Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN ACUTE MYELOID LEUKEMIA

PADA Tn. S RUANG C (PENYAKIT DALAM)

RSUD DR. SPEDARSO PONTIANAK

Disusun oleh :

LAILA ISTIQOMAH
SRP 21318051

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH

PONTIANAK

2021
A. DEFINISI

Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi


dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan
ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal.
Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan leukemia
mieloid (Guyton and Hall, 2007).
Leukemia mieloid kronik (LMK) atau chronic myeloid leukemia
(CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala yang timbul perlahanlahan
dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid. CML
termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari sel induk pluripoten dan
tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. Nama lain untuk
leukemia myeloid kronik, yaitu chronic myelogenous leukemia dan chronic
myelocytic leukemia. (I Made, 2006).
B. ETIOLOGI
Etiologi CML masih belum diketahui. Menurut Jorge et al., (2010)
Beberapa asosiasi menghubungkannya dengan faktor genetik dan faktor
lingkungan, tetapi di kebanyakan kasus, tidak ada faktor yang dapat di
identifikasikan.
Agung (2010) mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan
CML, yaitu faktor instrinsik (host) dan faktor ekstrinsik (lingkungan).
1. Faktor instrinsik
a. Keturunan dan kelainan kromosom
Leukemia tidak diwariskan, tetapi sejumlah individu memiliki faktor
predisposisi untuk mendapatkannya. Risiko terjadinya leukemia
meningkat pada saudara kembar identik penderita leukemia akut,
demikian pula pada suadara lainnya, walaupun jarang. Pendapat ini oleh
Price atau Wilson (1982) yang menyatakan jarang ditemukan leukemia
Familial, tetapi insidensi leukemia terjadi lebih tinggi pada saudara
kandung anak-anak yang terserang dengan insiden yang meningkat
sampai 30 % pada kembar identik (monozigot), (Agung, 2010).
Kejadian leukemia meningkat pada penderita dengan kelainan
fragilitas kromosom (anemia fancori) atau pada penderita dengan jumlah

1
kromosom yang abnormal seperti pada sindrom Duwa, sindrom
klinefelter dan sindrom turner.
b. Defisiensi imun dan sefisiensi sumsum tulang
Sistem imunitas tubuh kita memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi sel yang berubah menjadi sel ganas. Gangguan pada
sistem tersebut dapat menyebabkan beberapa sel ganas lolos dan
selanjutnya berproliferasi hingga menimbulkan penyakit. Hipoplasia dari
sumsum tulang mungkin sebagai penyebab leukemia (Agung, 2010).
2. Faktor ekstrinsik
a. Faktor radiasi
Adanya efek leukemogenik dan ionisasi radiasi, dibuktikan
dengan tingginya insidensi leukemia pada ahli radiologi (sebelum
ditemukan alat pelindung), penderita dengan pembesaran kelenjar tymus,
Ankylosing spondilitis dan penyakit Hodgkin yang mendapat terapi
radiasi. Diperkirakan 10 % penderita leukemia memiliki latar belakang
radiasi Sebelum proteksi terhadap sinar rutin dilakukan, ahli radiologi
mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar. Penduduk
Hiroshima dan Nagasaki yang hidup sesudah ledakan bom atom tahun
1945 mempunyai insidensi LMA dan LMK sampai 20 kali lebih banyak.
Demikian pula pada penderita ankylosing spondilitis yang diobati
dengan sindar radioaktif lebih dari 2000 rads mempunyai insidensi LMA
14 kali lebih banyak (Agung ,2010).
b. Bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia terutama Hydrokarbon sangat berhubungan
dengan leukemia akut pada binatang dan manusia. Remapasan Benzen
dalam jumlah besar dan berlangsung lama dapat menimbulkan leukemia.
Penelitian Akroy et al (1976) telah membuktikan bahwa pekerja pabrik
sepatu di Turki yang kontak lama dengan benzen dosis tinggi banyak
yang menderita LMA . Kloramfenikol dan fenilbutazon diketahui
menyebabkan anemia aplastik berat, tidak jarang diketahui dikahiri
dengan leukemia, demikian juga dengan Arsen dan obat-obat
imunosupresif (Agung, 2010).

2
c. Infeksi virus
Virus menyebabkan leukemia pada beberapa dirating percobaan
di laboratorium. Peranan virus dalam timbulnya leukemia pada manusia
masih dipertanyakan. Diduga yang ada hubungannya dengan leukemia
adalah Human T-cell leukemia virus (HTLV-1), yaitu suatu virus RNA
yang mempunyai enzim RNA transkriptase yang bersifat karsinogenik
(Agung, 2010).
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia
pada binatang. Timbulnya leukemia dipengaruhi antara lain oleh umur,
jenis kelamin, strain virus, faktor imunologik serta ada tidaknya zat
kimia dan sinar radioaktif. Sampai sekarang tidak atau belum dapat
dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia adalah virus.
Walaupun demikian ada beberapa hasil penelitian yang menyokong teori
virus sebagai penyebab leukemia, antara lain enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalan virus onkogenik seperti retrovirus
tipe-C, yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
binatang (Agung, 2010).
C. PATOFISIOLOGI
Pada orang normal, tubuh mempunyai tiga jenis sel darah yang matur
1. Sel darah merah, yang berfunsi untuk mengangkut O2 masuk ke dalam
tubuh dan mengeluarkan CO2 dari dalam tubuh keluar lewat paru
2. Sel darah putih, yang berfungsi untuk melawan infeksi dan sebagai
pertahanan tubuh
3. Trombosit, yang befungsi untuk mengontrol faktor pembekuan di dalam
darah Sel-sel darah yang belum menjadi matur (matang) disebut sel-sel
induk (stem cells) dan blasts.

Kebanyakan sel-sel darah menjadi dewasa didalam sumsum tulang dan


kemudian bergerak kedalam pembuluh-pembuluh darah. Darah yang mengalir
melalui pembuluh-pembuluh darah dan jantung disebut peripheral blood
(Sherwood,2001). Tetapi pada orang dengan Chronic Myelogenous
Leukemia(CML), proses terbentuknya sel darah terutama sel darah putih di

3
sumsum tulang mengalami kelainan atau mutasi. Hal ini disebabkan karena
kromosom 9 dan kromosom 22 (Hoffbrand, 2005).
Diagnosis CML dapat ditegakkan dengan adanya kromosom Philadelphia
(Ph) yang khas, terdapat pada kromosom 22 yang abnormal. Terjadinya
translokasi t(9;22)(q34;q11) antara kromosom 9 dan 22. Hal ini diakibatkan
dari proses protoonkogen Abelson (ABL) di kromosom 9 dipindahkan pada
gen Break Cluster Region (BCR) di kromosom 22 dan sebaliknya, bagian
kromosom 22 pindah ke kromosom 9 (Hoffbrand, 2005).

Gen BCR-ABL pada kromosom Ph menyebabkan proliferasi yang


berlebihan sel induk pluripoten pada system hematopoiesis. Pada klon ini
selain proliferasiny ayang berlebihan, juga dapat bertahan hidup lebih lama
dibandingkan sel nirmal, karena gen BCR-ABL juga bersifat anti-apoptosis.
Dampak kedua mekanisme ini adalah terbentuknya klon-klon abnormal yang
akhirnya mendesak system hematopoiesis yang lainnya (Fadjari, 2006).
Protein yang normal mempunyai aktivitas tirosin kinase 145 kD
(Hoffbrand,2005). Akan tetapi pada CML akan terjadi perubahan struktur,
sehingga akan mengakibatkan perubahan. Terdapat 3 tipe perubahan pada gen
BCR-ABL(Fadjari, 2006):
1. Perubanan terjadi pada gen BCR di daerah e13-e14 pada ekson 2 yang
dikenal sebagai major break cluster region (M-bcr). Gen BCR-ABL akan
mensintesis protein dengan berat molekul 210 kD, selanjutnya ditulis
dengan p 210BCR-ABL. Pada pasien terdapat trombositopenia

4
2. Perubahan terjadi pada gen BCR di daerah 54,4-kb atau el yang dikenal
dengan minor break cluster region (m-bcr) dan mensintesa p 190, yang
dapat mengakibatkan monositosis yang prominen pada pasien
3. Perubahan terjadi pada gen BCR di daerah e19-e20, dikenal sebagai micro
break cluster region (μ-bcr), yang selanjutnya akan terbentuk p230 yang
dapat mengakibatkan netrofilia dan/atau trombositosis
Mekanisme terbentuk dan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk Ph
menjadi CML dengan gejala klinis yang jelas masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa ahli berpendapat akibat pengaruh radiasi, sedangkan yang lain
berpendapat karena pengaruh mutasi spontan (Fadjari, 2006).

5
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis CML, menurut I Made (2006) dan Victor et al., (2005)
tergantung pada fase yang kita jumpai pada penyakit tersebut, yaitu:
1. Fase kronik terdiri atas :
a. Gejala hiperkatabolik : berat badan menurun, lemah, anoreksia,
berkeringat pada malam hari.
b. Splenomegali hampir selalu ada, sering massif.
c. Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan.
d. Gejala gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh hiperurikemia
akibat pemecahan purin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah.
e. Gangguan penglihatan dan priapismus.

f. Anemia pada fase awal sering tetapi hanya ringan dengan gambaran
pucat, dispneu dan takikardi.
g. Kadang-kadang asimtomatik, ditemukan secara kebetulan pada saat
check up atau pemeriksaan untuk penyakit lain.
2. Fase transformasi akut terdiri atas :

Perubahan terjadi perlahan-lahan dengan prodormal selama 6 bulan, di


sebut sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru, antara lain: demam,
lelah, nyeri tulang (sternum) yang semakin progresif. Respons terhadap
kemoterapi menurun, lekositosis meningkat dan trombosit menurun
(trombosit menjadi abnormal sehingga timbul perdarahan di berbagai
tempat, antara lain epistaksis, menorhagia).
3. Fase Blast (Krisis Blast):
Pada sekitar 1/3 penderita, perubahan terjadi secara mendadak, tanpa
didahului masa prodormal keadaan ini disebut krisis blastik (blastcrisis).
Tanpa pengobatan adekuat penderita sering meninggal dalam 1-2 bulan.
E. KLASIFIKASI
Menurut Victor et al., (2005) leukemia myeloid
kronik (CML) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

6
1. Leukemia myeloid kronik, Ph positif (CML, Ph+) (leukemia granulositik
kronik, CGL).
2. Leukemia mieloid kronik, Ph negative (CML, Ph-)
3. Leukemia myeloid kronik juvenilis
4. Leukemia netrofilik kronik
5. Leukemia eosinofilik
6. Leukemia mielomonositik kronik (CMML) Tetapi, sebagian besar (>95%)
CML tergolong sebagai CML, Ph+ (I Made, 2006).

Fase perjalanan penyakit

Perjalanan penyakit CML, menurut I Made (2006); Agung (2010) dibagi


menjadi beberapa fase, yaitu:

1. Fase Kronik : pada fase ini pasien mempunyai jumlah sel blast dan sel
premielosit kurang dari 5% di dalam darah dan sumsum tulang. Fase ini
ditandai dengan over produksi granulosit yang didominasi oleh netrofil
segmen. Pasien mengalami gejala ringan dan mempunyai respon baik
terhadap terapi konvensional.
2. Fase Akselerasi atau transformasi akut : fase ini sangat progresif,
mempunyai lebih dari 5% sel blast namun kurang dari 30%. Pada fase ini
leukosit bisa mencapai 300.000/mmk dengan didominasi oleh eosinofil dan
basofil. Sel yang leukemik mempunyai kelainan kromosom lebih dari satu
(selain Philadelphia kromosom).
3. Fase Blast (Krisis Blast) : pada fase ini pasien mempunyai lebih dari 30% sel
blast pada darah serta sumsum tulangnya. Sel blast telah menyebar ke
jaringan lain dan organ diluar sumsum tulang. Pada fase ini penyakit ini
berubah menjadi Leukemia Myeloblastik Akut atau Leukemia Lympositik
Akut. Kematian mencapai 20%.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Made (2006) memaparkan beberapa pemeriksaan penunjang untuk CML yaitu:
1. Laboratorium
a. Darah rutin:

7
1) Anemia mula-mula ringan menjadi progresif pada fase lanjut (fase
transformasi akut), bersifat normokromik normositer.
2) Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/100 m.
b. Gambaran darah tepi:
1) Leukositosis berat 20.000-50.000/mm3 pada permulaan kemudian
biasanya lebih dari 100.000/mm3.
2) Menunjukkan spectrum lengkap seri granulosit mulai dari mieloblast
sampai netrofil, komponen paling menonjol adalah segmen netrofil
(hipersegmen) dan mielosit. Metamielosit, promielosit, dan
mieloblast juga dijumpai. Sel blast < 5%. Sel darah merah
bernukleus.
3) Jumlah basofil dalam darah meningkat.
4) Trombosit bisa meningkat, normal atau menurun. Pada fase awal
lebih sering meningkat.
5) Fosfatase alkali netrofil (neutrophil alkaline phosphatase) selalu
rendah.
c. Gambaran sumsum tulang
1) Hiperseluler dengan system granulosit dominan. Gambarannya mirip
dengan apusan darah tepi. Menunjukkan spektrum lengkap seri
myeloid, dengan komponen paling banyak ialah netrofil dan mielosit.
Sel blast kurang dari 30 %. Megakariosit pada fase kronik normal
atau meningkat.
2) Sitogenik: di jumpai adanya Philadelphia (Ph1) kromosom pada 95
% kasus.
3) Vitamin B12 serum dan B12 binding capacity meningkat.
4) Kadar asam urat serum meningkat.
5) Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dapat mendeteksi
adanya
6) chimeric protein bcr-abl pada 99% kasus (I Made, 2006).
2. Pemeriksaan penunjang lain

Menurut Agung (2010), ada beberapa pemeriksaan penunjang lain untuk


penyakit CML, antara lain:

8
a. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau
lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast,
dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.
b. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan.
c. David et al., (2009) menambahkan pemeriksaan lain, yaitu tes untuk
mendeteksi adanya kromosom Philadelphia.
G. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Fase kronik
1) Busulphan (Myleran), dosis : 0,1-0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit
diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit
turun setengahnya. Obat di hentikan jika leukosit 20.000/mm3.
Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3. Efek smaping
dapat berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan, fibrosis paru,
bahaya timbulnya leukemia akut (I Made, 2006).
2) Hydroxiurea, bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit dna
mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik,
tetapi biasanya perlu diberikan seumur hidup (Victor et al., 2005).
Dosis mulai dititrasi dari 500 mg sampai 2000 mg. Kemudian
diberikan dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000-
15.000/mm3. Efek samping lebih sedikit (I Made, 2006).
3) Interferon α juga dapat mengontrol jumlah sel darah putih dan dapat
menunda onset transformasi akut, memperpanjang harapan hidup
menjadi 1-2 tahun (Atul & Victor, 2005). IFN-α biasanya digunakan
bila jumlah leukosit telah terkendali oleh hidroksiurea. IFN-α
merupakan terapi pilihan bagi kebanyakan penderita leukemia
Mielositik (CML) yang terlalu tua untuk transplantasi sumsum tulang
(BMT) atau yang tidak memiliki sumsum tulang donor yang cocok.
Interferon alfa diberikan pada rata-rata 3-5 juta IU / d subkutan
(Emmanuel, 2010). Tujuannya adalah untuk mempertahankan jumlah
leukosit tetap rendah (sekitar 4x109/l). Hampir semua pasien

9
menderita gejala penyakit ”mirip flu” pada beberapa hari pertama
pengobatan. Komplikasi yang lebih serius berupa anoreksia, depresi,
dan sitopenia. Sebagian kecil pasien (sekitar 15%) mungkin
mencapai remisi jangka panjang dengan hilangnya kromosom Ph
pada analisis sitogenik walaupun gen fusi BCR-ABL masih dapat
dideteksi melalui PCR. (Victor et al., 2005).
4) STI571, atau mesylate imatinib (Gleevec), merupakan obat yang
sedang diteliti dalam percobaan klinis dan tampaknya memberikan
hasil yang menjanjikan. Zat STI 57I adalah suatu inhibitor spesifik
terhadap protein ABL yaitu tiroksin kinase sehingga dapat menekan
proliferasi seri myeloid. Gleevec mengontrol jumlah darah dan
menyebabkan sumsum tulang menjadi Ph negative pada sebagian
besar kasus. Obat ini mungkin menjadi lini pertama pada CML, baik
digunakan sendiri atau bersama dengan interferon atau obat lain
(Atul & Victor, 2005; Emmanuel, 2010; Victor et al., 2005; I Made,
2006)
5) Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell transplantation,
SCT) sebelum usia 50 dari saudara kandung yang HLA-nya cocok
memungkinkan kesembuhan 70% pada fase kronik dan 30% atau
kurang pada fase akselerasi (Atul & Victor, 2005).
b. Fase akselerasi dan fase blast

Terapi untuk fase akselerasi atau transformasi akut sama


seperti leukemia akut, AML atau ALL, dengan penambahan STI 57I
(Gleevec) dapat diberikan. Apabila sudah memasuki kedua fase ini,
sebagian besar pengobatan yang dilakukan tidak dapat menyembuhkan
hanya dapat memperlambat perkembangan penyakit. (Atul & Victor,
2005; I Made, 2006).
2. Non medikamentosa
a. Radiasi
Terapi radiasi dengan menggunakan X-Rays dosis tinggi sinar-sinar
tenaga tinggi secara external radiation therapy untuk menghilangkan
gejala-gejala atau sebagian dari terapi yang diperlukan sebelum

10
transplantasi sumsum tulang (Atul & Victor, 2005). Prognosis: Sekitar
20-30% penderita meninggal dalam waktu 2 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis dan setelah itu sekitar 25% meninggal setiap tahunnya.
Banyak penderita yang bertahan hidup selama 4 tahun atau lebih setelah
penyakitnya terdiagnosis, tetapi pada akhirnya meninggal pada fase
akselerasi atau krisis blast. Angka harapan hidup rata-rata setelah krisis
blast hanya 2 bulan, tetapi kemoterapi kadang bisa memperpanjang
harapan hidup sampai 8-12 bulan (Agung, 2010).
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a. Riwayat penyakit: pengobatan kanker sebelumnya
b. Riwayat keluarga: adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter
misal kembar monozigot)
c. Kaji adanya tanda-tanda anemia: kelemahan, kelelahan, pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
d. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia: demam, stomatitis, gejala infeksi
pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul
kemerahan atau hiotam tanpa pus
e. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia: ptechiae, purpura, perdarahan
membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-
tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
f. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.

11
2. Perencanaan keperawatan:

a. No.b. Standar Diagnosis Keperawata


c. Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Indonesia (SDKI) Indonesia (SLKI)
d. 1. D.0077 Nyeri akut e. L.08066 tingkat nyeri I.08238 manajemen nyeri
Definisi : pengalaman sensorik atauf. Ekspektasi menurun Definisi : mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik
emosional yang berkaitan dengan g. Kriteri hasil : atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
kerusakan jaringan atau fungsional, 1. Kemampuan menuntaskan fungsional dengan onset mendadak atau lambat berintensitas ringan
dengan onset mendadak atau lambat aktifitas meningkat hingga berat dan konstan.
dan berintensitas ringan hingga berat 2. Keluhan nyeri menurun Tindakan
yang berlangsung kurang dari tiga 3. Meringis menurun Observasi
bulan 4. Sikap protektif menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
5. Gelisah menurun intensitas nyeri
Gejala dan tanda mayor 6. Kesulitan tidur menurun 2. Identifikasi skala nyeri
Subjektif Frekuensi nadi membaik 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
1. Mengluh nyeri 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Objektif h. 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
1. Tampak meringis 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
2. Bersikap protktif (mis. Waspada, 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
posisi menghindari nyeri) 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
3. Gelisah diberikan
4. Frekuensi nadi meningkat 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
5. Sulit tidur Terapeutik
Gejala dan tanda minor 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Subjektif 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Objektif 4. Pertimbangkan jenis dan sumber dalam pemilihan strategi
1. Tekanan darah meningkat nyeri
2. Pola nafas berubah Edukasi
3. Nadsu makan berubah 1. Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri

12
4. Proses berpikir terganggu 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
5. Menarik diri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
6. Berfokus pada diri sendiri 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
7. diaforesis Kolaborasi
1. 1. Kola borasi pemberian analgetik, jika perlu

i. 2. j. D.0009 perfusi perifer tidak efektif L.02011 perfusi perifer I.02089 Tranfusi darah
k. Definisi : penurunan sirkulasi darah Ekspektas : meningkat Tindakan :
pada kapiler yang dapat Kriteria Hasil : Observasi
mengganggu metabolisme tubuh 1. Denyut nadi perifer meningkat 1. Identifikasi rencana tranfusi
2. Warna kulit pucat menurun 2. Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama dan setelah
m. Gejala dan tanda mayor 3. Pengisian kapiler cukup tranfusi
n. Subjektf : membaik 3. Monitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.
o. Objektif : 4. Akral cukup membaik Dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah meningkat, sakit
1. Pengisian kapiler >3 5. Turgor kulit cukup membaik kepala, konvulsi)
detik 4. Monitor reaksi tranfusi
2. Nadi perifer menurun Terapeutik
dan tidak teraba 1. Lakukan pengecekan ganda pada lebel darah
3. Akral teraba dingin 2. Periksa kepatenan akses intravena
4. Warna kulit pucat 3. Berikan Nacl 0,9%50-100ml sebelum melakukan tranfusi
5. Turgor kulit menurun 4. Atur kecepatan aliran tranfusi esuai produk darah 10-
Gejala dan tanda minor 14ml/KgBB dalam 2-4 jam
Subjektif 5. Hentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
Parastesia 6. Dokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah, durasi dan respon
Nyeri ekstremitas (klaudikasi pasien
intermiten) Edukasi
Objektif 1. Jelaskan tujuan dan prosedur tranfusi
1. Edema 2. Jelaskan tanda dan gejala reaksi tranfusi yang perlu dilaporkan
2. Penyembuhan luka lambat (mis. Gatal, pusing, sesak nafas, dan atau nyeri dada)
3. Indeks ankle brachial<0,09

13
4. Bruit femoral

Kondisi klinis terkait :


anemia

3. D.0019 defisit nutrisi L.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen nutrisi


w. Definisi : asupan nutrisi tidak cukup
aa. Ekpektasi : membaik Tindakan :
untuk memenuhi kebutuhan bb. Kriteria Hasil : Obsservasi :
metabolisme 1. Porsi makan yang dihabiskan 1. identifikasi status nutrisi
Gejala dan tanda mayor cukup meningkat 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Subjektif 2. Verbalisasi keinginan untuk 3. Identifikasi makanan yang disukai
Objektif : meningkatkan nutrisi 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
meningkat 5. Monitor asupan makanan
1. Berat badan menurun minimal 3. Pengetahuan tentang pilihan 6. Monitor berat badan
10% dibawah rentang ideal makanan dan minuman yang 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Gejala dan tanda minor sehata menigkat Terapeutik
Subjektif 4. Pengetahuan tentang standar 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
1. Cepat kenyang setelah makan asupan nutrisi yang tepat 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
2. Kram/nyeri abdomen meningat 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
3. Nafsu makan menurun 5. Sikap terhadap 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah komstipasi
Objektif makanan/minuman sesuai 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
1. Bising usus hiperaktif dengan tujuan kesehatan Edukasi
2. Otot pengnyah lemah meningkat 1. Anjurkan posisi duduk,jika mampu
3. Otot menelan lemah 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Membran mukosa pucat Kolaborasi
5. Sariawan
6. Serum albumin menurun 1. Kolaborasi pemberian medikasi ebelum makan (mis. Pereda
7. Rambut rontok berlebihan nyeri, antiemetik), jika perlu
8. Diare 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang diutuhkan, jika perlu.
Kondisi terkait : kanker

14
4. D.0056 Intoleransi aktifitas L.05047 toleransi aktifitas I.05178 manajemen energi
Ekspektasi : meningkat Definisi : mengidentifikasikan dan mengelola penggunssn energi
Definisi : ketidakcukupan energi Kriteria hasil : untuk mengatasi kelelahan atau menvefah kelelahan dan
untuk melakukan aktifitas sehari- 1. Frekuensi nadi menurun mengoptimalkan proses pemulihan
hari 2. Saturasi oksigen meningkat Tindakan :
Gejala dan tanda mayor 3. Kemudahan dalam melakukan Observasi
asktivitas sehari-hari 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
Subjektif : meningkat kelelahan
1. Mengeluh kelelahan 4. Kecepatan berjalan meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
objektif 5. Jarak jalan meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
6. Kekuatan tubuh bagian atas 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
1. Frekuensi jantung meningkat meningkat aktifitas
> 20% dari kebutuhan 7. Kekuatan tubuh bagian bawah Terapeutik
istirahat. meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Gejala dan tanda minor 8. Keluhan lelah menurun Cahaya, suara, kunjungan)\
Subjektif 9. Perasaan lelah menurun 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas 10. Frekuensi nafas membaik 3. Berikan aktifitas yang menenangkan
2. Merasa tidak nyaman setelah 4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
beraktifitas berpindah atau berjalan
3. Merasa lemah . Edukasi
Objektif 1. Anjurkan tirah baring
1. Tekanan darah berubah > 2. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
20% dari kondidi istirahat 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
2. Gambaran EKG kelelahan tidak berkurang
Menunjukkan aritmia Kolaborasi
saat/setelah aktifitas Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
3. Gambaran EKG makanan
menunjukkan iskemia
4. Sianosis
Kondisi terkait :

15
Anemia
5. D.0005 Pola nafas tidak efektif L.01004 : Pola nafas I.01002 dukungan ventilasi
Ekspektasi : membaik Tindakan
Definisi :inspirasi dan ekspirasi yang Kriteria Hasil : Observasi
tidak memberikan ventilasi 1. ventilasi semenit meningkat 1. identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
adekuat 2. dyspneu menurun 2. identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan
Ditandai dengan : 3. penggunaan otot bantu nafas 3. monitor status respirasi dan oksigenasi
menurun terapeutik
Gejala dan tanda mayor : 4. frekuensi nafas membaik 1. pertahankan kepatenan jalan nafas
Subjektif : 5. pernafasan cuping hidung 2. berikan posisi semi fowler atau fowler
menurun 3. fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
Dispnea 4. berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
edukasi
Objektif :
1. ajarkan melakukan Teknik relaksasi nafas dalam
1. Penggunaan otot bantu nafas 2. ajarkan mengubah posisi secara mandiri
2. Fase ekspirasi memanjang kolaborasi
3. Pola nafas abnormal kolaborasi pemberian kronkhodilator, jika perlu

16
Jam Masuk : 29-10-2021
Tanggal Pengkajian : 1-11-2021
No. RM : 033598
Jam Pengkajian : 16.00
Diagnosa Masuk : CML
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. S
2. Penanggung jawab Biaya : Sdr. V
3. Umur : 46 thn
4. Nama : Tn. S
5. Suku/Bangsa : Indonesia
6. Alamat : jln. Gajahmada gg. gajahmada
7. Agama : konghu chu
8. Pendidikan : SMA
9. Pekerjaan : swasta
10. Alamat : jln. Gajahmada gg. gajahmada

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Keluhan Utama :
Badan terasa lemah, lemas jika beraktifitas, sesak jika beraktifitas

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan badan terasa lemah dan lemas, sesak jika beraktifitas, pusing
mengambang, pasien rencana akan tranfusi darah prc 1000 CC dengan indikasi Hb :
5.0 gr/dl.
Pasien menderita leukimia sejak 2016 yang lalu
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Pernah dirawat : ya tidak


Kapan : A g u s t u s 2 0 2 0 diagnosa : CML

2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak


jenis……………………...............................................
Riwayat kontrol :
Riwayat penggunaan obat : tablet tambah darah 2x1

17
3. Riwayat alergi ya tidak
jenis…………………….................................................
4. Riwayat operasi ya tidak
kapan……………………...............................................
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

ya tidak

jenis…………………..........................................................................

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital

S : 37OC N :120C/menit

TD :140/100 mmHg RR :26x/mnt

Kesadaran :

Compos Mentis Apatis Somnolen

Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan
a. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas

Batuk produktif tidak produktif


Sekret : tidak ada
Konsistensi
Warna :...........................
Bau :..........................................
b. Irama nafas teratur tidak teratur

c. Jenis dispnoe kusmaul Cheyne stokes


d. Suara nafas vesikuler Bronko vesikuler
B
Ronki Wheezing
e. Alat bantu ya tidak

Jenis : nasal canule


Flow 4 lpm
Masalah keperawatan : pola nafas tidak efektif
3. Sistem Kardiovaskuler
18
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler

S1/S2 tunggal ya tidak


c. Suara jantung normal murmur

gallop lain-lain...................
d. CRT >3 detik
e. Akral hangat panas dingin kering basah
f. JVP normal meningkat menurun

Masalah keperawatan :
Gangguan perfusi jaringan perifer
4. Sistem Persyarafan
a. GCS :15

b. Refleks fisiologis patella triceps biceps


c. Refleks patologis babinsky budzinsky kernig
d. Keluhan pusing ya tidak
e. Pupil Isokor Anisokor
Diameter : 2 mm
f. Sclera/Konjunctiva anemis ikterus
g. Gangguan pandangan ya tidak
Jelaskan :
h. Gangguan pendengaran ya tidak
Jelaskan……............................................................
i. Gangguan penciuman ya tidak
Jelaskan……............................................................
j. Isitrahat/Tidur : malam : 5 jam, siang : 1 jam : Jam/Hari : 7 jam
Gangguan tidur :
Masalah Keperawatan :

5. Sistem perkemihan

a. Kebersihan bersih kotor


b. Keluhan kencing nokturi inkontinensia

19
gross hematuri poliuria
disuria oliguria
retensi hesistensi
c. Produksi urine 1500 ml/hari
Warna : kuning jernih
d. Kandung kemih : tidak ada distensi pada kandung kemih

6. Sistem pencernaan

a. Mulut bersih kotor berbau


b. Mukosa lembab kering stomatitis
c. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
d. Abdomen tegang kembung acites
Nyeri tekan ya tidak
Luka operasi ada tidak tanggal operasi :...................
Jenis operasi...................lokasi.................
Keadaan : drain ada tidak
Jumlah :..................warna................
Kondisi area insersi:........................
e. Persitaltik...........................x/menit
f. BAB 1x/hari
g. Nafsu makan baik menurun
Frekuensi............x/menit
h. Porsi makan habis tidak
keterangan................
Masalah Keperawatan.....................................
7. Sistem muskulo skeletal dan integumen

a. Pergerakan sendi bebas terbatas

b. Kekuatan otot

5 5
5 5
c. Kelainan ekstremitas ya tidak

d. Kelainan tulang belakang ya tidak

e. Fraktur ya tidak

20
f. Traksi/spalk/gips ya tidak

g. Kompartemen syndrome ya tidak

h. Kulit

i. Turgor kulit baik kurang jelek

j. Luka jenis :.......................luas............. bersih kotor

Masalah keperawatan :............................

8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
c. Hipoglikemia ya tidak nilai GDA : 120
d. Hiperglikemia ya tidak nilai GDA : 120
e. Luka ganggren ya tidak lokasi :

Masalah keperawatan................................
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

1. Persepsi klien tentang penyakitnya

cobaan tuhan hukuman lainnya


2. Ekspektasi klien terhadap penyakitnya

murung/diam gelisah tegang


3. Reaksi saat interaksi
4. Gangguan konsep diri ya tidak

Masalah keperawatan :..........................................


PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

1. Mandi : 1x/hari
2. Keramas: 1x/5hari
3. Memotong kuku :14hr
4. Merokok : ya tidak
5. Alkohol : ya tidak
Masalah keperawatan :...............................................

21
PENGKAJIAN SPIRITUAL

Kebiasaan beribadah

a. Sebelum sakit sering kadang-kadang tidak pernah

b. Selama sakit sering kadang-kadang tidak pernah


PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Radiologi, EKG, USG )

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil


29-10-2021 WBC 26.64* [10^3/uL]
RBC 1.82- [10^6/uL]
HGB 5.0- [g/dL]
HCT 16.3- [%]
MCV 89.6 [fL]
MCH 27.5 [pg]
PLT 140 [10^3/uL]
RDW-SD 50.0 [fL]
RDW-CV 16.0 [%]
PDW 13.9 [fL]
MPV 10.9 [fL]
P-LCR 32.9 [%]
Ureum 21.8 mg/dL
Kreatinin 0.75 mg/Dl
Asam urat 6.6 mg/dL
SGOT 24.0 U/L
SGPT 29.3 U/L
Albumin 3.4 g/ dL

OBAT YANG DITERIMA

Nama obat Dosisi Nama obat dosis


Tablet tambah 2x1 po Omeprazole 1x20 mg iv
darah
Alprazolam 0-0-0,5 mg po Tasigna 2-0-2 po
BRM 2X1 po Tranfusi darah
PRC 1000 CC
Braxidin 3x1 po Asering
1000cc/hari
Rillus tab 1x1 po B-Fluid

22
1000cc/hari
Ciprofloxacin 2x200mg iv
Mecobalamin 2x500mg iv

23
ANALISA DATA

NO TGL/JAM DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI


1 1-11-2021 DS: Gangguan perfusi jaringan Proliferasi sel darah putih imatur
 pasien mengatakan badan perifer
terasa lemah, badan lemas pansitopeni
jika beraktifitas
 pasien mengatakan akan Eritropeni
tranfusi darah
 Riwayat leukimia sejak Hb
2016
DO: Suplai O2 dalam darah
 Konjungtiva anemis,
 Kulit pucat Gangguan perfusi jaringan
 CRT 4 detik
Hb = 5.0 gr/dl
 Rencana tranfusi PRC
1000 CC
 ADL dibantu oleh
keluarga dan perawat
2 1-11-2021 DS: Pola nafas tidak efektif Profelasi lokal dari sel Neoplastik
dalam sumsum tulang
 Pasien mengatakan cepat
merasakan kelelahan Cronic limfa blastikleukimia

 Lelah saat beraktifitas


Pansitopeni
 nafas terasa pendek
DO:
24
 terpasang oksigen 5 lpm Eritropeni
nasal canule
 Pernafasan cuping hidung Penurunan Hb
 TD : 140/100 mmHg,
HR : 120x/mnt, T : 37OC
RR : 26x/mnt Suplai O2 dalam jaringan <
 SPO2 : 98%
Pola nafas tidak efektif

3 1-11-2021 DS: intoleransi aktifitas hb menurun


 pasien mengatakan kelelahan
jika beraktivitas suplai O2 dalam darah menurun
 Pasien mengatakan tidak
mampu ke toilet jaringan < O2
 Pasien mengatakan aktifitas
dibantu keluarga kelemahan
DO:
 ADL dibantu oleh keluarga
dan perawat intoleransi aktifitas
 Pasien dapat melakukan
beberapa aktivitas dengan
bantuan
 Pasien hanya dapat berbaring
ditempat tidur
25
 Dyspneu setelah beraktifitas

26
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn. S

Usia : 46 Tahun

No CM : 033598

DM : CML

NO DX KEPERAWATAN TTD

1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan


konsentrasi hemoglobin d.d warna kulit pucat,
CRT > 4 detik.

2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan energi d.d


pola nafas abnormal, pernafasan cuping hidung

3. intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d dispnea


saat/ setelah beraktifitas, ,lelah

27
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. S

Usia : 46 Tahun

No CM : 033598

DM : CML

No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD


Dx. KEPERAWATAN HASIL
1 Perfusi perifer tidak efektif
cc. Ekspektas : meningkat 1. Identifikasi rencana tranfusi
b.d penurunan konsentrasi dd. Kriteria Hasil : 2. Monitor tanda-tanda vital sebelum,
hemoglobin d.d warna kulit 1. Denyut nadi perifer selama dan setelah tranfusi
pucat, CRT > 4 detik. meningkat 3. Monitor tanda-tanda kelebihan cairan
2. Warna kulit pucat menurun (mis. Dispnea,takikardia,sianosis,
3. Pengisian kapiler cukup tekanan darah meningkat, sakit kepala,
membaik konvulsi)
4. Akral cukup membaik 4. Monitor reaksi tranfusi
5. Turgor kulit cukup membaik 5. Lakukan pengecekan ganda pada lebel
darah
6. Periksa kepatenan akses intravena
7. Berikan Nacl 0,9%50-100ml sebelum
melakukan tranfusi
8. Atur kecepatan aliran tranfusi esuai
produk darah 10-14ml/KgBB dalam 2-
4 jam
9. Hentikan tranfusi jika ada reaksi
28
tranfusi
10. Dokumentasi tanggal, waktu, jumlah
darah, durasi dan respon pasien
11. Jelaskan tujuan dan prosedur tranfusi
12. Jelaskan tanda dan gejala reaksi
tranfusi yang perlu dilaporkan (mis.
Gatal, pusing, sesak nafas, dan atau
nyeri dada)
2 Pola nafas tidak efektif b.d Ekspektasi : membaik 1. identifikasi adanya kelelahan otot bantu
penurunan energi d.d pola Kriteria Hasil : nafas
nafas abnormal, pernafasan 1. ventilasi semenit meningkat 2. identifikasi efek perubahan posisi
cuping hidung 2. dyspneu menurun terhadap status pernafasan
3. penggunaan otot bantu nafas 3. monitor status respirasi dan oksigenasi
menurun 4. pertahankan kepatenan jalan nafas
4. frekuensi nafas membaik 5. berikan posisi semi fowler atau fowler
5. pernafasan cuping hidung 6. fasilitasi mengubah posisi senyaman
menurun mungkin
7. berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
8. ajarkan melakukan Teknik relaksasi
nafas dalam
9. ajarkan mengubah posisi secara
mandiri
10. kolaborasi pemberian kronkhodilator,
jika perlu
3 intoleransi aktifitas b.d Ekspektasi : meningkat 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
kelemahan d.d dispnea saat/ Kriteria hasil : yang mengakibatkan kelelahan
setelah beraktifitas, ,lelah 1. Frekuensi nadi menurun 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Saturasi oksigen meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Kemudahan dalam 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan

29
melakukan asktivitas sehari- selama melakukan aktifitas
hari meningkat 5. Sediakan lingkungan nyaman dan
4. Kecepatan berjalan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
meningkat kunjungan)\
5. Jarak jalan meningkat 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
6. Kekuatan tubuh bagian atas dan/atau aktif
meningkat 7. Berikan aktifitas yang menenangkan
7. Kekuatan tubuh bagian 8. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
bawah meningkat tidak dapat berpindah atau berjalan
8. Keluhan lelah menurun 9. Anjurkan tirah baring
9. Perasaan lelah menurun 10. Anjurkan melakukan aktifitas secara
10. Frekuensi nafas membaik bertahap
11. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
. berkurang
12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. S

Usia : 46 Tahun

No CM : 033598

DM : CML

TGL/WAKT IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


U
1-11-2021 1. mengidentifikasi rencana tranfusi S:
16.00-18.00 2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama  pasien mengatakan badan terasa lemah, badan
dan setelah tranfusi lemas jika beraktifitas
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.  pasien mengatakan tranfusi darah terakhir bulan
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah 9 tahun 2021
meningkat, sakit kepala, konvulsi)  pasien mengatakan akan tranfusi darah
4. memonitor reaksi tranfusi O:
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah  Konjungtiva anemis,
6. memeriksa kepatenan akses intravena  Kulit pucat
7. memberikan nacl 0,9%50-100ml sebelum  CRT 4 detik
melakukan tranfusi Hb = 5.0 gr/dl
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk
 Sedang tranfusi PRC 250 CC, darah sisa 3 colf
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam
di Bank darah, tranfusi dengan  protap
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi

31
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah, incompatible
durasi dan respon pasien  Tidak ada tanda-alergi
11. menjelaskan tujuan dan prosedur tranfusi TD : 138/80 mmHg, HR : 110x/mnt, T : 36,5
12. menjelaskan tanda dan gejala reaksi tranfusi o
C, RR : 24x/mnt SPO2 98%
yang perlu dilaporkan (mis. gatal, pusing, sesak  Terpasang O2 4 lpm nasal canule
nafas, dan atau nyeri dada) A : masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi
Sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. mengidentifikasi rencana tranfusi
2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama
dan setelah tranfusi
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah
meningkat, sakit kepala, konvulsi)
4. memonitor reaksi tranfusi
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah
6. memeriksa kepatenan akses intravena
7. memberikan nacl 0,9%50-100ml sebelum
melakukan tranfusi
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah,
durasi dan respon pasien
11. menjelaskan tujuan dan prosedur tranfusi
1-11-2021 1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu S:

32
18.00-20.00 nafas
 Pasien mengatakan masih cepat merasakan
2. mengidentifikasi efek perubahan posisi terhadap
kelelahan
status pernafasan
3. memonitor status respirasi dan oksigenasi  Lelah bertambah jika saat beraktifitas
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas  nafas terasa pendek
5. memberikan posisi semi fowler atau fowler  nafas terasa lebih lega dengan posisi setengah
6. memfasilitasi mengubah posisi senyaman duduk
mungkin  nafas terasa enak jika menggunakan oksigen
7. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan DO:
8. mengajarkan melakukan Teknik relaksasi nafas  terpasang oksigen 5 lpm nasal canule
dalam  Pernafasan cuping hidung
9. mengajarkan mengubah posisi secara mandiri
 RR : 24x/mnt
10. kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu
 SPO2 : 98%
A : masalah pola nafas tidak efektif teratasi Sebagian
P : Intervensi lanjutkan
1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu
nafas
2. mengidentifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pernafasan
3. memonitor status respirasi dan oksigenasi
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas
5. memberikan posisi semi fowler atau fowler
6. memfasilitasi mengubah posisi senyaman
mungkin
7. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
8. mengajarkan melakukan Teknik relaksasi nafas

33
dalam
9. mengajarkan mengubah posisi secara mandiri
10. kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu

1-11-2021 1. mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang S:


20.00-21.00 mengakibatkan kelelahan  pasien mengatakan kelelahan jika beraktivitas
2. memonitor kelelahan fisik dan emosional  pasien mengatakan kedua kaki terasa lemah jika
3. memonitor pola dan jam tidur berjalan
4. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama  Pasien mengatakan tidak mampu ke toilet
 Pasien mengatakan aktifitas dibantu keluarga
melakukan aktifitas
O:
5. menediakan lingkungan nyaman dan rendah  ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)  Pasien dapat melakukan beberapa aktivitas dengan
6. melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau bantuan
aktif  Pasien dapat berpindah dari berbaring ke posisi
7. memberikan aktifitas yang menenangkan semi fowler secara mandiri
8. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika  Dyspneu setelah beraktifitas
tidak dapat berpindah atau berjalan A : Masalah intoleransi aktifitas teratasi Sebagian
9. menganjurkan tirah baring P : intervensi dilanjutkan
1. memonitor kelelahan fisik dan emosional
10. menganjurkan melakukan aktifitas secara
2. memonitor pola dan jam tidur
bertahap
3. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
11. menganjurkan menghubungi perawat jika tanda
melakukan aktifitas
dan gejala kelelahan tidak berkurang
4. menediakan lingkungan nyaman dan rendah
12. kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
meningkatkan asupan makanan
5. melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif

34
6. memberikan aktifitas yang menenangkan
7. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
8. menganjurkan tirah baring
9. menganjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
10. kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
2-11-2021 1. mengidentifikasi rencana tranfusi S:
16.00-18.00 2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama  pasien mengatakan sudah tranfusi 1 kantong
dan setelah tranfusi darah kemaren sore
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.  badan masih terasa lemah, badan masih lemas
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah jika beraktifitas
meningkat, sakit kepala, konvulsi)  pasien mengatakan darah masih tersisa 3 di
4. memonitor reaksi tranfusi BANK darah
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah  Pasien mengatakan sudah memahami tujuan
6. memeriksa kepatenan akses intravena dilakukan tranfusi darah
7. memberikan nacl 0,9%50-100ml sebelum O:
melakukan tranfusi  Konjungtiva anemis,
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk  Kulit pucat
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam
 CRT 3 detik
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
Hb = 5.0 gr/dl
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah,
 Sedang tranfusi PRC 250 CC colf ke 2, darah
durasi dan respon pasien
sisa 2 colf di Bank darah, tranfusi dengan
11. menjelaskan tujuan dan prosedur tranfusi
protap incompatible
 Tidak ada tanda-alergi

35
TD : 130/80 mmHg, HR : 100x/mnt, T : 36,7
o
C, RR : 24 x/mnt SPO2 98%
 Terpasang O2 3 lpm nasal canule
A : Masalah perfusi perfusi perifer tidak efektif teratasi
Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. mengidentifikasi rencana tranfusi (tranfusi
darah 1 colf per hari dengan protap
incompatible)
2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama
dan setelah tranfusi
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah
meningkat, sakit kepala, konvulsi)
4. memonitor reaksi tranfusi
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah
6. memeriksa kepatenan akses intravena
7. memberikan nacl 0,9% 50-100ml sebelum
melakukan tranfusi
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah,
durasi dan respon pasien

36
2-11-2021 1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu S:
18.00-20.00 nafas
 Pasien mengatakan masih cepat merasakan
2. mengidentifikasi efek perubahan posisi
kelelahan
terhadap status pernafasan
3. memonitor status respirasi dan oksigenasi  Lelah bertambah jika saat beraktifitas
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas  nafas terasa lebih lega dengan posisi setengah
5. memberikan posisi semi fowler atau fowler duduk
6. memfasilitasi mengubah posisi senyaman  nafas terasa enak jika menggunakan oksigen
mungkin  pasien mengatakan jika sesak bertambah
7. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan melakukan nafas dalam
8. mengajarkan melakukan Teknik relaksasi DO:
nafas dalam  terpasang oksigen 3 lpm nasal canule
9. mengajarkan mengubah posisi secara mandiri  Pernafasan cuping hidung
10. kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika  RR : 24x/mnt
perlu
 SPO2 : 98%
 Pasien dapat melakukan Teknik nafas dalam
secara mandiri
A : masalah pola nafas tidak efektif teratasi Sebagian
P : Intervensi lanjutkan
1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu
nafas
2. mengidentifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pernafasan
3. memonitor status respirasi dan oksigenasi
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas

37
5. memberikan posisi semi fowler atau fowler
6. memfasilitasi mengubah posisi senyaman
mungkin
7. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
8. mengajarkan mengubah posisi secara mandiri
9. kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu

2-11-2021 1. memonitor kelelahan fisik dan emosional S:


20.00-21.00 2. memonitor pola dan jam tidur  pasien mengatakan sudah bisa beraktifitas ringan,
3. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan namun masih di tempat tidur
selama melakukan aktifitas  pasien mengatakan kedua kaki masih terasa lemah
jika berjalan
4. menediakan lingkungan nyaman dan rendah
 Pasien mengatakan tidak mampu ke toilet
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
 Pasien mengatakan aktifitas dibantu keluarga
5. melakukan latihan rentang gerak pasif  Pasien mengatakan tidur sering terjaga jika sesak
dan/atau aktif datang
6. memberikan aktifitas yang menenangkan O:
7. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika  ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
tidak dapat berpindah atau berjalan  Pasien dapat melakukan beberapa aktivitas dengan
8. menganjurkan tirah baring bantuan
9. menganjurkan menghubungi perawat jika  Pasien dapat berpindah dari berbaring ke posisi
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang semi fowler secara mandiri
 Dyspneu setelah beraktifitas
kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
 Diit lunak 1200kkal/hari
meningkatkan asupan makanan
 Tidur malam 5 jam dan sering trbangun
Tidur siang 2 jam
A : Masalah intoleransi aktifitas teratasi Sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. memonitor kelelahan fisik dan emosional

38
2. memonitor pola dan jam tidur
3. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas
4. menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
5. melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
6. memberikan aktifitas yang menenangkan
7. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
8. menganjurkan tirah baring
9. menganjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
3-11-2021 1. mengidentifikasi rencana tranfusi (tranfusi darah S :
16.00-18.00 1 colf per hari dengan protap incompatible)  pasien mengatakan sudah tranfusi 2 kantong
2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama darah,
dan setelah tranfusi  badan masih terasa lemah, badan masih lemas
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis. jika beraktifitas
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah  pasien mengatakan darah masih tersisa 2 di
meningkat, sakit kepala, konvulsi) BANK darah
4. memonitor reaksi tranfusi  Pasien mengatakan sudah memahami tujuan
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah dilakukan tranfusi darah
6. memeriksa kepatenan akses intravena O:
7. memberikan nacl 0,9% 50-100ml sebelum  Konjungtiva masih anemis,
melakukan tranfusi  Kulit pucat
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk
 CRT 3 detik
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam

39
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi Hb = 5.0 gr/dl
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah,  Sedang tranfusi PRC 250 CC colf ke 3, darah
durasi dan respon pasien sisa 1 colf di Bank darah, tranfusi dengan
protap incompatible
 Tidak ada tanda-alergi
TD : 130/80 mmHg, HR : 100x/mnt, T : 36,5
o
C, RR : 23x/mnt SPO2 98%
 Terpasang O2 2 lpm nasal canule
A : Masalah perfusi perfusi perifer tidak efektif
teratasi Sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. mengidentifikasi rencana tranfusi (tranfusi
darah 1 colf per hari dengan protap
incompatible)
2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama
dan setelah tranfusi
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah
meningkat, sakit kepala, konvulsi)
4. memonitor reaksi tranfusi
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah
6. memeriksa kepatenan akses intravena
7. memberikan nacl 0,9% 50-100ml sebelum
melakukan tranfusi
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam

40
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah,
durasi dan respon pasien

3-11-2021 1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu S


18.00-20.00 nafas
 Pasien mengatakan Lelah mulai berkurang
2. mengidentifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pernafasan  Lelah bertambah jika saat beraktifitas
3. memonitor status respirasi dan oksigenasi  nafas terasa lebih lega dengan posisi setengah
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas duduk
5. memberikan posisi semi fowler atau fowler  pasien mengatakan akan berlatih tanpa
6. memfasilitasi mengubah posisi senyaman menggunakan oksigen
mungkin  pasien mengatakan jika sesak bertambah
7. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan melakukan nafas dalam
8. mengajarkan mengubah posisi secara mandiri O:
9. kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu  terpasang oksigen 2 lpm nasal canule
 Pernafasan cuping hidung <
 RR : 23x/mnt
 SPO2 : 98%
 Pasien dapat melakukan Teknik nafas dalam
secara mandiri
A : masalah pola nafas tidak efektif teratasi Sebagian
P : Intervensi lanjutkan
1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu
nafas
2. memonitor status respirasi dan oksigenasi

41
3. mempertahankan kepatenan jalan nafas
4. memberikan posisi semi fowler atau fowler
5. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
3-11-2021 1. memonitor kelelahan fisik dan emosional S:
20.00-21.00 2. memonitor pola dan jam tidur  pasien mengatakan sudah bisa beraktifitas ringan,
3. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan namun masih di tempat tidur
selama melakukan aktifitas  pasien mengatakan kedua kaki masih terasa lemah
jika berjalan
4. menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
 Pasien mengatakan belum mampu ke toilet
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
 Pasien mengatakan aktifitas dibantu keluarga
5. melakukan latihan rentang gerak pasif  Pasien mengatakan tidur sering terjaga jika sesak
dan/atau aktif datang
6. memberikan aktifitas yang menenangkan O:
7. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika  ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
tidak dapat berpindah atau berjalan  Pasien dapat melakukan beberapa aktivitas dengan
8. menganjurkan tirah baring bantuan
9. menganjurkan menghubungi perawat jika  Pasien dapat berpindah dari berbaring ke posisi
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang semi fowler secara mandiri
 Dyspneu setelah beraktifitas
 Diit lunak 1200kkal/hari
 Tidur malam 5 jam dan sering trbangun
Tidur siang 2 jam
A : Masalah intoleransi aktifitas teratasi Sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. memonitor kelelahan fisik dan emosional
2. memonitor pola dan jam tidur
3. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas
4. menyediakan lingkungan nyaman dan rendah

42
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
5. melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
6. memberikan aktifitas yang menenangkan
7. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
8. menganjurkan tirah baring
9. menganjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang

43
44

Anda mungkin juga menyukai