Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT LEUKEMIA


LIMFOSITIK AKUT (ALL)

Disusun oleh:

Aulia Rahma (183110165)

II.A

DOSEN PEMBIMBING:

Delima ,S.Pd.M.Kes

PRODI DIII KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia Limfositik/Limfoblastik Akut (LLA) adalah penyakit yang berkaitan
dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya berlebihan dan berubah menjadi tidak
normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang seharusnya membentuk
limfosit berubah menjadi ganas. LLA merupakan kanker yang paling banyak
dijumpai pada anak, yaitu 25-30 % dari seluruh jenis kanker pada anak. Angka
kejadian tertinggi dilaporkan antara usia 3-6 tahun, dan anak lelaki lebih banyak
daripada anak perempuan. Gejala yang perlu diwaspadai antara lain, tubuh lemah dan
sesak nafas akibat anemia, infeksi dan demam akibat kekurangan sel darah putih yang
normal, serta pendarahan akibat kurangnya trombosit. Pendarahan yang terjadi
biasanya berupa pendarahan hidung, pendarahan gusi, serta mudah memar dan
bercak-bercak kebiruan di kulit. Sel-sel leukemia dalam otak bisa menyebabkan sakit
kepala, muntah dan gelisah, sedangkan sel-sel kanker dalam sumsum tulang
menyebabkan nyeri tulang dan sendi (Rulina, 2003).

ALL merupakan penyakit yang paling umum pada anak (25 % dari seluruh
kanker yang terjadi). Di Amerika Serikat, kira-kira 2400 anak dan remaja menderita
ALL setiap tahun. Insiden ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anak-anak kulit putih
daripada kulit hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana kejadian
ALL lebih tinggi pada anak laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per
100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun. Puncak insiden pada umur 2-5 tahun dan
menurun pada dewasa (Moh. Supriatna, 2002).

Peran perawat dalam menangani kasus Leukemia Limfositik Akut sangatlah


penting. Hal ini berkaitan dengan penyakit Leukemia Limfositik Akut yang masih
asing bagi masyarakat awam. Sehingga peran perawat dapat menjadi pendidik yang
memberikan informasi tentang pengertian, tujuan, efek samping, dan perawatan pada
anak yang menjalani kemoterapi. Di samping itu Leukemia Limfositik Akut termasuk
dalam penyakit terminal yang membutuhkan prinsip perawatan paliatif dalam
mengelola anak. Banyaknya insiden Leukemia Limfositik Akut diperlukan
pengetahuan dan penguasaan materi untuk melakukan asuhan keperawatan yang
adekuat pada pasien anak Leukemia Limfositik Akut.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah :

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada anak dengan
Leukemia Limfositik Akut di Bangsal Anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang.

2. Tujuan Khusus
A. konsep dasar dari penyakit Leukemia Limfositik Akut meliputi
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Gejala Klinis
4. Patofisiologi
5. Woc
6. Komplikasi
7. Klasifikasi
8. Pemeriksaan penunjang
9. Terapi/penatalaksanaan
B. Konsep dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Leukemia Limfositik
Akut(ALL)
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.Konsep Dasar Penyakit Akut Limfositik Leukimia (ALL)


1. DEFINISI
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai darah putih pada
tahun 1874 yang merupakan penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferenstasi
dan poliferasi sel induk hematopoetik. Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis
dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa . Sifat khas leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal.

Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua keganasan pada anak dan terdiri
dari 2 tipe yaitu Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 82% dan Leukemia Mieloblastik
Akut (LMA) 18%. Klasifikasi LLA didasarkan atas morfologi sel leukemia dari
sediaan apus darah tepi dan sumsum tulang, penanda imunologik, sitogenetik,
pewarnaan sitokimia, imunofenotip, biologi molekular atau kombinasi dari
pemeriksaan tersebut. Keseluruhan peningkatan jumlah sel-sel leukemia adalah
akibat dari proses akumulasi dan juga penurunan jumlah sel-sel yang mati akibat
resistensi sel-sel leukemia terhadap apoptosis

Akut Limfositik Leukimia (All) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia


tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum
tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang
disertai dengan penyebaran organ-organ lain. Leukemia tergolong kronis bila
ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda. Selain akut dan kronik,
ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang ditemukan pada bayi umur 4
minggu atau bayi yang lebih muda. Leukimia Limfositik akut adalah suatu
keganasan pada sel – sel precursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan
berdiferensiasi menjadi limfosit T dan Limfosit B.
Leukemia Limfositik Akut adalah leukemia yang berkembang cepat dan progresif
ditandai dengan penggantian sumsum tulang normal oleh sel-sel blas yang dihasilkan
dari pembelahan sel-sel induk (stem sel) yang bertransformasi maligna. Leukemia
pada anak sebagian besar (95 %) merupakan bentuk akut dan 5 % bentuk kronik .

2. PENYEBAB/ FAKTOR PREDIPOSISI


a. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
b. Faktor endogen seperti ras
c. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
d. Virus : Dalam banyak percobaan telah banyak fakta bahwa RNA Virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primate. Salah satu yang
terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell
Leukemia.
Faktor predisposisi:
a. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
b. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen anti neoplastik.
d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
e. Kelainan kromosom

3. GEJALA KLINIS
1. Anak kelihatan pucat.
2. Demam.
3. Anemia.
4. Perdarahan: ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi.
5. Kelemahan.
6. Nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan.
7. Pembesaran hepar dan lien.
8. Gejala tidak khas: sakit sendi atau tulang karena infiltrasi sel-sel ganas.
9. Jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat, dapat ditemukan tanda
meningitis.
10. Peningkatan cairan cerebrospinal mengandung protein.
11. Penurunan glukosa.

4. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah dan leukosit atau
sel darah putih serta trombosit dan keeping darah. Seluruh sel darah normal diperoleh
dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat
dibagi ke dalam lymphoid dan sel batang darah, dimana pada kebalikannya menjadi
cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tunggal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel – sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya
dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai
dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajad kementahannya
merupakan petunjuk untuk menentukan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi
ditemukan sel muda lomfoblas dan biasanya ada leukositosis,. Jumlah leukosit
neutrofil seringkali rendah demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil
pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukan sel – sel blas yang dominan.
Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, pre B, Early B, sel B
intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma.
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur dalam jumlah berlebih. Leukosit
imatur ini menyusup e berbagai organ termasuk sumsum tulang dan menggantikan
unsure – unsure sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang
dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini
menyebabkan haemopoesis normal terhambat akibatnya terjadi penurunan jumlah
leucosit, sel darah merah, dan trombosit. Infiltrasi kanker ke berbagai organ
menyebabkan pembesaran hati, limpa, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang dan
persendian.
5. PATHWAY

Faktor Internal ( Genetik dan Imunologi) Faktor Eksternal


(Karsinogenik agent,
obat-obatan, radiasi)

LEUKEMIA
Proliferasai linfoblas abnormal dlm sumsum tulang

ALL

Gangguan pembentukan Leuko memfagosit


leukosit Eritroit&trombosit Gangguan pembentukan
komponen darah

Resiko perdarahan
Leukopeni yang tidak Anemia
terkontrol

Daya tahan Faktor Psikologis


Tubuh turun (efek kemoterapi, mual,anorexia)

WBC turun Mual, muntah Ketidakseimbangan :


Nutrisi kurang dari
Diare,perdarahan kebutuhan tubuh
Resiko Infeksi

Leukositosi
Resiko
Kurang Energi, lesu,
Ketidakseimban
Nyeri akut gan cairan Peningkatan kebutuhan
istirahat.

Keletihan
6. KOMPLIKASI
a. Perdarahan akibat defisiensi trombosit
b. Infeksi akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai
derajat netropenia dan disfungsi imun
c. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal akibat penghancuran sel besar-
besaran saat kemoterapi meningkatkan kadar asam urat sehingga perlu
asupan cairan yang tinggi
d. Anemia
e. Masalah Gastrointestinal : mual, muntah, anoreksia, diare.

7. KLASIFIKASI
a) Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b) Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih
banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK
jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran
LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa
gejala selamabertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar
biasa, limpa membesar.
c) Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
d) Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak,
laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah
usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan anemia
2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10g/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
4. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah ( < 50.000/mm)
5. Asam urat serum / urine : mungkin meningkat
6. Biopsi sumsum tulang
7. Foto dada dan biopsy nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan.

9. Terapi/tindakan penanganan
Program terapi
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
 Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari
10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
 Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi,adalah sebagai
berikut:
a) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker
sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi
dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara
sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang
tampak.
b) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
c) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
d) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa
remisi

2. fase Pelaksanaan Kemoterapi:


1) Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
2) Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui
intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
3) Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis
dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan

Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar
pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun
remisi terus menerus.

Tatalaksana pada LLA terdiri dari medikamentosa yaitu kemoterapi, sesuai


dengan protokol LLA Indonesia 2006 dan nonmedikamentosa yaitu pengobatan
penunjang.
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ( Data Subyektif/Obyektif)
A.Data Subjektif
a) Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
b) Riwayat Penyakit
c) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, Anemia, lemas, nyeri pada tulang dan persendian
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita penyakit lain sebelumnya.
e) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi
atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu
hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan
ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan
ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare,
muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
f) Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.
g) Riwayat kesehatan keluarga.
Apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama.
h) Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah
yang mengasuh anak ? Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman
sebayanya ?
i) 14 Kebutuhan BIO-PSIKO-SOSIAL-KULTURAL
a. Bernapas : apakah ada gangguan bernapas, adakah suara napas tambahan
b. Makan dan Minum : Keadaan sebelum sakit ( nafsu makan, makan berapa
kali, jenis makanan pokok) keadaan saat sakit bagaimana ada perubahan dari
sebelum sakit dengan saat sakit.
c. Eleminasi ( BAB dan BAK) : Melakukan sendiri atau dibantu, frekuensi,
warna, bau, konsistensi.
d. Aktifitas : apakah lemas, bermain aktif, teman bermain, permainan yang
disukai
e. Rekreasi : pernah/jarang, jenis rekreasi
f. Istirahat dan tidur : Kualitas tidur, lama tidur, biasa tidur siang atau tidak.
g. Kebersihan diri : mandi sendiri atau dibantu, gosok gigi, mengeringkan
dengan handuk, menggunakan sabaun atau tidak
h. Pengaturan suhu tubuh
i. Rasa nyaman
j. Rasa aman
k. Belajar : pengetahuan mengenai penyakitnya
l. Prestasi : kemajuan dan perkembangan yang ditunjukkan anak terhadap proses
penyakitnya
m. Hubungan sosial anak: hubungan dengan keluarga dan teman di sekitarnya
n. Melaksanakan ibadah : kebiasaan, bantuan yang diperlukan terutama saat
anak sakit.

B.Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,
nadi, respirasi dan suhu.
b) Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Lihat kelainan yang mungkin terjadi pada ukuran kepala, perataan penyebaran
rambut biasanya tidak merata karena dengan pengobatan kemo sering terjadi rambut
rontok
 Muka/ Wajah.
Wajah pucat
 Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman
penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva
 Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
 Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya, jumlahnya ?
 Mulut
Kebersihan di area mulut, bibir pecah pecah, keadaan lidah.
 Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring.
 Leher
pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugularis ?
 Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale ? Pada auskultasi,
adakah suara napas tambahan ?
 Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya,Adakah bunyi
tambahan ,Adakah bradicardi atau tachycardia ,
 Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah hepar ?
 Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat
oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
 Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
 Genetalia

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1) Resiko infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan pengetahuan tubuh
sekunder ( Imunosupresi = menurunnya sistem pertahanan tubuh )
(SDKI,Hal 304)
2) Keletihan berhubungan dengan Kondisi Fisiologis (anemia)
(SDKI,Hal 130)
3) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan trauma/perdarahan.
(SDKI,Hal 87 )

3. Intervensi keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
keperawatan
Resiko Infeksi b/d Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi :
ketidakadekuatan keperawatan selama 3x24 jam 1.batasi jumlah
pengetahuan tubuh
maka status imun membaik pengunjung
sekunder
(imuosupresi) dengan kriteria hasil : 2.cici tanagn sesudah
1.infeksi berulang menurun dan sebelum kontak
2.penurunan berat badan dengan pasien dan
menurun lingkungan pasien
3. suhu tubuh membaik 3.pertahankan teknik
4.sel darah putih membaik aseptik
4.ajarkan cara mencuci
tangan yang benar
5.anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6.anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Keletihan b/d kondisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi :
1.identifikasi
fisiologis (Anemia) keperawatan selam 3x24 jam
gangguan fungsi
maka tingkat keletihan
tubuh yang
menurun dengan kriteria hasil
mengakibatkan
:
kelelahan
1.verbalisasi pemulihan
2.monitor kelelahan
energi meningkat
fisik dan emosional
2. tenaga meningkat
3.monitor pola dan
3. lesu menurun
jam tidur
4.gangguan konsentrasi
4.anjurkan melakukan
menurun
aktifitas secara
5. sakit kepala menurun
bertahap
6. nafsu makan membaik
5.Ajarkan strategi
7. pola istirahat membaik
koping untuk
menguransi kelelahan
6.kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
meningkatkan asupan
makanan

Resiko Setelah dilakukan intervensi Manajemen cairan :


ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam 1.monitor status
cairan b/d maka keseimbangan cairan hidrasi(frekuensi
trauma/perdarahan meningkat dengan kriteria nadi,kekuatan
hasil : nai,akral,pengisian
1.asupan cairan meningkat kapiler,kelembaban
2.dehidrasi menurun mukosa,turgor
3.tekanan darah membaik kulit,tekanan darah)
4.Frekuensi nadi membaik 2.monitor berat badan
5.mata cekung membaik harian
6.turgor kulit membaik 3.monitor berat badan
7.berat badan membaik sebelum dan sesudah
di analisi
4.monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
5.monitor status
haemodinamik
6.catat intake-output
dan hitung balans
cairan 24jam
7.berikan asupan
cairan
8.berikan cairan
intravena,jika perlu
9.kolaborasi
pemberian
diuretik,jika perlu.

DAFTAR PUSTAKA

Sari Pediatri, Vol. 11, No. 3, Oktober 2009


Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.

Roro Rukmi W, Putu Ristyaning A, Leukemia Limfoblastik Akut Pada Anak,2017

PPNI,Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,Edisi I Cetakan III

Anda mungkin juga menyukai