PRAKTIK KLINIK
SEMESTER V T.A 2021/ 2022
Di susun oleh:
PRESEPTOR AKADEMIK
PRESEPTOR KLINIK
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidyah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan di Upt Pelayanan sosialisasi ini
Tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini banyak mendapat bantuan, arahan dan bimbingan dari
berbagai pihak yang bersifat dukungan moril maupun materiil.Oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Husnan S.Kp,MKM selaku direktur Poltekkes Kemenkes Riau.
2. Ibu Hj.Rusherina S.Pd,S.Kep,M.Kes selaku ketua jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes
Riau.
3. Ibu Idayanti S.Pd,M.Kes selaku ketua program studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Riau dan koordinator mata kuliah gerontik poltekkes kemenkes riau
4. Ibu Hj.Masnun SST,S.Kep,M.Biomed
5. selaku clinical instructure ruang (Anggrek)
6. Seluruh kakak-kakak Upt Pelayanann Sosialisasi
Saya menyadari dalam penyususnan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan ,untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan
berikutnya.Semoga lapoaran ini dapat bermanfaat bagi saya,khususnya pembaca dan
umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
4. Proses Menua
Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah dan
mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi organ juga
mengalami penurunan. Banyak factor yang dapat mempengaruhi terjadinya penuaan
yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor genetik yang melibatkan perbaikan
DNA, respon terhadap stres dan pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor
lingkungan meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit dan stres dari luar,
misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi. Kedua faktor tersebut akan
mempengaruhi aktivitas metabolism sel yang menyebabkan stres oksidasi sehingga
terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan
(Sunaryo, et.al, 2016).
5. Tipe –tipe Lansia
Menurut Nugroho (2000) tipe lansia tergantung dari karakter, ekonomi,kondisi
fisik, mental, pengalaman hidup, sosial dan lingkungannya.tipe-tipe lansia bisa
dijabarkan seperti berikut:
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati,sederhana,dermawan,memenuhiundangan,danmenjadipanutan.
2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencaripekerjaan,bergauldenganteman,danmemenuhiundangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan
banyak menuntut.
4) Tipepasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agaman, dan
melakukan pekerjaan apasaja.
5) Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal,
pasif,dan acuh tak acuh.
Selain itu tipe lansia yaitu tipe konstruktif, tipe optimis, tipe dependen
(ketergantungan), tipe militan dan serius, tipe devensif (bertahan), tipe putus asa
(benci terhadap dirinya) serta tipe pemarah/frustasi (kekecewaan karena gagal dalam
melakukan sesuatu).
6. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan
terjadinya banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
1) Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung
pada persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia
yang memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap
dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik,
emosi, atau sosial yang menghambat kegiatan akan
menganggap dirinya sakit.
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit
kering, penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan
refleks batuk, pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan
sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi
dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya
usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor,
dan lingkungan
2) Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial,
kognitif, dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia
biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat
keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional
dan kesejahteraan seorang lansia.
Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan
perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat
penting untuk menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang
mendadak dalam ADL merupakan tanda penyakit akut atau
perburukan masalah kesehatan.
3) Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan
4) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan
melibatkan proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin
panjang usia seseorang, maka akan semakin banyak pula
transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup,
yang mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi
masa pensiun dan perubahan keadaan finansial, perubahan
peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan
fungsional dan perubahan jaringan sosial.
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat
kaitannya dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh
karena itu, lansia yang memasuki masa-masa pensiun akan
mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
a) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
b) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya dengan
beberapa hal sebagai berikut:
e) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan
bahan cara hidup (memasuki rumah perawatan,
pergerakan lebih sempit). Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian
dari
jabatan. Biaya hidup meningkat padahal penghasilan
yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan
sosial.
Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan
dan kesulitan.
Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan keluarga.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri)
B. Konsep Medik
1. Definisi DM
Glukosa
Hiperglikemia
Poliurea
Proses Terjadinya Perfusi Perifer
Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus
ketidakstabilan glukosa darah
4. Manifestasi DM
Manifestasi klinis yang serig dijumpai pada pasien DM menurut Bararah
dan Jauhar (2013) yaitu :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) merupakan gejala yang paling
utama yang dirasakan oleh setiap pasie. Jika konsentrasi glukosa dalam
darah tinggi, ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan eletrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria).
b. Polidipsia merupakan peningkatan rasa haus akibat volume urine besar dan keluarnya
air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dihidrasi
ekstrasel karena air intrasel akan derdisfusi keluar mengikuti penurunan gradient
konsentrasi ke plasma hipertonik. Dihidrasi intrasel merangsang pengeluaran
Antideuretik Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula
didalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi.
d. Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi imun,
dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
e. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel
untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
f. Kelainan kulit, yaitu kelainan kulit gatal-gatal diketiak dan dibawah
payudara, biasanya akibat tumbuh jamur.
g. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati, pada penderita DM
regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya bahan
dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak persyarafan
terutama perifer mengalami kerusakan.
h. Luka yang tidak sembuh-sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makan yang lain. Pada penderita DM bahan
protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan
dipergunakan untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu
luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme
yang cepat pada penderita DM.
i. Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia. Dapat disebabkan juga kelainan pada korpus itreum.
5. Komplikasi DM
Komplikasi yang berkaitan dengan DM diklasifikasikan sebagai
komplikasi akut dan kronik.Komplikasi akut terjadi apabila kadar glukosa darah
seorang meningkat atau menurun tajam dalam waktu yang singkat (Anonim,
2001). Sedangkan komplikasi kronik terjadi apabila kadar glukosa darah secara
berkeoanjangan tidak terkendali dengan baik sehingga menimbulkan berbagai
komplikasi kronik diabetes melitus (Perkeni, 2011). Beberapa komplikasi akut
dan kronik dari DM adalah :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar glukosa dalam darah yang abnormal rendah) terjadi
jika glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Penyebab
hipoglikemia dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang
berat. Gejala terdiri atas gejala adrenergik seperti tremor, takikardia, palpitasi, rasa
lapar, dan gejala neuro-glikopenik seperti perasaan ingin pingsan, penurunan daya
ingat, gelisah, kejang, kesadaran menurun sampai koma.Rekomendasi biasanya
berupa pemberian 10 hingga 15 gr gula yang bekerja cepat peroral. Penderita DM tipe
II yang menggunakan obat hipoglikemia oral juga dapat mengalami hipoglikemia
(khususnya pasien yang menggunakan klorpropamid yang merupakan obat
hipoglikemia oral dengan kerja lama) (Brunner & Suddarth, 2013).
b. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosayang
memasuki sel akan berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemia. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan, ginjal akan mensekresikan glukosa
bersama air dan elektrolit. Diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuri akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Terapi ketoasidosis diabetik
diarahkan pada perbaikan utama, yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis
(Brunner & Suddarth, 2013).
c. Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan DM yang
mencakup :
1) Penyakit makrovaskuler (pembuluh darah besar) : memengaruhi sirkulasi
koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.
2) Penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil) : memengaruhi mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati).
3) Penyakit neuropatik : memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom serta
berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki
diabetik (Brunner & Suddarth, 2013)
6. Pemeriksaan diagnostik DM
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni,2011), menjelaskan bahwa
pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis DM ditegakkan bila ada gejala khas DM berupa
polyuria (peningkatan pengeluaran urin), polydipsia (peningkatan rasa haus) , polifagia
(peningkatan rasa lapar) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Jika terdapat gejala khas, maka pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS)≥200mg/dl diagnosis DM sudah dapat
ditegakkan.
b. Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP)≥126mg/dl juga dapat digunakan untuk
pedoman diagnosis DM.
c. Pemeriksaan Hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan tunggal yang
sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua
tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan
kendali glikemik.
Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM.
Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal penanganan,
pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian.
Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali
saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan investigasi lebih
lanjut yaitu:
1. Pemeriksaan GDP≥126mg/dl, GDS≥200mg/dl pada hari yang lain.
2. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200mg/dl.
7. Penatalaksaan medis DM
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan teraputik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglekemia dan gangguan
serius pada pola aktivitaspasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM
(Andarmoyo, 2013),
yaitu:
1. Diet
Jumlah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan zat gizi pada pasien DM adalah :
Protein American Diabetes Association (ADA), merekomendasikan protein
yang dikonsumsi pasien diabetes mellitus sebesar 10-20%.
Lemak. Asupan lemak yang dibutuhkan 20-25% tapi jika pasien dengan kadar
trigliserida > 1000 mg/dl dianjurkan untuk diet dyslipidemia tahap II yaitu <
7% energy total dari lemak jenuh, tidak lebih dari lemak total dan kandungan
kolesterol 200 mg/hari.
Karbohidrat. Rekomendasi jumlah karbohidrat untuk penderita DM adalah 60-
70% kalori.Serat. Serat yang direkomendasikan pada penderita DM adalah
serat larut dengan jumlah yang dikonsumsi sebesar 20-30% dari berbagai
sumber makanan.Natrium. Asupan natrium pada pasien DM sama dengan
yang tidak menderita DM yaitu sebesar tidak lebih dari 300 mg dan pasien
hipertensi ringan sampai sedang dianjurkan 2400 mg natriun perhari.
Alkohol. Alkohol diminum oleh penderita DM sebaiknya pada saat makan
karena mengakibatkan hipoglikemia. Tapi jika
penggunaan alkohol dikonsumsi dengan jumlah sedang tidak akan
mempengaruhi kadar gula darah jika gula darah terkontrol.
2. Jadwal Diet Ketat
Pasien DM diperlukan jadwal makan yang teratur, agar terkendali gula
darahnya. Jadwal makan itu yaitu makan pagi, makan siang, makan malam
dan snack antara makan besar. Makan saat lapar porsinya biasanya lebih
besar di bandingkan makan sebelum lapar. Karena itu pasien DM dianjurkan makan
sebelum lapar. Jumlah kalori diet DM sesuai dengan status gizi pasien, berkisar antara
110-2500 kalori.
3. Jenis : boleh dimakan/ tidak
Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan makanan
khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah
menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting
bagi kita terutama penderita DM untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa
darah. Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak
dianjurkan atau dibatasi bagi penderita DM yaitu :
Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi
dan sagu.Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu
skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah
dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus,
disetup, direbus dan dibakar.
Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita DM
adalah :
1) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa,
sirup,
jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es
krim, kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.
Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food),
goreng-gorangan.
2) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan
yang diawetkan (Almatsier, 2006).
4. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake).
Mencegah kegemukan.
Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.
Meningkatkan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan merangsang
pembentukan glukosa baru.
Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
5. Penyuluhan
Penyuluhan yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan penyakit,
pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang ditimbulkan dan resikonya,
intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, cara mengatasi hipoglikemi, olahraga
yang teratur dan cara menggunakan fasilitas kesehatan. Perencanaan diet yang tepat
yaitu cukup asupan kalori, protein, lemak, mineral dan serat. Ajarkan pasien untuk
dapat mengontrol gula darah untuk mencegah komplikasi dan mampu merawat diri
sendiri (ADA, 2016). Penyuluhan tentang DM dapat menggunakan media leaflet,
poster, TV, video, diskusi kelompok, atau alat peraga lain yang dapat digunakan
media untuk penyuluhan.
6. Obat
Obat untuk penderita DM ada obat hipoglikemi oral dan insulin yang
diberikan sesuai kebutuhan. Obat hipoglikemi oral dapat dibedakan menjadi 3
golongan berdasarkan cara kerjanya yaitu :
1) Pemicu sekresi insulin Sulfonilurea bekerja meningkatkan sekresi
insulin pada otot dan sel beta pankreas, meningkatkan performance dan
jumlah
reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan efisiensi
sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transport karbohidrat ke
sel otot dan jaringan lemak, penurunn produksi glukosa oleh hati,
bekerja melalui alur kalsium sensitive terhadap ATP. Contohnya obat
Khlorpropamid, Glibenklamid, Gliklasid, Glikuidon, Glipsid, Gimepiri
Glinid obat generasi baru tapi cara kerjanya sama dengan Sulfonilurea.
Contoh obatnya Repaglinid dan Nateglinid.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin Biguamid. Cara kerjanya tidak
merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah
sampai normal (euglikemia), dan tidak menyebabkan hipoglikemia.
Contoh obat ini adalah Metformin dan Thiazolindion/ glitazon.
3) Penghambat alfa glukosidase/ Acarbose. Cara kerja obat ini adalah
menghambat enzim alfa glukosidase pada dinding usus halus yang
dapat mengurangi digesti karbohidrat kompleks dan absorbsinya
sehingga mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial. Obat
ini hanya mempengaruhi kadar glukosa pada saat makan dan tidak
mempengaruhi
kadar glukosa darah setelah itu terjadi pemberian obat ini yang tepat
adalah pada saat makan. Pasien DM yang mendapat pengobatan
suntikan insulin multiple
berisiko hipoglikemia, untuk pencegahannya diperlukan pemantauan
gula darah sebanyak empat kali sehari yaitu sebelum sarapan pagi,
sebelum makan siang, sebelum makan malam, dan sebelum tidur.
Pasien yang mendapat suntikan insulin dengan dosis 1 atau 2 kali
perhari, bertujuan mencegah hipoglikemia dan ketosis, pemantauan
kadar gula darah dilakukan lebih jarang yaitu 1 kali sehari sebelum
sarapan pagi atau sebelum makan malam.
7. Cangkok pankreas
Cangkok pankreas merupakan pencegahan tersier yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kecacatan akibat DM, pada individu yang telah
mengidap DM. pencegahan tersier terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1) Mencegah terjadinya komplikasi.
2) Mencegah komplikasi berkembang dan merusak organ atau jaringan.
3) Mencegah terjadinya kecacatan akibat kegagalan organ atau jaringan
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identik.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Dm
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy (1995, dalam Dermawan, 2014).
Identitas Klien
Nama : Ny.S
Umur : 64 tahun
Alamat : Jl.Aur kuning RT 1/ RW 03 No 14. Pekanbaru
Pendidikan : SMP
Tanggal Masuk Panti : 08-April-2015
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Minang
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
Tanggal Pengkajian : Senin, 11 Oktober 2021
Perempuan Pasien
Laki-Laki meninggal
Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Composmentis (E4V5M6)
TTV : TD 110/90 mmHg
RR 22 x/menit
Suhu 36,3 oC
Nadi 88x/menit
Sistem integumen : Kulit terlihat keriput , warna
kulit sawo matang
Sistem hemopoietik
Kepala : Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna rambut putih
Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva normal tidak anemis,
Telinga : Simetris, bersih, pendengaran masih baik, tidak
ada benjolan, dan tidak ada cairan serumen yang keluar
Mulut dan tenggorokan : Mulut bersih
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid dan vena jugularis
Dada : Dada simetris, tidak ada pembengkakan
Abdomen : Tidak ada hepatomegali, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada asites
Sistem pernapasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah
Sistem kardiovaskular : Irama jantung teratur, CRT < 3 detik, TD
110/90 mmHg
Sistem gastrointestinal : Bising usus normal, makan 3 hari sekali, BAB 1 kali sehari
Sistem perkemihan : BAK lancar 6 kali sehari, tidak ada
inkontinensia urin
Sistem genitoreproduksi :-
Sistem Muskuloskeletal :Tonus otot lumayan baik, sudah mulai sering berjalan sedikit
demi sedikit
Kekuatan otot
5 5
5 5
Sistem Saraf Pusat
GCS: 15
NI : Penciuman masih baik, masih dapat membedakan bau
N II : Penglihatan kabur, mata sebelah kana sudah tidak bisa lihat ,mata sebelah
kiri mengunakan lensa
N III, IV, VI : Pupil isokor, relfeks terhadap cahaya baik, pergerakan mata
baik
NV : Dapat membuka mulut, menguyah baik, dan menggigit dengan baik
N VII : Mampu mengerutkan dahi, tersenyum, mengangkat alis, dan
menutup mata dengan baik
N VIII : Masih mampu mendengar bunyi yang pelan, seperti bunyi
detik arloji dan suara bisikan
N IX, X, XII : Mampu menelan dan berbicara dengan baik.
N XI : Pergerakan bahu dan kepala baik
Psikologis
Klien mampu mengatasi stress yang dialami seperti mengalihkan stress dengan cara
jalan-jalan atau berkumpul dengan teman-temannya. Daya ingat klien masih baik, klien juga
mampu beradaptasi dengan orang-orang baru disekitarnya
Sosial ekonomi
Klien mengisi waktu luangnya dengan menonton TV dan berbincang-bincang dengan
temannya.
Spiritual
Klien beragama islam dan rajin melakukan ibadah sholat lima waktu.
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total,
Klien mendapat skor 20 dengan artian bahwa klien dikategorikan Mandiri
Pengkajian Status Mental Gerontik
Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang ini?
√ 03 Apa nama Tempat ini
√ 04 Dimana alamat anada?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
√ 10
setiap angka baru, semua secara menurun
∑= ∑= Kesalahan = 0
10 0
Kesimpulan:
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelekrual utuh
Kesalahan 3-4 : Keruskan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapat dari hasil pengkajian adalah kesalahan = 0, sehingga dapat disimpulkan
bahwa klien memiliki fungsi intelektual yang utuh.
Klien mengatakan sehari-harinya makan 3 kali sehari, terkadang tidak teratur dengan
lauk pauk seadanya. Klien minum rata-rata 7-8 gelas perhari.
Pola istirahat dan tidur
Klien tidur kurang lebih 4-6 jam perhari, klien merasa terkadangan sulit tidur saat malam hari
dan jarang tidur siang. Biasanya saat waktu luang, klien berjalan di ruangan dan menonton tv
serta berkumpul dengan klien yang lain.
Eliminasi
Klien tidak mengalami gangguan saat BAB dan BAK. Klien BAB 1 kali perhari dengan
konsistensi lembek, BAK 6 kali perhari lancar tanpaada gangguan.
Pola aktivitas
Klien berusaha untuk mandiri agar tidak merepotkan orang lain.
Personal hygiene
Klien mengatakan mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari menggunakan sabun, sikat gigi
setiap kali mandi ditambah malam hari sebelum tidur, dan klien mengganti pakaiannya 2 hari
sekali.
2. Diagnosa Keperawatan DM
Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin
Perfusi perifer tidak efektif b.d mobilitas fisik
3. Intervensi keperawatan DM
Diagnosa Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia
Ketidakstabilan selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula Observasi
gula darah b.d darah membaik KH : Identifikasi
resistensi insulin Kestabilan kadar glukosa kemungkinan penyebab
darah hiperglikemia
membaik Status nutrisi Identifikasi situasi yang
membaik menyebabkan
Tingkat pengetahuan kebutuhaninsulin
meningkat meningkat
Monitor kadar glukosa
darah,jika perlu
Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
Monitor intake dan
output cairan
Monitor keton
urin,kadaar anlisa gas
darah ,elektrolit,tekanan
darah ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik
Berikan asupan cairan
oral
Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk fasilitas
ambulasi jika da
hipotensi ortostatik
Edukasi
Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urin,jika perlu
Ajarkan pengelolaan
diabetes
(mis.penggunaan
insulin,obat oral
monitor asupan cairan
penggantian
karbohidrat, dan bantu
profesional kesehatan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
insulin,jika perlu
Perfusi perifer tidak Memonitor Edukasi Mobilisasi
efektif b.d mobilisasi frekuensi,irama dan
kedalaman napas Observasi
Memonitor pola napas Identifikasi
Memonitor adanya kesiapan dan
sumbatan jalan napas kemmpuan pemberian
Kolaborasi
Mengauskultasi bunyi menerima informasi
cairan IV, jika indikasi
Identifikasi perlu
napas
dan kontraindikasi
Kolaborasi pemberian
mobilisasi
klium,jika
Monitor perlu
kemajuan
pasien/ keluarga
dalam melakukan
mobilisasi
Terapeutik
Persiapan
materi ,media dan
alat-alat seperti
bantal,gait belt
Jadwalkan waktu
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan dengan
pasien dan kleuraga
Berikan kesempatan
pada pasien
/keluarga untuk
bertanya
Edukasi
Jelaskan
prosedur ,tujuan,ind
ikasi ,kontraindikasi
mobilisasi serta
dampak imobilisasi
Ajarkan cara
mengidentifikasi
saranan dan
prasarana yang
mendukung untuk
mobilisasi di rumah
Ajarkan cara
mengidentifikasi
kemmapuan
mobilisasi (seperti
kekuatan otot )
Demonstrasikan
cara mobilisasi
ditempat tidur
Demonstrasikan
cara melatih rentang
gerak
Anjurkan
pasien/keluarga
meredemonstrasikan
mobilisasi miring/
kanan ,kiri /latihan
rentang gerak sesuai
yang
4. Implementasi Keperawatan dan Evalusai Keperawatan
PENUTUP
1. Kesimpulan
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses
yang disebut Aging Process atau proses penuaaan.(Wahyudi, 2008).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak mampu memproduksi insulin
atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas yang di
temukan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ada pada penderita
penyakit diabetes melitus dikarenakan aktivitas insulin pada target sel kurang (Kerner
and Bruckel, 2014).
2. Saran
Mahasiswa dan pembaca agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang dan
penulis meminta kritik serta saran yang membangun agar dapat menjadi pelajaran
kedepannya.