Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA Tn.

K
DENGAN GOUT ARTHRITIS DESA AIR EMAS

RW.003/ RT.007

OLEH :

MISRIANI
NIM : 2041177

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES TENGKU MAHARATU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya tugas asuhan
keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia Tn.K dengan Gout
Arthritis Desa Air Emas, RW.003/ RT.007” ini dapat selesai.
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi tugas
stase Gerontik dan syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir stase.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih
terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran
yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan asuhan keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat.Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Air Emas , Juni 2021

Misriani
BAB I
PENDAHALUAN

1.1 Latar Belakang


Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dibidang
kedokteran, termasuk penemuan obat-abatan seperti antibiotika yang mampu
“melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan
anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur
harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah
banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho,2012).
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan diperkirakan pada tahun 2025
akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika serikat pertambahan orang
lanjut usia diperkirakan 1000 orang per hari pada tahun1985 dan diperkirakan 50% dari
penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti
menjadi “ledakan penduduk lanjut usia” (lansia) (Padila, 2013).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap sebagai
beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan mendorong semakin
berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya
masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang
masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia
yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat
sekitarnya (Nugroho, 2012).
Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan: hanya 5% yang di urus
oleh institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah untuk lanjut usia, penyakit-
penyakit mungkin ganda dan kronis hampir 40% melibatkan lebih dari satu penyakit
(komplikasi sering terjadi), akibat-akibat dari ketidakmampuan akan lebih dari satu
penyakit (komplikasi sering terjadi), akibat-akibat dari ketidakmampuan akan lebih dari
satu penyakit (komplikasi sering terjadi), akbat-akibat dan ketidakmampuan akan lebih
cepat terjadi apabila lanjut usia lebih rendah karena proses ketuaan sehingga seorang
lanjut usia lebih mudah terkena penyakit, lanjut usia kurang tahan terhadap tekanan
mental lingkungan dan fisik, pemeliharaan kesehatan yang buruk umumnya terjadi:
kurang dari 1/3 tidak dilakukan check up kesehatan tahunan, banyak terlihat pemeliharaan
kesehatan sebagai pelayanan yang digunakan hanya selama krisis hidup, banyak terlihat
lebih dari satu orang dokter yang melihat secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang
dialami oleh lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang
kronis misalnya (Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli
28%, dan penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang disebabkan rasa tidak
diperlukan (Padila,2013).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat serta
dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan
secara berkala. Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik
masalah secara fisik, biologis, mental maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat
terkait dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak
menular salah satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling
banyak menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra, 2013).
Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64 tahun
45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi yang sering
dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout, osteoritis, dan remothoid
arthritis. Sedangkan dari hasil pengumpulan data penulis di Air Emas Kecamatan
Singingi Kabupaten Kuantan Singingi pada bulan Juni 2021 terdapat 1,90% penduduk
yang menderita gout arthritis.
Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik maupun dalam
psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia harus dicegah melalui hal-hal
yang berkaitan dengan lingkungan seperti latihan fisik melatih pergerakan, modifikasi
lingkungan untuk mencegah terjadinya cidera pada lansia dan melatih kebiasaan pasien.
Hasil pendataan jumlah lansia yang telah dilakukan pada tanggal 1-3 Juni 2021 di
RT.007/RW.03 Desa Air Emas Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi yaitu
berjumlah 52 orang. Lansia awal 46-55 tahun sekitar 24 orang dengan persentase 46,15%,
lansia akhir 56-65 tahun sekitar 17 orang dengan persentase 32,69% sedangkan lansia
manula sekitar 11 orang dengan persentase 21,15%.
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah gerontik penulis
melakukan pengkajian di RT.007/RW.003 Desa Air Emas Kecamatan Singingi
Kabupaten Kuantan Singingi. Dengan kewajiban mengambil 1 kasus, membawa kasus
kelolaan yang dibahas dari BAB 1- BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan
Keperawatan Gerontik Dengan Gout Arthritis Pada Tn.K di RT.007/RW.003 Desa Air
Emas Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout
arthritis pada Tn.K di Desa Air Emas.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik dengan gout
arthritis pada Tn.K
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan dengan gout arthritis pada
Tn.K
3. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik dengan gout arthritis
pada Tn.K
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik dengangout
arthritis pada Tn.K
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn.K dengan gout arthritis.

1.3 Ruang Lingkup


Dalam penulisan laporan ini, penulis membahas asuhan keperawatan gerontik dengan
gout arthritis pada Tn.K di RT.007/RW.003 Desa Air Emas Kecamatan Singingi
Kabupaten Kuantan Singingi. tanggal 1-3 Juni 2021.

1.4 Metode Penulisan


Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:
1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
3. Studi kepustakaan

1.5 Sistematika penulisan


BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari konsep lansia dan askep.
BAB III : Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan
yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade ( Notoatmojo,2011). Menurut WHO,
1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak bisa dipisah-
pisahkan, konsep kebutuhan tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi.
Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu
periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,
atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).
2.1.2 Batasan-batasan Lanjut Usia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar antara
60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia menurut adalah sebagai
berikut:
a) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam UU no 13
tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,2013).

2.1.3 Masalah-masalah Pada Lanjut Usia


Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik
baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia
seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang
dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula
timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di
tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat
mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan
dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman
memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan
kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar
penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan
inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah
fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan
komplikasi sekunder (Watson, 2003).
Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada
pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang
menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan.
Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk
berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah
jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali
lebih sering dibanding pria (Watson, 2003).
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh
dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2000).
Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya
kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit – penyakit yang
merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia
bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian besar
lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi
(kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas
sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak
mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia
memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan lingkungan
tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas
panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang
kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan
dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo,
2000).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang
melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia.
Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan
prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).

2.1.4 Teori-teori Proses Menua


Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori
biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori pelepasan, teori aktivitas,
dan teori berkelanjutan.
a) Teori Biologis

Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada
waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah
yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada
lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah
sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.
Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein
tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada
lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda
dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya
usia.
Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami
kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi,
penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis
dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.
Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia
merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka
dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri
dari masyarakat.
Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini
berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka
secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur, mereka
meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan melakukan
banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan
individu daru usia pertengahan kelanjut usia.
Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan bertambahnya
usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan,
dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam
Watson, 2003).
2.1.5 Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia
Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang
diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi sebagian orang
besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada
pengalaman dan observasi yang di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;
a) Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada
makromolekular,
b) Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan jaringan
elastis atau kekurangan amiloid,
c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi
substansi
d) Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di
pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut
secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri,
temperature, dan penyakit berkemih.
2.1.6 Penyakit umum pada lanjut usia
Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Watson,2003)
yakni:
1. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi
2. Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes melitus,klimakterium,hipertiroid
dan hipotiroid
3. Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun penyakit kolagen
lainnya
4. Berbagai macam neoplasma

Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris:


1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis
3. Gangguan tungkai
4. Gangguan pada sendi
5. Dimensia
6. DM,osteomalasia,hipotiroidisme

2.2 Konsep Medis Gout Artritis


2.2.1 Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit
metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout adalah
bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol
kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di
jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu,
tapi bisa menjadi semakin parah dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.

2.2.2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :
1. Suku bangsa /ras
Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang
paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan
konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
2. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi
asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari
metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal
sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2005).
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan
laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2005).

2.2.3 Manifestasi Klinis


Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang.
Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
1) Nyeri sendi
2) Menyerang satu sendi saja
3) Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
5) Kesemutan dan linu
6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak

2.3 Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian

Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat
kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas, pemeriksaan
fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi (Stanley,Mickey.2007)
a. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama,
status perkawinan.

b. Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan
secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting
ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.

c. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien dirawat
dengan maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan
obat diuretic.

d. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh faktor
genetic.

e. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau diikutsertakan
dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu program latihan di
usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.

f. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan menelan dan mual
muntah.
g. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
h. Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
i. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada sendi.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
c. Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak
d. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
(Sarif, 2012)

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Menurut Sarif, 2012, intervensi dari beberapa diagnosa yaitu:
1. gangguan rasa nyaman nyeri
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
nyeri klien teratasi
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien dapat
mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen nyri dengan benar,
Kriteria hasil :
a) Nyeri hilang atau terkontrol
b) Ekspresi wajah klien rilek
c) Skala nyeri 3

Rencana tindakan :
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri ( 0-10 ).
2. Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan.
3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.
4. Dorong untuk sering ubah posisi
5. Bantu passien bergerak di tempat tidur.
6. Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
mennyentak.
7. Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi.
8. Berikan masase yang lembut.
9. Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.

2. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan


 Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien mampu berjalan
dengan baik
- Tujuan jangka pendek:
Setelah 3 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan ROM dengan
criteria
1. mampu menyebutkan manfaat latihan ROM
2. dapat mempraktekan latihan ROM

Rencana tindakan :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi penderita gangguan
mobilitas
2. nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
3. monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
4. monitor tanda-tanda vital
5. monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
6. diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
7. demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga.
8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat bantu
9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).

3. Resiko injury
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah cidera klien
tidak terjadi.
- Tujuan jangka pendek :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat
meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
1. tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien

Rencana :
1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia dan
akibatnya
2. Monitor tanda-tanda jatuh pada klien
3. Diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan pada lanjut usia
proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada system tubuh, akibat
perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien tidak
jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat digunakan
peralatan biaya tenaga
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.

4. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah


- Setalah di lakukan tindakan asuha keperawatan selama 3 x 24 jam Pasien dan
keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan
dirumah.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang diberikan
oleh dokter atau perawat.
2. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis,
tujuan dan efek samping
3. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang
teratur.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik.
5. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan.
6. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit
7. Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. K
Umur : 70 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : di RT.007/RW.003 Desa Air Emas Kecamatan Singingi
Kabupaten Kuantan Singingi

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi


a) Pekerjaan saat ini
Klien mengatakan saat ini hanya dirumah saja, kadang kadang kalau ada kemauan
klien pergi ke kebun yang ada di samping rumahnya.
b) Pekerjaan sebelumnya
Klien mengatakan pekerjaanya dulu adalah petani
c) Sumber pendapatan
Klien mengatakan sumber pendapatan dari hasil yang ada kebun sawit.
d) Kecukupan pendapatan
Klien mengatakan pendapatannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

3. Lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapian


a) Ruangan
Rapi tidak berantakan
b) Penerangan
Baik
c) Sirkulasi udara
Baik karena terdapat jendela dan ventilasi udara di setiap ruangan yang ada di rumah
d) Sumber air minum
Sumur gali
e) Keadaan kamar mandi
luas tapi kurang bersih
f) Pembuangan sampah
Dikumpulkan lalu bakar
g) Resiko injury
Kamar mandi berlumut dan licin

4. Riwayat kesehatan
a) Status kesehatan saat ini:
1) Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini merasakan sakt seperti kesemutan,
kebas pada bagian kaki dan juga pada bagian pinggang. Klien tidak pernah
melakukan latihan pergerakan, klien tidak pernah berolahraga paling nyapu halaman.

b) Riwayat kesehatan masa lalu


Tn.K belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang diderita adalah pusing,
batuk dan pilek.
Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit adalah membeli obat diwarung jika tidak
sembuh baru di bawa ke puskesmas.

c) Pola kebiasaan
1) Makan dan minum
Tn.K mengatakan makan 3 kali sehari tapi makanan dikonsumsinya sedikit tergantung
nafsu makannya.
2) Eliminasi
Tn.K mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri dengan mandiri, tetapi
keluhan yang dirasakan tidak dapat mengontrol BAK jika mau ke kamar mandi,
kadang sudah keluar sendiri sebelum sampai ke kamar mandi.
3) Toileting
a. Mandi: Tn.K mengatakan mandi 1 hari sehari dilakukan sendiri
b. Gosok gigi : jarang dilakukan, karena merasa giginya sudah ompong semua
c. Mencuci rambut: seminggu sekali
d. Berpakaian dan berhias : memakai sendiri tanpa bantuan.
d) Istirahat tidur
Tn.K mengatakan biasanya tidur malam mulai jam 21.00 WIB jika siang Tn.K
beristirahat di dalam rumah atau diluar rumah
e) Aktivitas
Tn.K mengatakan tidak pernah berolahraga, paling nyapu, berpindah masih dilakukan
secara mandiri tetapi Tn.K mengatakan sudah tidak mampu berjalan jauh.
f) Neurosensori
Tn.K mengatakan tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan kesemutan.
g) Psikososial
a. Hubungan social
Tn.K mengatakan tidak mengikuti salah satu kegiatan di masyarakat dengan
alasan sudah tua
b. Konsep diri
Tn.K mengatakan semua bagian tubuhnya di sukai. Sekarang peran Tn.K adalah
sebagai ibu dan nenek yang diharapkan keluarganya dapat sebagai tempat mengadu

h) Nilai dan keyakinan spiritual


Tn.K beragama islam yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu pasti menyembuhkan
apapun yang terjadi pada diri kita.

i) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
sadar penuh (kompos mentis) orientasi terhadap orang, waktu, tempat dan situasi
baik. Penampilan kurang rapi, rambut di ikat tetapi acak-acakan
b. tanda-tanda vital
TD: 130/90 mmHg
 kepala dan rambut: rambut sebagian sudah beruban, tmpak berminyak dan
berbau.
 Mata masih dapat melihat dengan jelas
 Telinga bersih, fungsi pendengaran masih baik.
 Mulut, gigi, bibir: mulut bau,

3.1.1 Pengelompokan Data


DS:
 Tn.K mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu
 Keluarga mengatakan ibu tidak pernah mau jalan pagi
 Tn.K mengatakan dia tidak mampu jalan jauh, kedua kaki saya kebas, kesemutan.
 Keluarga mengatakan “ya memeng beginilah keadaan rumah kami”
 Tn.K mengatakan mandi 1 kali sehari
 Tn.K mengatakan jarang gosok gigi, dan mencuci rambut seminggu sekali.

DO:
 Postur tubuh tidak stabil saat berjalan
 Prubahan gaya jalan lambat, kaki diseret
 Tn.K tampak dapat jalan tapi sempoyongan
 Nilai oto 3/5
 Lantai kamar mandi licin dan berlumut
 Perabotan dan peralatan tidak rapi
 Penerangan didalam rumah kurang
 Rambut tampak berminyak dan lusuh
 Mulut, gigi tampak kotor
 Rambut di ikat tapi acak-acakan.

3.1.2 Analisa Data


No Data Etiologi Problem
1 DS: Ketidakmauan Kerusakan mobilitas
 Tn.K mengatakan merasakan sakit untuk melakukan fisik
pada bagian kaki, seperti kesemutan pergerakan
dan kebas dan juga bagian
pinggangnya
 Tn.K mengatakan dia tidak pernah
berolahraga, paling nyapu
 Keluarga mengatakan ibunya tidak
mau jalan-jalan pagi, karena
katanya dingin.
DO:
 Postur tubuh tidak stabil ketika
berjalan tremor.
 Perubahan gaya jalan lambat, kaki
diseret.
 Nilai otot 3/5

2 DS: Ketidakmampuan Resiko injury


 Tn.K mengatakan dia sudah tidak dalam bergerak
mampu berjalan jauh, kedua kaki
saya kebas dan kesemutan
 Keluarga mengatakan “ya beginilah
rumah kami seperti ini”

DO:
 Tn.K tampak berjalan tapi
sempoyongan
 Lantai kamar mandi licin dan
berlumut
 Perabotan dan peralatan tidak rapi
penerangan kurang.
 Nilai oto 3/5

3.2 Diagnosa Keperawatan


Nama: Tn.K
Umur : 69 Tahun
No Dx Diagnose Keperawatan

1 Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan


di tandai dengan Tn.K mengatakan merasakan sakit pada bagian kaki,
seperti kesemutan, kebas, Tn.K mengatakan dia tidak pernah berolahraga,
paling nyapu, postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor perubahan
gaya jalan lambat kaki diseret.

2 Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak ditandai dengan Tn.K


mengtakan dia sudah tidak mampu berjalan jauh, kedua kaki saya kebas,
dan kesemutan, keluarga mengatakan “ ya beginilah rumah kami seperti
ini”, Tn.K tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan
berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang

3.3 Intervensi Keperawatan


Nama : Tn.K
Umur: 69 Tahun
No Diagnose NOC NIC
Dx keperawatan
1 Kerusakan Tujuan jangka panjang: 1. Kaji pengetahuan klien dan
mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan keluarga dalam hal perawatan
ketidakmauan kunjungan selama 4 kali bagi penderita gangguan
untuk melakukan dalam seminggu klien mobilitas
pergerakan di mampu berjalan dengan 2. Nilai keyakinan klien terhadap
tandai dengan Tn.K baik setiap usaha perawatan
mengatakan 3. Monitor cara latihan yang telah
merasakan sakit Tujuan jangka pendek: dilakukan oleh klien
pada bagian kaki, Setelah 3 kali kunjungan 4. Monitor tanda-tanda vital
seperti kesemutan, klien mampu melakukan 5. Monitor kekuatan otot dan ROM
kebas, Tn.K latihan pergerakan ROM pada klien
mengatakan dia dengan criteria 6. Diskusikan cara-cara melatih
tidak pernah 1. mampu pergerakan pada klien
berolahraga, paling menyebutkan 7. Demonstrasikan cara-cara
nyapu, postur tubuh manfaat latihan melatih pergerakan pada klien
tidak stabil ketika ROM dan keluarga.
berjalan tremor 2. dapat
perubahan gaya mempraktekan
jalan lambat kaki latihan ROM
diseret.
2 Resiko injury b/d klien tidak mengalami 1. Kaji pengetahuan klien dan
ketidakmampuan jatuh selama dalam keluarga terhadap perubahan
dalam bergerak perawatan 1 minggu fisik pada lanjut usia dan
ditandai dengan ditandai dengan: akibatnya
Tn.K mengtakan a) Tidak ada laporan 2. Monitor tanda-tanda jatuh pada
dia sudah tidak jatuh darikeluarga klien
mampu berjalan atau klien 3. Diskusikan dengan klien dan
jauh, kedua kaki b) Tidak terdapat keluarganya mengenai
saya kebas, dan tanda-tanda jatuh perubahan pada lanjut usia
kesemutan, pada klien proses menua, batasan lanjut
keluarga usia, perubahan pada system
mengatakan “ ya tubuh, akibat perubahan.
beginilah rumah 4. Gali pengetahuan klien dan
kami seperti ini”, keluarga mengenai upaya
Tn.K tampak pencegahan agar klien tidak
berjalan tapi jatuh
sempoyongan, 5. Monitor sumber-sumber dalam
lantai kamar mandi keluarga yang ada dan dan
licin dan berlumut, dapat digunakan peralatan biaya
perabotan dan tenaga
peralatan tidak rapi, 6. Kaji factor pendukung
penerangan kurang terjadinya jatuh: kondisi rumah,
kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara
pencegahan jatuh pada klien
modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan
keluarga untuk mempraktekkan
cara pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan.
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Nama : Tn.K
Umur : 69 tahun
No Tgl/jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Para f
Dx

1 1/06/21 1. Melakukan pengkajian Jam: 09.30 WIB µ


08.30 pengetahuan Tn.K dan S:
keluarga mengenai peranan  Tn.K
gangguan mobilitas mengatakan “biasanya
2. Melakukan penilaian tiap bangun tidur saya
keyakinan Tn.K terhadap gerak- gerakkan, tapi
setiap usaha perawatan tidak pernah saya jalan-
3. Memonitor cara latihan yang jalan keluar rumah
telah dilakukan oleh Tn.K karena dingin
4. Mengukur tanda-tanda vital  Tn.K mengatakan
5. Menilai kekuatan otot dan “saya inginnya tetap
ROM pada Tn.K berusaha untuk sehat,
6. Diskusikan cara-cara melatih tapi namanya orang
pergerakan pada klien tua, ya tetap sering
7. Demonstrasikan cara-cara tidak enak badan
melatih pergerakan pada
O:
klien dan keluarga
 Tn.K dapat
mencontohkan
gerakan yang
biasanya dilakukan
 Ttv: 120/80 mmHg

A: tujuan belum
berhasil P: lanjutkan
intervensi
1. Diskusikan cara-cara
melatih pegerakan
padaklien
2. Demonstrasikan
cara-
cara melatih
pergerakan
pada klien dan keluarga
2 1/6/21 1. Melakukan pengkajian Pukul: 09.00 WIB µ
08.30 pengetahuan Tn.K dan S:
keluarga mengenai  Tn.K mengatakan “saya
perubahan fisik pada lanjut tahu sudah tua beda
usia dan akibatnya
dengan dulu, semua
2. Menggali pengetahuan Tn.K
sudah harus hati-hati
dan keluarga mengenai
Tn.K mengatakan
upaya pencegahan agar Tn.K
biasanya kalau jalan saya
tidak jatuh
menggunakan kayu.
3. Menilai sumber-sumber
dalam keluarga yang ada dan O:
dapat digunakan peralatan  Lantai kamar mandi licin
biaya dan tenaga dan berlumut
4. Mengkaji factor pendukung  Perabotan dan peralatan
terjadinya jatuh: kondisi
tidak rapi
rumah kondisi penderita
 Ada anak tetangga untuk
5. Menilai jatuh dan tanda
kesulitan untuk masuk
tanda
rumhn
6. Kaji factor pendukung
terjadinya jatuh: kondisi A:
rumah, kondisi penderita Tujuan belum tercapai
7. Diskusikan cara-cara
pencegahan jatuh pada klien P:lanjutkan intervensi dengan
modifikasi lingkungan diskusikan perubahan pada
8. Beri motivasi klien dan lanjut usia dan cara-ara
keluarga untuk pencegahan jatuh.
mempraktekkan cara
pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan.
1 2/6/21 1. Mendiskusikan cara-cara Pukul: 16.00 WIB µ
14.30 melatih pergerakan pada S:
Tn.K  Tn.K mengatakan

2. Melakukan demontrsi cara “biasanya saya


melakukan gerakan
latihan ROM aktif pada Tn.K
itu,keluarga mengatakan
dan keluarga
terima kasih karena telah
3. Mengukur tanda-tanda vital
diberikan gambaran
pra dan paskal latihan
untuk latihan

O:
 TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD:
130/90mmHG
 Tn.K dapat
mendemonstrasikan
ulang latihan ROM aktif
dalam diskusi
memperhatikan

A: Tujuan tercapai
P: Lanjutkan intervensi dan
evaluasi pelaksanaan senam
ROM, memberi motivasi.
2 2/6/21 1. Mendiskusikan perubahan Pukul: 16.30 WIB µ
15.30 pada lanjut usia: proses S:
menua, batasan lanjut usia Tn.K mengatakan yang
perubahan pada system dikatakan itu benar, karena saya
tubuh akibat perubahan O:
2. Mendiskusikan cara-cara Tn.K tempat aktif dalam diskusi
pencegahan jatuh pada Tn.K dan memperhatikan tidak ada
modifikasi lingkungan laporan Tn.K jatuh dan tanda-
3. Monitor tanda-tanda jatuh tanda jatuh
dan minta keluarga untuk A: tujuan berhasil
melaporkan jika terjadi jatuh P: lakukan kunjungan
selanjutnya untuk memonitor
terjadinya jatuh dan member
motivasi atas usaha yang diambil
1 3/6/21 1. Melakukan evaluasi pada Pukul: 10.00 WIB µ
08.00 Tn.K laihan ROM yang telah S:
diajarkan  Tn.K mengatakan “saya

2. Mendorong Tn.K untuk tadi sudah senam seperti

melakukan latihan secara yang diajarkan


 Keluarga mengatakan
teratur 2 kali sehari
“ya kami tadi juga ikut
3. Mengukur tanda-tanda vital
senam, kami akan
4. Member pujian atas
membantu ibu untuk
keberhasilan yang telah
latihan setiap hari
dicapai
 Tn.K mengatakan kaki
saya sudah tidak ngilu
setelah aya gerakkan

O: Ekspresi wajah Tn.K tampak


segar
TTV, TD : 130/80 mmHg
A: Tujuan berhasil
P: Lakukan terminasi dan
berikan latihan stimulant seperti
minyak.

2 3/6/21 1. Member motivasi Tn.K dan Pukul: 11.00 WIB µ


09.00 keluarga untuk S:
mempraktekkan cara Tn.K mengatakan terimakasih
pencegahan saya akan meminta anak saya
untuk membuat pegangan di
2. Member pujian atas usaha
kamar mandi dan di depan
yang dilakukan rumah
3. Memonitor tanda-tanda O:

jauh pada Tn.K Tidak terdapat tanda-tanda jatuh


dan laporan jatuh pada Tn.K
A: tujuan berhasil
P: lakukan terminasi dan
evaluasi kondisi Tn.K dan
keluarganya untuk melakukan
modifikasi lingkungan rumah
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gout Arthritis


pada Tn.K di RT.007/RW.003 Desa Air Emas Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan
Singingi tanggal 1 – 3 Juni 2021. Penulis mendapatkan kesejangan antara tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus melalui tahapan asuhan keperawatan gerontik mulai pengkajian, diagnose
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
4.1 Pengkajian
Data pada pengkajian ditemukan adanya kesenjangan dimana tidak semua data pada
konsep medis ditemukan pada tinjauan kasus. Adapun data yang terdapat pada tinjauan
teoritis tetapi tidak dijumpai pada tinjauan kasus adalah:
1. Anamnesis
Alamat ditemukan di tinjauan toritis, sedangkan tinjauan kasus tidak di munculkan
karena penulis mengikuti format pengkajian.

2. Riwayat penyakit sekarang


Dalam pemakaian obat analgesic sesuai dengan tinjauan teoritis sedangkan pada kasus
tidak ditemukan karena Tn.K lupa jenis obat yang ia pakai.

3. Riwayat penyakit dahulu


Dalam mengkaji kemungkinan penyebab masalah yang mendukung penyakit seperti
gagal ginjal ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan dalam tinjauan kasus tidak
ditemukan karena Tn.K hanya mengalami pilek, batuk, dan pusing.

4. Aktivitas dan istirahat


Di tinjauan teoritis ditemukan dalam melakukan aktivitas memiliki kesukaran tetapi di
tinjauan kasus ditemukan Tn.K mampu melakukan aktivitas secara mandiri karena
pola aktivitas dan istirahat masih dalam batas normal.

5. Pola nutrisi
Di tinjauan teoritis ditemukan kesulitan menelan dan mual muntah sedangkan di
tinjauan kasus tidak ditemukan kesulitan menelan dan mual muntah tetapi Tn.K
makan dengan frekuensi 3 kali, pola nutrisi Tn.K dalam batas normal.
6. Pola eliminasi
Masalah defekasi ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan di tinjauan kasus tidak
ditemukan tetapi yang ditemukan pada Tn.K yaitu BAK tidak mampu terkontrol.

7. Personal hygiene
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi seperti mandi ditemukan pada
teoritis sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan Tn.K mandiri dalam melakukan
aktivitas pribadi tanpa bantuan.

8. Neurosensori
Tanda dan gejala yang ditemukan dalam tinjauan teoritis yaitu hilang sensasi jari
tangan, pembengkakan pada sendi. Sedangkan di tinjauan kasus tidak ada ditemukan
tetapi yang ditemukan adalah Tn.K mengatakan kedua kaki kebas dan kesemutan.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Data pada diagnose keperawatan ditemukan adanya kesenjangan dimana tidak
semua diagnose pada konsep teoritis diangkat pada tinjauan kasus.
Ada 3 diagnosa keperawatan yang terdapat pada teoritis tetapi dalam ketiga
diagnosia ada yang tidak terdapat pada tinjauan kasus yaitu:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang tidak diangkat karena
data tentang gangguan rasa nyaman nyeri seperti wajah tampak meringis tidak
ditemukan pada tinjauan kasus
2. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah. Diagnose ini
tidak diangkat oleh penulis karena pada kasus ditemukan penanggulagan Tn.K
dalam pengobatan dengan berobat ke klinik bidan.
Sedangkan diagnose yang diangkat pada tinjauan kasus adalah:
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan. Penulis
mengangkat diagnose ini karena postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor,
perubahan gaya jalan lambat dan kaki diseret.
2. Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak.penulis mengangkat diagnose
ini karena Tn.K tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan
berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang.
4.3 Intervensi Keperawatan,
Setelah masalah prioritas selanjutnya disusun perencanaan keperawatan yang meliputi
tujuan jangka panjang dan jangka pendek, waktu, criteria hasil, untuk menilai sejauhmana
kenerhasilan yang dicapai.
Ada beberapa intervensi yang tidak dilaksanakan oleh penulis yaitu diagnosa:
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
- Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggunakan alat
bantu. Intervensi ini tidak di laksanakan oleh penulis karena keterbatasan dalam
menyiapkan alat bantu.
- Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ). Intervensi ini tidak
dilaksanakan oleh penulis karena penulis hanya menerapkan atau mengaplikasikan
asuhan keperawatan komunitas.

4.4 Implementasi Keperawatan


Data pada implementasi asuhan keperawatan, penulis memfokuskan tindakan
keperawatan sesuai intervensi keperawatan yang di tetapkan sebelumnya.
Adapun rencana yang ditentukan, tetapi belum terlaksana secara penuh yaitu:
- Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat bantu
Dalam intervensi ini penulis tidak melakukan karena kesenjangan dalam
menyiapkan alat bantu
- Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).
Dalam intervensi ini, penulis tidak melakukan karena penulis hanya
mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas yaitu khususnya mengenai
masalah lansia.

4.5 Evaluasi keperawatan


Data pada evaluasi merupakan hasil pengukuran keberhasilan rencana keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan perawatan dalam memenuhi kebutuhan perawatan yang
berlangsung pada tahap ini dapat dilihat masalah teratasi, masalah sebagian teratasi, serta
masalah yang tidak teratasi pada Tn.K . 2 diagnosa keperawatan yang ditemukan semua
masalah teratasi pada kasus.
Adapun diagnose dan intervensi yang dapat dibuktikan :
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
Melatih pergerakan aktivitas seperti ROM
Dibuktkan dengan
 TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD: 130/90mmHG
 Ny.A dapat mendemonstrasikan ulang latihan ROM aktif dalam diskusi
memperhatikan

2. Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak


Mencegah terjadinya cedera/ jatuh
Dibuktikan dengan :Tidak terdapat tanda-tanda jatuh dan laporan jatuh pada Tn.K
BAB V
PENUTUP

Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Tn.K di
RT.007/RW.003 Desa Air Emas Kecamatan Singingi Kabupaten kuantan Singingi, maka
penulis membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis.

5.1 Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Tn.K dengan gout arthritis
penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan pasien
dan keluarga, observasi langsung, dan studi dokumentasi. Pada tahap ini penulis tidak
mendapatkan hambatan dimana pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama.
2. Pada tahap diagnose keperawatan, penulis dapat merumuskan 2 diagnosa dari 4
diagnosa keperawatan. Ada dua diagnose kepeawatan yang ditemukan pada kasus,
berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan.
3. Pada tahap intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus disesuaikan
dengan kebutuhan pasien dan falisitas yang disediakan.
4. Pada tahap implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan, karena adanya
kerjsama pasien dengan keluarga.
5. Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari pelaksanaan yang
telah dilakukan selama 3 hari masalah pasien teratasi.

5.2 Saran
1. Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan komphrensif yang
mencakup aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga data yang diperoleh akurat
dan dapat menyimpulkan masalah yang di hadapi pasien.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan diharapkan, tetap merumuskan masalah dan
mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan pada kasus, sehingga
diperoleh diagnose keperawatan yang singkron.
3. Dalam menyusun rencana hendaknya tujuan yang ada dalam perencanaan dapat
menjawab apa yang menjadi masalah, dapat meningkatkan komunikasi . tahap ini
sebaiknya perlu peningkatan pengetahuan, agar rencana yang telah disusun benar-
benar dan mempunyai dasar logika.
4. Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap yang menentukan tercapainya tujuan,
sehingga perlu ditingkatkan kerjasama yang baik agar rencana yang telah disusun
benar-benar terlaksana.
5. Dalam evaluasi, perlu ditingkatkan kerja sama yang baik untuk menilai
perkembangan keberadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press,
Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Oleh: MISRIANI
Mahasiswa Profesi Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TI NGGI ILMU KESEHATAN
TENGKU MAHARATU
PEKAN BARU
2021

 1. Kompres es pada sendi


yang nyeri
 Kompres menggunakan jahe
yang sudah dihaluskan pada
sendi yang nyeri.

Anda mungkin juga menyukai