Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY S DENGAN ARTHRITIS RHEUMATOID

DI KELURAHAN KOLO Rt 003/Rw 001 KECEMATAN ASAKOTA KOTA BIMA

Di Susun Oleh : CAMRIATIN

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHTAN UNIVERSITAS


QAMARUL HUDA BADARUDIN BAGU LOMBOK TENGAH

TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunianya penulis dapat
menyelesaikan laporan kelolaan dengan judul Asuhan keperawan pada Ny S dengan
Diagnosa medis gout arthtis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna.oleh karena itu penulis
saran maupun kritik demi perbaikan laporan ini.
Tak lupa juga penulis mengucakan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan lapodan ini sehingga laporan ini dapat terselaikan.

2
BAB 1
PENDAHALUAN

A. Latar Belakang
Penyakit asam urat atau biasa dikenal dengan gout Arthtis merupakan suatu penyakit
yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat
merupakan hasil samping dari pemecahan sel yang terdapat di dalam darah, karena tubuh
secara berkesinambungan memecah dan membentuk sel yang baru. Kadar asam urat
meningkat atau abnormal ketika ginjal tidak mampu mengeluarkannya melalui urin,
sehingga dapat menyebabkan nyeri pada sendi, terbentuknya benjolan – benjolan pada
bagian tertentu (thopi). Oleh karena penyakit gout menyerang sendi, maka dapat disebut
juga sebagai Gout Artritis. Penyakit gout artritis merupakan penyakit metabolik, yaitu
penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme yang dalam hal ini ialah gangguan
metabolisme asam urat.
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap sebagai
beban keluarga dan masyarakat sekitarnya.kenyataan mendorong semakin
berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya
masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang
masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia
yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetpi juga dalam masyarakat
sekitarnya (Nugroho, 2012).
Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan: hanya 5% yang di urus oleh
institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah untuk lanjut usia, penyakit-penyakit
mungkin ganda dan kronis hampir 40% melibatkan lebih dari satu penyakit (komplikasi
sering erjadi), akiba-akibat dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit
(komplikasi sering terjadi), akibat-akiba dari ketidakmampuan akan lebih dari satu
penyakit (komplikasi sering terjadi), akbat-akibat dan ketidakmampuan akan lebih cepat
terjadi apabila lanju usia lebih rendah karena proses ketuaan sehingga seorang lanjut usia
lebih mudah terkena penyakit, lanjut usia kurang tahan terhadap tekanan mental
lingkungan dan fisik, pemeliharaan kesehatan yang buruk umumnya terjadi: kurang dari
1/3 tidak dilakukan check up kesehatan tahunan, banyak terlihat pemeliharaan kesehatan
sebagai pelayanan yang digunakan hanya selama krisis hidup, banyak terlihat lebih dari
satu orang dokter yang melihat secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh
lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang kronis
3
misalnya (Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, dan
penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang disebabkan rasa tidak diperlukan
(Padila,2013).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat serta dalam
proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara
berkala. Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik masalah
secara fisik, biologis, mental maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait
dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular
salah satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling banyak
menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra, 2013).
Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik maupun dalam
psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia harus dicegah melalui hal-hal
yang berkaitan dengan lingkungan seperti latihan fisik melatih pergerakan, modifikasi
lingkungan untuk mencegah terjadinya cidera pada lansia dan melatih kebiasaan pasien.
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah gerontik penulis
melakukan pengkajian di desa tangga kecematan monta. Dengan kewajiban mengambil 1
kasus, membawa kasus kelolaan yang dibahas dari BAB 1- BAB 5 yang penulis angkat
yaitu Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gout Arthritis Pada Ny.S Di desa tangga
kecematan monta kabupaten bima

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis
pada Ny. S di kolo kecematan asakota.
2. Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik dengan gout arthritis
pada Ny.S
2. Penulis mampu menegakkan diagnose keperawatan dengan gout arthritis pada
Ny.S
3. Penulis mampu membuat rencana keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada
Ny.S
4. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik dengangout
arthritis pada Ny.S
5. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.S dengan gout arthritis.

4
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan laporan ini, penulis membahas asuhan keperawatan gerontik dengan
gout arthritis pada Ny.S di Kolo Kecamatan Asakota pada tangga 16 juni 2022

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:
1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
3. Studi kepustakaan

E. Sistematika penulisan

BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,


metode penulisan.

BAB II :Tinjauan teoritis terdiri dari konsep lansia dan askep.

BAB III :Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi

BAB IV :Pembahasan

BAB V :Penutup

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia
1. Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan
yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade ( Notoatmojo,2011). Menurut
WHO, 1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak bisa
dipisah-pisahkan, konsep kebutuhan tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan
ekonomi. Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang,
yaitu suatu periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).

2. Batasan-batasan Lanjut Usia


Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar antara
60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia menurut adalah sebagai
berikut:
a) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam UU no 13
tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita
(Padila,2013).

3. Masalah-masalah Pada Lanjut Usia


Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik
baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia
seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik,
yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain.

6
Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh
terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin
berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley,
2007).

Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman
memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan
kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat
besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan
inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis,
masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan
menyebabkan komplikasi sekunder (Watson, 2003).

Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri


pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular
yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi
ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan
ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata
dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia
dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria (Watson, 2003).

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat
jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2000).

Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya


kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit – penyakit
yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut
usia bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian
besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi
(kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua
aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk

7
makan, tidak mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif
sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan
dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di
berikan adalah melalui petugas panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia
biasanya meningkat pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal
ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di
jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000).

Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita
yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab
inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat
dan diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).

4. Teori-teori Proses Menua


Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori
biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori pelepasan, teori
aktivitas, dan teori berkelanjutan.

a) Teori Biologis

Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada
waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah
yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel
pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi,
jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut
mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan
berkurangnya umur.

Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein
tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada
lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago
dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring
dengan bertambahnya usia.

Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami


kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi,

8
penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres
biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.

Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut
usia merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan
mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau
menarik diri dari masyarakat.

Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini
berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka
secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur,
mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan
melakukan banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara
sitem sosial dan individu daru usia pertengahan kelanjut usia.

Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan


bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan
kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya
(Darmojo, 1999 dalam Watson, 2003).

5. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia


Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan
yang diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus
menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua
mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Bagi sebagian orang besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang
didasarkan pada pengalaman dan observasi yang di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;

9
a) Penuan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada
makromolekular,
b) Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan
jaringan elastis atau kekurangan amiloid,
c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau
akumulasi substansi
d) Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini
di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia
tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti
terhadap nyeri, temperature, dan penyakit berkemih.

6. Penyakit umum pada lanjut usia

Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Watson,2003)
yakni:

1) Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi


2) Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes melitus,klimakterium,hipertiroid
dan hipotiroid
3) Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun penyakit kolagen
lainnya
4) Berbagai macam neoplasma
 Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris:
1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis
3. Gangguan tungkai
4. Gangguan pada sendi
5. Dimensia
6. DM,osteomalasia,hipotiroidisme

10
B. Konsep Medis Gout Artritis
1. Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit
metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout
adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi
besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan
tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya
mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dapat
mempengaruhi beberapa sendi.
2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
a. Faktor resiko Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :
1. Suku bangsa /ras
Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk
pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena
kebiasaan atau pola makan dan konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
2. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai
akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat
menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan
kadarnya dalam serum (Carter, 2005).
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.
Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter,
2005).

11
3. Patofisologi

Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang
telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme
serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.

1. Presipitasi kristal monosodium urat. Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di


jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam
protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon
terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN). Pembentukan kristal menghasilkan
faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan
terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan
kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan
kerusakan jaringan.

4. Manifestasi Klinis
Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang.
Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
1) Nyeri sendi
2) Menyerang satu sendi saja
3) Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
5) Kesemutan dan linu
6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak

12
5. Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan serangan akut .
Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:
a. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan arthritis gout
maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek samping yang sering
ditemui diantaranya sakit perut , diare, mual atau muntah-muntah. Kolkisin bekerja
pada peradangan terhadap Kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel radang.
Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual atau diare hilang. Kontraindikasi
pemberian oral jika terdapat inflamammatory bowel disease.
b. OAINS
Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan adalah
indometasin. Dosisi awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam. Kontraindikasinya jika
terdapat ulkus peptikus aktif, gangguan fungsi ginjal, dan riwayat alergi terhadap
OAINS.
c. Kortikosteroid
untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi yang terserang
monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif, contohnya triamsinolon 10-40
mg intraartikular.
d. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin karena
dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan
memperberat hiperurisemia.
e. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah
serangan menghilang.

6. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah
( > 6mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8mg% dan pada wanita 7mg
%. pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepatlagi bila dilakukan dengan cara
enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis ringan dengan led meninggi sedikit.
Kadar asam urat dalam urin juga sering tinggi (500 mg%/liter per 24 jam).

Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk


menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental
sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan
gambarankristal asam urat ( berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik.

 Kriteria diagnostik Artritis Gout ( ARA 1977)


A. Kristal urat dalam cairan sendi.
B. Tofus yang mengandung kristal urat.
C. Enam dari kriteria dibawah ini:
1. Lebih dari satu kali serangan ertritis akut
2. Inflamasi maksimal pada hari pertama
3. Artritis monoartikular
4. Kemerahan sekitar sendi

13
5. Nyeri atau bengkak sendi metatarsofalangeal 1
6. Serangan unilateral pada sendi metatarsofalangeal 1
7. Serangan unilateral pada sendi tarsal
8. Dugaan adanya tofus
9. Hiperurikemia
10. Pembengkakan asimetri sebuah sendi pada foto rontgen
11. Kista subkortikal tanpa erosi pada foto rontgen
12. Kultur mikroorganisme cairan sendi selama serangan inflamasi sendi negative.

 Klasifikasi Gout
a. Gout primer
Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau
akibat penurunan ekresi asam urat
b. Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat
yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.

7. Tanda dan Gejala


1. Stadium Arthritis Gout Akut
 Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
 Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
 Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacang-kacangan, rempelo dll),
kelelahan fisik, stres, diuretic.
 Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol atau obat urikosurik
dapat menyebabkan kekambuhan.
2. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode
interkritikal asimptomatik.
3. Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri sehingga dalam
waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Pada tahap ini akan terjadi
benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus.
Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan
deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada
sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak
akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

14
C. Konsep dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis


riwayat kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas,
pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi
(Stanley,Mickey.2007)

Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin,


alamat, agama, status perkawinan.

a. Riwayat penyakit sekarang : Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya


keluhan dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala
tersebut berkembang. Penting ditanyakan  berapa lama pemakaian obat
analgesic, allopurinol.
b. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal
kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan
adalah pernakah klien dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya
pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.
c. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu
yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout
dipengaruhi oleh faktor genetic.
d. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau
diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai
suatu program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau
menyakitkan.
e. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan
menelan dan mual muntah
f. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
g. Personal Hygine Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi,
ketergantungan.

15
h. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan,
pembengkakan pada sendi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
c. Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak
d. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi dari beberapa diagnosa yaitu:
a. gangguan rasa nyaman (nyeri)
 Tujuan jangka panjang :
 Setelah di lakukan pengkajia PQRST tindakan asuhan keperawatan selama 3 x
24 jam masalah nyeri klien teratasi
 Tujuan jangka panjang :
 Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien dapat
mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen nyri dengan benar,
Kriteria hasil :
a) Nyeri hilang atau terkontrol
b) Ekspresi wajah klien rilek
c) Skala nyeri 3

 Rencana tindakan :
1. Kaji PQRST
2. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas, dan kualitas nyeri ( 0-10 ).
3. Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan.
4. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.
5. Dorong untuk sering ubah posisi
6. Bantu passien bergerak di tempat tidur.

16
7. Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
mennyentak.
8. Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi.
9. Berikan masase yang lembut.
10. Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.

b. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan


 Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien mampu
berjalan dengan baik
 Tujuan jangka pendek:
Setelah 1 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan ROM
dengan criteria :
1. mampu menyebutkan manfaat latihan ROM
2. dapat mempraktekan latihan ROM
 Rencana tindakan :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi penderita
gangguan mobilitas
2. nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
3. monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
4. monitor tanda-tanda vital
5. monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
6. diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
7. demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga.
8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat
bantu
9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).

c. Resiko injury
 Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah cidera
klien tidak terjadi.
 Tujuan jangka pendek :

17
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat
meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
1. tidak ada laporan jatuh dari keluarga atau klien
2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien
 Rencana :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia
dan akibatnya
2. monitor tanda-tanda jatuh pada klien
3. diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan pada lanjut usia
proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada system tubuh, akibat
perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien
tidak jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat digunakan
peralatan biaya tenaga
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.

d. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah


- Setalah di lakukan tindakan asuha keperawatan selama 3 x 24 jam Pasien dan
keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan 
dirumah.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang diberikan
oleh dokter atau perawat. 
2. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis,
tujuan dan efek samping
3. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang
teratur.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik. 
5. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan.
18
6. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit
7. Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : selasa 16 Juni 2022

Nama pengkaji : Camriatin

A. Pengkajian
1. Identitas
a) Nama : Ny. S
b) Tempat tgl lahir : BIMA, 7 januari 1955
c) Jenis Kelamin : Perempuan
d) Status perkawinan : kawin
e) Agama : islam
f) Suku : Bima
g) Alamat : Kolo Rt 003/Rw 001 kec.Asakota.Kota Bima
2. Riwayat keluarga

Genogram

Keterangan:

: Laki-laki : Laki-laki meninggal

: Perempuan : Perempuan meninggal

20
: Anggota keluarga yang sakit

: Hubungan perkawinan : T’gal dalam satu rumah

3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi


a) Pekerjaan saat ini
Klien mengatakan saat ini hanya dirumah saja, kadang kadang kalau ada kemauan
klien pergi ke kebun yang ada di samping rumahnya.
b) Pekerjaan sebelumnya
Klien mengatakan pekerjaanya hanya IRT
c) Sumber pendapatan
Klien mengatakan sumber pendapatan dari bantuan anak saja.
d) Kecukupan pendapatan
Klien mengatakan pendapatannya cukup untuk makan sehari-hari.

4. . lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapian

a) Ruangan
Bersih dan rapi
b) Penerangan
Terang
c) Sirkulasi udara
Bagus karena terdapat banyak jendela jendela didepan rumah
d) Sumber air minum
Air gallon
e) Keadaan kamar mandi
Besar, lantai licin dan berlumut
f) Pembuangan sampah
Ditempat pembuangan sampah umum
g) Resiko injury
Kamar mandi berlumut dan licin

21
5. Riwayat rekreasi
a. Hobby/minat : Ny S mengatakan saat ini tidak menat dengan kegiatan
apapun
b. Keanggotaan organisasi : Ny S mengatakan dia hanya mengikuti organisasi
pengajian desa
c. Liburan perjalanan : Ny S mengatakan dia tidak pernah melakukan
perjalan jauh
6. Sistem pendukung
a. Pelayanan kesehatan terdekat : Ny S mengatakan melakukan pemeriksaa di
puskesmas terdekat
b. Jarak dari rumah : sekitar 500 M
7. Deskripsi kekhususan
a. Kebiasaan ritual : Ny S mengatakan kebiasaannya sebelum tidur yaitu mengaji

8. . Riwayat kesehatan

a) Status kesehatan saat ini


1) Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini Ny S mengatakan nyeri pada
bagian kaki khususnya pada lutut,tumit dan pinggang
b) Riwayat kesehatan 5 tahun yang lalu
Ny.S belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang diderita adalah
pusing, batuk dan pilek. Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit adalah
membeli obat diwarung jikatidak sembuh baru di bawa ke puskesmas.

9. Keluhan utama
Ny S mengeluh nyeri dan kaku di kaki khusunya pada lutut,tumit dan pinggang,nyeri
datang terutama saat ganti posisi dari duduk ke berdiri dan berjalan, dengan skala
PQRST sbb :
1. P :
 Nyeri bertambah jika di gunakan bergerak
2. Q :
 Nyeri menetap di daerah di daerah sendi seperti lutut,tumit,dan
pinggang
3. R :
 Nyeri terasa pada kaki

22
4. S :
 Skala nyeri 5 (0-10) skala sedang
5. T :
 Ny S mengatakan sakitnya pada malam hari dan pagi hari setelah beraktivitas
 Nyerinya dan kaku terasa kadang-kadang
10. Aktivitas hidup sehari-hari
1) Makan dan minum
Ny.S mampu melakukan aktivitas makan dan minum secara mandiri
2) Eliminasi
Ny.S mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri dengan mandiri, tetapi
keluhan yang dirasakan tidak dapat mengontrol BAK jika mau ke kamar mandi,
kadang sudah keluar sendiri sebelum sampai ke kamar mandi.
3) Toileting
a. Mandi: Ny.S mengatakan mandi 1 hari sehari dilakukan sendiri
b. Gosok gigi : 2X Sehari
c. Mencuci rambut: 3 minggu sekali
d. Berpakaian dan berhias : memakai sendiri tanpa bantuan.
4) Istirahat tidur
Ny.S mengtakan biasanya tidur malam mulai jam 21.00 WIB jika siang Ny.S
beristiahat di dalam rumah atau diluar rumah
5) Aktivitas
Ny.S mengatakan tidak pernah berolahraga, paling nyapu, berpindah masih dilakukan
secara mandiri tetapi Ny.S mengatakan sudah tidak mampu berjalan jauh.
6) Neurosensori
Ny.S mengatakan tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan kesemutan.

7) Psikososial
a. Hubungan social
 Ny.S mengatakan tidak mengikuti salah satu kegiatan di masyarakat dengan
alasan sudah tua
 Ny S tetap menjalin hubungan baik dengan tetangga sekitar

23
b. Konsep diri
Ny.S mengatakan semua bagian tubuhnya di sukai. Sekarang peran Ny.S adalah
sebagai ibu dan nenek yang diharapkan keluarganya dapat sebagai tempat mengadu
8) Nilai dan keyakinan spiritual
Ny.S beragama islam yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu pasti
menyembuhkan apapun yang terjadi pada diri kita.

11. Pemeriksaan Fisik


a. tanda-tanda vital
1) Keadaan Umum : Cukup
2) Kesadaran : Compos Metis
3) Suhu : 36 ©
4) Nadi : 88x/ menit
5) Tekanan Darah : 160/100 mmHg
6) Pernafasan : 22x/menit
b. Kebersihan Perorangan
1) Kepala
 Rambut : bersih,tidak ada ketombe,sudah beruban semua,tidak
lembab
 Mata : sklera anikterik,konjungtiva anemis
 Mulut : bersih,lidah bersih
 Telinga : bersih tidak terlihat kotoran,telinga kiri untuk
mendengar sudah mulai susah karna faktor usia.
2) Leher : Tidak terdapat pembesaran tiroid
3) Dada /thorak : Dada simetris,tidak nampak ada retraksi interciostal
4) Abdomen : Nampak tidak ada lesi dan tidak ada benjolan
5) Muskoloskeletal : Tidak terdapat Fraktur ekstermitas masih dapat di fungsikan
dengan baik,kedua tangan dan kaki Ny S tampak sejajar dan sama besar dan
panjang

24
B. Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 Ds :
Ny S sering mengeluh nyeri dan kaku di Nyeri akut Agen cedera

kaki khususnya pada lutut,tumit dan biologis

pinggang,nyeri datang terutama saat


ganti posisi dari duduk ke berdiri dan
berjalan dengan skala PQRST sbb :
 P : Nyeri bertambah jika di
gunakan bergerak
 Q : Nyeri menetap pada daerah
sendi seperti lutut,tumit dan
pinggang
 R : Nyeri terasa pada Kaki
 S : skala nyeri 5 (sedang)
 T : Nyeri di kaki terasa pada
malam hari dan pagi hari setelah
beraktivitas,nyeri terasa kadang-
kadang
Do :
 Wajah Ny S terlihat menahan
nyeri pada saat jalan atau pindah
posisi
 Ny S terlihat sering mengganti
kakinya dan meringis
 Nadi 88x/menit
 TD : 160/100mmHg
 RR : 22x/menit

25
2 Ds :
 Ny S mengatakan ingin tau Kurang Kurangnya

tentang penyakitnya,dan cara pengetahuan informasi

mengatasi nyeri
 Ny S mengatakan sering tidak
bisa tidur karna merasakan nyeri
dan terasa pegal-pegal di
pinggang
Do :
 Ny S tampak aktif bertanya

C. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisa data didapatkan diagnosa sbb :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
D. Intervensi Keperawatan
Nama : Ny.S
Umur: 67 Tahun

No Diagnose Tujuan Rencana Tindakann


Dx keperawatan
1 Nyeri akut  Umum : 1) Lakukan pengkajian nyeri secara
berhubungan Setelah dilakukan intervensi komprehensif termasuk
dengan agen selama 2 hari Ny S mampu lokasi,karakteristik,durasi,kualita
cedera mengatasi nyerinya s dan faktor prepisipitasi
biologis  Tujuan Khusu : 2) Observasi reaksi nonverbal dari
Setelah dilakukan intervensi ketidak nyamanan
keperawatan selama 2x 3) Ajarkan tentang teknik
pertemuan selama 40 menit di nonfarmokologi : napas
harapkan : dalam,relaksasi distraksi,kompres
 Mampu mengontrol hangat/dingin,senam rematik
nyeri(tau penyebab 4) Tingkatkan istrahat

26
nyeri,mampu
menggunakan tehnik
nonfarmokologi untuk
mengurangi nyeri.
 Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
menejemen nyeri
 Mampu mengenali
nyeri( skala
nyeri,intensitas,frekue
nsi,dan tanda nyeri )
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2 Kurang  Umum : 1) Kaji pengetahuan Ny S tentang
pengetahuan Setelah dilakukan rematik dan perawatannya
berhubungan perawatan selama 2 hari di 2) Kaji Tindakan perawatan yang
dengan harapkan pengetahuan Ny S sudah dilakukan oleh Ny S
kurang mengenai rematik 3) Jelaskan pengertian,penyebab,dan
mengenal bertambah gejala dari rematik
informasi  Khusus 4) Diskusikan dengan Ny S tentang
Setelah di lakukan perawatan penyakit Rematik
intervensi selama 2x 5) Dorong Ny S untuk melakukan
pertemuan di harapkan tindakan perawatan seperti yang
Ny S : telah di jelaskan
 Memahami tentang 6) Berikan pujian atas tindakan yang
rematik dengan telah di lakukan oleh Ny S
kriteria hasil dsapat 7) Anjurkan untuk kontrol ke
menyebutkanpengert pelayanan kesehatan jika
ian,gejala,penyebab, merasakan nyeri rematik.
komplikasi,dan
perawatan pada

27
rematik

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama : Ny.S
Umur : 66 tahun

No Tgl/jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Para


Dx f
1 7-06- 1) Melakukan pengkajian Jam: 09.30 WIB
2022 mengenai kesehatan Ny S saat S :
08.00 ini 1) Ny S mengeluh nyeri kaki
2) Melakukan pemeriksaan karena rematik,skala nyeri
fisik,TTV dan keluhan Ny S PQRST :
3) Mengevaluasi kondisi nyeri  P : Nyeri bertambah jika
Ny S di gunakan bergerak
4) Mengobservasi non verbal Ny  Q : nyeri menetap di
S terhadap ketidak nyamanan daerah sendi seperti
5) Monitor toleransi aktivitas Ny lutut,tumit dan pinggang
S  R :Nyeri terasa pada kaki
 S : skala 5(nyeri sedang)
 T : nyeri pada saat
malam hari,dan pagi hari
setelah beraktivitas,nyeri
terasa kadang-kadang.
O:
1) TTV :
 Suhu : 36©
 Nadi :88x/menit
 TD : 160/100mmHg
 RR : 22x/menit

28
2) Muka klien terlihat meringis
ketika berjalan dan sering
mengelus-elus kakinya
3) Klien mampu melakukan
aktivitas secara mandiri
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : lanjut intervensi
1 08-06- 1) Mengevaluasi adanya nyeri Pukul: 09.00 WIB
2022 2) Memonitor toleransi aktivitas S:
08.30 klien 1) Klien mengatakan masih
3) Memonitir TD,Nadi,suhu ,RR terasa nyeri pada
kaki,namun namun terasa
kurang nyerinya setelah
di kompres hangat
2) Ny S mengatakan akan
melakukan kompes
hangat dan sudah
mempunyai handuk
untuk di lakukan
kompres
O:
1) Klien mampu melakukan
aktivitas secara mandiri
2) TTV :
Suhu : 36©
Nadi : 88x/menit
TD :160/100
RR : 22x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P : Lanjut intervensi
2 09-06- 1) memonitor TTV Pukul: 16.00 WIB
2022 2) Menjelaskan tentang S :
14.30 pengertian,tanda dan gejala  ny S mengatakan sudah

29
serta penyebab dari rematik mengerti tentang
3) Menginformasikan kepada penyakit rematik
Ny S terhadap penyebab  Ny S mengatakan senang
nyerinya telah di beri informasi
4) Mengajarkan senam rematik mengenai penyakitnya
5) Mengajarkan tentang teknik  Ny S mengatakan
nonfarmokologi seperti senang telah di ajarkan
kompres hangat/dingin atau senam rematik
dengan di gosok balsem dan
latihan ROM. O:
TTV :
TD : 160/100 mmHg
N : 88x/menit
S : 36 ©
RR : 22x/menit
 Ny S tampak memahami
penyebeb nyerinya
 Ny S tampak antusias
mendengarkan
penjelasan

A : masalah teratasi
P:-

30
BAB IV

PENUTUP

Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.S di
Kolo, maka penulis membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi
pembaca dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan gerontik dengan
gout arthritis.

1. Kesimpulan
a. Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Ny.S dengan gout
arthritis penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara
dengan pasien dan keluarga, observasi langsung, dan studi dokumentasi. Pada
tahap ini penulis tidak mendapatkan hambatan dimana pasien dan keluarga
dapat diajak bekerjasama.
b. Pada tahap diagnose keperawatan, penulis dapat merumuskan 2 diagnosa dari
4 diagnosa keperawatan. Ada dua diagnose keperawatan yang ditemukan pada
kasus, berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan.
c. Pada tahap intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan falisitas yang disediakan.
d. Pada tahap implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan, karena
adanya kerjasama pasien dengan keluarga.
e. Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari pelaksanaan
yang telah dilakukan selama 4 hari masalah pasien teratasi.

2. Saran
a. Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan
komphrensif yang mencakup aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga

31
data yang diperoleh akurat dan dapat menyimpulkan masalah yang di
hadapipasien.
b. Dalam perumusan diagnose keperawatan diharapkan, tetap merumuskan
masalah dan mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan
pada kasus, sehingga diperoleh diagnose keperawatan yang singkron.
c. Dalam menyusun rencana hendaknya tujuan yang ada dalam perencanaan
dapat menjawab apa yang menjadi masalah, dapat meningkatkan komunikasi .
tahap ini sebaiknya perlu peningkatan pengetahuan, agar rencana yang telah
disusun benar-benar dan mempunyai dasar logika.
d. Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap yang menentukan tercapainya
tujuan, sehingga perlu ditingkatkan kerjasama yang baik agar rencana yang
telah disusun benar-benar terlaksana.
e. Dalam evaluasi, perlu ditingkatkan kerja sama yang baik untuk menilai
perkembangan keberadaan pasien.

32
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press,
Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.

33

Anda mungkin juga menyukai