Disusun oleh :
LAILA ISTIQOMAH
SRP 21318051
PONTIANAK
2021
A. DEFINISI
1
kromosom yang abnormal seperti pada sindrom Duwa, sindrom
klinefelter dan sindrom turner.
b. Defisiensi imun dan sefisiensi sumsum tulang
Sistem imunitas tubuh kita memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi sel yang berubah menjadi sel ganas. Gangguan pada
sistem tersebut dapat menyebabkan beberapa sel ganas lolos dan
selanjutnya berproliferasi hingga menimbulkan penyakit. Hipoplasia dari
sumsum tulang mungkin sebagai penyebab leukemia (Agung, 2010).
2. Faktor ekstrinsik
a. Faktor radiasi
Adanya efek leukemogenik dan ionisasi radiasi, dibuktikan
dengan tingginya insidensi leukemia pada ahli radiologi (sebelum
ditemukan alat pelindung), penderita dengan pembesaran kelenjar tymus,
Ankylosing spondilitis dan penyakit Hodgkin yang mendapat terapi
radiasi. Diperkirakan 10 % penderita leukemia memiliki latar belakang
radiasi Sebelum proteksi terhadap sinar rutin dilakukan, ahli radiologi
mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar. Penduduk
Hiroshima dan Nagasaki yang hidup sesudah ledakan bom atom tahun
1945 mempunyai insidensi LMA dan LMK sampai 20 kali lebih banyak.
Demikian pula pada penderita ankylosing spondilitis yang diobati
dengan sindar radioaktif lebih dari 2000 rads mempunyai insidensi LMA
14 kali lebih banyak (Agung ,2010).
b. Bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia terutama Hydrokarbon sangat berhubungan
dengan leukemia akut pada binatang dan manusia. Remapasan Benzen
dalam jumlah besar dan berlangsung lama dapat menimbulkan leukemia.
Penelitian Akroy et al (1976) telah membuktikan bahwa pekerja pabrik
sepatu di Turki yang kontak lama dengan benzen dosis tinggi banyak
yang menderita LMA . Kloramfenikol dan fenilbutazon diketahui
menyebabkan anemia aplastik berat, tidak jarang diketahui dikahiri
dengan leukemia, demikian juga dengan Arsen dan obat-obat
imunosupresif (Agung, 2010).
2
c. Infeksi virus
Virus menyebabkan leukemia pada beberapa dirating percobaan
di laboratorium. Peranan virus dalam timbulnya leukemia pada manusia
masih dipertanyakan. Diduga yang ada hubungannya dengan leukemia
adalah Human T-cell leukemia virus (HTLV-1), yaitu suatu virus RNA
yang mempunyai enzim RNA transkriptase yang bersifat karsinogenik
(Agung, 2010).
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia
pada binatang. Timbulnya leukemia dipengaruhi antara lain oleh umur,
jenis kelamin, strain virus, faktor imunologik serta ada tidaknya zat
kimia dan sinar radioaktif. Sampai sekarang tidak atau belum dapat
dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia adalah virus.
Walaupun demikian ada beberapa hasil penelitian yang menyokong teori
virus sebagai penyebab leukemia, antara lain enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalan virus onkogenik seperti retrovirus
tipe-C, yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
binatang (Agung, 2010).
C. PATOFISIOLOGI
Pada orang normal, tubuh mempunyai tiga jenis sel darah yang matur
1. Sel darah merah, yang berfunsi untuk mengangkut O2 masuk ke dalam
tubuh dan mengeluarkan CO2 dari dalam tubuh keluar lewat paru
2. Sel darah putih, yang berfungsi untuk melawan infeksi dan sebagai
pertahanan tubuh
3. Trombosit, yang befungsi untuk mengontrol faktor pembekuan di dalam
darah Sel-sel darah yang belum menjadi matur (matang) disebut sel-sel
induk (stem cells) dan blasts.
3
sumsum tulang mengalami kelainan atau mutasi. Hal ini disebabkan karena
kromosom 9 dan kromosom 22 (Hoffbrand, 2005).
Diagnosis CML dapat ditegakkan dengan adanya kromosom Philadelphia
(Ph) yang khas, terdapat pada kromosom 22 yang abnormal. Terjadinya
translokasi t(9;22)(q34;q11) antara kromosom 9 dan 22. Hal ini diakibatkan
dari proses protoonkogen Abelson (ABL) di kromosom 9 dipindahkan pada
gen Break Cluster Region (BCR) di kromosom 22 dan sebaliknya, bagian
kromosom 22 pindah ke kromosom 9 (Hoffbrand, 2005).
4
2. Perubahan terjadi pada gen BCR di daerah 54,4-kb atau el yang dikenal
dengan minor break cluster region (m-bcr) dan mensintesa p 190, yang
dapat mengakibatkan monositosis yang prominen pada pasien
3. Perubahan terjadi pada gen BCR di daerah e19-e20, dikenal sebagai micro
break cluster region (μ-bcr), yang selanjutnya akan terbentuk p230 yang
dapat mengakibatkan netrofilia dan/atau trombositosis
Mekanisme terbentuk dan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk Ph
menjadi CML dengan gejala klinis yang jelas masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa ahli berpendapat akibat pengaruh radiasi, sedangkan yang lain
berpendapat karena pengaruh mutasi spontan (Fadjari, 2006).
5
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis CML, menurut I Made (2006) dan Victor et al., (2005)
tergantung pada fase yang kita jumpai pada penyakit tersebut, yaitu:
1. Fase kronik terdiri atas :
a. Gejala hiperkatabolik : berat badan menurun, lemah, anoreksia,
berkeringat pada malam hari.
b. Splenomegali hampir selalu ada, sering massif.
c. Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan.
d. Gejala gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh hiperurikemia
akibat pemecahan purin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah.
e. Gangguan penglihatan dan priapismus.
f. Anemia pada fase awal sering tetapi hanya ringan dengan gambaran
pucat, dispneu dan takikardi.
g. Kadang-kadang asimtomatik, ditemukan secara kebetulan pada saat
check up atau pemeriksaan untuk penyakit lain.
2. Fase transformasi akut terdiri atas :
6
1. Leukemia myeloid kronik, Ph positif (CML, Ph+) (leukemia granulositik
kronik, CGL).
2. Leukemia mieloid kronik, Ph negative (CML, Ph-)
3. Leukemia myeloid kronik juvenilis
4. Leukemia netrofilik kronik
5. Leukemia eosinofilik
6. Leukemia mielomonositik kronik (CMML) Tetapi, sebagian besar (>95%)
CML tergolong sebagai CML, Ph+ (I Made, 2006).
1. Fase Kronik : pada fase ini pasien mempunyai jumlah sel blast dan sel
premielosit kurang dari 5% di dalam darah dan sumsum tulang. Fase ini
ditandai dengan over produksi granulosit yang didominasi oleh netrofil
segmen. Pasien mengalami gejala ringan dan mempunyai respon baik
terhadap terapi konvensional.
2. Fase Akselerasi atau transformasi akut : fase ini sangat progresif,
mempunyai lebih dari 5% sel blast namun kurang dari 30%. Pada fase ini
leukosit bisa mencapai 300.000/mmk dengan didominasi oleh eosinofil dan
basofil. Sel yang leukemik mempunyai kelainan kromosom lebih dari satu
(selain Philadelphia kromosom).
3. Fase Blast (Krisis Blast) : pada fase ini pasien mempunyai lebih dari 30% sel
blast pada darah serta sumsum tulangnya. Sel blast telah menyebar ke
jaringan lain dan organ diluar sumsum tulang. Pada fase ini penyakit ini
berubah menjadi Leukemia Myeloblastik Akut atau Leukemia Lympositik
Akut. Kematian mencapai 20%.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Made (2006) memaparkan beberapa pemeriksaan penunjang untuk CML yaitu:
1. Laboratorium
a. Darah rutin:
7
1) Anemia mula-mula ringan menjadi progresif pada fase lanjut (fase
transformasi akut), bersifat normokromik normositer.
2) Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/100 m.
b. Gambaran darah tepi:
1) Leukositosis berat 20.000-50.000/mm3 pada permulaan kemudian
biasanya lebih dari 100.000/mm3.
2) Menunjukkan spectrum lengkap seri granulosit mulai dari mieloblast
sampai netrofil, komponen paling menonjol adalah segmen netrofil
(hipersegmen) dan mielosit. Metamielosit, promielosit, dan
mieloblast juga dijumpai. Sel blast < 5%. Sel darah merah
bernukleus.
3) Jumlah basofil dalam darah meningkat.
4) Trombosit bisa meningkat, normal atau menurun. Pada fase awal
lebih sering meningkat.
5) Fosfatase alkali netrofil (neutrophil alkaline phosphatase) selalu
rendah.
c. Gambaran sumsum tulang
1) Hiperseluler dengan system granulosit dominan. Gambarannya mirip
dengan apusan darah tepi. Menunjukkan spektrum lengkap seri
myeloid, dengan komponen paling banyak ialah netrofil dan mielosit.
Sel blast kurang dari 30 %. Megakariosit pada fase kronik normal
atau meningkat.
2) Sitogenik: di jumpai adanya Philadelphia (Ph1) kromosom pada 95
% kasus.
3) Vitamin B12 serum dan B12 binding capacity meningkat.
4) Kadar asam urat serum meningkat.
5) Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dapat mendeteksi
adanya
6) chimeric protein bcr-abl pada 99% kasus (I Made, 2006).
2. Pemeriksaan penunjang lain
8
a. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau
lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast,
dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.
b. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan.
c. David et al., (2009) menambahkan pemeriksaan lain, yaitu tes untuk
mendeteksi adanya kromosom Philadelphia.
G. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Fase kronik
1) Busulphan (Myleran), dosis : 0,1-0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit
diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit
turun setengahnya. Obat di hentikan jika leukosit 20.000/mm3.
Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3. Efek smaping
dapat berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan, fibrosis paru,
bahaya timbulnya leukemia akut (I Made, 2006).
2) Hydroxiurea, bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit dna
mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik,
tetapi biasanya perlu diberikan seumur hidup (Victor et al., 2005).
Dosis mulai dititrasi dari 500 mg sampai 2000 mg. Kemudian
diberikan dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000-
15.000/mm3. Efek samping lebih sedikit (I Made, 2006).
3) Interferon α juga dapat mengontrol jumlah sel darah putih dan dapat
menunda onset transformasi akut, memperpanjang harapan hidup
menjadi 1-2 tahun (Atul & Victor, 2005). IFN-α biasanya digunakan
bila jumlah leukosit telah terkendali oleh hidroksiurea. IFN-α
merupakan terapi pilihan bagi kebanyakan penderita leukemia
Mielositik (CML) yang terlalu tua untuk transplantasi sumsum tulang
(BMT) atau yang tidak memiliki sumsum tulang donor yang cocok.
Interferon alfa diberikan pada rata-rata 3-5 juta IU / d subkutan
(Emmanuel, 2010). Tujuannya adalah untuk mempertahankan jumlah
leukosit tetap rendah (sekitar 4x109/l). Hampir semua pasien
9
menderita gejala penyakit ”mirip flu” pada beberapa hari pertama
pengobatan. Komplikasi yang lebih serius berupa anoreksia, depresi,
dan sitopenia. Sebagian kecil pasien (sekitar 15%) mungkin
mencapai remisi jangka panjang dengan hilangnya kromosom Ph
pada analisis sitogenik walaupun gen fusi BCR-ABL masih dapat
dideteksi melalui PCR. (Victor et al., 2005).
4) STI571, atau mesylate imatinib (Gleevec), merupakan obat yang
sedang diteliti dalam percobaan klinis dan tampaknya memberikan
hasil yang menjanjikan. Zat STI 57I adalah suatu inhibitor spesifik
terhadap protein ABL yaitu tiroksin kinase sehingga dapat menekan
proliferasi seri myeloid. Gleevec mengontrol jumlah darah dan
menyebabkan sumsum tulang menjadi Ph negative pada sebagian
besar kasus. Obat ini mungkin menjadi lini pertama pada CML, baik
digunakan sendiri atau bersama dengan interferon atau obat lain
(Atul & Victor, 2005; Emmanuel, 2010; Victor et al., 2005; I Made,
2006)
5) Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell transplantation,
SCT) sebelum usia 50 dari saudara kandung yang HLA-nya cocok
memungkinkan kesembuhan 70% pada fase kronik dan 30% atau
kurang pada fase akselerasi (Atul & Victor, 2005).
b. Fase akselerasi dan fase blast
10
transplantasi sumsum tulang (Atul & Victor, 2005). Prognosis: Sekitar
20-30% penderita meninggal dalam waktu 2 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis dan setelah itu sekitar 25% meninggal setiap tahunnya.
Banyak penderita yang bertahan hidup selama 4 tahun atau lebih setelah
penyakitnya terdiagnosis, tetapi pada akhirnya meninggal pada fase
akselerasi atau krisis blast. Angka harapan hidup rata-rata setelah krisis
blast hanya 2 bulan, tetapi kemoterapi kadang bisa memperpanjang
harapan hidup sampai 8-12 bulan (Agung, 2010).
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a. Riwayat penyakit: pengobatan kanker sebelumnya
b. Riwayat keluarga: adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter
misal kembar monozigot)
c. Kaji adanya tanda-tanda anemia: kelemahan, kelelahan, pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
d. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia: demam, stomatitis, gejala infeksi
pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul
kemerahan atau hiotam tanpa pus
e. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia: ptechiae, purpura, perdarahan
membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-
tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
f. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.
11
2. Perencanaan keperawatan:
12
4. Proses berpikir terganggu 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
5. Menarik diri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
6. Berfokus pada diri sendiri 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
7. diaforesis Kolaborasi
1. 1. Kola borasi pemberian analgetik, jika perlu
i. 2. j. D.0009 perfusi perifer tidak efektif L.02011 perfusi perifer I.02089 Tranfusi darah
k. Definisi : penurunan sirkulasi darah Ekspektas : meningkat Tindakan :
pada kapiler yang dapat Kriteria Hasil : Observasi
mengganggu metabolisme tubuh 1. Denyut nadi perifer meningkat 1. Identifikasi rencana tranfusi
2. Warna kulit pucat menurun 2. Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama dan setelah
m. Gejala dan tanda mayor 3. Pengisian kapiler cukup tranfusi
n. Subjektf : membaik 3. Monitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.
o. Objektif : 4. Akral cukup membaik Dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah meningkat, sakit
1. Pengisian kapiler >3 5. Turgor kulit cukup membaik kepala, konvulsi)
detik 4. Monitor reaksi tranfusi
2. Nadi perifer menurun Terapeutik
dan tidak teraba 1. Lakukan pengecekan ganda pada lebel darah
3. Akral teraba dingin 2. Periksa kepatenan akses intravena
4. Warna kulit pucat 3. Berikan Nacl 0,9%50-100ml sebelum melakukan tranfusi
5. Turgor kulit menurun 4. Atur kecepatan aliran tranfusi esuai produk darah 10-
Gejala dan tanda minor 14ml/KgBB dalam 2-4 jam
Subjektif 5. Hentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
Parastesia 6. Dokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah, durasi dan respon
Nyeri ekstremitas (klaudikasi pasien
intermiten) Edukasi
Objektif 1. Jelaskan tujuan dan prosedur tranfusi
1. Edema 2. Jelaskan tanda dan gejala reaksi tranfusi yang perlu dilaporkan
2. Penyembuhan luka lambat (mis. Gatal, pusing, sesak nafas, dan atau nyeri dada)
3. Indeks ankle brachial<0,09
13
4. Bruit femoral
14
4. D.0056 Intoleransi aktifitas L.05047 toleransi aktifitas I.05178 manajemen energi
Ekspektasi : meningkat Definisi : mengidentifikasikan dan mengelola penggunssn energi
Definisi : ketidakcukupan energi Kriteria hasil : untuk mengatasi kelelahan atau menvefah kelelahan dan
untuk melakukan aktifitas sehari- 1. Frekuensi nadi menurun mengoptimalkan proses pemulihan
hari 2. Saturasi oksigen meningkat Tindakan :
Gejala dan tanda mayor 3. Kemudahan dalam melakukan Observasi
asktivitas sehari-hari 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
Subjektif : meningkat kelelahan
1. Mengeluh kelelahan 4. Kecepatan berjalan meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
objektif 5. Jarak jalan meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
6. Kekuatan tubuh bagian atas 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
1. Frekuensi jantung meningkat meningkat aktifitas
> 20% dari kebutuhan 7. Kekuatan tubuh bagian bawah Terapeutik
istirahat. meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Gejala dan tanda minor 8. Keluhan lelah menurun Cahaya, suara, kunjungan)\
Subjektif 9. Perasaan lelah menurun 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas 10. Frekuensi nafas membaik 3. Berikan aktifitas yang menenangkan
2. Merasa tidak nyaman setelah 4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
beraktifitas berpindah atau berjalan
3. Merasa lemah . Edukasi
Objektif 1. Anjurkan tirah baring
1. Tekanan darah berubah > 2. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
20% dari kondidi istirahat 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
2. Gambaran EKG kelelahan tidak berkurang
Menunjukkan aritmia Kolaborasi
saat/setelah aktifitas Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
3. Gambaran EKG makanan
menunjukkan iskemia
4. Sianosis
Kondisi terkait :
15
Anemia
5. D.0005 Pola nafas tidak efektif L.01004 : Pola nafas I.01002 dukungan ventilasi
Ekspektasi : membaik Tindakan
Definisi :inspirasi dan ekspirasi yang Kriteria Hasil : Observasi
tidak memberikan ventilasi 1. ventilasi semenit meningkat 1. identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
adekuat 2. dyspneu menurun 2. identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan
Ditandai dengan : 3. penggunaan otot bantu nafas 3. monitor status respirasi dan oksigenasi
menurun terapeutik
Gejala dan tanda mayor : 4. frekuensi nafas membaik 1. pertahankan kepatenan jalan nafas
Subjektif : 5. pernafasan cuping hidung 2. berikan posisi semi fowler atau fowler
menurun 3. fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
Dispnea 4. berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
edukasi
Objektif :
1. ajarkan melakukan Teknik relaksasi nafas dalam
1. Penggunaan otot bantu nafas 2. ajarkan mengubah posisi secara mandiri
2. Fase ekspirasi memanjang kolaborasi
3. Pola nafas abnormal kolaborasi pemberian kronkhodilator, jika perlu
16
Jam Masuk : 29-10-2021
Tanggal Pengkajian : 1-11-2021
No. RM : 033598
Jam Pengkajian : 16.00
Diagnosa Masuk : CML
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. S
2. Penanggung jawab Biaya : Sdr. V
3. Umur : 46 thn
4. Nama : Tn. S
5. Suku/Bangsa : Indonesia
6. Alamat : jln. Gajahmada gg. gajahmada
7. Agama : konghu chu
8. Pendidikan : SMA
9. Pekerjaan : swasta
10. Alamat : jln. Gajahmada gg. gajahmada
17
3. Riwayat alergi ya tidak
jenis…………………….................................................
4. Riwayat operasi ya tidak
kapan……………………...............................................
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
ya tidak
jenis…………………..........................................................................
S : 37OC N :120C/menit
Kesadaran :
Sopor Koma
2. Sistem Pernafasan
a. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
gallop lain-lain...................
d. CRT >3 detik
e. Akral hangat panas dingin kering basah
f. JVP normal meningkat menurun
Masalah keperawatan :
Gangguan perfusi jaringan perifer
4. Sistem Persyarafan
a. GCS :15
5. Sistem perkemihan
19
gross hematuri poliuria
disuria oliguria
retensi hesistensi
c. Produksi urine 1500 ml/hari
Warna : kuning jernih
d. Kandung kemih : tidak ada distensi pada kandung kemih
6. Sistem pencernaan
b. Kekuatan otot
5 5
5 5
c. Kelainan ekstremitas ya tidak
e. Fraktur ya tidak
20
f. Traksi/spalk/gips ya tidak
h. Kulit
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
c. Hipoglikemia ya tidak nilai GDA : 120
d. Hiperglikemia ya tidak nilai GDA : 120
e. Luka ganggren ya tidak lokasi :
Masalah keperawatan................................
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Mandi : 1x/hari
2. Keramas: 1x/5hari
3. Memotong kuku :14hr
4. Merokok : ya tidak
5. Alkohol : ya tidak
Masalah keperawatan :...............................................
21
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
22
1000cc/hari
Ciprofloxacin 2x200mg iv
Mecobalamin 2x500mg iv
23
ANALISA DATA
26
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
Usia : 46 Tahun
No CM : 033598
DM : CML
NO DX KEPERAWATAN TTD
27
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
Usia : 46 Tahun
No CM : 033598
DM : CML
29
melakukan asktivitas sehari- selama melakukan aktifitas
hari meningkat 5. Sediakan lingkungan nyaman dan
4. Kecepatan berjalan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
meningkat kunjungan)\
5. Jarak jalan meningkat 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
6. Kekuatan tubuh bagian atas dan/atau aktif
meningkat 7. Berikan aktifitas yang menenangkan
7. Kekuatan tubuh bagian 8. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
bawah meningkat tidak dapat berpindah atau berjalan
8. Keluhan lelah menurun 9. Anjurkan tirah baring
9. Perasaan lelah menurun 10. Anjurkan melakukan aktifitas secara
10. Frekuensi nafas membaik bertahap
11. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
. berkurang
12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
Usia : 46 Tahun
No CM : 033598
DM : CML
31
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah, incompatible
durasi dan respon pasien Tidak ada tanda-alergi
11. menjelaskan tujuan dan prosedur tranfusi TD : 138/80 mmHg, HR : 110x/mnt, T : 36,5
12. menjelaskan tanda dan gejala reaksi tranfusi o
C, RR : 24x/mnt SPO2 98%
yang perlu dilaporkan (mis. gatal, pusing, sesak Terpasang O2 4 lpm nasal canule
nafas, dan atau nyeri dada) A : masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi
Sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. mengidentifikasi rencana tranfusi
2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama
dan setelah tranfusi
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah
meningkat, sakit kepala, konvulsi)
4. memonitor reaksi tranfusi
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah
6. memeriksa kepatenan akses intravena
7. memberikan nacl 0,9%50-100ml sebelum
melakukan tranfusi
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah,
durasi dan respon pasien
11. menjelaskan tujuan dan prosedur tranfusi
1-11-2021 1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu S:
32
18.00-20.00 nafas
Pasien mengatakan masih cepat merasakan
2. mengidentifikasi efek perubahan posisi terhadap
kelelahan
status pernafasan
3. memonitor status respirasi dan oksigenasi Lelah bertambah jika saat beraktifitas
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas nafas terasa pendek
5. memberikan posisi semi fowler atau fowler nafas terasa lebih lega dengan posisi setengah
6. memfasilitasi mengubah posisi senyaman duduk
mungkin nafas terasa enak jika menggunakan oksigen
7. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan DO:
8. mengajarkan melakukan Teknik relaksasi nafas terpasang oksigen 5 lpm nasal canule
dalam Pernafasan cuping hidung
9. mengajarkan mengubah posisi secara mandiri
RR : 24x/mnt
10. kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu
SPO2 : 98%
A : masalah pola nafas tidak efektif teratasi Sebagian
P : Intervensi lanjutkan
1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu
nafas
2. mengidentifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pernafasan
3. memonitor status respirasi dan oksigenasi
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas
5. memberikan posisi semi fowler atau fowler
6. memfasilitasi mengubah posisi senyaman
mungkin
7. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
8. mengajarkan melakukan Teknik relaksasi nafas
33
dalam
9. mengajarkan mengubah posisi secara mandiri
10. kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu
34
6. memberikan aktifitas yang menenangkan
7. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
8. menganjurkan tirah baring
9. menganjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
10. kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
2-11-2021 1. mengidentifikasi rencana tranfusi S:
16.00-18.00 2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama pasien mengatakan sudah tranfusi 1 kantong
dan setelah tranfusi darah kemaren sore
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis. badan masih terasa lemah, badan masih lemas
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah jika beraktifitas
meningkat, sakit kepala, konvulsi) pasien mengatakan darah masih tersisa 3 di
4. memonitor reaksi tranfusi BANK darah
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah Pasien mengatakan sudah memahami tujuan
6. memeriksa kepatenan akses intravena dilakukan tranfusi darah
7. memberikan nacl 0,9%50-100ml sebelum O:
melakukan tranfusi Konjungtiva anemis,
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk Kulit pucat
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam
CRT 3 detik
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
Hb = 5.0 gr/dl
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah,
Sedang tranfusi PRC 250 CC colf ke 2, darah
durasi dan respon pasien
sisa 2 colf di Bank darah, tranfusi dengan
11. menjelaskan tujuan dan prosedur tranfusi
protap incompatible
Tidak ada tanda-alergi
35
TD : 130/80 mmHg, HR : 100x/mnt, T : 36,7
o
C, RR : 24 x/mnt SPO2 98%
Terpasang O2 3 lpm nasal canule
A : Masalah perfusi perfusi perifer tidak efektif teratasi
Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. mengidentifikasi rencana tranfusi (tranfusi
darah 1 colf per hari dengan protap
incompatible)
2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama
dan setelah tranfusi
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah
meningkat, sakit kepala, konvulsi)
4. memonitor reaksi tranfusi
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah
6. memeriksa kepatenan akses intravena
7. memberikan nacl 0,9% 50-100ml sebelum
melakukan tranfusi
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah,
durasi dan respon pasien
36
2-11-2021 1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu S:
18.00-20.00 nafas
Pasien mengatakan masih cepat merasakan
2. mengidentifikasi efek perubahan posisi
kelelahan
terhadap status pernafasan
3. memonitor status respirasi dan oksigenasi Lelah bertambah jika saat beraktifitas
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas nafas terasa lebih lega dengan posisi setengah
5. memberikan posisi semi fowler atau fowler duduk
6. memfasilitasi mengubah posisi senyaman nafas terasa enak jika menggunakan oksigen
mungkin pasien mengatakan jika sesak bertambah
7. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan melakukan nafas dalam
8. mengajarkan melakukan Teknik relaksasi DO:
nafas dalam terpasang oksigen 3 lpm nasal canule
9. mengajarkan mengubah posisi secara mandiri Pernafasan cuping hidung
10. kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika RR : 24x/mnt
perlu
SPO2 : 98%
Pasien dapat melakukan Teknik nafas dalam
secara mandiri
A : masalah pola nafas tidak efektif teratasi Sebagian
P : Intervensi lanjutkan
1. mengidentifikasi adanya kelelahan otot bantu
nafas
2. mengidentifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pernafasan
3. memonitor status respirasi dan oksigenasi
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas
37
5. memberikan posisi semi fowler atau fowler
6. memfasilitasi mengubah posisi senyaman
mungkin
7. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
8. mengajarkan mengubah posisi secara mandiri
9. kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu
38
2. memonitor pola dan jam tidur
3. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas
4. menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
5. melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
6. memberikan aktifitas yang menenangkan
7. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
8. menganjurkan tirah baring
9. menganjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
3-11-2021 1. mengidentifikasi rencana tranfusi (tranfusi darah S :
16.00-18.00 1 colf per hari dengan protap incompatible) pasien mengatakan sudah tranfusi 2 kantong
2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama darah,
dan setelah tranfusi badan masih terasa lemah, badan masih lemas
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis. jika beraktifitas
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah pasien mengatakan darah masih tersisa 2 di
meningkat, sakit kepala, konvulsi) BANK darah
4. memonitor reaksi tranfusi Pasien mengatakan sudah memahami tujuan
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah dilakukan tranfusi darah
6. memeriksa kepatenan akses intravena O:
7. memberikan nacl 0,9% 50-100ml sebelum Konjungtiva masih anemis,
melakukan tranfusi Kulit pucat
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk
CRT 3 detik
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam
39
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi Hb = 5.0 gr/dl
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah, Sedang tranfusi PRC 250 CC colf ke 3, darah
durasi dan respon pasien sisa 1 colf di Bank darah, tranfusi dengan
protap incompatible
Tidak ada tanda-alergi
TD : 130/80 mmHg, HR : 100x/mnt, T : 36,5
o
C, RR : 23x/mnt SPO2 98%
Terpasang O2 2 lpm nasal canule
A : Masalah perfusi perfusi perifer tidak efektif
teratasi Sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. mengidentifikasi rencana tranfusi (tranfusi
darah 1 colf per hari dengan protap
incompatible)
2. memonitor tanda-tanda vital sebelum, selama
dan setelah tranfusi
3. memonitor tanda-tanda kelebihan cairan (mis.
dispnea,takikardia,sianosis, tekanan darah
meningkat, sakit kepala, konvulsi)
4. memonitor reaksi tranfusi
5. melakukan pengecekan ganda pada lebel darah
6. memeriksa kepatenan akses intravena
7. memberikan nacl 0,9% 50-100ml sebelum
melakukan tranfusi
8. mengatur kecepatan aliran tranfusi esuai produk
darah 10-14ml/kgbb dalam 2-4 jam
40
9. menghentikan tranfusi jika ada reaksi tranfusi
10. mendokumentasi tanggal, waktu, jumlah darah,
durasi dan respon pasien
41
3. mempertahankan kepatenan jalan nafas
4. memberikan posisi semi fowler atau fowler
5. memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
3-11-2021 1. memonitor kelelahan fisik dan emosional S:
20.00-21.00 2. memonitor pola dan jam tidur pasien mengatakan sudah bisa beraktifitas ringan,
3. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan namun masih di tempat tidur
selama melakukan aktifitas pasien mengatakan kedua kaki masih terasa lemah
jika berjalan
4. menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
Pasien mengatakan belum mampu ke toilet
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
Pasien mengatakan aktifitas dibantu keluarga
5. melakukan latihan rentang gerak pasif Pasien mengatakan tidur sering terjaga jika sesak
dan/atau aktif datang
6. memberikan aktifitas yang menenangkan O:
7. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
tidak dapat berpindah atau berjalan Pasien dapat melakukan beberapa aktivitas dengan
8. menganjurkan tirah baring bantuan
9. menganjurkan menghubungi perawat jika Pasien dapat berpindah dari berbaring ke posisi
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang semi fowler secara mandiri
Dyspneu setelah beraktifitas
Diit lunak 1200kkal/hari
Tidur malam 5 jam dan sering trbangun
Tidur siang 2 jam
A : Masalah intoleransi aktifitas teratasi Sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. memonitor kelelahan fisik dan emosional
2. memonitor pola dan jam tidur
3. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas
4. menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
42
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
5. melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
6. memberikan aktifitas yang menenangkan
7. memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
8. menganjurkan tirah baring
9. menganjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
43
44