Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

LEUKEMIA

DISUSUN OLEH :
Nama : Karina Lestari
Npm: 2017720087

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI S1 REGULER KEPERAWATAN
JAKARTA
2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan
haima (darah). Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi
sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel,
yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh
dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh.
Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan
menggantikannya.
Pengertian lain menjelaskan, Leukemia adalah neoplasma akut
atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa.
Leukemia mempunyai sifat khusus yaitu proliferasi. Proliferasi
merupakan tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal. Selain terjadi di dalam sumsum
tulang, proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi
invasi organ nonhematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal,
ginjal, dan kulit.
Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi
dari sel tua dan sel muda. Selain akut dan kronik, ada juga leukemia
kongenital yaitu leukemia yang ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi
yang lebih muda.
2. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia
adalah sebagai berikut :
a) Pilek tidak sembuh-sembuh & sakit kepala
b) Pucat, lesu, mudah terstimulasi, merasa lemah atau letih
c) Demam, keringat malam dan anorexia
d) Berat badan menurun
e) Ptechiae, memar tanpa sebab, mudah berdarah dan lebam (gusi
berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di
bawah kulit)
f) Nyeri pada tulang dan persendian
g) Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut
(akibat pembesaran limpa).

3. ETIOLOGI
Walaupun penyebab dasar leukemia yang pasti belum diketahui dan
dijelaskan secara keseluruhan, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
1. Genetik
Adanya penyimpangan kromosom insidensi leukemia
meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada
sindroma Down 20x lebih besar dari orang normal, sindroma Bloom,
Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis
vanCreveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson,
1991). Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy,
atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
a) 2 Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun
pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan
insidensi leukemia yang sangat tinggi.
b) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan
kerusakan kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan
obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat
pada leukemia akut.

2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA
virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata.
Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel
normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA
yang menyebabkan leukemia pada hewan (Wiernik, 1985). Enzim tersebut dapat
menyebabkan virus yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetik yang
kemudian bergabung dengan genom yang terifeksi. Virus sebagai penyebab
leukemia, yaitu enzime Reverse Transcriptase yang ditemukan dalam darah
manusia. Virus lain yang dapat menyebabkan leukemia seperti Retovirus tipe C,
virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada
manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang
ditimbulkan adalah Acute T-Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh
Takatsuki dkk.

3. Bahan Kimia dan Obat-obatan


Paparan kronis dari bahan kimia (misal:benzen) dihubungkan
dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu
yang sering terpapar benzen. (Wiernik,1985; Wilson, 1991) Selain benzen
beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain :
produk ± produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik.

4. Leukemogenik
Zat-zat kimia yang mempengaruhi frekuensi leukemia:
 Racun lingkungan seperti benzene.
 Bahan kimia industri seperti insektisida.
 Obat-obatan untuk kemoterapi.

5. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang
menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun.
6. Radiasi
Radiasi dapat meningkatkan frekuensi Leukemia Mielostik
Akut (LMA), namun tidak berhubungan dengan Leukemia Limfositik
Kronis (LLK). Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien
yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja
yang terekspos radiasi dan para radiologis.

7. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas
dapat menyebabkan leukemia pada binatang maupun pada manusia.
Dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan
menderita leukemia pada 6% klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun.

8. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit
malignansi lain disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau
treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara . Hal ini disebabkan karena obat-
obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain
menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA . Leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran
(radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian
obat anti kanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang
yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down
dansindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

9. Faktor Infeksi
Banyak ahli yang menduga bahwa faktor infeksi oleh suatu
bahan yang menyebabkan reaksi sangat berperan dalam etiologi
leukemia (Imam Supandiman. 1997; Sylvia Anderson Price. 1995).
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang pada Leukemia secara umum :
 Tes darah – laboratorium akan memeriksa jumlah sel – sel darah.
Leukimia menyebabkan jumlah sel–sel darah putih meningkat sangat
tinggi, dan jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel–sel darah
merah menurun. Pemeriksaan laboratorium juga akan meneliti darah
untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati atau
ginjal.
 Digunakan untuk mengetahui kadar Hb-Eritrosit, leukosit dan
trombosit.
- Hb rendah < 10 g/100 ml
- (N: dewasa: Pria 13,5-18 g/dl, wanita 12-16 g/dl; anak: 6 bln-1 th
10-15 g/dl, 5-14 th 11-16 g/dl)
- Trombositopenia < 50.000/mm
- Leukosit meningkat dapat lebih dari 200.000/mm3, normal atau
menurun, kurang dari 1000/mm³
 Apusan Darah Tepi
Digunakan untuk mengetahui morfologi sel darah berupa bentuk,
ukuran, maupun warna sel-sel darah, yang dapat menunjukkan
kelainan hematologi.
 Sumsum Tulang
Merupakan tes diagnostik yang sangat penting untuk mendiagnostik
dan menetapkan sel maligna. Adanya hiperseluler, sel sumsum tulang
diganti sel leukosit.
Perbedaan pada pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang
Test LMA LLA LMK LLK
Darah -sel darah putih -sel darah putih -sel darah putih -meningkatkan
Tepi normal meningkat disertai meningkat limfosit dewasa
kurang/meningkat limfositosis terutama yang kecil
bisa disertai -hitung sel darah granulosit -trombositopenia
mieloblas putih dapat -trombositopenia -anemia
-trombositopenia normal/berkurang -anemia
-anemia -trombositopenia
-anemia
Sum Hiperseluler 50% Hiperseluler Jiperseluler 2% 30% limfosit
sum Mieloblas disertai infiltrasi blas megakariosit
tulang limfoblas
 Biopsi – dokter akan mengangkat sumsum tulang dari tulang pinggul
atau tulang besar lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa
sampel di bawah mikroskop, untuk mencari sel – sel kanker. Cara ini
disebut biopsi, yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui pakah
ada sel – sel leukemia di dalam sumsum tulang.
 Sitogenetik – Laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari
sampel darah tepi, sumsum tulang atau kelenjar getah bening.
 Processus Spinosus – dengan meggunakan jarum yang panjang dan
tipis, dokter perlahan – lahan akan mengambil cairan cerebrospinal
(cairan yang mengisi ruang di sekitar otak dan sumsum tulang
belakang). Prosedur ini berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan
dengan anastesi local. Pasien harus berbaring selama beberapa jam
setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan
apakah ada sel – sel Leukimia atau tanda – tanda penyakit lainnya.
 Sinar X pada dada – sinar X ini dapat mengetahui tanda–tanda
penyakit di dada.
 Tranfusi dan Kemoterapi Leukimia
o Definisi, jenis, peran perawat: pra, intra, post, komponen darah,
efek samping, dan cara mengatasi
o Kemoterapi: efek samping, peran perawat dalam cara mengatasi

5. PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI/ NON FARMAKOLOGI


a. Non farmakologi
1) Meminimalkan prosedur insaive untuk memgurangi risiko terjadi
infeksi
2) Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan makanan yang
disukai dan tidak bertentangan dengan indikasi
3) Menjaga kebersihan mulut dengan mengosok gigi
4) Menjelaskan secara singkat akan pentingnya nutrisi untuk
membantu proses penyembuhan penyakit
5) Menganjurukan pada keluarga untuk meningkatkan nutri, tinggi
protein, dan kalori
b. Farmakologi
1)  Radioterapi dan Kemoterapi, dilakukan ketika sel leukemia sudah
terjadi metastasis. Kemoterapi juga dilakukan pada fase induksi
remisi yang bertujuan  mempertahankan remisi selama mungkin.
2)  Terapi modlitas, untuk mencegah komplikasi, karena adanya
pansitopenia, anemia, perdarahan, dan infeksi. Pemberian
antibiotik  dan transfusi darah dapat diberikan.
3) Tranfusi Darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahanb yang massif dapat transfuse trombosit
4) Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang
merupakan alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi
ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan limphoma, dan
anemia aplastik.
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Wawancara
b. Keluhann Utama
a) Demam atau berkeringat pada malam hari, sakit kepala
b) Tidak nafsu makan, kesulitan menelan, mual, muntah
c) Nyeri perut dan nyeri tekan pada payudara
d) Pandangan kabur
e) Gangguan pendengaran
f) Mudah lelah, letih, lemah
g) Penurunan BB
h) Perdarahan dan mudah memar (gusi- gusi yang berdarah, tanda-
tanda keungu-unguan pada kulit, atau titik-titik merah yang kecil
dibawah kulit)
i) Nyeri pada tulang-tulang atau persendi-sendian
c. Riwayat Keperawatan
 Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat kelainan kromosom (sindrom down)
- Riwayat infeksi
 Riwayat penyakit keluarga
- Faktor genetik
d. Pemeriksaan fisik: data fokus
a) Keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis selama
belum terjadi komplikasi
b) Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : tidak signifikan perubahannya, cenderung
menurun
- Nadi : tidak signifikan
- Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
- RR : dispneu, takhipneu
c) Pemeriksaan wajah :
- Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (inspeksi oleh
jamur atau bakteri), perdarahan gusi.
- Konjungtiva : anemis atau ananemis. Terjadi gangguan
penglihatan akibat infiltrasi ke SSP
d) Pemeriksaan integumen
Adakah ulserasi petekie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika
terjadi dehidrasi
e) Pemeriksaan dada dan thorax :
- Inspeksi : bentuk thorax, adanya retraksi intercosta.
- Palpasi denyut apex (ictus cordis)
- Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
- Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan
secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I,II, dan III jika ada
f) Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat
bayangan vena
- Auskultasi peristaltik usus
- Palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa
- Perkusi : tanda asites bila ada
g) Pemeriksaan ekstrimitas :
Adakah sianosis kekuatan otot

2. PATOFISIOLOGI
Dari virus, zat kimia, terkena radiasi, dan bawaan genetik
mengakibatkan poliferasi atau sirkulasi abnormal pada sel leukosit yang
menimbulkan kegagalan pada sumsum tulang dan infiltrasi pada organ
lain. Kegagalan pada sumsum tulang mempengaruhi hematopoiesis yang
mengakibatkan sel eritrosit, sel limfosit, dan sel platelet mengalami
penurunan.
Dari sel eritrosit menurun menyebabkan gejala anemia
dampak dari anemia tersebut mengakibatkan pasien mengalami
kelemahan yang menimbul kan diagnosa intoleransi aktifitas, lalu dampak
dari sel limfosit menurun menyebabkan sistem imunitas atau daya tahan
tubuh menurun yang menimbulkan diagnosa resiko terhadap infeksi, lalu
dari sel platelet menurun menyebabkan perdarahan yang menimbulkan
diagnosa resiko kekurangan cairan.
Lalu infiltrasi ke organ lain mengakibatkan gangguan pada otak,
gastrointestinal, lifer, ginjal, dan tulang. Gangguan yang dialami oleh lifer
dan ginjal mengakibatkan pembengkakan pada organ lain karna ginjal dan
lifer atau hati tidak bisa bekerja dengan baik karna mengalami gangguan,
dari pembengkakan pada organ tubuh mengakibatkan nafsu makan pasien
menurun yang menimbulkan diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi, dan
gangguan pada tulang menimbulkan rasa nyeri sama seperti hal nya
pembengkakan pada organ menyebabkan nyeri, dari nyeri tersebut
menimbulkan diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri .
3. PATHWAY

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
b. Resiko terhadap infeksi
c. Nyeri akut
d. Intoleransi aktivitas
5. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Intervensi


1. Resiko tinggi Mandiri :
kekurangan volume 1. Kaji respon pasien terhadap
cairan antimetik
2. Anjurkan makan dalam porsi sedikit
tapi sering
3. Anjurkan hindari memberikan makan
yang beraroma menyengat
Kolaborasi :
1. Berikan antimetik secara teratur pada
waktu dan program kemoterapi
2. Berikan antimetik awal sebelum
dimulainya kemoterapi
3. Berikan cairan intravena sesuai
ketentuan
2. Resiko terhadap infeksi Mandiri :
1. Kaji dan catat faktor yang
meningkatkan resiko infeksi
2. Tempatkan pasien dalam ruangan
khusus
3. Menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
4. Evaluasi keadaan pasien terhadap
tempat-tempat munculnya infeksi
seperti tempat penusukan jarum,
ulserasi mukosa, dan masalah gigi
5. Inspeksi membran mukosa mulut.
6. Bersihkan mulut dengan baik
7. Berikan periode istirahat tanpa beban
Kolaborasi :
1. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
2. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai
usia
3. Nyeri akut Mandiri :
1. Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-5
2. Gunakan prosedur-prosedur (misal:
pemantuan suhu non invasif, alat
akses vena)
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri
dengan derajat kesadaran
Kolaborasi :
Pemberian analgetik jika diperlukan
4. Intoleransi aktivitas Mandiri :
1. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi
pada aktivitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
2. Evaluasi laporan kelemahan
3. Berikan lingkungan tenang dan perlu
istirahat tanpa gangguan
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-
hari dan ambulasi
DAFTAR PUSTAKA

Black M.J & Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Buku ketiga. Singapura : Elsevier

Desmawati. (2013). Sitem Hematologi & Imunologi Asuhan Keperawatn Umum


Dan Maternitas Dilengkapi Dengan Latihan Soal-Soal. Jakarta : Katalog Dalam
Terbitan (KDT).

Lemone et all. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Nurarif Amin Huda dan Hardhi Kusuma.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jakarta: MediAction
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Sudoyo, Aru W dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Edisi Kelima Jilid
III. Jakarta: Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai