LEUKEMIA
DISUSUN OLEH :
Nama : Karina Lestari
Npm: 2017720087
3. ETIOLOGI
Walaupun penyebab dasar leukemia yang pasti belum diketahui dan
dijelaskan secara keseluruhan, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
1. Genetik
Adanya penyimpangan kromosom insidensi leukemia
meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada
sindroma Down 20x lebih besar dari orang normal, sindroma Bloom,
Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis
vanCreveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson,
1991). Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy,
atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
a) 2 Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun
pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan
insidensi leukemia yang sangat tinggi.
b) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan
kerusakan kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan
obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat
pada leukemia akut.
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA
virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata.
Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel
normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA
yang menyebabkan leukemia pada hewan (Wiernik, 1985). Enzim tersebut dapat
menyebabkan virus yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetik yang
kemudian bergabung dengan genom yang terifeksi. Virus sebagai penyebab
leukemia, yaitu enzime Reverse Transcriptase yang ditemukan dalam darah
manusia. Virus lain yang dapat menyebabkan leukemia seperti Retovirus tipe C,
virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada
manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang
ditimbulkan adalah Acute T-Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh
Takatsuki dkk.
4. Leukemogenik
Zat-zat kimia yang mempengaruhi frekuensi leukemia:
Racun lingkungan seperti benzene.
Bahan kimia industri seperti insektisida.
Obat-obatan untuk kemoterapi.
5. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang
menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun.
6. Radiasi
Radiasi dapat meningkatkan frekuensi Leukemia Mielostik
Akut (LMA), namun tidak berhubungan dengan Leukemia Limfositik
Kronis (LLK). Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien
yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja
yang terekspos radiasi dan para radiologis.
7. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas
dapat menyebabkan leukemia pada binatang maupun pada manusia.
Dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan
menderita leukemia pada 6% klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
8. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit
malignansi lain disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau
treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara . Hal ini disebabkan karena obat-
obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain
menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA . Leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran
(radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian
obat anti kanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang
yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down
dansindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
9. Faktor Infeksi
Banyak ahli yang menduga bahwa faktor infeksi oleh suatu
bahan yang menyebabkan reaksi sangat berperan dalam etiologi
leukemia (Imam Supandiman. 1997; Sylvia Anderson Price. 1995).
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang pada Leukemia secara umum :
Tes darah – laboratorium akan memeriksa jumlah sel – sel darah.
Leukimia menyebabkan jumlah sel–sel darah putih meningkat sangat
tinggi, dan jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel–sel darah
merah menurun. Pemeriksaan laboratorium juga akan meneliti darah
untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati atau
ginjal.
Digunakan untuk mengetahui kadar Hb-Eritrosit, leukosit dan
trombosit.
- Hb rendah < 10 g/100 ml
- (N: dewasa: Pria 13,5-18 g/dl, wanita 12-16 g/dl; anak: 6 bln-1 th
10-15 g/dl, 5-14 th 11-16 g/dl)
- Trombositopenia < 50.000/mm
- Leukosit meningkat dapat lebih dari 200.000/mm3, normal atau
menurun, kurang dari 1000/mm³
Apusan Darah Tepi
Digunakan untuk mengetahui morfologi sel darah berupa bentuk,
ukuran, maupun warna sel-sel darah, yang dapat menunjukkan
kelainan hematologi.
Sumsum Tulang
Merupakan tes diagnostik yang sangat penting untuk mendiagnostik
dan menetapkan sel maligna. Adanya hiperseluler, sel sumsum tulang
diganti sel leukosit.
Perbedaan pada pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang
Test LMA LLA LMK LLK
Darah -sel darah putih -sel darah putih -sel darah putih -meningkatkan
Tepi normal meningkat disertai meningkat limfosit dewasa
kurang/meningkat limfositosis terutama yang kecil
bisa disertai -hitung sel darah granulosit -trombositopenia
mieloblas putih dapat -trombositopenia -anemia
-trombositopenia normal/berkurang -anemia
-anemia -trombositopenia
-anemia
Sum Hiperseluler 50% Hiperseluler Jiperseluler 2% 30% limfosit
sum Mieloblas disertai infiltrasi blas megakariosit
tulang limfoblas
Biopsi – dokter akan mengangkat sumsum tulang dari tulang pinggul
atau tulang besar lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa
sampel di bawah mikroskop, untuk mencari sel – sel kanker. Cara ini
disebut biopsi, yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui pakah
ada sel – sel leukemia di dalam sumsum tulang.
Sitogenetik – Laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari
sampel darah tepi, sumsum tulang atau kelenjar getah bening.
Processus Spinosus – dengan meggunakan jarum yang panjang dan
tipis, dokter perlahan – lahan akan mengambil cairan cerebrospinal
(cairan yang mengisi ruang di sekitar otak dan sumsum tulang
belakang). Prosedur ini berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan
dengan anastesi local. Pasien harus berbaring selama beberapa jam
setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan
apakah ada sel – sel Leukimia atau tanda – tanda penyakit lainnya.
Sinar X pada dada – sinar X ini dapat mengetahui tanda–tanda
penyakit di dada.
Tranfusi dan Kemoterapi Leukimia
o Definisi, jenis, peran perawat: pra, intra, post, komponen darah,
efek samping, dan cara mengatasi
o Kemoterapi: efek samping, peran perawat dalam cara mengatasi
2. PATOFISIOLOGI
Dari virus, zat kimia, terkena radiasi, dan bawaan genetik
mengakibatkan poliferasi atau sirkulasi abnormal pada sel leukosit yang
menimbulkan kegagalan pada sumsum tulang dan infiltrasi pada organ
lain. Kegagalan pada sumsum tulang mempengaruhi hematopoiesis yang
mengakibatkan sel eritrosit, sel limfosit, dan sel platelet mengalami
penurunan.
Dari sel eritrosit menurun menyebabkan gejala anemia
dampak dari anemia tersebut mengakibatkan pasien mengalami
kelemahan yang menimbul kan diagnosa intoleransi aktifitas, lalu dampak
dari sel limfosit menurun menyebabkan sistem imunitas atau daya tahan
tubuh menurun yang menimbulkan diagnosa resiko terhadap infeksi, lalu
dari sel platelet menurun menyebabkan perdarahan yang menimbulkan
diagnosa resiko kekurangan cairan.
Lalu infiltrasi ke organ lain mengakibatkan gangguan pada otak,
gastrointestinal, lifer, ginjal, dan tulang. Gangguan yang dialami oleh lifer
dan ginjal mengakibatkan pembengkakan pada organ lain karna ginjal dan
lifer atau hati tidak bisa bekerja dengan baik karna mengalami gangguan,
dari pembengkakan pada organ tubuh mengakibatkan nafsu makan pasien
menurun yang menimbulkan diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi, dan
gangguan pada tulang menimbulkan rasa nyeri sama seperti hal nya
pembengkakan pada organ menyebabkan nyeri, dari nyeri tersebut
menimbulkan diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri .
3. PATHWAY
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
b. Resiko terhadap infeksi
c. Nyeri akut
d. Intoleransi aktivitas
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
Black M.J & Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Buku ketiga. Singapura : Elsevier
Lemone et all. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Edisi Kelima Jilid
III. Jakarta: Interna Publishing