Anda di halaman 1dari 13

LOG BOOK TUTORIAL I 

KEPERAWATAN KELUARGA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga 

        
Disusun oleh:
Ilham Taufik Nurilhami
220110190063

Dosen Tutor:
Desy Indra Yani, MNS

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
TAHUN 2021 
KASUS 1 KEPERAWATAN GERONTIK
Seorang perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah pada saat pandemi. Perawat
melaksanakan protocol kesehatan dengan ketat karena yang dikunjunginya seorang Nenek
berusia 68 tahun. Saat ini Nenek tinggal dengan anak terakhirnya di rumah yang saat ini
sudah ditinggali selama 22 tahun. Suaminya sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Nenek
dikunjungi oleh perawat puskesmas karena mempunyai penyakit komorbid yaitu diabetes
tidak bergantung insulin dan tekanan darah tinggi. Perawat menggunakan masker medis dan
telah melakukan cuci tangan steril sebelum mengunjungi Nenek. Perawat berusaha
melakukan komunikasi sesuai kondisi dari Nenek dan peduli terhadap apa yang dirasakan
oleh Nenek mulai dari perubahan fisiologis yang terjadi padanya dan kebutuhan dasar yang
dibutuhkan oleh nenek dan juga teori menua yang dipelajari oleh perawat.  Perawat
berencana mewujudkan konsep healthy aging pada Nenek untuk tetap mendapatkan
pelayanan kesehatan walaupun pada masa pandemic

LEARNING OBJECTIVE
1. Konsep healthy aging pada usia 68 tahun seperti apa 
Healthy aging adalah tentang menciptakan lingkungan dan peluang yang
memungkinkan orang untuk menjadi dan melakukan apa yang mereka hargai
sepanjang hidup mereka. WHO mendefinisikan Healthy Aging "sebagai proses
mengembangkan dan mempertahankan kemampuan fungsional yang memungkinkan
kesejahteraan di usia tua". Kemampuan fungsional adalah tentang memiliki
kemampuan yang memungkinkan semua orang untuk menjadi dan melakukan apa
yang mereka hargai. Ini termasuk kemampuan seseorang untuk:
a. Memenuhi kebutuhan dasar mereka;
b. Belajar, tumbuh dan membuat keputusan;
c. Membangun dan memelihara hubungan; dan
d. Berkontribusi kepada masyarakat.

2. Pelayanan yang seperti apa yang mengimplementasikan konsep healthy aging  


Kita tahu bahwa lansia memiliki kebutuhan yang berbeda dengan yang lain
akibat adanya penurunan fungsi fisiologis, hal tersebut membuat pelayanan yang
diberikan harus lebih optimal untuk mempertahankan fungsi kesehatan tubuh pada
lansia. Bukan hanya saat lansia saja, sebelum lansia pun upaya untuk meningkatkan
kesehatan pada lansia harus sudah dimulai agar healthy aging atau menua dengan
sehat dapat dicapai oleh orang yang telah lanjut usia.
Salah satu pelayanan pemenuhan dasar yang mengimplementasikan healthy
aging diantaranya memberikan edukasi kesehatan terkait PHBS/healthy lifestyle,
program CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin
beraktifitas fisik, Diet yang sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola
stres), aktif sebagai peserta posbindu, mengedukasi keluarga untuk selalu menjaga
kebutuhan dasar orang tua (fisiologis seperti gizi dan asupan cairan, kebutuhan
keselamatan dan rasa aman seperti menciptakan kondisi lingkungan yang aman ,
kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi
diri seperti mengajak berdiskusi serta memberikan kebebasan untuk membuat
keputusan..
3. Penkes yang diberikan untuk seorang lansia 68 tahun terkait penyakit yang diderita
Dalam kasus disebutkan bahwa seorang nenek usia 68 tahun menderita
diabetes dan kencing manis, sebagai perawat yang melakukan kunjungan rumah maka
bisa melakukan tindakan pencegahan agar penyakit tidak makin memburuk yaitu
dengan melakukan pendidikan kesehatan
Menurut (P2PTM, 2019) terdapat beberapa hal yang bisa perawat edukasikan
dilakukan jika seseorang terdiagnosa diabetes, diantaranya sebagai berikut
a. Mengikuti Edukasi (penyuluhan dan konseling) tentang DM di :
1) Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu PTM).
2) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/FKTP (Puskesmas, Klinik Pratama).
3) Fasilitas kesehatan lainnya seperti Rumah Sakit.
b. Mengatur pola makan sesuai dengan diet untuk penyakit DM.
c. Melakukan latihan fisik secara teratur dan tepat dengan prinsip BBTT (Baik,
Benar, Terukur dan Teratur).
d. Mengonsumsi obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.
e. Monitoring kadar glukosa darah sesuai petunjuk dokterObat hanya bermanfaat
bila disertai dengan pola makan yang seimbang dan latihan fisik secara teratur
dan tepat.
(P2PTM, 2018) Sedangkan pendidikan kesehatan yang bisa dibeikan untuk
penyakit hiperteni adalah
a. Upaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko hipertensi dapat dilakukan
antara lain melalui perubahan perilaku  dengan gaya hidup CERDIK yaitu :
Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktifitas fisik,
Diet yang sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola stres.
b. Ketahui Tekanan Darahmu dengan CERAMAH (Cek Tekanan Darah di
Rumah) secara rutin dengan cara yang baik dan benar, segera berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan/dokter  bila dijumpai tekanan darah  Anda tidak
normal untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
c. Bagi penderita hipertensi sebaiknya lakukan perubahan gaya hidup dan ikuti
tips PATUH untuk cegah hipertensi  agar tekanan darah terkontrol, Periksa
kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan
pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang, Upayakan
aktifitas fisik dengan aman, Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik

4. Definisi lansia
Undang-Undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Bab 1
Pasal 1 Ayat 2 lansia adalah seseorang yang telah berusia di atas 60 tahun. Sementara
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa lansia
adalah seseorang yang karena usianya mengalami proses biologis, kejiwaan, dan
sosial. Efendi dalam Istiqomah (2017) menyebutkan bahwa Lansia bukan merupakan
suatu penyakit, namun merupakan suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang
ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres
lingkungan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses
penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi secara optimal (tahap penurunan).
Untuk batasan lansia itu sendiri yaitu :
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu :
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
Dalam kasus ini apabila mengikuti dari WHO maka klien termasuk ke batasan Usia
lanjut (elderly) antara usia 60-74 dan apabila menikuti Depkes RI maka klien termasuk pada
Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas.

5. Konsep menua 
Menua merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,
2006 dalam Kholifah 2016)).
6. Teori menua
Teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul (2011, dalam Kholifah 2016)
dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial:
a. Teori Biologi
1) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika
seldari tubuh lansia dibiakkanlalu diobrservasi di laboratorium terlihat
jumlah sel–sel yang akan membelah sedikit. Pada beberapa sistem, seperti
sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan
organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena
rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami
proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama
sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)
2) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia
beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat
oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang
lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring
dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan
dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan
pada system musculoskeletal (Azizah dan Lilik, 2011).
3) Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat
racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksin tersebut membuat
struktur membran sel mengalami perubahan serta terjadi kesalahan
genetik. Membran sel tersebut merupakan alat sel supaya dapat
berkomunikasi dengan lingkungannya dan berfungsi juga untuk
mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik
di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat
penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh rigiditas membran.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi
sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan
dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan
sistem tubuh (Azizah dan Lilik, 2011).
4) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari
sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor
yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau
perubahan protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi
isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,
maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya
terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah (Azizah dan Ma’rifatul L., 2011).
5) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono
(2004), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur
karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya
salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan
hormon pertumbuhan
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011).
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di
masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M,
2011).
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
7. Aspek legal dan etis
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada lansia
adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
a. Empati: istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar pengertian
yang dalam”artinya upaya pelayanan pada lansia harus memandang seorang
lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus
dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over
protective dan belas-kasihan. Dalam kasus ini untuk empati yang di lakukan
perawat belum bisa dakatakan sudah dilakukan karena dalam kasus ini tidak ada
data yang menunjukan perawat menunjukan etika empati.
b. Non maleficence dan beneficence. Pelayanan pada lansia selalu didasarkan pada
keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus menghindari tindakan yang
menambah penderitaan). Dalam kasus ini perawat sudah melakukan etika Non
maleficence dan beneficence, karena dalam kasus ini perawat melakukan
pengkajian terhadap pasien untuk mengetahui keadaan pasien, perawat juga ingin
mewujudkan konsep healthy aging untuk klien, dan perawat saat melakukan
pengkajian ke rumah klien perawat menerapkan protocol kesehatan saat
pandemic.
c. Otonomi yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak
tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut berdasar
pada keadaan, apakah lansia dapat membuat keputusan secara mandiri dan bebas.
Dalam kasus ini untuk etika otonomi ini klien bebas memilih apakah ingin untuk
di wujudkan konsep healthy aging.
d. Keadilan: yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan perlakuan yang
sama bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara
wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak
relevan. Dalam kasus ini untuk etika keadilan perawat harus berlaku adil kepada
klien dan memperlakukan klien secara wajar sesuai kebutuhan klien.
e. Kesungguhan hati: Suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang
diberikan pada seorang lansia. Dalam kasus ini perawat harus bersungguh-
sungguh untuk untuk melakukan perawatan terutama dalam mewujudkan konsep
health aging untuk klien.
8. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi Terapeutik :
Dalam Prasanti (2017) komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Pengertian lain dari komunikasi terapeutik menurut Heri
Purwanto, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar dan bertujuan, kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan
merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk
penyembuhan pasien (dalam Mundakir, 2006).
b. Tahapan komunikasi terapeutik :
Stuart dan Sundeen dalam Taufik (2010:45) menjelaskan bahwa dalam prosesnya
komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap persiapan atau
tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja, dan tahap
terminasi.
Adapun penjelasan dari masingmasing tahapan tersebut sebagai berikut:
1) Tahap pra-interaksi, pada tahap prainteraksi, perawat/dokter sebagai
komunikator yang melaksanakan komunikasi terapeutik mempersiapkan
dirinya untuk bertemu dengan klien atau pasien. Sebelum bertemu pasien,
perawat/ dokter haruslah mengetahui beberapa informasi mengenai pasien,
baik berupa nama, umur, jenis kelamin, keluhan penyakit, dan sebagainya.
Apabila perawat/ dokter telah dapat mempersiapkan diri dengan baik sebelum
bertemu dengan pasien, maka ia akan bisa menyesuaikan cara yang paling
tepat dalam menyampaikan komunikasi terapeutik kepada pasien, sehingga
pasien dapat dengan nyaman berkonsultasi dengan petugas/dokter.
2) Tahap perkenalan atau tahap orientasi,pada tahap ini antara petugas/dokter
dan pasien terjadi kontak dan pada tahap ini penampilan fisik begitu penting
karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati. Kualitas-kualitas lain
seperti sifat bersahabat kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga
terungkap.
3) Tahap kerja atau sering disebut sebagai tahap lanjutan adalah tahap
pengenalan lebih jauh, dilakukan untuk meningkatkan sikap penerimaan satu
sama lain untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi
masalah yang ada, pada tahap ini termasuk pada tahap persahabatan yang
menghendaki agar kedua pihak harus merasa mempunyai kedudukan yang
sama, dalam artian ada keseimbangan dan kesejajaran kedudukan. Secara
psikologis komunikasi yang bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih
tenang, dan tidak gelisah.
4) Tahapan terminasi, pada tahap ini terjadi pengikatan antar pribadi yang lebih
jauh, merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang
kesimpulan perawatan yang didapat dan mempertahankan batas hubungan
yang ditentukan, yang diukur, antara lain, mengantisipasi masalah yang akan
timbul karena pada tahap ini merupakan tahap persiapan mental atas rencana
pengobatan, melakukan peningkatan komunikasi untuk mengurangi
ketergantungan pasien pada petugas/dokter.
c. Komunikasi terapeutik dengan lansia
Ketika berkomunikasi dengan pasien lansia dengan pendengaran yang berkurang,
tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca bibir dan menggunakan isyarat
mata. Meminimalkan kebisingan, dan berbicara pelan, jelas, dan dalam nada yang
normal. Berteriak akan menghambat komunikasi, mengubah nada berfrekuensi
tinggi, dan mempersulit pasien untuk memahami kata-kata Anda. Jika suara Anda
melengking, meredam lengkingan ketika Anda berbicara dapat membantu pasien
untuk mendengar Anda dengan lebih baik. Ketika memberikan instruksi untuk
medikasi, tes, atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya kepada pasien apakah
dia mengerti atau tidak. Orang dengan gangguan pendengaran mungkin akan
menjawab “ya” tanpa menyadari bahwa mereka belum mendengar apapun atau
salah memahami beberapa informasi. Pendekatan yang lebih baik untuk
mengecek pemahaman pasien adalah dengan meminta pasien untuk mengulang
instruksi.
Ketika berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan, lingkungan
dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna-
warna kontras untuk membuat objek lebih jelas dan menggunakan huruf yang
besar serta berwarna kontras untuk setiap tanda. Setiap bahan dengan tulisan
harus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas berwarna.
Ketika membahas rencana pengobatan, ingatlah masalah keamanan potensial
yaitu gangguan penglihatan.
Dalam kasus ini perawat sudah melakukan komunikasi terapeutik dimana di
buktikan dari kasus klien terlibat langsung dan menjawab dengan jelas apa yang
ditanya oleh perawat. Dari bukti tersebut bisa di katakana perawat sudah
melakukan komunikasi terapeutik pada klien.
9. Kebutuhan dasar lansia
Berbicara mengenai kebutuhan dasar pada lansia, pastinya tidak akan jauh dari
kbeutuhan dasar manusia yang digagas oleh moslow. Kebutuhan dasar manusia
adalah segala sesuatu (seperti makan, minum, rasa aman, dan cinta) yang penting
untuk menjaga kesehatan manusia sehingga manusia mampu mempertahankan
hidupnya (Potter, 2005). Maslow menyatakan hirarki kebutuhan dasar manusia dibagi
menjadi lima tingkatan prioritas yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan
dan rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut kartikasari (2012) dalam penelitiannya yang menilai kebutuhan dasar
lansia berdasarkan teori moslow menyebutkan kebutuhan fisiologis (gizi dan
kebutuhan cairan) merupakan kebutuhan yang primer dan mutlak untuk menjaga
homeostatis tubuh, kemudian kebutuhan keselamatan dan rasa aman juga sangat
penting mengingat pada lansia terdapat penurunan fungsi tubuh yang berimplikasi
pada mobilitas dalam melakukan ADL pada lansia, jika kebutuhan ini tidak
tercukupakan berisiko untuk terjadinya kejadian tidak diinginkan seperti jatuh dll.
Kebutuhan cinta dan rasa memiliki, harga diri dan aktualisasi merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi agar lansia tidak merasa kesepian dan bisa mengekspresikan
emosi yang dirasakan ke lingkungan sekitar, hal ini untuk menghindar distress
emosional pada lansia.
MINDMAP
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyani Kartikasari, F. H. (2012). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Maunisa Pada Lansia
Demensia Oleh keluarga. Jurnal Nursing Studies, 175-182.

Fitria Ayuningtyas, W. P. (2017). Komunikasi Terapeutik Pada Lansia Di Graha Werdha


AUSSI Kusuma Lestari, Depok. MediaTor, 201-215.

Istiqomah. 2017. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA LANSIA DENGAN


DEMENSIA DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG
GADING SEMARANG. [skripsi]: Undip Semarang

Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan gerontik. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

What is healthy ageing. (n.d.). Retrieved from World Health Organization:


https://www.who.int/ageing/healthy-ageing/en/

P2PTM. 2018. Ketahui Tekanan Darahmu, Cegah Hipertensi (The Silent Killer). Tersedia :
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/ketahui-tekanan-darahmu-cegah-
hipertensi-the-silent-killer

P2PTM. 2019. Buku Pintar Kader Posbindu. Jakarta. Tersedia :


http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2019/
03/Buku_Pintar_Kader_POSBINDU.pdf

Anda mungkin juga menyukai