembuhan.
dipertahankan pada skala 2 (cukup mengetahui sumber
4. Mengetahui apakah terdapat
berat) ditingkatkan pada skala energi yang
kegiatan yang
4(ringan) adekuat.
akan memperburuk keadaan
3. Perubahan pola nutrisi 3. Konsulkan dengan
pasien.
dipertahankan pada skala 2(cukup ahli gizi mengenai cara
5. Deengan menetapkan batasan
berat) ditingkatkan pada skala 4 meningkatkan
aktivitas diharapkan klien
(ringan)
dapat menimpan energi yang
4. Gangguan kinerja di sekolah
ada dan
dipertahankan pada skala 1(berat) asupan energi dari agar tidak mudah lelah.
ditingkatkan pada skala 3 (sedang) makanan
6. Menyimpan energi klien agar
5. Pesimis tentang status kesehatan 4. Monitor sumber
mempercepat proses
masa depan dipertahankan pada skala kegiatan olahraga
penyembuhan
2 (cukup berat) ditingkatkan pada dan kelelahan
7. Agar pasi tidak terfokus
skala 4 (ringan) emosiaoanal yang
paakitkanyda peenyakitnya saja
dialami pasien
yang mengakibatkan
5. Buat batasan untuk
memperlambat proses
aktivitas hiperaktiv
penyembuhan.
klien saat
8. Agar selama masa pengobatan
mengganggu yang
pasien dapat menyalurkan
alin atau dirinya
kegiatan yang ia sukai sekaligus
sendiri.
meminimalkan melemahnya
6. Tingkatkan tirah
kekuatan otot.
baring/
9. Agar jika pasien dalam keadaan
pembatatasan
genting, pasien dalam segera
kegiatan (misalnya
ditindaklanjuti oleh tenaga.
meningkatkan
jumlah waktu
isitirahat pasien)
dengan cakupannya
yaitu pada waktu
istirathat yang
dipilih.
7. Berikan kegiatan
pengalihan yang
meyenangkan untuk
meningkatkan
relaksasi
8. Anjurkan aktifitas
fisik (misal
ambulasi, ADL)
sesuai dengan
kemapuan energi
pasien
9. Ajarkan pasien untuk
menghubungi
tenaga kesehatan
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang.
2 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan demam 1. Mengetahui tingkat keparahan
(3740): suhu tubuh dan tanda-tanda
b.d. proses ...x24 jam jam hipertermia berkurang
vital lainnya pada pasien.
infeksi d.d. dengan kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan
2. Karena jika kulit merah
kulit merah, tanda-tanda vital
Termogulasi (0808) menandakan adanya
takipnea, lainnya
perdarahan sistemik yang itu
2. Monitor warna kulit
1. Peningkatan kulit tubuh dipertahankan merupakan tanda bahaya jika
dan suh
pada skala 1 (sangat terganggu) tidak penting diperhatikan.
3. Beri obat atau cairan
ditingkatkan pada skala 3(cuku 3. Agar patogen yang
IV (misalnya
terganggun) mengakibatkan peningkatan
antipireutik, agen
2. Sakit kepala dipertahankan pada skala suhu tubuh klien dapat cepat di
bakteri, dan anti
atasi.
2 (banyak terganggu) ditingkatkan pada mengigil)
4. agar klien tetap tejaga
skala 4 (sedikit terganggu) 4. Tutup pasien dengan
kenyamanannya
3. Perubahan warna kulit diertahankan selimut atau pakaian
5. karena cairan yang masuk
pada skal 2 (banyak terganggu) ringan
ditingkatkan pada skala 4 (sedikit
kedlam tubuh dapat
terganggu) 5. Dorong konsumsi meminimalisir adanya
cairan peningkatan panas dalam
5 cc spesimen darah
13. Sumbat jarum
suntik dan
tempatkan dalam es
segera
3. Monitor kulit
adanya ruam dan
lecet
4. Ajarkan keluarga /
pemberi asuhan
mengenai
tandatanda
kerusakan kulit
dengan tepat
5. Dokumentasikan
perubahan
membran mukosa
5 Defisiensi Setelahdilakukan 5602 – Pengajaran : 1. Mengetahui tingkat
pengetahuan Asuhankeperawatanselama 2x24 Proses Penyakit pengetahuan klien
b.d kondisi Defisiensi Pengetahuan dapat teratasi 1. Kaji tingkat 2. Klien dapat mengetahui kondisi
klinis yang baru Pengetahuan : Proses Penyakit - 1803 pengetahuan pasien yang sedang dialaminya
dihadapi oleh KriteriaHasil : terkait dengan proses 3. Keluarga dapat mengetahui
kliend.d 1. Proses perjalanan penyakit biasanya penyakit yang
perkembangan penyakit klien
menanyakan dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke spesifik 4. Klien dapat mengetahui
masalah yang 4 tindakan untuk meminimakan
2. Berikan informasi
dihadapi 2. Tanda dan gejala penyakit gejala penyakitnya
pada pasien
dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5. Klien mengetahui kondisi
mengenai kondisinya
4 seperti apa yang harus
sesuai kebutuhan
Sumber sumber informasi penyakit spesifik dilaporkan ke petugas
3. Berikan informasi
yang terpercaya dipertahankan pada 3 kesehatan
kepada
ditingkatkan ke 4 6. Memberikan informasi yang
keluarga/orang
akurat untuk klien
penting bagi pasien
mengenai
perkembangan
pasien, sesuai
1. Mengetahui tingkat
kebutuhan
pengetahuan klien
4. Edukasi pasien
2. Mengetahui pola makan klien
mengenai tindakan
sebelum dan sesudah sakit
untuk
3. Mengetahui makanan apa saja
mengontrol/meminim
yang boleh dimakan
alkan gejala, sesuai
4. Membantu dalam menyiapkan
kebutuhan
menu harian
5. Edukasi pasien 5. Mengetahui makanan yang
mengenai tanda dan boleh dan tidak untuk dimakan
gejala yang harus 6. Keluarga berperan aktif dalam
dilaporkan kepada membantu penyembuhan klien
petugas kesehatan, 7. Mengetahui kebutuhan gizi
sesuai kebutuhan klien
6. Perkuat informasi
yang diberikan
dengan anggota tim
kesehatan lain,sesuai
kebutuhan
5614 – Pengajaran :
Peresepan Diet
1. Kaji tingkat tingkat
pengetahuan klien
mengenai diet yang
disarankan
2. Kaji pola makan
pasien saat ini dan
sebelumnya, termasuk
makanan yang disukai
dan pola makan saat
ini
3. Ajarkan pasien nama
nama makanan yang
sesuai dengan diet
yang disarankan
4. Ajarkan pasien untuk
membuat diary
makanan yang
dikonsumsi, jika
diperlukan
5. Instruksikan pasien
untuk menghindari
makanan yang
dipantang dan
mengonsumsi
makanan yang
diperbolehkan
3. Lindungi pasien
menyebabkan
pendarahan
4. Hindari
mengangkat benda
berat
5. Instruksikan
pasien meningkatkan
vitamin K
6. Cegah konstipasi
(misalnya memotivasi
asupan cairan dan
mengkonsumsi pelunak
Airlangga University Press. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo
Surabaya. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press (AUP).
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.